Anda di halaman 1dari 77

REHABILITASI MEDIK ANAK

Rehabilitasi adalah suatu intervensi yang bertujuan untuk


memaksimalkan kemandirian pada pasien yang mengalami
gangguan fungsi
Gangguan fungsi terjadi karena undellying pathology, and
Scondary impairments serta faktor lingkungan atau faktor
individu. Disability ( disabilitas )

Secara umum Rehabilitasi sequelae dari proses


patologi untuk meningkatkan fungsi dan kemampuan untuk
partisipasi ( minimal untuk kehidupan individu )
Rehabilitasi bukan diarahkan untuk mengatasi proses
patologi itu sendiri
Rehabilitasi harus mempertimbangkan faktor lingkungan dan
individu yang berpengaruh terhadap aktivitas dan hambatan
partisipasi serta sasaran yang ingin dicapai
GANGGUAN FUNGSI

WHO (1980 ) mengklasifikasikan berdasaarkan


konsekuensi dari suatu penyakit .
International Classification Impairment, Disability, and
handicaps ( ICIDH )

Impairment ditandai dengan suatu keadaan abnormal


dari struktur dan fungsi tubuh atau organ termasuk mental

Disabilityadalah suatu keterbatasaan beraktivitas


sebagai akibat dari impairment

Handicaps pada level sosial dari suatu penyakit .


Kondisi yang merugikan pasien sebagai akibat
impairment dan disability
WHO : 2002 melakukan revisi
International Clasification of function ( ICF )

ICF : terdisi dari 3 struktur yaitu :


Tubuh atau bagian dari tubuh, manusia secara utuh dan
manusia utuh dalam konteks mahluk sosial

Dysfungsi dari 3 level tsb disebut Disability yang


merupakan akibat dari :

impairmen ( level tubuh )

Keterbatasaan aktivitas ( level manusia secara utuh )

Keterbatasa partisipasi ( level sosial )


ICF ( International Clasification of function )

Struktur dan fungsi tubuh suatu kondisi abnormal dari struktur


atau fungsi “ disfungsi fisiologis “

Aktivitas adalah melaksanakan tugas atau aksi oleh seorang


individu cerminan dari sudut pandang individu tsb. Contoh
kemampuan untuk melakukan pemenuhan perawatan diri
“ keterbatasan beraktivitas = disabilitas

Partisipasi tergantung pada keterlibatan seorang individu dalam


situasi kehidupan dan cerminan dari sudut pandang sosialnya
Keterbatasan partisipasi = handikap atau ketidak mampuan untuk
dalam menggunakan peran sosial normal
Contoh : Kondisi anak dengan Distropi Muskuler
Struktur dan fungsi Tubuh : - Tidak terbentuknya distropin
- Kerusakan jaringan otot
- Kelemahan otot
Keterbatasan Aktivitas :
- Kesulitan / tidak mampu berdiri, mengangkat
bahu, lengan, tangan
 - Ketidak mampuan dalam AKS / ADL

Partisipasi :
 - Tidak mampu bermain
 - Tidak dapat bersekolah ah
Impairment Struktur dan fungsi
disfungsi fisiologis tubuhdisfungsi fisiologis

Disabilitas Aktivitas
perawatan diri dan mobilitas perawatan diri dan mobilitas
fungsional dalam suatu fungsional dalam suatu
lingkungan lingkungan

Handikap Partisipasi
Pilihan peran sosial, bekerja, Pilihan peran sosial, bekerja,
sekolah, berkeluarga,gaya sekolah, berkeluarga,gaya
hidup, rekreasi hidup, rekreasi
“ Khusus terhadap anak – anak di titik beratkan pada

1. Mengerti terhadap proses komplek perkembangan


bayi, anak, adolesen, dewasa muda dan keluarganya
dalam pengertian komunitas .
2. Mengerti peran biologis, psikologis dan sosial dalam
perkembangan emosi, sosial, motoris, bahasa dan
kognitif
3. Mekanisme dari pencegahan primer dan sekunder
terhadap kelainan dalam prilaku dan perkembangan
4. Mengindentifikasi dan menangani terhadap gangguan
dari lingkungan dan perkembangan sepanjang anak-
anak dan dewasa “

