Anda di halaman 1dari 18

Journal Reading

Factors that have prognostic values in the management of


nasopharyngeal carcinoma patient

Disusun Oleh :

Nurul Jannah., S.Ked 21360102

Preceptor :

dr. Rully Setiawan, Sp.THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMENT ILMU KESEHATAN TELINGA,


HIDUNG, TENGGOROKAN, BEDAH KEPALA DAN LEHER RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH JENDRAL AHMAD YANI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat
dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Journal Reading yang berjudul
“Factors that have prognostic values in the management of nasopharyngeal carcinoma
patient” yang disusun untuk melengkapi syarat Kepaniteraan Klinik di Departemen
Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorokan, Bedah Kepala Dan Leher RSUD
Jendral Ahmad Yani Metro.
Penyelesaian Journal Reading ini banyak mendapat bantuan serta motivasi dari
berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa
terimakasih kepada dr. Rully Setiawan, Sp.THT-KL selaku pembimbing yang telah
memberikan ilmu, petunjuk, nasehat dan kesempatan kepada penulis untuk
menyelesaikan Journal Reading ini. Dan juga kepada segenap staff di poli dan ruang
bedah khusus RSUD Ahmad Yani yang senantiasa memberikan bekal ilmu
pengetahuan dan pengalaman berharga selama proses kepaniteraan klinik di RSUD
Ahmad Yani Metro.
Penulis menyadari bahwa Journal Reading ini tentu tidak terlepas dari
kekurangan karena keterbatasan waktu, tenaga dan pengetahuan dari penulis. Maka
sangat diperlukan masukan dan saran yang membangun. Semoga Journal Reading ini
dapat memberikan manfaat bagi yang membacanya.

Metro, Mei 2022

Nurul Jannah
ABSTRAK

Pengantar: Tingkat kelangsungan hidup pasien karsinoma nasofaring (KNF)


dipengaruhi oleh beberapa faktor prognostik, seperti faktor pasien, faktor tumor dan
intervensi terapeutik yang dilakukan serta kualitas perawatan. Faktor tumor berupa
penyebaran invasi lokal, keterlibatan limfatik regional dan metastasis yang tercermin
pada stadium TNM (Tumor, Nodul dan Metastatik) merupakan faktor prognostik
terpenting KNF. Data studi tentang faktor prognostik NPC sangat penting untuk
mengembangkan manajemen yang lebih baik sementara faktor prognostik NPC sangat
berbeda

Tujuan: Untuk mengetahui faktor prognostik yang mempengaruhi tingkat


kelangsungan hidup pasien karsinoma nasofaring.

Metode: Studi observasional analitik dengan desain khusus analisis survival. Data
diambil dari rekam medis kemudian dilakukan analisis survival pada faktor-faktor yang
diteliti. Faktor-faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah usia, jenis kelamin,
stadium, ukuran T, ukuran N, Metastasis, klasifikasi WHO dan pengobatan. Sampel
penelitian ini adalah seluruh pasien yang awalnya terdiagnosis KNF di RSUP. Dr.
Mohammad Hoesin Palembang dari Januari 2013 sampai Desember 2013. Sebanyak 52
pasien memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

Hasil: Dari total 52 pasien, 50% meninggal dan 50% selamat. Kelangsungan hidup
lebih buruk pada kelompok usia 30-39 tahun (30,8%), jenis kelamin laki-laki (47,2%),
Stadium IV (44,4%), ukuran T4 (40%), ukuran N1 (23,1%), metastasis jauh (40 %),
WHO tipe III (48,5%), dan kemoradiasi (48,9%). Pada analisis multivariat didapatkan
bahwa variabel yang paling mempengaruhi kelangsungan hidup pasien KNF
berdasarkan P < 0,05 dan berdasarkan kekuatan hazard rasio adalah kategori Tsize, N-
size dan Metastasis dengan CI 95%.

Kesimpulan: Faktor prognostik yang mempengaruhi kelangsungan hidup pasien KNF


di RSUP. Dr. Mohammad Hoesin Palembang adalah ukuran T, ukuran N, dan
Metastasis.

