Perseptor :
Oleh :
Futri Nabilla
21360293
LAMPUNG
2023
LEMBAR PENGESAHAN
NPM : 21360293
Telah menyelesaikan tugas referat dan telah dibacakan pada tanggal April 2023 dalam
rangka kepanitraan klinik pada bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran
Universitas Malahayati
Disetujui oleh :
Perseptor Koas
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugerahkan banyak nikmat sehingga saya dapat menyusun referat dalam rangka
kepanitraan klinik pada bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas
Malahayati.
Dalam penyusunan referat ini, tentu tak lepas dari pengarahan dan bimbingan dari
dr. Ni Wayan Dewi Putriny Asih, Sp.KJ. Maka penulis ucapkan rasa hormat dan terima
kasih kepada dr. Ni Wayan Dewi Putriny Asih, Sp.KJ yang telah membantu saya dalam
Penulis sangat berharap semoga referat ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan saya berharap lebih jauh lagi agar referat ini menjadi
bahan belajar bagi pembaca. Saya merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan referat ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya. Untuk itu
saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan referat.
Futri Nabilla
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.3 Etiologi..................................................................................................................... 8
2.5 Diagnosis................................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
“serangan panik” berulang-ulang, yang terdiri dari gelombang ketakutan intens yang
mencapai puncaknya dalam beberapa menit (Breilmann, 2019) yaitu periode terpisah
dari perasaan ketakutan yang intens dan berhubungan dengan gejala fisik seperti
jantung berdebar-debar, sesak nafas, gemetar, dan sebagainya. Studi penelitian dari
satu dari kriteria gangguan panik. Studi ini juga melaporkan prevalensi gangguan
panik cukup tinggi yakni 17,7%. Gangguan panik dapat terjadi beberapa saat dan akan
hilang tergantung dari situasi sekitar. Gangguan panik umumnya diderita oleh usia 18
Gangguan panik merupakan salah satu jenis gangguan cemas. Gangguan cemas
merupakan gangguan kejiwaan yang paling sering didapat. Wanita beresiko hampir 2
kali lipat lebih sering dibandingkan pria. Gangguan panik mungkin terjadi dengan atau
gangguan psikiatri lain seperti pada 84% mereka dengan agoraphobia. Berdasarkan
DSM IV TR, 10-15% orang dengan gangguan panik memiliki gangguan mayor
5
depresi komorbid. Sekitar sepertiga orang dengan kedua gangguan tersebut memiliki
gangguan depresi mayor sebelum onset gangguan panik sekitar dua per tiga pertama
kali mengalami gangguan panik selama atau setelah onset depresi mayor.
Orang dengan gangguan panik, 15 hingga 30% juga mengalami phobia sosial,
situasi tertentu, dan dipredisposisi situasi. Serangan panik yang tidak diharapkan atau
spontan terjadi tanpa tanda atau peringatan. Serangan panik yang berhubungan dengan
situasi tertentu dan dipredisposisi oleh situasi terjadi setelah paparan terhadap atau
Gangguan panik ditunjukkan oleh adanya episode kecemasan yang sangat kuat,
durasinya pendek, berulang, dan tidak dapat diprediksi, yang diikuti oleh manifestasi
klinis yang khas. Gangguan panik tanpa atau dengan agoraphobia diatasi dengan
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui lebih jauh tentang
6
1.3 Manfaat
dan penanganannya.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Istilah panik berasl dari kata Pan, dewa Yunani yang setengah hantu, tinggal di
pegunungan dan hujan, dan perilakunya sangat sulit diduga. Gangguan panik timbul
pada usia muda dan dewasa (pertengahan-30an). Dapat juga timbul pada usia muda
dan usia lanjut (Aryati, 2020). Gangguan panik mencakup munculnya serangan panik
Gangguan panik ditandai dengan adanya serangan panik yang tidak diduga dan
spontan yang terdiri atas periode rasa takut intens yang hati-hati dan bervariasi dari
sejumlah serangan sepanjang hari samapai hanya sedikit serangan selama satu tahun.
yang disertai oleh gejala somatik tertentu seperti palpitasi dan takipnea karena pasien
dengan serangan panik sering kali datang ke klinik medis, gejala mungkin keliru
didiagnosis sebagai suatu kondisi medis yang serius (sebagai contohnya, infark
Gangguan panik sering kali disertai dengan agorafobia, yaitu ketakutan benda,
darimana pintu keluar yang cepat akan sulit jika orang mengalami serangan panik.