Source: Accreditation Council for Graduate Medical Education


(ACGME)
Contoh gangguan perkembangan

 Developmental Delay ( perkembangan yng terlambat )


 Cognitive Disabilities ( disabilitas kognitif )
 Motor Disabilities ( disabilitas motoris )
 Examples: cerebral palsy, spina bifida
 Chromosomal/Genetic Disorders
 Examples: Down Syndrome, Fragile X
 Autism Spectrum Disorders (ASD )
PEDIATRIC REHABILITATION

HABILITATION REHABILITATION
Congenital Acquired Disorder

Cerebral palsy Brain injury


Chilhood aphasia Spinalcord injury
Developmental delay
Pelayanan Rehabilitasi Medik

TIM WORK
 Dokter Rehabilitasi Medik
Spesialis Rehabilitasi Medik ( SpRM ) /
Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
( SpKFR )
 Fisioterapis
 Terapis Okupasi ( Ocupational Therapis )
 Terapis Wicara ( Speech Therapis )
 Ortotis – Prostetis
 Psikolog
 Perawat Rehabilitasi Medis, dll
Dokter Rehabilitasi Medik : membuat diagnosis medik
dan fungsional, konsultasi medik pasien yang di tangani
merencanakan program rehabilitasi medik, melakukan
evaluasi secara berkala, melakukan kerja sama antar
disiplin ilmu kedokteran yang lain dan membuat prognosis
medik & fungsional
Fisioterapis : melaksanakan program yang dibuat dokter
dengan keterapian fisik ( modalitas dan latihan fisik )
Terapis Okupasi: memberikan terapi latihan dan edukasi
menggunakan alat yang mengarah ke fungsional
( kemampuan ADL ) misalnya keterampilan tangan untuk
aktivitas makan –minum, menulis, memakai pakaian dll
Terapis wicara : memberikan latihan pasien yang
mengalami gangguan komunikasi verbal ( gangguan
bahasa, bicara, menelan ). Misal pada kasus
keterlambatan kemampuan bicara pada anak –anak,
afasia, disartria, disfagia, dysfonia, dysaudia, stutering
Ortotik – prostetik : teknisi untuk pembuatan dan
penggunaan alat bantu dan alat ganti ( palsu ). Misalnya
brace, splint (korset), collar, cructh, cane, tiruan anggota
gerak ( tungkai palsu ) , dll
Pekerja sosial Medik : membantu penderita dalam
permasalahan sosial misalnya pembiayaan, pekerjaan,
sekolah, penanganan dirumah
Psikolog : Evaluasi psikologis dan Psikoterapi thd
pasien yang mengalami gangguan psikologi sebagai
akibat kecacatan
Perawat Rehab.Medik: memberikan Rehabilitasi
diruangan perawatan thd pasien yang mengalami tirah
baring lama misalnya pencegahan dan penanganan
ulkus decubitus, pencegahan kontraktur persendian,
blader training,
KONDISI PENYAKIT YANG MEMERLUKAN
REHABILITASI MEDIK
CNS PROBLEM / CEREBRAL PALSY
BRACHIAL PALSY
MUSCULAR DISTROPY
SCOLIOSIS
TORTICOLIS
CTEV
FLAT FEET
DEFISIENSI EXTREMITY
AUTISM SPECTRUM DISORDER
SPINAL MUSCULAR ATROPI
FRAKTUR EKSTREMITAS
DOWN SYNDROME
PALSI SEREBERAL
PALSI CEREBERAL ATAU CEREBERAL PALSY ( CP ) Adalah
gangguan kronis dari gerakan dan koordinasi, yang
disebabkan oleh cidera pada otak yang belum matur selama
masa prenatal atau perinatal