Kata kunci: Karsinoma nasofaring; bertahan hidup, faktor prognostik


Pendahuluan
Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah
nasofaring dengan predileksi di fossa Rossenmuller dan atap nasofaring yang
merupakan daerah transisi dari epitel kuboid berubah menjadi epitel skuamosa [1].
Berdasarkan laporan dari Global Burden of Cancer (GLOBOCAN) tahun 2012, terdapat
87.000 kasus baru karsinoma nasofaring yang muncul setiap tahunnya (61.000 kasus
baru laki-laki dan 26.000 kasus baru perempuan), dari 51.000 kematian akibat
karsinoma nasofaring. 36.000 laki-laki dan 15.000 perempuan). Angka kejadian
karsinoma nasofaring di Indonesia ternyata cukup tinggi yaitu sekitar 4,7 kasus baru per
tahun per 100.000 penduduk atau diperkirakan sekitar 7000-8000 kasus per tahun di
Indonesia [2]. Data dalam ORLHNS Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RSCM
pada tahun 2013 hingga 2016 menunjukkan 506 kasus [3]. Data di ORLHNS Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya RSMH tahun 2013 hingga 2017 menunjukkan 284
kasus.
Prognosis KNF dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor tumor, faktor
pasien dan intervensi terapeutik yang dilakukan serta kualitas pelayanan. Faktor tumor
seperti penyebaran invasi lokal, keterlibatan limfatik regional dan metastasis yang
tercermin dalam stadium TNM (tumor, node dan Metastatic) adalah faktor prognostik
terpenting dari NPC. Secara umum, ukuran T lanjut dikaitkan dengan kontrol lokal yang
buruk dan tingkat kelangsungan hidup, ukuran N lanjut meningkatkan risiko metastasis
jauh dan pasien dengan metastasis jauh biasanya memiliki tingkat kelangsungan hidup
yang rendah. Klasifikasi histopatologi KNF berdasarkan World Health Organization
(WHO) juga mempengaruhi prognosis. Faktor pasien adalah usia dan jenis kelamin.
Intervensi terapeutik terdiri dari radioterapi, kemoterapi dan kemoradioterapi termasuk
dalam faktor prognostik, kemoradiasi bersamaan pada stadium lokal lanjut memiliki
prognosis yang lebih baik daripada radioterapi saja. Kualitas pelayanan berupa
pemberian asuhan pada pasien KNF dengan penyakit penyerta seperti status kinerja,
anemia dan status gizi juga mempengaruhi prognosis. Status kinerja dinilai
menggunakan skor ECOG (Eastern Cooperative Oncology Group) [4]. Penurunan kadar
hemoglobin akan menyebabkan hipoksia tumor dan peningkatan sel hipoksia, Status
kinerja dinilai menggunakan skor ECOG (Eastern Cooperative Oncology Group) [4].
Penurunan kadar hemoglobin akan menyebabkan hipoksia tumor dan peningkatan sel
hipoksia, Status kinerja dinilai menggunakan skor ECOG (Eastern Cooperative
Oncology Group) [4]. Penurunan kadar hemoglobin akan menyebabkan hipoksia tumor
dan peningkatan sel hipoksia, sehingga mempengaruhi efektivitas radioterapi. Status
gizi dengan penurunan berat badan lebih dari 10% memiliki kontrol lokal 5 tahun
85,6% dibandingkan dengan 90,9% pada pasien dengan penurunan berat badan kurang
dari 10% [5].
Kelangsungan hidup adalah persentase individu yang hidup dalam kelompok
dengan penyakit tertentu dalam periode tertentu. Masa kelangsungan hidup secara
keseluruhan dapat dinilai dengan masa kelangsungan hidup 2 tahun, 5 tahun atau 10
tahun [6]. Studi medis sering menggunakan kelangsungan hidup sebagai metode dalam
menilai efektivitas pengobatan yang dapat mempengaruhi prognosis dan tingkat
kelangsungan hidup [7]. Kelangsungan hidup secara keseluruhan adalah standar emas
dalam mengevaluasi hasil perawatan yang dilakukan di bidang onkologi tetapi tidak
secara langsung mengukur manfaat pengobatan dan penyebab kematian bagi individu
[8]. Kelangsungan hidup dianalisis dengan desain tertentu yaitu menggunakan analisis
kelangsungan hidup. Tingkat kelangsungan hidup KNF dipengaruhi oleh beberapa
faktor prognostik, seperti faktor pasien, faktor tumor dan intervensi terapeutik yang
dilakukan serta kualitas perawatan. Dalam penelitian retrospektif oleh Wu et al (2017),
tingkat kelangsungan hidup 10 tahun pada pasien KNF yang menerima radioterapi
adalah 100%, 87,1%, 75,5% dan 55,6% untuk stadium I, II, III dan IV masing-masing
[8]. Menurut AJCC 2010, tingkat kelangsungan hidup relatif 5 tahun pada pasien
dengan stadium I sampai IV NPC dalam urutan 72%, 64%, 62%, dan 38% [9].
Data studi tentang faktor prognostik NPC sangat penting untuk mengembangkan
manajemen yang lebih baik sementara faktor prognostik NPC sangat berbeda. Kajian
faktor prognostik KNF di RSUP. Mohammad Hoesin belum pernah dilakukan dan data
mengenai survival rate pasien NPC tidak ada, sedangkan kasus NPC di RSUP. Dr
Mohammad Hoesin cukup tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor
prognostik yang mempengaruhi angka kelangsungan hidup pasien karsinoma nasofaring
di RSUP. Dr Mohammad Hoesin Palembang.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN


Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain khusus
survival analysis. Sampel penelitian adalah semua pasien yang pertama kali didiagnosis
KNF dari Januari 2013 sampai Desember 2013 yang datang berobat di Bagian
ORLHNS RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Kriteria inklusi adalah pasien
yang awalnya didiagnosis Karsinoma Nasofaring (KNF), pasien KNF yang telah
menjalani radioterapi, kemoterapi atau kemoradioterapi kombinasi, dan Rekam Medis
lengkap. Kriteria Eksklusi adalah pasien KNF yang belum mendapatkan pengobatan.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara total sampling. Subyek
penelitian adalah 52 pasien.
Data diperoleh melalui rekam medis seperti umur, jenis kelamin, stadium klinis,
ukuran T, ukuran N, histopatologi dan pengobatan pasien yang awalnya didiagnosis
KNF dari Januari 2013 sampai Desember 2013. Kemudian pasien atau keluarga
dihubungi untuk mengetahui kondisi terakhir pasien apakah mereka selamat atau mati.
Analisis univariat dilakukan terhadap data karakteristik subjek.
Data hasil analisis univariat dianalisis lebih lanjut menggunakan analisis
survival dengan metode Kaplan Meier. Untuk menguji kekuatan korelasi antara variabel
dependen (tingkat kelangsungan hidup) dengan variabel independen (usia, jenis
kelamin, stadium klinis, ukuran T, ukuran N, histopatologi dan terapi), dilakukan
analisis multivariat. Nilai p dianggap signifikan jika P < 0,05 dengan selang
kepercayaan 95%. Uji validasi untuk faktor-faktor yang dianggap berhubungan dalam
analisis regresi cox, jika sensitivitas dan spesifisitasnya >80% maka faktor-faktor
tersebut dianggap sebagai faktor prognostik yang valid. Pengolahan data dan hasil
menggunakan software SPSS for Windows versi 21.0. Data hasil analisis statistik
ditampilkan dalam bentuk tabel, grafik dan tekstur.

Hasil
Penelitian ini dilakukan pada 52 pasien KNF yang terdiagnosis awal Januari
2013 sampai Desember 2013 di ORLHNS RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Tabel. 1
Waktu (Tahun) Kematian Kumulatif % Tingkat kelangsungan hidup
(%)
1 3.8 96.2
2 28.8 71.2
3 36,5 63.5
4 40 59.6
5 50 50.0

