Oleh:
H1A322012
Pembimbing:
Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Journal Reading dengan judul
“Prognostic Factors for Survival in Colorectal Cancer Patients” tepat pada
waktunya. Journal reading ini disusun dalam rangka mengikuti Kepaniteraan Klinik
Madya dibagian Ilmu Penyakit Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Nusa
Tenggara Barat. Dalam penyusunan Journal Reading ini, penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Arif Zuhan, Sp. B (K) BD selaku dosen
pembimbing. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan untuk menjadikan referat ini lebih baik. Semoga jurnal ini dapat
memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan kepada penulis maupun kepada
pembaca dalam menjalankan prakter sehari-hari sebagai seorang dokter
Penulis
IDENTITAS JURNAL
Metode : studi kohort retrospektif yang dilakukan dengan meninjau 287 pasien
kanker kolorektal stadium I-IV. 15 variebl klinis dianalisis sebagai
faktor prognostik kelangsungan hidup
Kesimpulan : Karena sebagian besar pasien dalam stadium lanjut dengan prognosis
yang buruk, identifikasi penyakit pada tahap awal dan pengobatan
dengan agen yang lebih baru kemungkinan akan meningkatkan
kelangsungan hidup pasien risiko tinggi kanker kolorektral
I Pendahuluan
Sebagian besar pasin kanker rektum dan kanker kolon stadium I, II, dan
III mendapatkan perawatan standar yakni berdasarkan tahapan penyakit seperti
pembedahan, kemoterapi adjuvan, dan radiasi adjuvant. Sebagian besar pasien
CRC mendapatkan 5 fluorourasil intravena ditambah dengan kalsium
leucovorin IV, sementara hanya sedikit pasien yang menerima UFT oral yang
ditambah dengan leucovorin oral. Penderita kanker kolorektal stadium IV yang
terdiagnosis dan stadium II, III yang terjadi metastasis, diberikan kemoterapi
paliatif berupa regimen 5 fluorourasil IV ditambah kalsium leucovorin IV atau
UFT oral ditambah leucovorin oral atau kemoterapi capecitabine/oxalipatin
oral. Sebagian besar pasien CRC stadium IV dinilai terkait respon tumor setelah
mendapatkan regimen kemoterapi pertama. Beberapa pasien yang terdapat
progresifitas setelah pemberian kemoterapi pertama dan pasien yang memili PS
yang baik ditawarkan pemberian kemoterapi tambahan lini kedua. Radiasi
paliatif dan pembedahan diberikan kepada pasien yang memiliki indikasi yang
relevan. Evaluasi respon didsarkan pada kriteria WHO. Respon dikatakan
complete apabila hilangnya penyakit baik pada pemeriksaan radiografi dan
pemeriksaan fisik minimal selama 4 minggu. Respon dikatakan parsial apabila
pengurangan diameter lesi lebih dari 50% selama minimal 4 minggu. Penyakit
dikatakan stabil apabila sudah tidak ada perubahan yang terdekteksi pada
volume tumor. Dan penyakit dikatakan progresif apabila terjadi peningkatan
diameter tegak lurus lebih dari 25% dan terdapat tampilan luka yang baru.
Semua pasien yang terdaftar dipantau terkait respon, dan waktu terjadinya
kematian. Waktu kelangsungan hidup dihitung sejak waktu pasien masuk ke
dalam penelitian ini dan waktu kematian didefinisikan sebagai waktu
munculnya kematian atau waktu untuk tindak lanjut terakhir.
Penilaiain dengan uji Chi-square atau uji fishers exact digunakan untuk
membandingkan antara kelompok kanker colon dan kanker rektum. Survival
time diperkirakan dengan menggunakan metode Kaplan dan Meier. 15 variabel
dimasukan untuk kemudian dianalisis dan diidentifikasi faktor prognostik
kelangsungan hidup. Perbandingan kelangsungan hidup kumulatif diperolehh
dengan analisis univariat menggunakan log-rank test dan analisis multivariat
dilakukan dengan menggunakan analisis regresi cox. Dengan P dianggap
bermakna secara signifikan jika P< 0,05.
III Hasil
31% pasien CRC terjadi obstruksi tumor dengan lebih banyak obstruksi
tterjadi pada colon dibandingkan rektum, 37% vs 15% dengan P< 0,001. Jenis
histologi yang dominan yakni adenokarsinoam sebesar 96% dengan
differensiasi yang baik 62%. 5% pasien kanker rektum terjadi invasi pembuluh
darah lebih banyak dibandingkan kanker colon hanya sebesar 1%, dengan P =
0,039. Pasien dengan kanker kolon berada pada stadium I sebanyak 3%,
stadium II sebanyak 35%, stadium III sebanyak 31% dan stadium IV 31%.
