Anda di halaman 1dari 9

Nama: Nadiya Khalida Putri Yanna

Prodi: D4 Terapi Okupasi

Sekarang ini di masyarakat masih sangat langka dengan yang namanya Terapi
Okupasi. Padahal Terapi Okupasi ini dibutuhkan sekali di lingkungan masyarakat,
maka dari itu pada kesempatan kali ini saya akan membahas materi mengenai Pelopor
dan Sejarah Terapi Okupasi di Indonesia. Sebenarnya apasih Terapi Okupasi itu? Ada
banyak sekali sumber yang menjelaskan tentang Terapi Okupasi.

Dari Wikipedia bahasa Indonesia menjelaskan bahwa Terapi Okupasi adalah


bentuk layanan kesehatan kepada masyarakat atau pasien yang mengalami gangguan
fisik dan atau mental dengan menggunakan latihan/aktivitas mengerjakan sasaran
yang terseleksi (okupasi) untuk meningkatkan kemandirian individu pada area
aktivitas kehidupan sehari-hari, produktivitas dan pemanfaatan waktu luang dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.( World Federation of
Occupational Therapy. 2010. Statement on Occupational Therapy)

Tujuan utama dari Okupasi Terapi adalah memungkinkan individu untuk


berperan serta dalam aktivitas keseharian. Okupasi terapis mencapai tujuan ini
melalui kerja sama dengan kelompok dan masyarakat untuk meningkatkan
kemampuan mereka untuk terlibat dalam aktivitas yang mereka inginkan, butuhkan,
atau harapkan untuk dikerjakan, serta dengan mengubah aktivitas atau lingkungan
yang lebih baik untuk mendukung keterlibatan dalam aktivitas. (World Federation of
Occupational Therapy. 2010. Statement on Occupational Therapy)

Sejarah Okkupasi Terapi di Indonesia Pelayanan okupasi terapi


di Indonesia dimulai sekitar tahun 1970 dipelopori oleh dua orang okupasi terapis.
Mereka adalah Bapak Harry Siahaan yang lulus dari Selandia Baru dan Bapak Joko
Susetyo yang lulus dari Australia. Bapak Harry memulai pelayanan okupasi terapi
di kesehatan jiwa dan beliau merupakan pelopor pelayanan okupasi terapi di
kesehatan jiwa. Sedangkan Bapak Joko mendirikan pelayanan okupasi terapi di
Rumah Sakit Ortopedi di Solo dan beliau merupakan pelopor pelayanan okupasi
terapi di gangguan fisik. Setelah itu, mereka berdua mengelola pelatihan okupasi
terapi asisten di rumah sakit besar di Indonesia. Selama tahun 1970 – 1997,
pelayanan okupasi terapi di rumah sakit dilakukan oleh okupasi terapi asisten.
Beberapa okupasi terapis dari luar negeri seperti dari Amerika Serikat, Inggris, dan
Belanda juga datang ke Indonesia untuk memberikan pelatihan untuk okupasi terapi
asisten di beberapa rumah sakit.

Pada tahun 1989, empat orang dosen dari Akademi Fisioterapi Surakarta
dikirim ke Universitas Alberta, Kanada untuk meraih Sarjana Okupasi Terapi dengan
dibiayai The Canadian International Developmental Agency. Mereka adalah Tri Budi
Santoso, Bambang Kuncoro, Dedy Suhandi, dan Khomarun. Mereka berempat
menjadi staf inti Akademi Okupasi Terapi Surakarta. Proyek lainnya termasuk
persiapan jurusan okupasi terapi pertama di Indonesia, kunjungan ke rumah sakit dan
pembuat kebijakan yang berkaitan dengan okupasi terapi, pelatihan kurikulum
okupasi terapi, penyediaan buku okupasi terapi dan peralatan laboratorium okupasi
terapi. Akademi Okupasi Terapi Surakarta, Indonesia didirikan pada tahun 1994. Pada
tahun 1997, mahasiswa okupasi terapi angkatan pertama lulus dan sebagian besar dari
mereka langsung bekerja. Pada tahun 2000, jurusan okupasi terapi disetujui oleh
WFOT. Departemen Okupasi Terapi Fakultas Rehabilitasi Medik Universitas Alberta
sampai sekarang membantu jurusan okupasi terapi di Sukarta. Saat ini akademi
okupasi terapi di Surakarta bergabung dengan Polteknik Kesehatan Surakarta
(Poltekkes Surakarta) di bawah pengawasan Kementerian Kesehatan dan Jurusan
Okupasi Terapi di Poltekkes Surakarta menyelenggarakan Program Diploma 3 dan
Sarjana Terapan Okupasi Terapi. Semenjak pendirian akademi okupasi terapi di
Surakarta banyak mahasiswa okupasi terapi Kanada melakukan praktik klinik di
Indonesia, yang memperkaya pengalaman budaya mereka dari budaya Indonesia.
Sebelumnya, beberapa mahasiswa okupasi terapi dari Belanda juga melakukan
praktik klinik di Indonesia.