8
2.2 Epidemiologi
populasi, sedangkan Serangan Panik pada kisaran 3 hingga 6 %. Wanita 2 hingga 3 kali
lipat lebih banyak menderita gangguan ini dibanding laki-laki. Gangguan Panik bisa
terjadi kapan saja sepanjang hidup, onset tertinggi pada usia pada kisaran 20-an (Aryati,
2020).
gangguan panik adalah 1,5 sampai 3 persen dan untuk serangan panik adalah 3 sampai
4 persen. Penelitian telah menggunakan kriteria DSM-III, yang lebih terbatas dibanding
kriteria di dalam edisi ketiga yang direvisi (DSM-III-R) dan DSM-IV; dengan
demikian, prevalensi seumur hidup yang sesungguhnya kemungkinan lebih tinggi dari
angka tersebut. Sebagai contohnya, satu penelitian terakhir pada lebih dari 1.600 orang
dewasa yang dipilih secara acak di Texas menemukan bahwa angka Prevalensi seumur
hidup adalah 3,8% untuk gangguan panik, 5,6% untuk serangan panik dan 2,2% untuk
serangan panik dengan gejala yang terbatas yang tidak memenuhi kriteria diagnostik
lengkap.1
Perbedaan antara kelompok Hispanik, kulit putih non-Hispanik, dan kulit hitam
adalah kecil. Faktor sosial satu-satunya yang dikenal berperan dalam perkembangan
gangguan panik adalah riwayat perceraian atau perpisahan yang belum lama. Gangguan
paling sering berkembang pada dewasa muda usia 25 tahun, tetapi baik gangguan panik
maupun agorafobia dapat berkembang pada setiap usia. Sebagia contohnya, gangguan
panik lebih dilaporkan terjadi pada anak-anak dan remaja, dan kemungkinan kurang
9
2.2 Etiologi
1. Faktor biologis
dengan abnormalitas struktur dan fungsi otak, pada otak terdapat beberapa
neurotransmiter yang mengalami gangguan fungsi, antara lain serotonin, GABA (Gama
Amino Butiric Acid) dan norepinefrin. Hal tersebut didukung dengan efektifnya
gangguan cemas meliputi: adanya disregulasi pada sistem saraf pusat dan sistem saraf
perifer, peningkatan tonus simpatik pada sistem otonomik, serta abnormalitas sistem
2. Faktor Genetik
memiliki risiko 4 sampai dengan 8 kali lipat untuk mengalami gangguan yang sama
(Elvira, 2017).
3. Faktor psikososial
saat masa kanak, hubungan dengan orangtua yang tidak mendukung serta perasaan
terperangkap atau terjebak. Pada kebanyakan pasien, rasa marah dan agresivitas sulit
mengendalikan rasa marah dan fantasi-fantasi nirsadar yang terkait. Misalnya pasien
mempunyai harapan dapat melakukan balas dendam terhadap orang tertentu. Harapan
ini merupakan suatu ancaman terhadap figur yang melekat (Elvira, 2017).
10
Menurut teori kelekatan (attachment), pasien-pasien dengan gangguan panik
memiliki gaya kelekatan yang bermasalah, antara lain dalam bentuk preokupasi
kelekatan sebagai sesuatu yang mutually exclusive; hal ini karena sensitivitas yang
tinggi baik akan kehilangan kebebasan maupun kehilangan akan rasa aman dan
menghindari perpisahan menakutkan 1 yang terlalu dan pada saat yang sama secara
simultan juga menghindari kelekatan yang terlalu intens; sering hal ini tampak dalam
gaya interaksi pasien yang terlalu mengontrol orang lain (Aryati, 2020).
2.3 Diagnosis
DSM-V menunjukkan kriteria diagnostik dari gangguan panik sebagai berikut (Maslim,
2013):
Serangan panik adalah sebuah gelombang ketakutan yang sangat kuat akan
ketidak nyamanan intens yang akan mencapai puncaknya dalam hitungan menit, selama
4 menit (atau lebih). Diagnosis serangan panik menurut DSM IV adalah adanya salah
satu periode ketakutan sangat hebat atau kegelisahan dimana 4 atau lebih gejala-gejala
dibawah ini dapat ditemukan dan dalam kisaran waktu 10 hingga 30 menit
6. Nyeri dada
11
9. Derealisasi atau depersonalisasi
12. Paresthesia
2. Setidaknya satu serangan telah diikuti dari satu bulan (atau lebih) dari satu atau
kedua hal berikut:
Penjelasan tambahan
1. Gangguan ini tidak disebabkan oleh efek psikologis suatu zat (pengobatan) atau
kondisi medis lainnya (misalnya, hipertiroidisme, gangguan kardiopulmoner)
2. Paling sedikit satu serangan panik dalam jangka waktu 1 bulan atau lebih oleh satu
atau lebih keadaan-keadaan berikut:
12
b. Khawatir tentang implikasi daripada serangan panik atau akibatnya (misal:
hilang kendali diri, mendapat serangan jantung atau menjadi gila).
