Anda di halaman 1dari 6

SEJARAH OKUPASI TERAPI DI INDONESIA

NAMA : DZAKWAN FAISHOL AMAR

Prodi Jurusan : DIV Okupasi Terapy


SEJARAH OKUPASI TERAPI
Terapi Okupasi adalah bentuk layanan kesehatan kepada masyarakat atau pasien yang
mengalami gangguan fisik dan atau mental dengan menggunakan latihan/aktivitas
mengerjakan sasaran yang terseleksi(okupasi) untuk meningkatkan kemandirian individu
pada area aktivitas kehidupan sehari-hari, produktivitas dan pemanfaatan waktu luang dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.Tujuan utama dari Okupasi Terapi adalah
memungkinkan individu untuk berperan serta dalam aktivitas keseharian. Okupasi terapis
mencapai tujuan ini melalui kerja sama dengan kelompok dan masyarakat untuk
meningkatkan kemampuan mereka untuk terlibat dalam aktivitas yang mereka inginkan,
butuhkan, atau harapkan untuk dikerjakan, serta dengan mengubah aktivitas atau lingkungan
yang lebih baik untuk mendukung keterlibatan dalam aktivitas.

Dalam memberikan pelayanan kepada individu, okupasi terapi memerhatikan aset


(kemampuan) dan limitasi (keterbatasan) yang dimiliki individu, dengan memberikan
aktivitas yang purposeful (bertujuan) dan meaningful (bermakna). Dengan demikian
diharapkan individu tersebut dapat mencapai kemandirian dalam aktivitas produktivitas
(pekerjaan/pendidikan), kemampuan perawatan diri (self care), dan kemampuan penggunaan
waktu luang (leisure).

Sejarah Okupasi Terapi di Indonesia

Pekerjaan atau okupasi sejak dulu kala telah dikenal sebagai sesuatu untuk mempertahankan
hidup atau survival. Namun juga diketahui sebagai sumber kesenangan. Dengan bekerja
seseorang akan menggunakan otot-otot dan pikirannya, misalnya dengan melakukan
permainan (game), latihan gerak badan , kerajinan tangan dan lain-lain, dan hal ini akan
mempengaruhi kesehatannya juga.

Pada tahun 2600 SM orang-orang di cina berpendapat bahwa penyakit timbul karena ketidak
aktifan organ tubuh. Socrates dan plato (400 SM) mempercayai adanya hubungan yang erat
antara tubuh dengan jiwa. Hypoocrates selalu menganjurkan pasiennya untuk melakukan
latihan gerak badan sebagai salah satu cara pengobatan pasiennya.

Di mesir dan yunani (2000 SM) dijelaskan bahwa rekreasi dan permainan adalah salah suatu
media terapi yang ampuh, misalnya menari, bermain music, bermain boneka untuk anak-
anak, bermain bola.

Pekerjaan diketahui sangat bermanfaat bagi perkembangan jiwa maupun fisik manusia.
Socrates berkata bahwa seseorang harus membiasakan diri dengan selalu bekerja secara sadar
dan jangan bermalas-malasan. Pekerjaan dapat juga digunakan sebagi pengalihan perhatian
atau pikiran sehingga menjadi segar kembali untuk memikirkan hal-hal yang lain.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka okupasiterapi mulai berkembang dan diterapkan
pada abad 19. Philipina pinel memperkenalkan terapi kerja pada tahun 1786 disuatu rumah
sakit jiwa diparis. Dia mengatakan bahwa dengan okupasi/pekerjaan pasien jiwa akan
dikembalikan kearah hidup yang normal dan dapat meningkatkan minatnya. Juga sekaligus
memelihara dan mempraktikan keahlian yang dimilikinya sebelum sakit sehingga dia akan
tetap sebagai seseorang yang produktif.

Pada tahun 1982 Adolf Meyer dari amerika melaporkan bahwa penggunaan waktu dengan
baik yaitu dengan mengerjakan aktivitas yang berguna ternyata merupakan suatu dasar terapi
pasien neuripsikiatrik. Meyer adalah seorang psikiater. Isterinya adalah seorang pekerja sosial
mulai menyusun suatu dasar yang sistematis tentang pengguanaan aktivitas sebagai program
terapi pasien jiwa.

Masih banyak lagi ahli-ahli terkenal yang berjasa dalam pengembangan okupasiterapi sebagai
salah satu terapi khususnya untuk pasien mental terutama dari amerika, eropa dan lain-lain.
Risetpun masih tetap dilakukan guna lebih mengefektifkan penggunaan okupasiterapi untuk
terapi pasien mental.