Pada tahun pertama, subjek yang meninggal adalah 3,8% dan yang selamat
adalah 96,2%. Pada tahun kedua, subjek yang meninggal menjadi 28,8% dan yang
selamat menjadi 71,2%. Pada tahun ketiga, subjek yang meninggal meningkat
menjadi 36,5% dan yang mengalami kelangsungan hidup menurun menjadi 63,5%.
Pada tahun keempat subjek yang meninggal menjadi 40% dan yang bertahan
menjadi 59,6%. Pada tahun kelima, 50% subjek meninggal dan 50% mengalami
kelangsungan hidup. Sebaran subyek menurut umur didapatkan kelompok umur
lebih dari 50 tahun lebih dominan yaitu sebanyak 21 orang. (Tabel 1, Gambar 1)
Tingkat kelangsungan hidup keseluruhan berdasarkan usia, kurang dari 20
tahun, 20-29 tahun, 30-39 tahun, 40-49 tahun dan lebih dari 50 tahun masing-masing
33,3%, 100%, 30,8%, 54,5% dan 52,4%. Distribusi subjek dengan laki-laki lebih
banyak dari perempuan adalah 36 orang dan 16 orang dengan overall survival rate
berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan adalah 47,2% dan 56,3%. Dari
penelitian ini diketahui bahwa 27 pasien KNF yang datang terdiagnosis stadium IV.
Tingkat kelangsungan hidup keseluruhan berdasarkan stadium klinis I, II, III dan IV
masing-masing adalah 66,7%, 66,7%, 46,2% dan 44,4% (tabel 2).
Hubungan antara umur dengan kelangsungan hidup, berdasarkan hasil analisis
statistik nilai p sebesar 0,151 (P-value >0,05), artinya tidak signifikan secara statistik.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik antara
variabel usia dengan kelangsungan hidup berdasarkan kelompok hidup dan mati. Nilai
hazard ratio sebesar 7,254 menunjukkan kematian lebih cepat pada kategori usia diatas
50 tahun. Hubungan antara jenis kelamin dengan kelangsungan hidup, berdasarkan hasil
analisis statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,947 (P-value >0,05), artinya tidak
signifikan secara statistik. Hal ini menunjukkan bahwa secara statistik tidak ada
hubungan yang signifikan antara variabel jenis kelamin dengan kelangsungan hidup
berdasarkan kelompok hidup dan mati. Berdasarkan nilai hazard ratio sebesar 3,077
menunjukkan bahwa setiap kali kematian lebih cepat pada kelompok laki-laki
dibandingkan dengan kelompok perempuan.
Hubungan antara stadium dan kelangsungan hidup, hasil analisis statistik
menunjukkan nilai p sebesar 0,413 (P-value >0,05), artinya tidak signifikan atau tidak
signifikan secara statistik. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna secara statistik antara variabel stadium dengan kelangsungan hidup
berdasarkan kelompok hidup dan mati. Tahap I memiliki kelangsungan hidup yang
lebih baik. Berdasarkan nilai hazard ratio, stadium IV memiliki nilai tertinggi yaitu
2,691 setiap kali kematian lebih cepat pada stadium IV. Hubungan antara T Size dan
kelangsungan hidup, berdasarkan hasil analisis statistik nilai p adalah 0,020 (P-value <
0,05), artinya signifikan atau signifikan secara statistik. Hal ini menunjukkan bahwa ada
hubungan yang signifikan secara statistik antara variabel T Size dengan kelangsungan
hidup berdasarkan hidup dan mati.
Hubungan antara jenis histopatologi dengan kelangsungan hidup, berdasarkan
hasil analisis statistik diketahui p value sebesar 0,618 (P-value > 0,05), artinya tidak
signifikan atau signifikan secara statistik. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan yang bermakna secara statistik antara variabel tipe histopatologi terhadap
kelangsungan hidup berdasarkan kelompok hidup dan mati. Berdasarkan nilai hazard
ratio sebesar 2,119 menunjukkan bahwa kematian lebih cepat pada kelompok pasien
KNF dengan nilai hazard ratio sebesar 2,119 yang menunjukkan bahwa kematian WHO
tipe I lebih cepat dibandingkan dengan WHO tipe III. Hubungan antara terapi dengan
kelangsungan hidup, berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji
statistik diketahui p value sebesar 0,872 (P-value >0,05), artinya tidak signifikan atau
signifikan secara statistik. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan secara statistik antara variabel terapeutik terhadap kelangsungan hidup
hubungan yang signifikan secara statistik antara variabel terapeutik terhadap
kelangsungan hidup berdasarkan kelompok hidup dan mati. Berdasarkan hazard ratio,
terapi kemoradiasi memiliki nilai 0,893 kali yang menunjukkan bahwa setiap kali
kematian lebih cepat pada pasien dengan radioterapi. (Gambar 2)
Analisis multivariat digunakan untuk menilai korelasi antar variabel dengan
kelangsungan hidup 5 tahun, dimana nilai P untuk setiap variabel kurang dari 0,05 (P<
0,05 dan urutan kekuatan hazard ratio adalah T-size, Nsize dan Metastasis dengan 95%
IK. Sensitivitas dan spesifisitas ukuran T2 terhadap T1 berturut-turut adalah 66,7% dan
27,3%. Sensitivitas dan spesifisitas ukuran T3 terhadap T1 masing-masing adalah
66,7% dan 21,4%. Nilai sensitivitas dan spesifisitas T4 terhadap T1 masing-masing
adalah 85,7% dan 27,3%. ke T1 adalah 85,7% dan 27,3%, masing-masing.