Adapun kanker rektum lebih sering terdiagnosis pertama kali sebagai kanker
dengan stadium IV dibandingkan kanker kolon, 47% vs 31%, p = 0,023. Sekitar
90% dari kanker kolon dan rektum memiliki masalah pada T3 – T4. Kanker
rektum lebih sering menampilkan penyakit N2 dibandingkan kanker colon,
36% vs 21%, p = 0,013 serta memiliki metastasis jauh (M1) yang lebih sering
dibandingkan kanker kolon, 47% vs 31%, p = 0,012.
Penyakit rekuren atau metastasis terjadi pada 64 dari 177 pasien kanker
kolorektal stadium II dan III, dengan 36% pasien mengembangkan penyakit
berulang selama periode pengamatan. Kanker rektum stadium II dan III
mengalami penyakit yang berulang masing-masing sekitar 28% dan 44%,
sedangkan pasien kanker rektal stadium II dan III menderita penyakit berulang
masing-masing sekitar 13% dan 52%. Adapun lokasi umum terjadinya
metastasis pada kanker kolorektal stadium IV yakni hepar (71%), organ
intrabadomen (33%), kelenjar getah bening (15%) dan paru-paru (14%).
Sebagai perbandingan, lokasi metastasis umum pada 64 pasien dengan kanker
koloretal stadium II dan III yang berulang yakni intraabdomen (47%), hepar
(33%), kelenjar getah bening intraabdomen (23%), dan paru (19%). 128
(76,6%) dari 167 pasien dengan kanker kolorektal stadium IV mendapatkan
kemoterapi paliatif. Adapun regimen kemoterapi yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan kombinasi dari 5 fluorourasil IV dan leucovorin pada
95 pasien (74%), capecitabine oral pada 6 pasien (5%), dan pengobatan dengan
oxaliplatin pada 4 pasien (3%). Median jumlah siklus kemoterapi lini pertama
yakni berjumlah 6 siklus. 42 pasien (33%) mendapatkan kemoterapi lini kedua
dan 9 pasien (7%) disepakati mendapakan kemoterapi lini ke3. Adapun respons
rate dengan kemoterapi lini pertama dalam hal ini 5 fluorourasil yakni sebesar
17%, dengan 10% pasien respon parisal dan 7% respon komplit, selain kanker
bersifat stabil pada 25%, dan kanker menjadi progresif sebesar 52%.
Selanjutnya kemoterapi lini kedua diberikan kepada 42 pasien (33%). Respon
secara objektif ditemukan pada 4 pasien yang menerima kemoterapi lini kedua,
dengan 1 pasien respon komplit setelah menerima regimen oxaliplatin. Respon
parsial ditemukan terjadi pada 3 pasien setelah mendapatkan agen irinotecan
atau oxaliplatin atau UFT oral ditambahkan leucovorin.
Analisis Univariat
Pada kanker kolorektal analisis univariat menggunakan Kaplan Meier dan log
rank test menunjukan terdapat hubungan yang signifikan antara kelangsungan hidup
dengan usia <50 tahun, p = 0,008; performance status 0, p < 0,001, stadium klinis (I
dan II) dengan p< 0,001, differensiasi baik dengan p = 0,003, tumor T1 dan T2 dengan
p < 0,001, tidak terdapat metastasis (M0) edngan p< 0,001.
Analisis Multivariat
Tabel 4. Analisis univariat terkait faktor prognostik dan kelangsungan hidup dalam
dalam 5 tahun pada kanker kolon dan rektum stage 1-IV
IV Diskusi
Penelitian ini ditujukan untuk mengidentifikasi faktor prognostik yang
berkaitan dengan kematian pada kanker kolorektal di Departemen Onkologi, Rumah
Sakit Rajavithi. Analisis ini menunjukan bahwa kanker rektum memiliki stadium lanjut
(stadium III dan IV) dan lebih banyak invasi terhadap pembuluh darah dibandingkan
kanker kolon. Adapun kanker kolon lebih sering menyebabkan terjadinya obstruksi
tumor dibandingkan kanker rektum. Adapun lokasi tersering terjadinya metastasis pada
kanker kolorektal stadium IV yakni hepar (71%), yang mana dibandingkan pada studi
retrospektif sebelumnya ditemukan lokasi tersering metastasis yakni di organ hepar
sebesar 61%. Sebagai perbandingan pada penelitan ini kanker kolorektal stadium II dan
III, insiden tertinggi yakni pada organ intraabdominal sebesar 29% pada stadium II dan
33% pada stadium III yang tidak mendapati radiasi adjuvant dan 7% kanker rektuk
stadium III yang tidak mendapati baik kemoterapi adjuvant ataupun radiasi.