Proyek internasional dengan Ikatan Okupasi Terapi Jepang dirintis oleh


Profesor Tsuyoshi Sato dari Departemen Okupasi Terapi Universitas Sapporo. Tujuan
proyek ini untuk meningkatkan keterampilan akademik staf pengajar Akademi
Okupasi Terapi Surakarta. Dua staf pengajar Bapak Bambang Kuncoro dan Bapak
Khomarun diundang ke Jepang untuk meningkatkan pengalaman klinis di beberapa
rumah sakit di Jepang selama tiga bulan. Proyek ini didanai oleh Japan International
Cooperation Agency (JIMTEF).

Program okupasi terapi kedua didirikan di Jakarta pada tahun 1997 di Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, tetapi saat ini bergabung dengan Program Vokasi
Universitas Indonesia Jakarta.
Jumlah keseluruhan okupasi terapis di Indonesia pada saat ini sekitar 1000 orang dan
kebanyakan mereka bekerja di sektor swasta seperti klinik dan rumah sakit swasta.
Akibat tingginya permintaan kondisi tumbuh kembang, 60% okupasi terapis di
Indonesia bekerja pada area tumbuh kembang. Bekerja dengan orang tua yang
memiliki anak berkebutuhan khusus akan memahami pekerjaan okupasi terapi. Jika
dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang sekitar 240 juta orang, jumlah
okupasi terapis di Indonesia jauh dari cukup untuk memberikan pelayanan okupasi
terapi ke seantero negeri. Kebutuhan okupasi terapis di Indonesia pada saat ini sangat
tinggi, namun banyak rumah sakit dan klinik yang tidak memiliki okupasi terapis.
Banyak okupasi terapi yang bekerja paruh waktu di beberapa rumah sakit swasta atau
untuk memenuhi permintaan okupasi terapi. Kebanyakan okupasi terapis bekerja di
Pulau Jawa, sementara lainnya bekerja di pulau lain seperti Sumatra, Kalimantan,
Sulawesi, Bali dan Irian.

Di masa depan, pengajar okupasi terapi dengan gelar magister dan doktor
dibutuhkan untuk mendirikan lebih banyak sekolah okupasi terapi sehingga sekolah
tersebut akan mampu menghasilkan lebih banyak okupasi terapis untuk memberikan
pelayanan okupasi terapi ke seantero negeri. Santoso, Tri Budi. 2014. Tokyo
Occupational Therapy Research No. 2 Vol. 2. The Development of Occupational
Therapy in Indonesia.

Erayanti Saloko selaku terapis Okupasi berkata bahwa untuk mendefinisikan


profesi ini, tidak semudah mendefinisikan profesi kesehatan lainnya, yang bisa kita
maknai dari sebutannya. Saking uniknya, bahkan banyak negara memiliki sebutan
definisi masing-masing.

Menurut Kementerian Kesehatan R.I tahun 2014 yang tertuang didalam


Standar Layanan Terapi Okupasi, Terapi Okupasi adalah bentuk pelayanan kesehatan
kepada klien dengan kelainan/kecacatan fisik dan/atau mental yang mempunyai
gangguan pada kinerja okupasional, dengan menggunakan aktivitas bermakna
(okupasi) untuk mengoptimalkan kemandirian individu pada area aktivitas kehidupan
sehari-hari, produktivitas dan pemanfaatan waktu luang.

