Anda di halaman 1dari 91

REHABILITASI MEDIK

dr. Irawan Purnama, Sp.RM


REHABILITASI
Re Kembali
Habilitasi (Habitus) Pola/Kebiasaan

Rehabilitasi Medik
Rehabilitasi
Rehabilitasi Karya Paripurna
Rehabilitasi Sosial Ekonomi
Sejarah:
RM : diformulasikan pertama kali pada
PD1 (1919)
1920 : maju terus (1930) - PD2
1947 : resmi bagian dari American Board
of Medical Specialities
WHO : mulai dengan PRU sebagai unit
organisasi di RS
Di Indonesia

1950 : dirintis oleh Prof. DR. R. Soeharso


(alm) di Surakarta terhadap korban perang
kemerdekaan RI (stadium handicap)
Warisan : RC Prof. DR. R. Soeharso
Akademi Fisioterapi RSOP Prof. DR. R.
Soeharso
Di Indonesia :
1978 : SK Menkes no.134/SK/Menkes/XII/1978 RS
harus mempunyai bagian tersendiri yang
mengelola dan melaksanakan pelayanan
Rehablitasi Medik

1982 : PRUURMIRM & organisasi IDARI


kemudian diterima IDI berubah nama
menjadi PERDOSRI
Di Indonesia :
1987: spesialis Rehabilitasi Medik 1 mulai
program pendidikan dokter spesialis
Rehabilitasi Medik di tiga pusat
pendidikan:
* FKUI Jakarta
* FK UNDIP Semarang
* FK UNAIR Surabaya
2002 : ditambah dua pusat pendidikan
*FK UNSRAT Manado
* FK UNPAD - Bandung
Di Indonesia

2008 : SK Menkes no. 378/Menkes/SK/IV/2008


tentang pedoman pelayanan Rehabilitasi
Medik di Rumah Sakit
Falsafah Rehabilitasi Medik

Meningkatkan kemampuan fungsional


pasien berdasarkan kemampuan yang
masih dimiliki pasien

Quality of Life
Rehabilitasi Medik
Adalah pelayanan kesehatan terhadap gangguan
fisik dan fungsi yg diakibatkan oleh keadaan/
kondisi sakit, penyakit atau cedera melalui
paduan intervensi medik, keterapian fisik dan
atau rehabilitatif untuk mencapai kemampuan
fungsi yg optimal.
Rehabilitasi Medik
Patient safety
Comprehensive :
* promotive
* preventive
* curative
* rehabilitative
Impairment adalah kehilangan/abnormalitas dari
psikologi atau fisiologi, struktur anatomi atau fungsi
tubuh akibat suatu penyakit, trauma atau kelainan
bawaan

Disabilitas adalah ketidakmampuan karena impairment


dalam melakukan beberapa fungsi kehidupan

Handicap adalah kecacatan akibat dari imparment dan


disabilitas yang berinterakasi dengan lingkungan sosial
sehingga fungsi sosial terganggu
Tujuan Rehabilitasi Medik
Mengatasi keadaan/kondisi sakit
Mencegah komplikasi akibat tirahbaring lama
Memaksimalkan kemampuan fungsi secara
aktif
Mempertahankan kualitas hidup
Dasar Kegiatan Rehabilitasi Medik
Berorientasi pada pengembalian fungsi
Pasien yang telah selesai ditangani proses penyakitnya perlu penanganan lebih lanjut dalam
mengelola gangguan fungsi akibat penyakit tersebut

Memperhatikan pasien secara menyeluruh


Penanganan pasien tidak terbatas pada masalah fisik tapi juga masalah mental, sosial dan kekaryaan
yang diakibatkan oleh gangguan fisik tersebut

Berorientasi pada masyarakat


Pelayanan rehabilitasi medik dari, untuk dan oleh masyarakat sendiri
Ruang Lingkup Kegiatan

1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan lebih dipusatkan untuk mencari tingkat kemampuan fisik yang masih
ada

2. Diagnosis dan Pengobatan


berdasarkan orientasi problem solving yang meliputi :
Aspek Medis
Atropi otot, kontraktur sendi, dekubitus, dll
Aspek rehabilitasi
mobilisasi, okupasi, komunikasi, sosial, psikologi, pendidikan &
kekaryaan
Ruang Lingkup Kegiatan