CP adalah static encephalopathy “ murni dari otak “ yang tidak


progresif atau bertambah parah
CP dapat di klasifikasikan menurut tipe dari gangguan gerakan
yang terjadi

Spastic ( 70 – 80 %) : ditandai dengan increased muscle tone,


tightness, stiff, jerky movement
Dyskinetic atau athetoid ( 10 -15 % ): low nuscle tone, loose,
uncontrolled body movement
Ataxic ( < 5% ) : affect balance and depth perception
CP dapat juga di klasifikasikan menurut
topography dari neuromuskular yang
terkena
Hemiplegia ; mengenai salah satu sisi tubuh
Paraplegia atau diplegia : mengenai kedua tungkai ( kadang-
kadang melibatkan gangguan ringan dari anggota gerak lainnya
Quadriplegia : mengenai ke 4 anggota gerak pada kondisi yang
sama dan juga trunkus
Monoplegia : (sangat jarang) mengenai hanya satu anggota gerak
REHABILITASI C.P
PRINSIP REHABILITASI YANG BAIK DAN BENAR

1. Lakukan evaluasi yang baik dan benar ( per individu )


- Perencanaan program terapi sampai ke penilaian
kemajuan yang telah di capai

2. Terapi awal ditujukan untuk mengatasi defisit fungsi ( se


tingkat apa kemampuan yang telah diperoleh ) dan efek
sequnder dari spastisitas
EVALUASI ANAK CP
Fungsional : kontrol postural, refleks primitif, penilaian motorik,
mobilitas,
Gangguan menelan dan dysfagia
Gangguan berkomunikasi ( bahasa dan bicara, pendengaran,
penglihatan, mental
Toraks, kontrol fungsi bowel & blader
Merawat diri
Psikososial
MOTOR EXAMINATION
ROM
dengan Geniometer
Terbatas ( Fixed deformity ) .. Kontraktur
tak terbatas ( + deformitas = deformitas
dapat di terapi ) = muscle inbalance
Gerakan yang abnormal ( cervical spamodic torticolis )
Chorea atetosis
Tremor
TONUS OTOT ( MUSCLE TONE )
SPASTISITAS ( = clasp knife ):
- generalized or focal
- grade 0 (non) - 4 (severe) [Ashworth scale]
Rigidity ( = lead pipe )
Hypotonia ( cerebellar )
Combination : the predominant symptoms will contribute to
diagnostic type referred for treatment
KEKUATAN OTOT ( MUSCLE STRENGTH)
Grade
0 = No contraction detected
1 = Flicker of contraction w/ no movement.
2 = Joint movement possible only with
gravity eliminated.
3 = Muscle contraction possible against gravity without
resistance.
4= Muscle contraction against gravity &
less than normal amount of resistance.
5 = Normal power against gravity and resistance.

Penilaian muscles grading:


- Untuk menentukan ambulasi dengan atau tanpa
brace
( grade 3 dapat ambulasi tanpa bace )
TREATMENT OF SPASTICITY
PENGATURAN POSISI
Hindari duduk lama ( hip flexi )
Tidur malam dengan posisi tengkurap
Kurangi abduksi hip ( duduk di kursi roda )
Penggunaan splint AFO
Penggunaan standing frame
Molded thoracolumbar orthosis ( menghindari scoliosis )
Penanganan spastisitas dengan PHYSIOTHERAPY

PHYSICAL AGENTS
Untuk mengatasi nyeri , merelaksasikan otot dan kelenturan collagen

Modalities: 1) Ice 20 mins.


