Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH MATA KULIAH MANAJEMEN PASIEN SAFETY

“PENERAPAN IDENTIFIKASI PASIEN DI INSTALASI BEDAH SENTRAL”

Disusun Oleh Kelompok :

1. Daryanto P07120721014
2. Koko Senoaji P07120721013
3. Yustiana Mangera P07120721002
4. Yudha Pramana P07120721015
5. Wenda Saputra P07120721041

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas taufik dan hidayah-Nya bahwa makalah
mata kuliah manajemen pasien safety “ Penerapan identifikasi pasien di instalasi bedah
sentral” telah dapat kami selesaikan dengan baik. Makalah ini kami susun berdasarkan
bahan yang kami gunakan. Dalam rangka meningkatkan proses belajar, kami sebagai
mahasiswa dituntut untuk selalu kreatif dalam belajar dan mengembangkan potensi diri.

Makalah ini merupakan bagian dari perangkat pembelajaran mata Kuliah Manajemen Pasien
Safety di institute poltekkes kemenkes Yogyakarta prodi alih jenjang sarjana terapan
keperawatan anestesiologi dan sekaligus sebagai tugas kuliah. . Makalah ini bertujuan untuk
meningkatkan mutu pendidikan mahasiswa mengenai identifikasi pasien di instalasi bedah
sentral.

Kami menyadari bahwa walaupun telah bekerja keras untuk menyusun makalah ini namun
tidak akan mungkin menjadi lebih baik tanpa masukan pihak lain. Untuk itu kami
mengharapkan kepada semua pihak agar memberikan masukan demi perbaikan makalah ini.

Untuk itu kepada segala pihak yang telah membantu kami tidak lupa mengahanturkan banyak
terimakasih atas segala dukungan yang telah diberikan.

Yogyakarta, 15 Juni 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................ 1

DAFTAR ISI...................................................................................... 2

BAB 1. PENDAHULUAN.................................................................. 3
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 3
1.2 Tujuan…………...........………….......................……………. 4
1.3 Manfaat ....................………...........……….........…………… 4

BAB II. PEMBAHASAN ….............................................................. 5

2.1. Defenisi Identifikasi Pasien ....................…..............….….… 5


2.2. Urgensi Identifikasi Pasien ..……..........................……...….. 5
2.3. Standar Identifikasi Pasien …......…...........………...…...….. 6
2.4. Manfaat Identifikasi pasien ..................................................... 9

BAB III.PENUTUP .......................................................................... 13

3. 1 Kesimpulan ...................................................................... 13
3.2 Saran ................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA 14
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan


karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan,
kemajuan teknologi dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Rumah sakit melaksanakan
program-program mutu dan keselamatan pasien. Keselamatan pasien rumah sakit adalah
suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman dengan mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

Keselamatan pasien indentik dengan kualitas pelayanan, di mana semakin baik kualitas
layanan maka keselamatan pasien juga akan semakin baik. Menkes menegaskan, tujuan
utama pengembangan program patient safety di rumah sakit dan fasyankes lainnya adalah,
menciptakan budaya patient safety; memperbaiki akuntabilitas rumah sakit; menurunkan
angka HAIs dan melakukan pencegahan agar kejadian yang tidak diinginkan tidak terulang
Kembali. Ketepatan identifikasi pasien menjadi hal yang penting, bahkan berhubungan
dengan keselamatan pasien. Kesalahan karena keliru merupakan hal yang amat tabu dan
sangat berat hukumnya.

Konsep identifikasi pasien telah dijelaskan oleh para ahli. Mengidentifikasi dengan benar
pasien tertentu sebagai orang yang akan diberi pelayanan atau pengobatan tertentu dengan
mencocokan layanan atau perawatan dengan pasien tersebut. Proses identifikasi ini
setidaknya memerlukan dua cara untuk mengidentifikasi pasien, seperti nama, nomor
identifikasi, tanggal lahir, gelang berkode batang atau yang lain. Dalam hal ini nomor kamar
pasien atau lokasi tidak digunakan. Identifikasi ini digunakan dua identitas di lokasi yang
berbeda dalam rumah sakit, seperti rawat inap, rawat jalan dan IGD atau kamar operasi.