3. Pencegahan
Pencegahan terutama untuk menghindai timbulnya kecacatan sekunder yang
menyertai kecacatan primer akibat/komplikasi istirahat lama selama masa
perawatan /pengobatan

Penilaian fungsional
Perawatan diri (makan, mengganti baju, mandi, memakai baju, dan buang air)
Kontrol spincter (kandung kemih dan usus)
Mobilitas/perpindahan (tempat tidur, toilet dan pancuran)
Alat bantu gerak (kursi roda, tongkat, tangga)
Pengenalan sosial (interaksi sosial, penyelesaian masalah dan daya ingat)
Komunikasi
Tim Rehabilitasi Medik

Medis : para spesialis (multi disipliner)

Paramedis :
Fisioterapis
Okupasi terapis
Terapi wicara
Perawat rehabilitasi
Ortotik Prostetik

Non medis :
Pekerja sosial medik
Psikolog
Rehabilitasi Medik di Indonesia

Rehabilitasi di Rumah Sakit


Peningkatan mutu pelayanan spesialis/sub spesialis secara terpadu dan
paripurna
Rehabilitasi di Puskesmas
Rehabilitasi medik dasar, pembinaan masyarakat melalui RBM (Individu
difabel)
Rehabilitasi bersumbedaya masyarakat (RBM)
Suatu strategi dalam pembangunan masyarakat agar berperan aktif dalam
mengatasi kecacatan, persamaan kesempatan, interaksi sosial dalam aspek
kehidupan dan penghidupan
Struktur Organisasi

Komite Medik

Ketua SMF

Sp.RM
Sarana dan Prasarana
Ruangan dan Gedung
Ruang tunggu
Ruang Pendaftaran dan Tenaga Administrasi
Ruang Pemeriksaan/Asesmen
Ruang tunggu Staf dan Ruang Pertemuan
Ruang Perawat Rehabilitasi
Ruang untuk Terapi
Ruang Gimnasium
Bengkel Ortotik Prostetik
Ruang Hidroterapi
Ruang Mandi dan WC
Gudang
Ruang ganti Karyawan
Okupasi terapi
adalah bentuk pelayanan kesehatan yg
ditunjukan kepada individu dan atau kelompok
untuk mengembangkan, memelihara,
memulihkan fungsi dan atau memgupayakan
kompensasi/ adaptasi untuk ADL,
produktivitas dan waktu luang melalui
pelatihan remediasi, stimulasi dan fasilitasi
Area Kinerja Okupasi
Aktivitas Kehidupan sehari-hari
Produktivitas
Leisure/hobi
Komponen Kinerja Okupasi
Sensorik
Persepsi
Motorik
Kognitif
Psikososial
Alat Bantu Mengancing Baju
Palmar Socket
Alat Bantu Modulan
Sarung Sabun
Alat Latihan Menggenggam
Conundrum
Tic Tac Toe
Soliter
Alat Latihan Memori
Motor Planning
Latihan Oposisi
Pin Board Game
Peg Board
Stereognosis Box
Alat Latihan Peraba
Wrist Selinder
Aktivitas Leisure
Rubick
Master mind
Modulan Grip aid
Pasien hilang seluruh jarinya
Kontraktur fix jari-jari
Gangguan sensasi shg objek tergelincir
Total claw hand, dengan kelumpuhan ibu jari
Mobile claw hand yang tdk dpt menggengam
erat
Modulan grip aid
Bahan dari epoksi resin putih
Dibuat moulded
Mencegah tangan tergelincir
Tidak boleh berhubungan langsung dengan
panas/api
Bentuk objek dapat : pen, garpu, sisir, tusuk
gigi, sikat gigi dll
Okupasi terapi
Mempertahankan dan meningkatkan
kemampuan menolong diri (skill):
1. Latihan reedukasi motorik
2. Latihan reedukasi sensorik
3. Meningkatkan skill perawatan diri
4. Latihan aktivitas rumah tangga
5. Menyediakan alat-alat adaptif dan
ortosis/splint UE untuk ADL dan melatihnya
Okupasi terapi

1. mengajari pemakaian konversi energi dan


metode simplifikasi untuk meningkatkan
toleransi kerja
2. Meningkatkan skill komunikasi
3. Mengalihkan kepada vokasional, avokasional,
rekreasi dan aktivitas untuk penyesuaian
disabilitasnya
REHABILITASI KUSTA
Rehabilitasi medik :
Fisioterapi
Okupasiterapi
Ortotikprostetik
Psikologi
Perawatan luka
Bedah kusta
Rehabiltasi karya
Rehabilitasi sosial ekonomi
Leprosy

Inability to carry out


certain activities Social Disadvantages

Impairments Disabilities Handicaps

Dehabilitation
Secondary impairments Loosening of social ties
(anaesthetic deformities)

Destitution
Total isolation from society
PENDERITA
KUSTA

P.O.D.