2) Heat: Superficial : Dry: I.R. Moist: hot packs
Deep : SWD Ultra Soud therapy
ELECTRIC CURRENTS : strengthening (galvanic & faradic) .
Analgesia ( TENS, Interferensial)
EXERCISES For spasticity : Passive ROM Stretch (short ms.)
Strengthening (weak ms., antagonist),
resistive > 3/5
For hypotonia : Strengthening ( weak ms) Balance
For athetosis : Training to control simple joint motion
REHAB OF SPEECH PROBLEMS

Team : speech therapis


Items : 1 - latihan otot rongga mulut ( meniup )
2 – latihan pengucapan kata ( nama –nama anggota
tubuh, nama hewan ) disertai dengan gambar
atau bantuan alat peraga
3 - latihan menelan
4 – latihan khusus pada anak yang mengalami
gangguan pendengaraan dan penglihatan
REHAB OF SWALLOWING
PROBLEMS
Team: speech therapis, OT, ahli gizi ( diet)
Items:
melakukan perubahan posisi kepala saat menelan
Latihan otot rongga mulut ( lidah, bibir, tenggorokan)
REHAB OF ADL
Team : occupational therapist ( OT )
( terapis okupasi )
Items : aktivitas permainan yang bernilai terapi
( Puzzele), latihan keseimbangan dan koordinasi saat
duduk, berdiri, berjalan dengan bantuan peralatan, latihan
keterampilan motorik halus tangan, training Aktivitas
kehidupan sehari – hari ( makan-minum, berpakaian,
mandi dan aktivitas di toilet
PSYCHOSOCIAL REHAB
Team : psychiatrist + phsycholog
Items : sesuai dengan usia dan tingkat perkembangan anak .
Dapat berupa permainan yang bernilai edukasi, aktivitas rekreasi .
Mobilisasi dengan alat bantu untuk bersosialisasi
Muscular Dystrophy
Muscular dystropy(Distropi muskulorum )
Adalah payung dari istilah yang digunakan
untuk sutu kelompok penyakit genetik dg
dikarakteristik kelemahan otot yang
progresif dan degenerasi dari otot skeletal
dan otot volunter yang mengontrol
gerakan.
Otot jantung dan otot involunter lainnya
dapat juga terkena
Definisi

Sekelompok penyakit heriditer yang progresif


Distropi otot berdampak pada kekuatan dan
aktivitas otot, kadang pertama tampak jelas pada
infan dan yang lainnya berkembang pada usia
adolesen atau dewasa muda

Sindroma ini ditandai kelemahan otot secara umum


atau terlokalisir , kesulitan berjalan atau
mempertahankan postur, spasme otot dan juga
terjadi gangguan neurologi, behavior, jantung
berlanjut pada keterbatasan fungsi
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS

Merupakan penyakit yang diturunkan, diturunkan secara


genetik melalui kromosom x resesif . 1/3 nya merupkan
hasil mutasi gen baru .
Gen berlokasi di lengan pendek kromosom x yang
berperan thd produksi distropin . Defek pada
lengan pendek kromosom x menyebabkan distropin
tidak terbentuk . Pada DM tidak didapatkannya
distrofin pada sarkolema serabut otot skelet, sehingga
permeabilitas dinding sel meningkat dan menimbulkan
kerusakan serabut otot
Manifestasi klinis

Perlahan tapi progresif , nampak jelas pada usia 5 th


sering jatuh dan sukar naik tangga dan
bangun dari lantai
Fenomena Gowers
Berjalan seperti bebek ( Waddling gait )
Lordosis yang berlebihan pada punggung
Pseudo hypertropi otot betis
Kelumpuhan simetris
Kelumpuhan mulai dari otot dari otot pelvis, menjalar ke bahu
( winging skapula ) dan menjalar ke muka ( raut wajah monoton
Skoliosis , Retriksi dinding dada, kelemahan pada otot pernafasan
mempermudah infeksi saluran nafas yang berakibat kematian
DISTROFI MUSKULORUM
DUCHENNE ( DMD )
SBG PROTOTYPE
DMD PALING BANYAK DITEMUKAN

