Anda di halaman 1dari 3

SCRIPT NARASI VISUAL AUDIO TIME

PEMBUKAAN
Taukah anda apa itu okupasi terapi?? Tentu
banyak diantara kita yang jarang mendengar
mengenai okupasi terapi, atau mungkin bingung
mendengarnya??
INTRO
DEFINISI
Mendefinisikan profesi okupasi terapi tidak
semudah mendefinisikan profesi Kesehatan
lainnya. Karena terlalu kompleksnya, bahkan
banyak negara memiliki sebutan dan definisi
masing-masing. Seiring berjalannya waktu
definisi okupasi terapi juga berubah mengikuti
permintaan dan ruang lingkup okupasi terapi yang
semakin berkembang.
DEFINISI KEMENKES
Menurut kementerian Kesehatan RI th 2014
yang tertuang didalam standar layanan terapi
okupasi, terapi okupasi adalah bentuk pelayanan
Kesehatan kepada klien dengan
kelainan/kecacatan fisik dan/atau mental yang
mempunyai gangguan kinerja okupasional,
dengan menggunakan aktivitas bermakna
(okupasi) untuk mengoptimalkan kemandirian
individu pada area aktivitas kehidupan sehari-hari,
produktivitas dan pemanfaatan waktu luang.

Occupational therapy merupakan istilah nama


yang digunakan di luar negeri, dengan kata kunci
“occupational” yang di alih bahasakan menjadi
okupasi. Yang menurut beberapa sumber berarti “
berhubungan dengan pekerjaan”. Namun makna
okupasi pada KBBI sendiri masih belum mewakili
kata okupasi yang disepakati oleh para pendiri
Terapis Okupasi di Indonesia.

Nah, Canadian Association of Occupational


Therapists (2019), menyediakan definisi yang
mudah dipahami, bahwa, Terapi
Okupasi merupakan layanan kesehatan yang
membantu masalah yang menghalangi
kemampuan seseorang untuk melakukan hal yang
penting, berhubungan dengan keseharian, seperti:
Perawatan diri– berpakaian, makan, bergerak
disekitar rumah
Melakukan hal produktif – kesekolah atau
bekerja, berpartisipasi dalam masyarakat
Pemanfaatan waktu luang– olahraga, berkebun,
aktivitas sosial.
BASIS PENGETAHUAN
Pendekatan okupasi terapi sendiri didasarkan
pada kerangka Acuan. Kerangka acuan ini
memandu terapis dalam evaluasi dan perawatan
pasien. Perencanaan dan focus okupasi terapi
meliputi
1. Area okupasi berupa
- Area kehidupan sehari-hari seperti mandi
(menggunakan alat mandi), merias diri
(grooming) seperti mencukur jenggot, make
up, menyisir rambut, perawatan mulut (oral
hygiene, toileting, BAB dan BAK, mobilitas
fungsional, dll
- Area produktivitas seperti aktivitas
kerumahtanggaan, kegiatan merawat anak,
pasangan, orangtua, bekerja, maupun
berpartisipasi dalam pembelajaran sekolah
- Area leisure seperti olahraga, memancing,
menjahit, menonton film, dll
2. Komponen Kerja berupa
a) komponen sensori motor > ini termasuk
pemrosesan sensorik, rentang gerak, kekuatan
otot, daya tahan, konstrol postural, dll..
b) Komponen Integrasi kognitif > ini
termasuk orientasi, atensi, rentang perhatian,
memori, pengurutan, pemecahan masalah,
dll…
c) Komponen psikososial/psikologis > ini
termasuk minat, peran kerja,konsep diri, mood,
interaksi sosial, stress management, ekspresi
diri, dll ),
3. Konteks Performance,
a) aspek temporal meiliputi usia kronologis,
tahapan perkembangan, siklus
kehidupan/ekonomi (penempatan fase
kehidupan), status disabilitas (akut, kronis).
b) Aspek lingkungan, fisik : aksesibilitas
lingkungan, sosial : keberadaan dan ekspektasi
terhadap individu misalkan pasangan, teman.
c) kultural budaya

PENANGANAN OKUPASI TERAPI


Dengan banyaknya basis pengetahuan okupasi
tersebut, kemudian timbul pertanyaan penanganan
apa saja yang membutuhkan Okupasi terapi??

Terapi okupasi pada anak umumnya


berurusan dengan anak-anak yang memiliki
gangguan seperti ADHD (attention deficit
hyperactive disorder), gangguan belajar, cerebral
palsy, down syndrome, gangguan pemrosesan
sensorik, keterlamatan perkembangan dan
kelainan genetic

Terapi okupasi pada kasus fisik dewasa,


terapis bekerja dengan pasien kekakuan pasca
operasi tulang,penyakit dalam dan bedah, cidera
luka bakar, radang sendi, cidera tangan, amputasi.
Dengan memberikan kegiatan kepada pasien.

Terapi okupasi pada kasus neurologis,


terapis bekerja dengan kondisi pasien stroke,
cidera otak, penyakit Alzheimer, Parkinson,
multiple sclerosis, dll

Terapi okupasi pada Kesehatan mental,


terapis bekerja dengan kondisi klien gangguan
kecemasan, drag abuse, depresi, gangguan stress,
skizofrenia, bipolar, gangguan mood, dll. Dengan
melibatkan psikiatri dalam kegiatan bermakna dan
membawa Kembali wawasan pada pasien psikosis

Terapi okupasi pada lansia, seorang lansia


akan bergantung pada orang lain dalam masalah
aktivitas kesehariannya karena banyaknya maslah
seperti ortopedi, neurologis, ataupun mental.
Sehingga tugas okupasi terapi adalah membantu
mereka dalam transfer, mobilitas dan aktivitas
kehidupan sehari-hari. Membimbing mereka atau
membantu untuk melibatkan mereka dalam
kegiatan leisure atau rekreasi.

MENJADI TERAPIS OKUPASI


Sangat menarik sekali yaa okupasi terapi itu,
lalu bagaimana cara menjadi Terapis Okupasi?

Di Indonesia, untuk menjadi seorang terapis


okupasi, seseorang diharuskan menempuh
pendidikan minimal Diploma III, dan telah
teregistrasi resmi di Kementerian Kesehatan R.I
yang dibuktikan dengan kepemilikan Surat Tanda
Registrasi (STR).

Instansi pendidikan yang mendidik calon


Terapis Okupasi di Indonesia adalah Jurusan
Terapi Okupasi Poltekkes Surakarta, yang
merupakan perguruan tinggi negeri dibawah
naungan Kementerian Kesehatan RI. Serta
program studi Okupasi Terapi, Prodi Vokasi
Universitas Indonesia.

Definisinya saja menarik, apalagi praktiknya.

Anda mungkin juga menyukai