Berdasarkan kelangsungan hidup pasien, pada stadium I yakni sebesar 100%,
68% pada stadium II, 44% pada stadium III, dan 2% pada stadium Iv. Temuan ini
serupa dengan penelitian di Korea yang menunjukan kelangsungan hidup dalamm 5
tahun pada penyakit kanker kolorektal yakni 89% pada Stadium Dukes A, 75% pada
stadium Dukes B, 49% pada stadium Dukes C, dan 12% pada stadium Dukes D. pasien
dengan kanker kolon memiliki trend dimana survival rate lebih lama dibandingkan
kanker rektum, namun tidak bermakna secara signifikan.
Pada kanker kolon, kelangsungan hidup dalam 5 tahun dalam penelitian ini
yakni pada stadium I dan II sebesar 67%, stadium III sebesar 50% dan stadium IV
sebesar 0%. Jika dibandingkan dengan penelitian dari Amerika, kelangsungan hidup.
Pada pasien kanker kolon yakni pada stadium I sebesar 93%, stadium II sebesar 82%,
stadium III sebesar 59%, dan stadium IV sebesar 8%. Dalam penelitian ini,
kelangsungan hidup dalam 5 tahun pada kanker kolon sekitar 10% lebih rendah
dibandingkan studi di Amerika. Hal ini bisa saja disebabkan oleh beberapa hal, pada
penelitian ini hanya 80-90% yang mendapatkan kemoterapi adjuvant dan paliatif.
Kemungkinan lain yakni adanya oerbedaan jumlah partisipan antar studi.
Bagaimanapun pada kanker kolon stadium II dan III menerima pembedahan kuratif
ditambah kemoterapi aadjuvan pada penelitian ini memiliki kelangsungan hidup dalam
5 tahun sebesar 63% dibandingkan dengan kelangsungan hidup dalam 5 tahun yang
menerima kemoterapi adjuvant 5-FU sebesar 66% seperti yang dilaporkan dalam stdui
0089. Untuk kanker kolorektal stadium IV, rerata kelangsungan hidup yakni 17 bulan,
yang mana tidak lebih inferior dibandingkan studi yang meneliti kemoterapi dengan
Oxaliplatin dan irinotecan sebagai kemoterapi lini pertama, yang mana dalam laporan
sebelumnya dilaporkan rerata 16-17 bulan.
Pada kanker rektum, kelangsungan hidup dalam 5 tahun pada stadium I
ditambah stadium II sebesar 84%, pada stadium III sebesar 30%. Hal ini dibadningkan
dengan kelangsungan hidup dalam 5 tahun pada kanker rektum yang diobati dengan
pengobatan adjuvant, yakni berkisar dari 37% hingga 79%. Hasil juga dilaporkan
bahwa usia muda memiliki kelangsingan hidup yang lebih lama dibandingkan usia tua
yang mana bermakna secara statistik dan serupa dengan penelitian sebelumnya di
Korea. Diantara faktor klinis, perbedaan kelangsungan hidup tidak ditemukan pada
faktor seperti lokasi tumor ataupun kenis kealmin, akan tetapi usia tua diatas 60 tahun
dan stadium lanjut dikaitkan dengan prognosis yang buruk pada kanker kolorektal baik
pada analisis univariat dan multivariat. Temuan dalam penelitian ini konsisten dengan
laporan dalam penelitian sebelumnya. Penulis juga melaporkan bahwa PS lebih dari 2
juga sebagai faktor progonosis yang buruk jika dilihat pada analisis univariat dan
multivariat, namun hal ini tidak ditemukan pada penelitian sebelumnya.
Kemudian setelah dievaluasi pada faktor patologis seperti tumor ukuran yang
besar, keterlibatan kelenjar getah beninng dan metastasis jauh dikaitkan dengan
prognosis yang buruk berdasarkan analisis univariat. Kedalaman invasi tumor
dikaitkan dengan prognosis kanker kolon hanya pada analisis univariat.