DITURUNKAN SECARA SEX – LINKED


RESESIF YANG DIGAMBARKAN
DUCHENNE 1868 DIPERTEGAS
GOWERS 1879

DMD BIASANYA MENYERANG ANAK


LAKI – LAKI ,
WANITA UMUMNYA SEBAGAI
CARRIER TANPA GEJALA KLINIS
KHARAKTERISTIK DMD

PERKEMBANGAN MOTORIK YANG TERLAMBAT

KETERLAMBATAN DALAM DUDUK , BERDIRI DAN BERJALAN

KEJADIAN DMD 1 : 25.000

MENYERANG ANAK LAKI – LAKI DENGAN

INSIDEN 1 : 3500 KELAHIRAN BAYI LAKI – LAKI


Penyakit DMD tidak dapat disembuhkan , terapi fisik dapat

berpengaruh dalam pencegahan komplikasi, pemeliharaan fungsi

dan memperbaiki kualitas hidup


Perjalan awal dan lanjut dari Distropi Muskular
Awal Lanjut

- Flat feet  Waddling gait


 Kelemahan ekstensi bahu  Sering jatuh
 Keraguan saat naik tangga  Kesulitan naik tangga
 Saat bangun dari duduk  tidur pada bahunya
mengeser pelvis ke lateral  Gower sign
 saat dari berdiri – duduk  lordosis, skoliosis
terjadi  Equinus progresif
akselerasi / percepatan  Pseudohypertropi otot betis
 lemah waktu bangun – berdiri  fleksi leher lemah
 Lari, pantat bergoyang  Refleks tendon menurun
 kontraktur sendi
 gagal jantung
Pemeriksaan penunjang
Creatinin kinase meningkat tinggi
EMG
EKG
BIOPSI OTOT
Komplikasi
osteoporosis menyebabkan fraktur patologis
Obesitas karena kurang ambulasi
Prognosis
DMD meninggal pada dekade kedua , kematian umumnya karena
infeksi skunder , gangguan kardiorespirasi
REHABILITASI ( MD )

I. Stadium dini atau stadium ambulasi


Sasaran : mempertahankan kemampuan ambulasi
dan kekuatan otot selama mungkin
a.Pencegahan kontraktur terutama pada tendon
achiles, hamstring dan iliotibial band dengan
stretching exercise minmal 2 kali sehari , tidur
tengkurap 2 x 30 menit sehari untuk mencegah
kontraktur fleksi pinggul dan latihan ROM pada semua sendi
anggota gerak . Night splint untuk mencegah kontraktur sendi
pergelangan kaki.
b. Mempertahankan endurance ( ketahanan ) . Misalnya renang
c. Bila otot tungkai sudah semakin lemah dapat dibanu dengan
long leg brace
d. Memperbaiki postur untuk mencegah skoliosis
II. Stadium kursi roda
Pada stadium ini dimana kekuatan otot sudah sedemikian lemahnya
sehingga tidak memungkinkan lagi untuk ambulasi
Diperhatikan agar tidak terjadi kontraktur fleksi pada sendi paha,
sendi lutut dan pergelangan kaki . Cegah terjadi skoliosis dengan
latihan atihan merayap
Latihan peregangan diteruskan
Breathing exercise
Ortose untuk anggota gerak atas diperlukan untuk memngkinkan
penderita dapat makan, minum dan bermain secara mandiri .
Kursi roda yang direkomendasikan
tempat duduk rata dengan seat cushion
Mempunyai arm suport, lumbal suport ( dapat dimiringkan 20 – 25
derajat
foot rest dalam posisi sedikit dorsofleksi
III. Stadium lanjut
Dalam stadium ini penderita berbaring saja AKS sangat
tergantung.Staium ini merupakan stadium perawatan untuk
mencegah dan mengatasi timbulnya komplikasi pada sistim
kardiopulmonal, gangguan saluran kemih, ulkus dekubitus.
Brethingexcercise , latihan batuk, postural drainase dapat dilakukan
Alat bantu nafas mungkin diperlukan