Salah satu pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang dapat menggambarkan mutu Rumah
Sakit adalah pelayanan pembedahan. Sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, maka kegiatan pembedahan menjadi bentuk pelayanan kesehatan yang spesialistik.
Kamar Bedah Sentral pada suatu Rumah Sakit merupakan unit dengan biaya yang tinggi
namun dapat menghasilkan keuntungan yang cukup besar bagi Rumah Sakit (Daiki Mean,
2010). Tantangan manajemen operasional kamar operasi adalah meningkatkan efisiensi
kamar operasi dengan memperhatikan aspek penjadwalan operasi, pelaksanaan operasi dan
monitoring kamar operasi

Kematian dan komplikasi akibat pembedahan dapat dicegah, salah satu pencegahan dapat
dilakukan dengan kepatuhan surgical safety checklist. Surgical safety checklist merupakan
alat komunikasi untuk keselamatan pasien yang digunakan oleh tim profesional di ruang
operasi. Tim profesional terdiri dari perawat, dokter bedah, dokter anestesi dan lainnya. Tim
operasi harus konsisten melakukan setiap item yang dilakukan dalam pembedahan mulai dari
fase sign in, time out, dan sign out sehingga dapat meminimalkan setiap risiko yang tidak di
inginkan. Surgical Safety Checklist diterapkan di bagian bedah dan anestesi untuk
meningkatkan kualitas dan menurunkan kematian serta komplikasi akibat pembedahan.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka kami tertarik untuk membuat makalah tentang
penerapan identifikasi pasien di instalasi bedah sentral.

1.2. Tujuan Penulisan


 Untuk memahami dan mengetahui pengertian dari identifikasi pasien.
 Untuk memahami dan mengetahui urgensi identifikasi pasien di instalasi bedah
sentral
 Untuk memahami dan mengetahui standar identifikasi pasien di instalasi bedah
sentral
 Untuk memahami dan mengetahui manfaat identifikasi pasien di instalasi bedah
sentral
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian

Identifikasi adalah penerapan atau penentu ciri-ciri atau keterangan lengkap seseorang
(Hamzah, 2008). Menurut Hardawinati (2003) identifikasi adalah tanda pengenal diri,
penentu atau penetapan identitas seseorang dan pengenalan tanda-tanda atau karateristik
suatu hal berdasarkan pada tanda pengenal.

Identifikasi Pasien merupakan suatu proses penandaan dengan cara tertentu, untuk


membedakan antara pasien satu dengan yang lainnya agar pemberian pelayanan, pengobatan,
tindakan, atau prosedur kepada pasien tidak salah sasaran ke orang yang berbeda di instalasi
bedah sentral.

yang dimaksud dalam penulisan ini adalah pengecekan ulang data pasien sebelum
melaksanakan kegiatan proses Tindakan pembedahan di instalasi bedah sentral. Proses
identifikasi ini setidaknya memerlukan dua cara untuk mengidentifikasi pasien, seperti nama,
nomor identifikasi, tanggal lahir atau gelang berkode.

Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki/meningkatkan


ketelitiam identifikasi pasien, salah satu alat yang digunakan adalah gelang identitas pasien.
Gelang identitas adalah suatu alat berupa gelang identifikasi yang dipasangkan kepada pasien
secara individual yang digunakan sebagai identitas pasien selama dirawat di rumah sakit. Ada
beberapa tindakan atau prosedur yang membutuhkan identifikasi pasien, yaitu pemberian
obat-obatan, prosedur pemeriksaan radiologi, intervensi pembedahan dan prosedur invasif
lainnya seperti transfuse darah, pengambilan sampel, transfer pasien dan konfirmasi kematian
(Dale and Renner, 1997).