TIDAK
CACAT CACAT

PENYULUHAN
KONSELING

TIM REHABILITASI

FISIOTERAPI PSIKOLOGI

REHABILITASI
PERAWATAN SOSIAL
LUKA BEDAH
EKONOMI

OT PROTESA
Prevention Of Disability
(POD)
ST (sensory test) yang disederhanakan
VMT (voluntary muscle test) secara
cepat, dan
Penyuluhan perihal pengelolaan penyakit
kusta, serta resiko yang mungkin terjadi
Stages of nerve involvement
I. Stage of involvement
Thickening of nerve
Tenderness
Pain
No loss of function
II. Stage of damage
Loss of sweating
Loss of sensibility
Muscle weakness
Incomplete paralysis or recent complete paralysis
III. Stage of destruction
Complete nerve paralysis present for at least one year
Nerve is destroyed
No recovery possible
Secondary impairment
1. Cracks and wounds
2. Ulcers
3. Septic hand or foot
4. Joint stiffness or contractures
5. Shortening of fingers or toes
6. Mutilation of the hand or foot
7. Disorganization of the foot or wrist
Disability
Impairment Affecting : Handicaps
Hand Problems Manual dexterity Unemployment
Foot Problems Personal Care Economic dependence
Eye problems Mobility Physical dependence
Personality problems Communication Social integration
Behaviour
Assesment

1.Diagnosa Kecacatan/Fungsional
1. Impairment
2. Disability
3. Handicaps
2.Rencana Terapi
3.Pemantauan Kemajuan
4.Langkah Selanjutnya
Penilaian Subjektif
1. Riwayat Penyakit
2. Riwayat Gerak Dominan
3. Riwayat Keluarga, Pekerjaan, Riwayat avokasional
4. Postur Kaki/Tangan
5. Kondisi dan Warna Kulit
6. Gangguan Sensorik
7. Edema
8. Deformitas
Penilaian Objektif
1. Lingkup Gerak Sendi : aktif dan pasif
2. Kekuatan otot tangan dan kaki
3. Pemeriksaan sensorik sesuai dermatom
4. Tes kekuatan otot secara umum
5. Penilaian Fungsi
1. Kemandirian menolong diri
2. Kemandirian pekerjaan rumah tangga
3. Kemandirian bekerja
4. Daya tahan kerja
5. Daya terampil
Program Terapi
Dini Pencegahan Kecacatan
Lanjut Pencegahan Handicap

1.Pemeriksaan kulit harian


Cuci tangan dan kaki setiap malam sesudah bekerja
Rendam kaki sekitar 20 menit dengan air dingin
Gosok kaki dengan busa agar kulit kering terlepas
Kulit digosok dengan minyak yang tepat
Secara teratur, periksa kulit
Program Terapi
2. Proteksi Tangan
Pakai sarung tangan sewaktu bekerja
Stop merokok
Jangan sentuh gelas/barang panas
Lapis gagang alat-alat rumah tangga dengan bahan lembut
Program Terapi
Proteksi Kaki
Selalu pakai alas kaki
Batasi jalan kaki, sedapatnya jarak pendek dan perlahan
Sering kali meninggikan kaki bila berbaring
Program Terapi

3. Fisioterapi
Cegah kontraktur
Meningkatkan fungsi gerak
Meningkatkan kekuatan otot
Meningkatkan daya tahan (Endurance)
Program Terapi
4. Ortotik Prostetik
Bidai, Sepatu khusus dan Protesa
5. Okupasi Terapi
Latihan Reedukasi motorik
Latihan Reedukasi Sensorik
Latihan aktivitas menolong diri
Latihan aktivitas rumah tangga
Latihan aktivitas kerja
Latihan daya tahan kerja
6. Evaluasi Psikologis

Anda mungkin juga menyukai