Kata kuncinya adalah pada istilah “occupational”, atau kemudian


dialihbahasakan menjadi okupasi. yang menurut beberapa sumber, berarti
“berhubungan dengan pekerjaan”. Makna okupasi pada Kamus Besar Bahasa
Indonesia memang belum mewakili kata okupasi yang disepakati oleh para pioneer
Terapis Okupasi di Indonesia.
Menurut Japanese Association of Occupational
Therapists (2018), Okupasi merupakan aktivitas yang dibutuhkan seseorang,
diinginkan, atau diharapkan, dan memiliki tujuan dan makna untuk  masing-masing
individu, meliputi aktivitas sehari-hari seperti aktivitas rutin, kegiatan rumahtangga,
bekerja, hobi, bermain, interaksi antarpersonal, dan istirahat; dan adanya komponen
fisik dan mental dalam aktivitas tersebut.

Sedangkan Terapi Okupasi adalah terapi yang berfokus pada okupasi,


berfokus pada okupasi, bimbingan dan dukungan disediakan di berbagai bidang
seperti perawatan medis, kesehatan masyarakat, kesejahteraan, pendidikan dan
pekerjaan, dengan tujuan mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan manusia.

Terapi Okupasi berpijak pada prinsip dasar dan bukti akademik bahwa
kesehatan dan kesejahteraan bisa diperoleh melalui okupasi. Sehat saja tidak cukup
ya, harus bahagia sejahtera, istilah kerennya health and wellbeing menurut WHO.

Nah, Canadian Association of Occupational Therapists (2019), menyediakan


definisi yang mudah dipahami, bahwa, Terapi Okupasi merupakan layanan
kesehatan yang membantu masalah yang menghalangi kemampuan seseorang untuk
melakukan hal yang penting, berhubungan dengan keseharian, seperti:

Perawatan diri– berpakaian, makan, bergerak disekitar rumah

Melakukan hal produktif – kesekolah atau bekerja, berpartisipasi dalam masyarakat

Pemanfaatan waktu luang– olahraga, berkebun, aktivitas sosial.

Okupasi terapi juga dapat mengantisipasi masalah tersebut datang, atau


meminimalkan efeknya.

Pada praktiknya terapis okupasi dapat bekerja di berbagai setting baik dalam
kesehatan maupun kemasyarakatan: dalam keluarga, rumah sakit, rumah sakit khusus,
rumah sakit jiwa, klinik tumbuh tembang, klinik neurologi, klinik pelayanan lansia,
pusat rehabilitasi, komunitas difabel, industri, lembaga pemasyarakatan, dll.

Terapis okupasi dapat memberi intervensi secara luas pada berbagai kasus,
seperti pediatri, neurologi, geriatric; kasus fisik seperti penyakit dalam dan bedah,
rehabilitasi tangan; gangguan kesehatan mental seperti skizofrenia, drug abuse; dan
masih banyak lagi. Terapis okupasi juga berperan dalam program-program promotif,
seperti pemberdayaan masyarakat, pengelolaan safety dan ergonomi.
Di Indonesia, untuk menjadi seorang terapis okupasi, seseorang diharuskan
menempuh pendidikan minimal Diploma III sebagai entri level profesi kesehatan di
Indonesia, dan telah teregistrasi resmi di Kementerian Kesehatan R.I yang dibuktikan
dengan kepemilikan Surat Tanda Registrasi (STR). Salah satu instansi pendidikan
yang mendidik calon Terapis Okupasi di Indonesia adalah Jurusan Terapi
Okupasi Poltekkes Surakarta, yang merupakan perguruan tinggi negeri dibawah
naungan Kementerian Kesehatan RI. Hal –hal detail mengenai profesi Terapis
Okupasi dapat diperoleh dari Ikatan Okupasi Terapis Indonesia.

Terapis Okupasi secara global termasuk dalam 10 profesi terbaik di dunia. Hal
ini tentunya menjadi kebanggaan bagi para terapis okupasi. Definisinya saja menarik,
apalagi praktiknya.

Salam!

Erayanti Saloko (Terapis Okupasi)

Dikutip dari Blogspot. Tahukah kalian, ternyata Okupasi Terapi sudah ada di
Indonesia sejak tahun 1970an?