Problem psikologis
Menghadapi kondisi penderita yang semakin memburuk dan isolasi
penderita serta IQ yang mungkin rendah perlu kesiapan psikologis
baik penderita maupun keluarganya.
Berikan penjelasan yang bijak tentang proses perjalannan penyakit
serta cara penanganan sederhana dirumah pada keluarganya
untuk menumbuhkan kesiapan mental
Traumatic obstetric brahial
plexopathy usually result
from traction on the brachial
plexus
80 % ( ERB”S –
DUCHENE PALSY ( C5 –
C6 ) other
( KLUMKE’S PALSY ) C8
– TH 1 or totaly
• Akibat tarikan kuat daerah
leher saat melahirkan bahu
bayi (preskep) /
melahirkan kepala (presbo)
•
Gejala :
- hilang reflek moro
- posisi adduksi
- Putaran ke dalam
- lengan bawah pronasi
 Telapak tangan menghadap
 kebelakang
SERINGKALI AKIBAT TRAUMA LAHIR ( OBSTETRIC
PARALYSIS )
ANGKA KEJADIAN ( STUDI DI WASHINGTON 1967 –
1977 ) 0,38 PER
SERIBU KELAHIRAN HIDUP
80 % CEDERA PLEKSUS BRACHIALIS KARENA
TRAUMA LAHIR ADALAH PLEKSUS BRACHIALIS
BAGIAN ATAS ( ERB”S – DUCHENE
PALSY ( C5 – C6 ) YANG LAIN TYPE BAWAH
( KLUMKE’S PALSY ) C8 – TH 1 ATAU TOTAL .
PATOGENESIS
PEREGANGAN PADA SERABUT SARAF YANG
MENGAKIBATKAN ROBEKNYA “ SHEAT “ .
EDEMA DAN PERDARAHAN DISEKITARNYA
BILA TERJADI PEREGANGAN DISERTAI
PEROBEKAN PADA SELUBUNG SARAF MAKA AKAN
TERJADI PERDARAHAN INTRANEURAL
DARAH MASUK KE MEDULA SPINALIS --- SERIUS
CEDERA MENGENAI GANGLION SIMPATETIK
STELATUM / RAMI SIMPATIK THORAKAL 1 –
KELUMPUHAN PLESUS BRACHIALIS + HORNER
SYNDROME
( MIOSIS, PTOSIS, ENOPTHALMUS , FASIAL
ANHIDROSIS, HETEROKROMIA IRIS )
FAKTOR RISIKO
Makrosomia > 4 kg
Pertambahan berat ibu selama hamil >
20kg
Lama di jalan lahir
Lahir sungsang
Ekstraksi dg Forcep
Bayi lumpuh saat dalam kandungan
Foetal distress
KLASIFIKASI
Narakas ( 1987 )
Group 1 C5 – C6 classsic Erbs’s Palsy 4 %
Prognosis Baik
Group 2 C5-C6-C7 29 %
Group 3 Complete palsy dengan Horner syndrome
Prognosis Buruk
C5 –C6 PALSY
Shoulder  Paralisis dari
adduction Rotator cup
internal rotation Deltoid
Elbow Biceps
extension Brachialis
Forearm anterior
pronasi Supinator
Hand
Oke
DIAGNOSIS
ANAMNESIS :
Riwayat persalinan , penyulit persalinan
Pada TYPE ERB’S –DUCHENE ( CEDERA SERABUT
C5 – C6 )
POSISI KHAS ‘ WAITER TIP POSTURE “, atau “
PORTER’S TIP POSITION “ ( ADDUKSI BAHU, ROTASI
INTERNAL BAHU, EKSTENSI SIKU, PRONASI, FLEKSI
PERGELANGAN TANGAN DAN JARI – JARI TANGAN ,
TONUS OTOT MENURUN, REFLEKS TENDON BISEP
NEGATIF
PADA PALPASI DAPAT TERABA PEMBENGKAKAN
KARENA PERDARAHAN ,EDEMA, FRAKTUR
OTOT YANG IKUT TERKENA :