Diskusi
Variabel usia pasien yang paling dominan adalah kelompok usia lebih dari 50
tahun yaitu sebanyak 21 orang. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sukri Rahman dkk. (2015) dari Universitas Andalas, Padang, bahwa
kejadian karsinoma nasofaring mulai meningkat setelah usia 30 tahun dengan puncak
tertinggi pada usia 45 – 55 tahun [10]. Penelitian Ferdinand Maubere (2014) di RSUP
Sanglah Denpasar menemukan bahwa dari 68 sampel pasien yang diperoleh kelompok
umur dengan kejadian karsinoma nasofaring tertinggi adalah kelompok umur 30-50
tahun dengan jumlah 35 orang atau 51,5%. . Laki-laki lebih banyak dari perempuan,
dengan 36 laki-laki (69,2%) dan 16 perempuan (30,8%). Liu et al menemukan lebih
banyak pria daripada wanita, 70 pria (84%) dan 13 wanita (16%). Xiao et al melaporkan
bahwa ada lebih banyak pria yang didiagnosis dengan NPC daripada wanita, masing-
masing 213 pria (71,2%) dan 86 wanita (28,8%). [11] Semua penelitian tersebut terjadi
karena gaya hidup pria berbeda dengan wanita, seperti merokok dimana jumlah perokok
pada pria lebih banyak dibandingkan wanita. [12, 13]
Jenis histopatologi terbanyak adalah WHO tipe III, karsinoma tidak
berdiferensiasi sebanyak 33 orang (63,4%) dibandingkan dengan WHO tipe I dan II.
Hasil ini sesuai dengan Adham dkk yang melaporkan WHO tipe III ditemukan sekitar
85% sedangkan WHO tipe II ditemukan sekitar 2,3%. [14] ElSherbieny dkk.
melaporkan bahwa WHO tipe III lebih dominan daripada WHO tipe II, masing-masing
106 orang (67%) dan 53 orang (33%), [15]. Semua penelitian ini disebabkan oleh WHO
tipe III terbanyak di Asia Tenggara dan di negara lain dengan insiden KNF yang tinggi,
selain itu undifferentiated carcinoma berkaitan erat dengan VEB dan ekspresi p53 yang
tinggi dikaitkan dengan proliferasi sel tumor yang tinggi. ].
Pasien KNF stadium IV sebanyak 27 orang (51,9%) dibandingkan stadium I, II,
dan III sebanyak 3 (5,8%), 4 (7,7%), 13 (25%), dan 11 (21,1%). Hasil ini sesuai dengan
penelitian Adham et al. Kasus NPC stadium lanjut itu lebih banyak dibandingkan
stadium awal, 40 kasus dan 8 kasus. Liu dkk melaporkan stadium IV tertinggi 32 orang
(39%) dibandingkan stadium I, II, III masing-masing 6 orang (7%), 25 orang (30%), 20
orang (24%) [14]. Semua penelitian yang ada menunjukkan bahwa lebih banyak pasien
NPC yang dating metastasis juga menunjukkan lebih banyak kematian pada kelompok
NPC dengan metastasis jauh [18]. Berdasarkan hasil penelitian Hasanov R et al dan El-
Sherbieny menunjukkan bahwa ukuran T dan N pada saat diagnostik merupakan faktor
prognosis yang buruk pada pasien hubungan antara terapi dengan kelangsungan hidup
menggunakan uji statistik diketahui p value sebesar 0,872 (P -nilai >0,05), artinya tidak
signifikan atau signifikan secara statistik untuk kelangsungan hidup berdasarkan
kelompok hidup dan mati. Pasien KNF yang menjalani radioterapi memiliki
kelangsungan hidup yang lebih baik daripada kemoradiasi. Kong dkk. melaporkan
bahwa tingkat kelangsungan hidup 5 tahun pasien KNF yang menjalani radioterapi
mencapai 50%-80%. Chua dkk. melaporkan bahwa 141 orang pada tahap I dan II
memiliki hasil yang sangat baik, tingkat kelangsungan hidup 10 tahun mencapai 98%.
[19]. Berdasarkan hazard ratio terapi kombinasi radioterapi dan kemoterapi memiliki
nilai 0,893 kali yang menunjukkan bahwa setiap saat kematian lebih cepat pada pasien
dengan radioterapi. Terapi pada NPC diberikan dengan tujuan untuk mengurangi
progresivitas tumor. Terapi juga erat kaitannya dengan pementasan. Radioterapi