Bagaimanapun, hanya derajat differensiasi yang berhubungan signifikan dengan
kelangsungan hidup berdasarkan analisis multivariat. Hasil dalam penelitian ini sesuai
dengan laporan dalam penelitian lain, yang melaporkan bahwa derajat differensiasi
berhubungan dengan kelangsungan hidup pasien.
dalam mengevaluasi dampak pengobatan terhadap kelangsungan hidup,
pengobatan adjuvant setelah operasi merupakan faktor prognostic yang baik jika dilihat
dari analisis univariat dan multivariat baik pada kanker kolon dan rektum. Temuan ini
juga sejalan dengan penelitian yang menganalisis kemoteraoi adjuvant sebagai tahap
apawal pengobatan kanker rektum, yang mana menunjukan bahwa terapu adjuvant
memiliki efek pengobatan yang menguntungkan pada pasien. pengobatan adjuvant
sebagai faktor prognostic pada kanker rektum hanya pada analisis univariat, sedangkan
tidak bermakna pada analisis multivariat. Temuan ini mirip dengan penelitian
sebelumnya yang mana kanker rektum stadium awal dengan risiko menengah dan
tinggi jika mendapatkan pembedahan ditambah dengan kemoterapi atau pembedahan
ditambah dengan kemoterapi dan radiasi memiliki kelangsungan hidup yang lebih
superior jika dibandingkan hanya pembedahan atau pembedahan ditambah radiasi saja.
Seperti yang diharapkan, kemoterapi paliatif juga berdampak pada kelangsungan hidup
pasien kanker kolorektal stadium IV baik pada analisis univariat dan multivariat.
Hasil penelitian lain mengenai faktor prognostic untuk kanker rektum dan
kolon yang diobati dengan reseksi saja ditentukan oleh usia, jenis kelamin, stadium
derajat histologis, penyebaran tumor, invasi vena dan lokasi pada rektum. Hasil
penelitian sebelumnya juga serupa dengan penelitian ini, namun jenis kelamin,
penyebaran tumor, invasi vena dan lokasi tumor rektum tidak ditemukan sebagai faktor
prognostic dalam analisis multivariat. Penelitian lain menggunakan analisis multivariat
menunjukan bahwa usia, jenis kelamin, stadium, derjaat histologi, penyebaran tumor,
dan invasi vena merupakan faktor prognostic terkait kelangsungan hidup. Hal ini
serupa dengan penelitian ini. Bagaimanapun pada penelitian ini, berdasarkan analisis
multivariat tidak menemukan bahwa jenis kelamin, penyebaran tumor secara langsung,
dan invasi vena merupakan sebagai faktor prognostik independent pada pasien kanker
rektum. Hal ini kemungkinan dikarenakan jumlah pasien yang kecil dalam penelitian
ini jika dibandingkan studi lainnya.
Sebagai kesimpulan, penelitian saat ini menunjukkan bahwa pasien dengan
kanker kolorektal pada usia yang lebih tua, dengan stadium lanjutan, tingkat histologi
yang dan status performa WHO yang buruk dianggap mempunyai prognosis
keselamatan yang lebih buruk. Untuk memperbaiki hasil akhir maka pasien kanker
kolorektal pada tahap awal dengan tingkat histologis yang tidak terdiferensiasi dengan
baik harus diterapi dengan regimen kemoterapi berpotensi tinggi (seperti kemoterapi
dengan oxiplatin). Untuk pasien kanker kolorektal stadium IV maka penggunaan
kemoterapi bersifat paliatif seperti oxiplatin atau irinotecan yang diberikan bersamaan
dengan terapi anti-angiogenesis dapat dipertimbangkan pada pasien dengan status
performa yang baik. Pada studi ini, penulis menemukan hanya terdapat sedikit pasien
kanker kolorektal pada stadium awal, dan banyak pasien yang belum mendapatkan
terapi kematorapi adjuvant atau paliatif. Sehingga untuk memperbaiki pelayanan
kanker di Thailand, perlu dilakukan perbaikan identifikasi stadium awal kanker
kolorektal dengan meningkatkan kesadaran publik akan pencegahan dan juga deteksi
dini serta tatalaksana dari kanker kolorektal. Walaupun terdapat banyak studi
sebelumnya yang meneliti faktor prognostik di Dunia, beberapa hasil yang inkonsisten
masih ditemukan. Seiring dengan adanya peningkatan pada biologi molecular dan
modalitas terapi baru yang bermunculan untuk kanker kolorektal, maka studi lanjutan
untuk faktor prognostic perlu dilakukan untuk mengidentifikasi peran berbagai faktor
klinis dan patologis serta terapi terbaru pada prognosis kanker kolorektal.
DAFTAR PUSTAKA
Laohavinij S, Maneechavakajorn J, Techatanol P. Prognostic factors for survival in
colorectal cancer patients. J Med Assoc Thai. 2010 Oct;93(10):1156-66. PMID:
20973318. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/20973318/