Pelayanan okupasi terapi di Indonesia dimulai sekitar tahun 1970 dipelopori oleh dua orang
okupasi terapis. Mereka adalah Bapak Harry Siahaan yang lulus dari Selandia Baru dan
Bapak Joko Susetyo yang lulus dari Australia. Bapak Harry memulai pelayanan okupasi
terapi di kesehatan jiwa dan beliau merupakan pelopor pelayanan okupasi terapi di kesehatan
jiwa. Sedangkan Bapak Joko mendirikan pelayanan okupasi terapi di Rumah Sakit Ortopedi
di Solo dan beliau merupakan pelopor pelayanan okupasi terapi di gangguan fisik. Setelah
itu, mereka berdua mengelola pelatihan okupasi terapi asisten di rumah sakit besar di
Indonesia. Selama tahun 1970 – 1997, pelayanan okupasi terapi di rumah sakit dilakukan
oleh okupasi terapi asisten. Beberapa okupasi terapis dari luar negeri seperti dari Amerika
Serikat, Inggris, dan Belanda juga datang ke Indonesia untuk memberikan pelatihan untuk
okupasi terapi asisten di beberapa rumah sakit.

Pada tahun 1989, empat orang dosen dari Akademi Fisioterapi Surakarta dikirim ke
Universitas Alberta, Kanada untuk meraih Sarjana Okupasi Terapi dengan dibiayai The
Canadian International Developmental Agency. Mereka adalah Tri Budi Santoso, Bambang
Kuncoro, Dedy Suhandi, dan Khomarun. Mereka berempat menjadi staf inti Akademi
Okupasi Terapi Surakarta. Proyek lainnya termasuk persiapan jurusan okupasi terapi pertama
di Indonesia, kunjungan ke rumah sakit dan pembuat kebijakan yang berkaitan dengan
okupasi terapi, pelatihan kurikulum okupasi terapi, penyediaan buku okupasi terapi dan
peralatan laboratorium okupasi terapi. Akademi Okupasi Terapi Surakarta, Indonesia
didirikan pada tahun 1994. Pada tahun 1997, mahasiswa okupasi terapi angkatan pertama
lulus dan sebagian besar dari mereka langsung bekerja. Pada tahun 2000, jurusan okupasi
terapi disetujui oleh WFOT. Departemen Okupasi Terapi Fakultas Rehabilitasi Medik
Universitas Alberta sampai sekarang membantu jurusan okupasi terapi di Sukarta. Saat ini
akademi okupasi terapi di Surakarta bergabung dengan Polteknik Kesehatan Surakarta
(Poltekkes Surakarta) di bawah pengawasan Kementerian Kesehatan dan Jurusan Okupasi
Terapi di Poltekkes Surakarta menyelenggarakan Program Diploma 3 dan Sarjana Terapan
Okupasi Terapi. Semenjak pendirian akademi okupasi terapi di Surakarta banyak mahasiswa
okupasi terapi Kanada melakukan praktik klinik di Indonesia, yang memperkaya pengalaman
budaya mereka dari budaya Indonesia. Sebelumnya, beberapa mahasiswa okupasi terapi dari
Belanda juga melakukan praktik klinik di Indonesia.

Proyek internasional dengan Ikatan Okupasi Terapi Jepang dirintis oleh Profesor Tsuyoshi
Sato dari Departemen Okupasi Terapi Universitas Sapporo. Tujuan proyek ini untuk
meningkatkan keterampilan akademik staf pengajar Akademi Okupasi Terapi Surakarta. Dua
staf pengajar Bapak Bambang Kuncoro dan Bapak Khomarun diundang ke Jepang untuk
meningkatkan pengalaman klinis di beberapa rumah sakit di Jepang selama tiga bulan.
Proyek ini didanai oleh Japan International Cooperation Agency(JIMTEF). Belum
dilegalkannya ikatan mahasiswa okupasi terapi Indonesia (IMOTI) membuat mahasiswa yang
ikut organisasi tersebut kesulitah untuk memajukan okupasi terapi di Indonesia.

Bertambahnya jumlah penduduk Indonesia disertai bonus demografi di tahun 2045 membuat
okupasi terapi perlu untuk didukung kemajuannya. Tenaga okupasi terapis perlu
disebarluaskan di luar Pulau Jawa. Mengingat kebanyakan layanan okupasi terapi berada di
Pulau Jawa. Pemerintah sebagai pengelola negara melalui Kementerian Kesehatan sebagai
pengelola kesehatan di Indonesia perlu untuk mengirim lebih banyak putra putri terbaik
bangsa ke luar negeri. Pengiriman ke luar negeri dimaksudkan untuk tugas belajar.
Sekembalinya ke tanah air diharapkan putra dan putri Indonesia dapat meningkatkan mutu,
kompetensi serta profesionalisme dibidang okupasi terapi.