C. Serangan panik tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari satu zat (misal:
penyalahgunaan zat atau obat-obatan) atau kondisi medis umum (hipertiroid)
D. Serangan panik tidak bisa dimasukkan pada gangguan mental emosional lain.
Gangguan panik baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak ditemukan
adanya gangguan anxietas fobik (F 40.-)
Untuk diagnosis pasti harus ditemukan adanya beberapa kali serangan anxietas
berat (severe attack of autonomic anxiety) dalam masa kira-kira satu bulan :
b) Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat diduga
sebelumnya (unpredictable situations)
c) Dengan keadaan yang relatif bebas dari dari gejala-gejala anxietas pada periode
diantara serangan anxietas pada periode diantara serangan-serangan panik
(meskipun demikian umumnya dapat terjadi juga “anxietas antisipatoric” yaitu
anxietas yang terjadi setelah membayangkan sesuatu yang mengkhawatirkan
akan terjadi
2.4 Tatalaksana
A. Farmakoterapi
fluvoksamin, escitalopram dll. Obat diberikan selama 3 hingga 6 bulan atau lebih,
13
2. Golongan Benzodiazepin seperti Alprazolam yang awitan kerjanya cepat,
B. Psikoterapi
1. Terapi relaksasi
Prinsipnya adalah melatih pernafasan (menarik nafas dalam dan lambat, lalu
melakukan sugesti pikiran kearah konstruktif atau yang diinginkan akan dicapai.
Dalam proses terapi, dokter akan membimbing individu melakukan ini secara
perlahan- lahan, biasanya berlangsung selama 20-30 menit atau lebih lama lagi.
Setelah itu, individu diminta untuk melakukannya sendiri di rumah setiap hari,
sehingga bila serangan panik muncul kembali, tubuh sudah siap untuk relaksasi.
perilaku dan pikiran yang irasional dan menggantinya dengan yang pikiran
pekerjaan rumah yang harus dibuat setiap hari, antara lain membuat daftar
3. Psikoterapi dinamik
Individu diajak untuk lebih memahami hakikat diri dan kepribadiannya, bukan
14
lebih banyak berbicara, sedangkan dokter lebih banyak mendengar, kecuali pada
individu yang benar-benar pendiam, maka dokter yang lebih aktif (Elvira, 2017).
2.5 Pencegahan
1. Pencegahan primer (yaitu bagi yang belum pernah mengalami gangguan panik),
maka harus waspada bila dalam keluarganya ada yang mengalami. Juga, menurut
anxiety) ketika pertama kali masuk sekolah, maka bisa jadi ketika dewasa
2. Pencegahan sekunder (bila individu pernah mengalami serangan panik satu kali)
dan telah berobat ke dokter, maka pencegahan yang dapat dilakukan agar tidak
terjadi kekambuhan adalah dengan melakukan latihan relaksasi secara teratur dan
terus menerus, datang konsultasi sampai dinyatakan sembuh oleh dokter (Elvira,
2017).
2.6 Prognosis
fungsi pramorbid yang baik serta durasi serangan yang singkat bertendensi untuk
15
BAB III
KESIMPULAN
Gangguan panik ditandai dengan adanya serangan panik yang tidak diduga dan
spontan yang terdiri atas periode rasa takut intens yang hati-hati dan bervariasi dari
sejumlah serangan sepanjang hari sampai hanya sedikit serangan selama satu tahun.
yang disertai oleh gejala somatik tertentu seperti palpitasi dan takipnea. Gangguan
panik sering kali disertai dengan agorafobia, yaitu ketakutan benda, sendirian di
keluar yang cepat akan sulit jika orang mengalami serangan panik, wanita adalah dua
sampai tiga kali lebih sering terkena dari pada laki-laki, gangguan paling sering
diharapkan, yang diikuti oleh ketakutan yang kuat tentang kemungkinan berulangnya
Faktor-faktor yang berperan antar lain faktor biologis, genetik dan psikososial.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Breilmann, J., Girlanda, F., Guaiana, G., Barbui, C., Cipriani, A., Castellazzi, M.,
Bighelli, I., Davies, S.J., Furukawa, T.A. and Koesters, M., 2019. Benzodiazepines
versus placebo for panic disorder in adults. Cochrane database of systematic reviews,
(3).
2. Saleh, U., 2019. Anxiety Disorder (Memahami gangguan kecemasan: jenis-jenis, gejala,
perspektif teoritis dan Penanganan). Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin, 4, p.37.
3. Aryati, K., 2020. Seorang Laki-Laki Usia 27 Tahun dengan Gangguan Panik. Medical
Profession Journal of Lampung, 9(4), pp.749-753.
4. Tamilselvan, S., 2015. Penilaian Keparahan serta Komorbiditas Gangguan Panik. Intisari
Sains Medis, 4(1), pp.42-50.
5. Kaplan dan sadok, Gangguan Panik dan Diagnosis Gangguan Jiwa Rjukan dari PPDGJ,
Jakarta.2000.p74
6. Daniels CY, Panic Disorders, available at www.emedicine.com.2004.p1-13
7. Media Aeusculapius, Gangguan Panik dalam Kapita Selekta Kedokteran Universitas
Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta 1996.p206-7
8. Anonym, Gangguan Panik dan Agorafobia II, available at www.google.com.2003.p1-4
9. Rusdi Maslim. 2003. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ III. Jakarta:B
agian
10. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan dan sadock Buku ajar psikiatri klinis. Edisi 2.
Jakarta:Penerit Buku EGC; 2010.h.366-85.4.
17