merupakan modalitas terapi KNF pada stadium awal, sedangkan terapi kombinasi
radioterapi dan kemoterapi diberikan pada stadium lanjut. Hasil terapi akan buruk jika
tumor primer besar, infiltratif, ulseratif, ekstensi intrakranial, tumor leher besar, dan
metastasis jauh. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kelangsungan hidup pada pasien
KNF dengan terapi kombinasi dengan radioterapi dan kemoterapi akan lebih buruk
daripada radioterapi [20]. 893 kali yang menunjukkan bahwa setiap saat kematian lebih
cepat pada pasien dengan radioterapi. Terapi pada NPC diberikan dengan tujuan untuk
mengurangi progresivitas tumor. Terapi juga erat kaitannya dengan pementasan.
Radioterapi merupakan modalitas terapi KNF pada stadium awal, sedangkan terapi
kombinasi radioterapi dan kemoterapi diberikan pada stadium lanjut. Hasil terapi akan
buruk jika tumor primer besar, infiltratif, ulseratif, ekstensi intrakranial, tumor leher
besar, dan metastasis jauh. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kelangsungan hidup
pada pasien KNF dengan terapi kombinasi dengan radioterapi dan kemoterapi akan
lebih buruk daripada radioterapi [20]. 893 kali yang menunjukkan bahwa setiap saat
kematian lebih cepat pada pasien dengan radioterapi. Terapi pada NPC diberikan
dengan tujuan untuk mengurangi progresivitas tumor. Terapi juga erat kaitannya dengan
pementasan. Radioterapi merupakan modalitas terapi KNF pada stadium awal,
sedangkan terapi kombinasi radioterapi dan kemoterapi diberikan pada stadium lanjut.
Hasil terapi akan buruk jika tumor primer besar, infiltratif, ulseratif, ekstensi
intrakranial, tumor leher besar, dan metastasis jauh. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
kelangsungan hidup pada pasien KNF dengan terapi kombinasi dengan radioterapi dan
kemoterapi akan lebih buruk daripada radioterapi [20]. sedangkan terapi kombinasi
radioterapi dan kemoterapi diberikan pada stadium lanjut. Hasil terapi akan buruk jika
tumor primer besar, infiltratif, ulseratif, ekstensi intrakranial, tumor leher besar, dan
metastasis jauh. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kelangsungan hidup pada pasien
KNF dengan terapi kombinasi dengan radioterapi dan kemoterapi akan lebih buruk
daripada radioterapi [20]. sedangkan terapi kombinasi radioterapi dan kemoterapi
diberikan pada stadium lanjut. Hasil terapi akan buruk jika tumor primer besar,
infiltratif, ulseratif, ekstensi intrakranial, tumor leher besar, dan metastasis jauh.
Berdasarkan analisis multivariat, variabel yang paling mempengaruhi
kelangsungan hidup pasien KNF berdasarkan P-value < 0,05 dan urutan kekuatan
hazard rasio adalah kategori size T, size N dan Metastasis dengan CI 95%. Berdasarkan
hasil uji validitas ukuran T, nilai sensitivitas tertinggi adalah nilai sensitivitas ukuran T4
terhadap ukuran T1 yaitu 85,7% tetapi nilai spesifisitasnya hanya sekitar 27,3%, jika
sensitivitas dan spesifisitasnya >80 % maka faktor tersebut dianggap sebagai faktor
prognostik yang valid, sehingga faktor ukuran T dalam penelitian ini tidak dapat
dianggap sebagai faktor prognostik yang valid karena nilai spesifisitasnya yang rendah.
Terdapat keterbatasan dalam penelitian ini, seperti data dari rekam medis tidak
didapatkan penyakit penyerta pada pasien KNF yang dapat memperberat kondisi umum
seperti diabetes, hipertensi, dan infark miokard. Keterbatasan lainnya adalah terbatasnya
jumlah sampel pasien KNF yang dapat berdampak pada analisis data morbiditas dan
mortalitas

KESIMPULAN
Faktor prognostik yang mempengaruhi angka kelangsungan hidup pasien KNF
di RSUP. Dr Mohammad Hoesin Palembang adalah kategori ukuran T, N, dan
Metastasis. Saran perlu dilakukan penelitian mengenai tingkat kelangsungan hidup
pasien KNF dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan follow up dalam kurun waktu
5 tahun.
ANALISIS P.I.C.O

Populasi
Semua pasien yang pertama kali di diagnosis KNF dari Januari 2013 – Desember
2013 yang datang berobat dibagian ORLHNS RSUP Dr. Mohammad Husein
Palembang.

Intervention Comparison
Tidak dilakukan intervensi pada penelitian ini, hanya dilakukam pengambilan data
sekunder dari rekam medik

Comparison
Tidak ada pembanding pada penelitian ini,hanya menilai faktor-faktor prognostik

Outcome
Faktor prognostik yang mempengaruhi angka kelangsungan hidup pasien KNF
di RSUP. Dr Mohammad Hoesin Palembang adalah kategori ukuran T, N, dan
Metastasis. Saran perlu dilakukan penelitian mengenai tingkat kelangsungan hidup
pasien KNF dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan follow up dalam kurun waktu
5 tahun.
Critical apprasial
1. Validity
a. Apakah penelitian tersebut membahas suatu permasalahan secara jelas
dan terfokus?
Ya, fokus penelitian ini sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk
mengetahui kelangsungan hidup pasien karsinoma nasofaring di RSUD
Dr. Mohammad Hoesin Palembang
b. Apakah subjek penelitian diambil dengan cara yang tepat?
Ya, data subjek penelitian diambil secara valid dari rekam medis pasien
seperti data umur, jenis kelamin, stadium klinis; ukuran T dan ukuran N
histopatologi dan pengobatan pasien. Kemudian pasien atau keluarga
dibubungi untuk mengetahui kondisi terakhir pasien apakah sudah
meninggal atau masih bertahan hidup
c. Apakah penelitian memiliki jumlah subjek yang cukup untuk
meminimalisasi kebetulan?
Ya, Subjek penelitian ini sudak cukup untuk mewakili populasi maupun
meminimalisasi kebutuhan
d. Apakah analisis data dilakukan dengan cukup baik?
Ya, analisis data telah dilakukan dengan cukup baik. Metode analisis
data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis univariat untuk
karakteristik subjek lalu hasil analisis univariat dianalisis lebih lanjut
menggunakan analisis survival dengan metode kaplan meier. Untuk
menguji kekuatan korelasi antara variabel dependen dengan variabel
independen dilakukan multivariat

2. Importance
Apakah penelitian ini penting?
Ya, penelitian ini cukup penting karena dengan hasil penelitian ini kita dapat
mengetahui faktor prognostik apa saja yang dapat mempengaruhi
kelangsungan hodup pada pasien karsinoma nasofaring di RSUD Dr.
Mohammad Hoesin Palembang.

3. Applicability
Apakah penelitian ini dapat diterapkan?
Ya, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk mengetahui faktor
prognostik yang mempengaruhi kelamgsungan hidup pasien karsinoma
nasofaring.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Faiza S, Rahman S, Asri AA. Karakteristik klinis dan patologis karsinoma nasofaring di bagian THT-KL RSUP Dr. M.
Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 2016;5(1).