Yukk langsung aja disimak hasil wawancara kami dengan salah satu Pioneer
Okupasi Terapi Indonesia yaitu Bapak Khomarun, M.OT. Pada tahun 1970, sudah
ada dua orang Okupasi Terapis Indonesia yang telah lulus dari pendidikan tinggi
Okupasi Terapi Australia yaitu bapak DJoko Soesetyo dan dari New Zealand yaitu
bapak Harri B Siahaan. Bapak DJoko Soesetyo mempelopori pelayanan okupasi
terapi pada area fisik di Rumah Sakit Ortopedi Surakarta sedangkan bapak Harry B
Siahaan sebagai pelopor adanya pelayanan okupasi terapi pada bidang kesehatan jiwa
(psikososial). Sejak saat itu, okupasi terapi sudah mulai  berkembang secara perlahan
di Indonesia dengan pelatihan okupasi terapi asisten di beberapa kota-kota besar di
Indonesia seperti Rumah Sakit Karyadi, RS Cipto Mangunkusumo, Fatmawati, dan
Rumah Sakit Orthopedi. Selain itu, banyak sukarelawan Okupasi Terapi dari luar
negeri datang ke Indonesia untuk menjadi relawan serta memberikan pelatihan-
pelatihan khusus untuk okupasi terapis asisten.

Kemudian pada tahun 1980an, empat orang dosen dari Akademi Fisioterapi
Surakarta yaitu bapak Tri Budi Santoso, Bambang Kuncoro, Dedi Suhandi, dan
Khomarun dikirim ke Kanada untuk mendapatkan ilmu tentang Okupasi Terapi di
Universitas Alberta yang dibiayai oleh The Canadian International Developmental
Agency. Setelah lulus dan mendapatkan gelar Bsc.OT, mereka berempat mengajak
okupasi terapis Indonesia yang sudah ada sebelumnya seperti bapak DJoko Soesetyo,
Harri B Siahaan, dan Tanumiharjo serta Okupasi Terapis Belanda yaitu Martina
Tobing, mereka berkumpul dan membentuk organisasi Ikatan Okupasi Terapis
Indonesia (IOTI) atau Indonesian Occupational Therapy Association (IOTA) pada 29
April  1994. Kemudian setelah itu mereka mendirikian Akademi Okupasi Terapi
Surakarta pada tanggal 8 September 1994 dan berkomitmen untuk memberhentikan
tenaga pelatihan Okupasi Terapi khusus karena sudah ada pendidikan tinggi okupasi
terapi. Berikut ini beberapa foto momen ber-Sejarah Okupasi Terapi Indonesia

Pada tahun 1997, Akademi Okupasi Terapi Surakarta pertama kali


memproduksi tenaga Okupasi Terapis dengan program diploma 3 dan langsung
bekerja di berbagai jenis bidang kesehatan di Pulau Jawa. Akademi Okupasi Terapi
Surakarta diakui oleh World Federation of Occupational Therapy menjadi sekolah
pendidikan okupasi terapi resmi pada tahun 2000. Saat ini Akademi Okupasi Terapi
Surakarta berada dibawah naungan Kementrian Kesehatan dan bergabung dengan
Politeknik Kesehatan Surakarta. Selain itu, Program Okupasi Terapi juga didirikan di
Universitas Indonesia Jakarta pada tahun 1997.

Menurut keterangan Pak Khomarun, sampai saat ini (2016) sekitar 1500 lebih
tenaga Okupasi Terapis tersebar di Seluruh Indonesia dan bekerja pada berbagai
macam area pelayanan kesehatan yaitu Pediatri, Fisik, Psikososial, dan lain-lain.
Sebagian besar dari mereka bekerja pada area Pediatri khususnya tumbuh kembang
anak karna besarnya angka kebutuhan akan tenaga kesehatan dalam pelayanan anak
berkebutuhan khusus

Ikatan Okupai Terapi Indonesia (IOTI) berkata,

Pada tahun 1970, sudah ada dua orang Okupasi Terapis Indonesia yang telah
lulus dari pendidikan tinggi Okupasi Terapi Australia yaitu bapak Djoko Soesetyo dan
dari New Zealand yaitu bapak Harri B Siahaan. Bapak DJoko Soesetyo mempelopori
pelayanan Okupasi Terapi pada area fisik di Rumah Sakit Ortopedi Surakarta
sedangkan bapak Harry B Siahaan sebagai pelopor adanya pelayanan Okupasi Terapi
pada bidang kesehatan jiwa (psikososial). Sejak saat itu, Okupasi Terapi sudah mulai
berkembang secara perlahan di Indonesia dengan pelatihan Okupasi Terapi asisten di
beberapa kota-kota besar di Indonesia seperti Rumah Sakit Karyadi, RS Cipto
Mangunkusumo, Fatmawati, dan Rumah Sakit Orthopedi. Selain itu, banyak
sukarelawan Okupasi Terapi dari luar negeri datang ke Indonesia untuk menjadi
relawan serta memberikan pelatihan-pelatihan khusus untuk Okupasi Terapis asisten.