Menuntut ilmu membutuhkan dana besar terlebih di jurusan kesehatan. Mahasiswa jurusan
kesehatan terkhusus Okupasi Terapi Poltekkes Kemenkes Surakarta memiliki masalah yang
besar soal biaya kuliah. Biaya Uang Kuliah Tunggal (UKT) melambung tinggi namun
kurangnya beasiswa yang disediakan untuk para mahasiswa dikampus membuat orang tua
dan mahasiswa bekerja keras untuk menutupi biaya tersebut. Beasiswa di Poltekkes
Kemenkes Surakarta hanya ada dua: beasiswa keluarga miskin yang hanya mendapat
potongan lima puluh persen biaya UKT; dan beasiswa bagi tiga peraih Indeks Prestasi
Komultif (IPK) terbaik se-jurusan okupasi terapi per tingkat. Untuk membantu memajukan
okupasi terapi pemerintah perlu memberikan insentif kepada mahasiswa yang berprestasi
dalam pelajaran maupun organisasi serta mahasiswa yang kurang mampu. Dikala perguruan
tinggi lain banyak menawarkan beasiswa untuk para mahasiswa. Mahasiswa okupasi terapi
harus bekerja keras untuk mendapatkan nilai IPK 3,00 sebagai komitmen jurusan okupasi
terapi dalam menjamin mutu lulusan OT tanpa ada tawaran beasiswa dari Kementerian
Kesehatan maupun dari luar kampus. Alat untuk praktik OT di laboratorium kampus sangat
minim karena harga alat yang sangat mahal. Beberapa alat ada yang pemberian, produksi
sendiri, dan ada yang membeli dari pasar. Alat untuk praktek sangatlah penting bagi
kemajuan OT di Indonesia. Diharapkan pemeritah juga memberi perhatian pada kondisi dan
ketersediaan alat praktek bagi mahasiswa OT.

Dengan segala permasalahan yang ada pemerintah diharapkan cepat dan tanggap untuk
membenahi kesehatan di Indonesia terkhusus okupasi terapi. Dimasa mendatang bonus
demografi haruslah menjadi keuntungan bagi bangsa dan Negara ini. Jangan sampai bonus
demografi menjadi petaka. Peran okupasi terapi memandirikan klien agar dapat beraktivitas
sehari-hari. Apabila okupasi terapi dapat memandirikan klien maka bangsa dan Negara dapat
juga mandiri dan memiliki mutu kesehatan yang tingg

Program okupasi terapi kedua didirikan di Jakarta pada tahun 1997 di Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, tetapi saat ini bergabung dengan Program Vokasi Universitas
Indonesia Jakarta.

Jumlah keseluruhan okupasi terapis di Indonesia pada saat ini sekitar 1000 orang dan
kebanyakan mereka bekerja di sektor swasta seperti klinik dan rumah sakit swasta. Akibat
tingginya permintaan kondisi tumbuh kembang, 60% okupasi terapis di Indonesia bekerja
pada area tumbuh kembang. Bekerja dengan orang tua yang memiliki anak berkebutuhan
khusus akan memahami pekerjaan okupasi terapi. Jika dibandingkan dengan jumlah
penduduk Indonesia yang sekitar 240 juta orang, jumlah okupasi terapis di Indonesia jauh
dari cukup untuk memberikan pelayanan okupasi terapi ke seantero negeri. Kebutuhan
okupasi terapis di Indonesia pada saat ini sangat tinggi, namun banyak rumah sakit dan klinik
yang tidak memiliki okupasi terapis. Banyak okupasi terapi yang bekerja paruh waktu di
beberapa rumah sakit swasta atau untuk memenuhi permintaan okupasi terapi. Kebanyakan
okupasi terapis bekerja di Pulau Jawa, sementara lainnya bekerja di pulau lain seperti
Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Irian. Menurut keterangan Pak Khomarun, sampai
saat ini (2016) sekitar 1500 lebih tenaga Okupasi Terapis tersebar di Seluruh Indonesia dan
bekerja pada berbagai macam area pelayanan kesehatan yaitu Pediatri, Fisik, Psikososial, dan
lain-lain. Sebagian besar dari mereka bekerja pada area Pediatri khususnya tumbuh kembang
anak karna besarnya angka kebutuhan akan tenaga kesehatan dalam pelayanan anak
berkebutuhan khusus.

Di masa depan, pengajar okupasi terapi dengan gelar magister dan doktor dibutuhkan untuk
mendirikan lebih banyak sekolah okupasi terapi sehingga sekolah tersebut akan mampu
menghasilkan lebih banyak okupasi terapis untuk memberikan pelayanan okupasi terapi ke
seantero negeri.
DAFTAR PUSTAKA

World Federation of Occupational Therapy. 2010. Statement on Occupational Therapy.


Santoso, Tri Budi. 2014. Tokyo Occupational Therapy Research No.2 Vol. 2. The Development
of Occupational Therapy in Indonesia.
http://qqmitraananda.com/berita/detail/sejarah-okupasi-terapi-64386.html

http://www.wfot.org/
Diakses pada hari Kamis, 3 November 2016
http://info-okupasi-terapi.blogspot.co.id/2015/05/perkembangan-okupasi-terapi-di-
indonesia.html
Diakses pada hari Kamis, 3 November 2016
http://autism-aware.info/joomla/bpk-tri-budi-santoso.html
Diakses pada hari Kamis, 3 November 2016
http://news.okezone.com/read/2015/01/02/65/1087010/prodi-okupasi-terapi-mampu-
hasilkan-lulusan-jutawan
Diakses pada hari Sabtu, 5 November 2016
http://rachmaaprilia.blogspot.co.id/2013/03/apa-itu-terapi-okupasi-terapi-3.html
Diakses pada hari Sabtu, 5 November 2016

Anda mungkin juga menyukai