SUPRASPINATUS, INFRA SPINATUS,


SUBSCAPULARIS, RHOMBOIDEUS DAN SERATUS ANTERIOR
KEADAAN YANG BERAT – HILANGNYA REFLEKS MORO PADA
SISI YANG LUMPUH
FLEKSI JARI – JARI TANGAN DAN REFLEKS MENGENGGAM
BIASANYA MASIH UTUH.
PENANGANAN AWAL
PRINSIP PENANGANAN
Mempercepat penyembuhan serabut saraf
Mencegah terjadinya komplikasi skunder
Mengembalikan fungsi lengan – tangan semaksimal mungkin

Penatalaksanaan dapat secara konservatif maupun operatif

Penanganan fraktur ( kalau ditemukan )

Imobilisasi dalam posisi tertentu selama 1 – 2 minggu


Pada Erb’s – Duchen palsy, diberikan fiksasi dalam posisi abduksi
bahu 900 , eksorotasi pada sendi bahu, fleksi 900 pada sendi siku ,
supinasi penuh lengan bawah disertai ekstensi jari – jari tangan “
statue of Liberty “.
Fiksasi dapat menggunakan ortesa “ Airoplane splin “ atau secara
sederhana dengan menggunakan bantal pasir .
Untukmencegah kontraktur dan memperbaiki sirkulasi dapat
diberikan pemanasan superfisial dan latihan pasif , masase
Pemberian stimulasi perlu dipertimbangkan terutama untuk
kelompok otot yang kekuatannya kurang dari 3.dan pemulihan
tidak ada atau lambat
Observasi selama 3 bulan
Prognosis : tergantung jenis lesi, luasnya lesi serta cepatnya
penanganan
CURVATURA LATERAL
VERTEBRA
SAMPAI 100 NORMAL
BENTUK CURVE C ATAU S
CURVE S MERUPAKAN
KOMPENSASI
DETEKSI AWAL
Pemeriksaan secara visual dari cara berjalan, postur,
panjang tungkai, curve lateral dari tulang belakang
Pemeriksaan dari posterior pada fleksi paha 900
Dapat terdeteksi secara tak sengaja saat pemeriksaan
radiologi tulang belakang
PENANGANAN
Curva 25 – 45 derajat
CURVA > 25 0

Awali dengan pemakaian brace


Milawaukee, Boston, Chaleton,
DILAKUKAN EVALUASI
miami brace
Efektif dengan operasi
MULA – MULA 4 – 6 BULAN DARI

CURVE AWAL
Penanganan curve 10 – 25
derajat
Apakah progresif ? Tidak perlu penanganan bila
monitoring dihentikan  tidak progresif
setelah tulang matur
COMMON AND OFTEN
BENIGN ORTHOPAEDIC
CONCERNS
In-toeing
Out-toeing
Bowed legs
Knock-knees
Flat feet
FLAT FEET /
Arch of the foot is low. Medial
PES PLANUS
arch is lost. There may be some
valgus and eversion deformity of
the foot.

Flatfoot
All infants have it
Most children have it
More than 15% of adults have
AUTISM SPECTRUM DISORDER
ASD
ASD digambarkan sebagai anak yg hidup di dunianya
sendiri , berprilaku aneh dan bicara dengan ucapan aneh

Prilaku anak ASD 2 kutub yang berlawanan

Sama sekali tdk menunjukkan reaksi terhadaap input


sensorik
Memperlihatkan reaksi yang berlebihan pada input tertentu
Kesulitan mengelola input sensorik yg masuk ataupun
reaksi yang berlebihan terhadaap stimulus , merupakan
ciri-ciri dari gangguan sensory Integrasi

Teori sensori integrasi menjelaskan bagaimana cara otak


menerima dan memproses stimulus atau input sensorik
dari lingkungan disekitar kita dan dari dalam tubuh
sendiri
Apabila seorang anak dapat memperoses input sensorik
dengan baik, maka ia akan berprilaku secara adaptif .
Akan tetapi Apabila seorang anak tidak dapat
memperoses input sensorik dengan baik maka anak
akan berprilaku mal adaaptif
TERIMAKASIH
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai