Sekarang ini di masyarakat masih sangat langka dengan yang namanya Terapi
Okupasi. Padahal Terapi Okupasi ini dibutuhkan sekali di lingkungan masyarakat,
maka dari itu pada kesempatan kali ini saya akan membahas materi mengenai Pelopor
dan Sejarah Terapi Okupasi di Indonesia. Sebenarnya apasih Terapi Okupasi itu? Ada
banyak sekali sumber yang menjelaskan tentang Terapi Okupasi.
Pada tahun 1989, empat orang dosen dari Akademi Fisioterapi Surakarta
dikirim ke Universitas Alberta, Kanada untuk meraih Sarjana Okupasi Terapi dengan
dibiayai The Canadian International Developmental Agency. Mereka adalah Tri Budi
Santoso, Bambang Kuncoro, Dedy Suhandi, dan Khomarun. Mereka berempat
menjadi staf inti Akademi Okupasi Terapi Surakarta. Proyek lainnya termasuk
persiapan jurusan okupasi terapi pertama di Indonesia, kunjungan ke rumah sakit dan
pembuat kebijakan yang berkaitan dengan okupasi terapi, pelatihan kurikulum
okupasi terapi, penyediaan buku okupasi terapi dan peralatan laboratorium okupasi
terapi. Akademi Okupasi Terapi Surakarta, Indonesia didirikan pada tahun 1994. Pada
tahun 1997, mahasiswa okupasi terapi angkatan pertama lulus dan sebagian besar dari
mereka langsung bekerja. Pada tahun 2000, jurusan okupasi terapi disetujui oleh
WFOT. Departemen Okupasi Terapi Fakultas Rehabilitasi Medik Universitas Alberta
sampai sekarang membantu jurusan okupasi terapi di Sukarta. Saat ini akademi
okupasi terapi di Surakarta bergabung dengan Polteknik Kesehatan Surakarta
(Poltekkes Surakarta) di bawah pengawasan Kementerian Kesehatan dan Jurusan
Okupasi Terapi di Poltekkes Surakarta menyelenggarakan Program Diploma 3 dan
Sarjana Terapan Okupasi Terapi. Semenjak pendirian akademi okupasi terapi di
Surakarta banyak mahasiswa okupasi terapi Kanada melakukan praktik klinik di
Indonesia, yang memperkaya pengalaman budaya mereka dari budaya Indonesia.
Sebelumnya, beberapa mahasiswa okupasi terapi dari Belanda juga melakukan
praktik klinik di Indonesia.
Program okupasi terapi kedua didirikan di Jakarta pada tahun 1997 di Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, tetapi saat ini bergabung dengan Program Vokasi
Universitas Indonesia Jakarta.
Jumlah keseluruhan okupasi terapis di Indonesia pada saat ini sekitar 1000 orang dan
kebanyakan mereka bekerja di sektor swasta seperti klinik dan rumah sakit swasta.
Akibat tingginya permintaan kondisi tumbuh kembang, 60% okupasi terapis di
Indonesia bekerja pada area tumbuh kembang. Bekerja dengan orang tua yang
memiliki anak berkebutuhan khusus akan memahami pekerjaan okupasi terapi. Jika
dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang sekitar 240 juta orang, jumlah
okupasi terapis di Indonesia jauh dari cukup untuk memberikan pelayanan okupasi
terapi ke seantero negeri. Kebutuhan okupasi terapis di Indonesia pada saat ini sangat
tinggi, namun banyak rumah sakit dan klinik yang tidak memiliki okupasi terapis.
Banyak okupasi terapi yang bekerja paruh waktu di beberapa rumah sakit swasta atau
untuk memenuhi permintaan okupasi terapi. Kebanyakan okupasi terapis bekerja di
Pulau Jawa, sementara lainnya bekerja di pulau lain seperti Sumatra, Kalimantan,
Sulawesi, Bali dan Irian.
Di masa depan, pengajar okupasi terapi dengan gelar magister dan doktor
dibutuhkan untuk mendirikan lebih banyak sekolah okupasi terapi sehingga sekolah
tersebut akan mampu menghasilkan lebih banyak okupasi terapis untuk memberikan
pelayanan okupasi terapi ke seantero negeri. Santoso, Tri Budi. 2014. Tokyo
Occupational Therapy Research No. 2 Vol. 2. The Development of Occupational
Therapy in Indonesia.
Terapi Okupasi berpijak pada prinsip dasar dan bukti akademik bahwa
kesehatan dan kesejahteraan bisa diperoleh melalui okupasi. Sehat saja tidak cukup
ya, harus bahagia sejahtera, istilah kerennya health and wellbeing menurut WHO.
Pada praktiknya terapis okupasi dapat bekerja di berbagai setting baik dalam
kesehatan maupun kemasyarakatan: dalam keluarga, rumah sakit, rumah sakit khusus,
rumah sakit jiwa, klinik tumbuh tembang, klinik neurologi, klinik pelayanan lansia,
pusat rehabilitasi, komunitas difabel, industri, lembaga pemasyarakatan, dll.
Terapis okupasi dapat memberi intervensi secara luas pada berbagai kasus,
seperti pediatri, neurologi, geriatric; kasus fisik seperti penyakit dalam dan bedah,
rehabilitasi tangan; gangguan kesehatan mental seperti skizofrenia, drug abuse; dan
masih banyak lagi. Terapis okupasi juga berperan dalam program-program promotif,
seperti pemberdayaan masyarakat, pengelolaan safety dan ergonomi.
Di Indonesia, untuk menjadi seorang terapis okupasi, seseorang diharuskan
menempuh pendidikan minimal Diploma III sebagai entri level profesi kesehatan di
Indonesia, dan telah teregistrasi resmi di Kementerian Kesehatan R.I yang dibuktikan
dengan kepemilikan Surat Tanda Registrasi (STR). Salah satu instansi pendidikan
yang mendidik calon Terapis Okupasi di Indonesia adalah Jurusan Terapi
Okupasi Poltekkes Surakarta, yang merupakan perguruan tinggi negeri dibawah
naungan Kementerian Kesehatan RI. Hal –hal detail mengenai profesi Terapis
Okupasi dapat diperoleh dari Ikatan Okupasi Terapis Indonesia.
Terapis Okupasi secara global termasuk dalam 10 profesi terbaik di dunia. Hal
ini tentunya menjadi kebanggaan bagi para terapis okupasi. Definisinya saja menarik,
apalagi praktiknya.
Salam!
Dikutip dari Blogspot. Tahukah kalian, ternyata Okupasi Terapi sudah ada di
Indonesia sejak tahun 1970an?
Yukk langsung aja disimak hasil wawancara kami dengan salah satu Pioneer
Okupasi Terapi Indonesia yaitu Bapak Khomarun, M.OT. Pada tahun 1970, sudah
ada dua orang Okupasi Terapis Indonesia yang telah lulus dari pendidikan tinggi
Okupasi Terapi Australia yaitu bapak DJoko Soesetyo dan dari New Zealand yaitu
bapak Harri B Siahaan. Bapak DJoko Soesetyo mempelopori pelayanan okupasi
terapi pada area fisik di Rumah Sakit Ortopedi Surakarta sedangkan bapak Harry B
Siahaan sebagai pelopor adanya pelayanan okupasi terapi pada bidang kesehatan jiwa
(psikososial). Sejak saat itu, okupasi terapi sudah mulai berkembang secara perlahan
di Indonesia dengan pelatihan okupasi terapi asisten di beberapa kota-kota besar di
Indonesia seperti Rumah Sakit Karyadi, RS Cipto Mangunkusumo, Fatmawati, dan
Rumah Sakit Orthopedi. Selain itu, banyak sukarelawan Okupasi Terapi dari luar
negeri datang ke Indonesia untuk menjadi relawan serta memberikan pelatihan-
pelatihan khusus untuk okupasi terapis asisten.
Kemudian pada tahun 1980an, empat orang dosen dari Akademi Fisioterapi
Surakarta yaitu bapak Tri Budi Santoso, Bambang Kuncoro, Dedi Suhandi, dan
Khomarun dikirim ke Kanada untuk mendapatkan ilmu tentang Okupasi Terapi di
Universitas Alberta yang dibiayai oleh The Canadian International Developmental
Agency. Setelah lulus dan mendapatkan gelar Bsc.OT, mereka berempat mengajak
okupasi terapis Indonesia yang sudah ada sebelumnya seperti bapak DJoko Soesetyo,
Harri B Siahaan, dan Tanumiharjo serta Okupasi Terapis Belanda yaitu Martina
Tobing, mereka berkumpul dan membentuk organisasi Ikatan Okupasi Terapis
Indonesia (IOTI) atau Indonesian Occupational Therapy Association (IOTA) pada 29
April 1994. Kemudian setelah itu mereka mendirikian Akademi Okupasi Terapi
Surakarta pada tanggal 8 September 1994 dan berkomitmen untuk memberhentikan
tenaga pelatihan Okupasi Terapi khusus karena sudah ada pendidikan tinggi okupasi
terapi. Berikut ini beberapa foto momen ber-Sejarah Okupasi Terapi Indonesia
Menurut keterangan Pak Khomarun, sampai saat ini (2016) sekitar 1500 lebih
tenaga Okupasi Terapis tersebar di Seluruh Indonesia dan bekerja pada berbagai
macam area pelayanan kesehatan yaitu Pediatri, Fisik, Psikososial, dan lain-lain.
Sebagian besar dari mereka bekerja pada area Pediatri khususnya tumbuh kembang
anak karna besarnya angka kebutuhan akan tenaga kesehatan dalam pelayanan anak
berkebutuhan khusus
Pada tahun 1970, sudah ada dua orang Okupasi Terapis Indonesia yang telah
lulus dari pendidikan tinggi Okupasi Terapi Australia yaitu bapak Djoko Soesetyo dan
dari New Zealand yaitu bapak Harri B Siahaan. Bapak DJoko Soesetyo mempelopori
pelayanan Okupasi Terapi pada area fisik di Rumah Sakit Ortopedi Surakarta
sedangkan bapak Harry B Siahaan sebagai pelopor adanya pelayanan Okupasi Terapi
pada bidang kesehatan jiwa (psikososial). Sejak saat itu, Okupasi Terapi sudah mulai
berkembang secara perlahan di Indonesia dengan pelatihan Okupasi Terapi asisten di
beberapa kota-kota besar di Indonesia seperti Rumah Sakit Karyadi, RS Cipto
Mangunkusumo, Fatmawati, dan Rumah Sakit Orthopedi. Selain itu, banyak
sukarelawan Okupasi Terapi dari luar negeri datang ke Indonesia untuk menjadi
relawan serta memberikan pelatihan-pelatihan khusus untuk Okupasi Terapis asisten.
Kemudian pada tahun 1990an, empat orang dosen dari Akademi Fisioterapi
Surakarta yaitu bapak Tri Budi Santoso, Bambang Kuncoro, Dedi Suhandi, dan
Khomarun dikirim ke Kanada untuk mendapatkan ilmu tentang Okupasi Terapi di
Universitas Alberta yang dibiayai oleh The Canadian International Developmental
Agency. Setelah lulus dan mendapatkan gelar Bsc.OT, mereka berempat mengajak
Okupasi Terapis Indonesia yang sudah ada sebelumnya seperti bapak DJoko
Soesetyo, Harri B Siahaan, dan Tanumiharjo serta Okupasi Terapis Belanda yaitu
Martina Tobing, mereka berkumpul dan membentuk organisasi Ikatan Okupasi Terapi
Indonesia (IOTI) atau Indonesian Occupational Therapy Association (IOTA) pada 23
April 1994. Kemudian setelah itu mereka mendirikian Akademi Okupasi Terapi
Surakarta pada tanggal 8 September 1994 dan berkomitmen untuk memberhentikan
tenaga pelatihan Okupasi Terapi khusus karena sudah ada pendidikan tinggi Okupasi
Terapi. Berikut ini beberapa foto momen ber-Sejarah Okupasi Terapi Indonesia
wikipedia.org. 11 Juni 2023. Sejarah Okupasi Terapi di Indonesia. Diakses pada 8 Juli
2023, dari https://id.wikipedia.org/wiki/Terapi_okupasi
ioti.or.id. 2017. Sejarah Okupasi Terapi. Diakses pada 8 Juli 2023, dari
https://ioti.or.id/index.php/public/about/information-history/