[2] Melani W. Penderitaan Kanker Nasofaring di Rumah Sakit H. Adam Malik Medan Tahun 2011. e-jurnal Fakultas
Kedokteran USU. 2013;1(1).

[3] KPK Nasional. Pedoman Nasional Pelayanan Medis Kanker Nasofaring. KEMENKES RI; 2017.

[4] Bedah Kepala dan Leher Johnson J. Bailey: Otolaringologi: Lippincott Williams & Wilkins; 2013.

[5] Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta:
Penerbitan Interna. 2014:2464-72.

[6] R A. Kesintasan pasien karsinoma nasofaring dan faktor yang mempengaruhinya di rumah sakit Hasan Sadikin.
2015:33-7.

[7] Masyarakat AC. Tingkat kelangsungan hidup untuk kanker nasofaring berdasarkan Stadium. 2011.

[8] Kasus Zhou Q, He Y, Zhao Y, W dari radiasi termodulasi intensitas lokal lanjutan dari penelitian internasional
American Joint BioMed

[9] Wu LR, Liu YT, kelangsungan hidup Jiang N menerima pasien dari satu sen hasil untuk intensitas-modus

[10] Rahman S, Budiman BJ, Subroto H. Faktor risiko non viral pada karsinoma nasofaring. Jurnal Kesehatan Andalas.
2015;4(3).

[11] Liu MT, Hsieh CY, Chang TH, Lin JP, Huang CC, Wang AY. Faktor prognostik yang mempengaruhi luaran
karsinoma nasofaring. Jurnal onkologi klinis Jepang. 2003;33(10)::501-8.

[12] EB P. Karakteristik penderita KNF di Departemen Ilmu Kesehatan THT-KL FKUP/RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Periode Tahun. 2006;2010.

[13] Xiao G, Cao Y, Qiu X, Wang W, Wang Y. Pengaruh jenis kelamin dan usia pada kelangsungan hidup pasien
dengan karsinoma nasofaring. kanker BMC. 2013;13(1):226.

[14] Adham M, Kurniawan AN, Muhtadi AI, Roezin A, Hermani B, Gondhowiardjo S, dkk. Karsinoma nasofaring di
Indonesia: epidemiologi, kejadian, tanda, dan gejala pada presentasi. Jurnal kanker Cina. 2012;31(4):185.

[15] El-Sherbieny E, Rashwan H, Lubis SH, Choi VJ. Faktor prognostik pada pasien karsinoma nasofaring yang dirawat
di Rumah Sakit Kuala Lumpur. Kanker Asia Pac J Sebelumnya. 2011;12(7):1739-43.

[16] Kataria T, Gupta D, Bisht SS, Goyal S, Basu T, Srivastava A, dkk. Kemoradiasi pada pasien usia lanjut dengan
kanker kepala dan leher: pengalaman institusi tunggal. Jurnal otolaringologi Amerika. 2015;36(2):117-21.

[17] Shen GP, Xu FH, He F, Ruan HL, Cui C, Chen LZ, dkk. Perilaku gaya hidup pretreatment sebagai prediktor
kelangsungan hidup untuk pasien dengan karsinoma nasofaring. PloS satu. 2012;7(5).

[18] Yarney J, Aryeetey NA, Mensah A, Kitcher ED, Vanderpuye V, Aidoo C, dkk. Apakah kemoradioterapi bersamaan
yang didahului dengan kemoterapi meningkatkan kelangsungan hidup pada pasien kanker nasofaring stadium lanjut
lokal? Pengalaman dari Gan. Kanker kepala dan leher. 2017;2(1):4.

[19] Xiao G, Cao Y, Qiu X, Wang W, Wang Y. Pengaruh jenis kelamin dan usia pada kelangsungan hidup pasien
dengan karsinoma nasofaring. kanker BMC. 2013;13(1):1.

[20] Yi Jl, Gao L, Huang Xd, Li Sy, Luo Jw, Cai Wm, dkk. Karsinoma nasofaring diobati dengan radioterapi radikal saja:
pengalaman sepuluh tahun di satu institusi. Jurnal Internasional Onkologi Radiasi* Biologi* Fisika. 2006;65(1):161-8.

Anda mungkin juga menyukai