Kemudian pada tahun 1990an, empat orang dosen dari Akademi Fisioterapi
Surakarta yaitu bapak Tri Budi Santoso, Bambang Kuncoro, Dedi Suhandi, dan
Khomarun dikirim ke Kanada untuk mendapatkan ilmu tentang Okupasi Terapi di
Universitas Alberta yang dibiayai oleh The Canadian International Developmental
Agency. Setelah lulus dan mendapatkan gelar Bsc.OT, mereka berempat mengajak
Okupasi Terapis Indonesia yang sudah ada sebelumnya seperti bapak DJoko
Soesetyo, Harri B Siahaan, dan Tanumiharjo serta Okupasi Terapis Belanda yaitu
Martina Tobing, mereka berkumpul dan membentuk organisasi Ikatan Okupasi Terapi
Indonesia (IOTI) atau Indonesian Occupational Therapy Association (IOTA) pada 23
April  1994. Kemudian setelah itu mereka mendirikian Akademi Okupasi Terapi
Surakarta pada tanggal 8 September 1994 dan berkomitmen untuk memberhentikan
tenaga pelatihan Okupasi Terapi khusus karena sudah ada pendidikan tinggi Okupasi
Terapi. Berikut ini beberapa foto momen ber-Sejarah Okupasi Terapi Indonesia

Pada tahun 1997, Akademi Okupasi Terapi Surakarta pertama kali


memproduksi tenaga Okupasi Terapis dengan program diploma 3 dan langsung
bekerja di berbagai jenis bidang kesehatan di Pulau Jawa. Akademi Okupasi Terapi
Surakarta diakui oleh World Federation of Occupational Therapy menjadi sekolah
pendidikan Okupasi Terapi resmi pada tahun 2000. Saat ini Akademi Okupasi Terapi
Surakarta berada dibawah naungan Kementrian Kesehatan dan bergabung dengan
Politeknik Kesehatan Surakarta. Selain itu, Program Okupasi Terapi juga didirikan di
Universitas Indonesia pada tahun 1997. Sampai dengan tahun 2020, jumlah Okupasi
Terapis yang ada di Indonesia hampir mencapai 2000 orang, yang tersebar di berbagai
tempat layanan kesehatan baik di Rumah Sakit, klinik, maupun sekolah.
Berdasarkan kutipan-kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa Terapi
Okupasi adalah bentuk kepada masyarakat atau pasien yang mengalami gangguan
fisik dan atau mental dengan menggunakan latihan/aktivitas mengerjakan sasaran
yang terseleksi (okupasi) untuk meningkatkan kemandirian individu pada area
aktivitas kehidupan sehari-hari, produktivitas dan pemanfaatan waktu luang dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang di pelopori oleh Bapak
Harry Siahaan, lulus dari Selandia Baru dan Bapak Joko Susetyo yang lulus dari
Australia sebagai pelopor pertama Okupasi Terapi di Indonesia pada tahun 1970.
Walaupun Terapis Okupasi terus meningkat tetapi hingga saat ini masi banyak sekali
dibutuhkan di lingkungan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

wikipedia.org. 11 Juni 2023. Sejarah Okupasi Terapi di Indonesia. Diakses pada 8 Juli
2023, dari https://id.wikipedia.org/wiki/Terapi_okupasi

terapiokupasi.com. 5 Juli 2020. Definisi Terapi Okupasi: Selalu Menarik untuk


Dibahas. Diakses pada 8 juli 2023, dari https://terapiokupasi.com/

iwannabeanot.blogspot.com. 6 Oktober 2017. Sejarah Okupasi Terapi di Indonesia


Oleh Salah Satu Pioneer Okupasi Terapi Indonesia. Diakses pada 8 Juli 2023, dari
http://iwannabeanot.blogspot.com/2017/10/sejarah-okupasi-terapi-di-indonesia.html

ioti.or.id. 2017. Sejarah Okupasi Terapi. Diakses pada 8 Juli 2023, dari
https://ioti.or.id/index.php/public/about/information-history/

Anda mungkin juga menyukai