Gelang identifikasi dibedakan dalam beberapa warna dengan tujuan yang berbeda-beda,
yaitu :

1) Pink : pasien dengan jenis kelamin perempuan


2) Biru : pasien dengan jenis kelamin laki-laki
3) Merah : semua pasien yang memiliki alergi obat
4) Kuning : semua pasien dengan risiko jatuh
5) Ungu : pasien yang DNR
B. Manajemen pasien safety di kamar operasi
Surgery safety ceklist WHO merupakan penjabaran dari sepuluh hal penting tersebut
yang diterjemahkan dalam bentuk formulir yang diisi dengan melakukan ceklist. Ceklist
tersebut sudah baku dari WHO yang merupakan alat komunikasi yang praktis dan
sederhana dalam memastikan keselamatan pasien pada tahap preoperative, intraoperatif
dan pasca operatif, dilakukan tepat waktu dan menunjukan manfaat yang lebih baik bagi
keselamatan pasien (WHO 2008).
Surgery Safety Checklist di kamar bedah digunakan melalui 3 tahap, masing-masing
sesuai dengan alur waktu yaitu sebelum induksi anestesi (Sign In), sebelum insisi kulit
(Time Out) dan sebelum mengeluarkan pasien dari ruang operasi (Sign Out) (WHO
2008) diawali dengan briefing dan diakhiri dengan debriefing menurut (Nhs,uk 2010).
Implementasi Surgery Safety Checklist memerlukan seorang koordinator untuk
bertanggung jawab untuk memeriksa checklist. Koordinator biasanya seorang perawat
atau dokter atau profesional kesehatan lainnya yang terlibat dalam operasi. Pada setiap
fase, koordinator checklist harus diizinkan untuk mengkonfirmasi bahwa tim telah
menyelesaikan tugasnya sebelum melakukan kegiatan lebih lanjut.Koordinator
memastikan setiap tahapan tidak ada yang terlewati, bila ada yang terlewati , maka akan
meminta operasi berhenti sejenak dan melaksanakan tahapan yang terlewati

1. Fase SignIn

Fase sign In adalah fase sebelum induksi anestesi koordinator secara verbal


memeriksa apakah identitas pasien telah dikonfirmasi, prosedur dan sisi operasi sudah
benar, sisi yang akan dioperasi telah ditandai, persetujuan untuk operasi telah
diberikan, oksimeter pulse pada pasien berfungsi. Koordinator dengan profesional
anestesi mengkonfirmasi risiko pasien apakah pasien ada risiko kehilangan darah,
kesulitan jalan nafas, reaksi alergi.

2. Fase Timeout

Fase Time Out adalah fase setiap anggota tim operasi memperkenalkan diri dan peran
masing-masing. Tim operasi memastikan bahwa semua orang di ruang operasi saling
kenal. Sebelum melakukan sayatan pertama pada kulit tim mengkonfirmasi dengan
suara yang keras mereka melakukan operasi yang benar, pada pasien yang benar.
Mereka juga mengkonfirmasi bahwa antibiotik profilaksis telah diberikan dalam 60
menit sebelumnya.

3. Fase sign out

Fase Sign Out adalah fase tim bedah akan meninjau operasi yang telah dilakukan.
Dilakukan pengecekan kelengkapan spons, penghitungan instrumen, pemberian label
pada spesimen, kerusakan alat atau masalah lain yang perlu ditangani. Langkah akhir
yang dilakukan tim bedah adalah rencana kunci dan memusatkan perhatian pada
manajemen post operasi serta pemulihan sebelum memindahkan pasien dari kamar
operasi (Surgery & Lives, 2008).

C. Pentalaksanaan identifikasi pasien

Langkah yang dilakukan tim bedah terhadap pasien yang akan di lakukan operasi
untuk meningkatkan keselamatan pasien selama prosedur pembedahan, mencegah
terjadi kesalahan lokasi operasi, prosedur operasi serta mengurangi komplikasi
kematian akibat pembedahan sesuai dengan sepuluh sasaran dalam safety surgery
(WHO 2008). Yaitu:
1).Tim bedah akan melakukan operasi pada pasien dan lokasi tubuh yang benar.
2).Tim bedah akan menggunakan metode yang sudah di kenal untuk mencegah
bahaya dari pengaruh anestresia, pada saat melindungi pasien dari rasa nyeri.
3).Tim bedah mengetahui dan secara efektif mempersiapkan bantuan hidup dari
adanya bahaya kehilangan atau gangguan pernafasan.
4).Tim bedah mengetahui dan secara efektif mempersiapkan adanya resiko kehilangan
darah.
5).Tim bedah menghindari adanya reaksi alergi obat dan mengetahui adanya resiko
alergi obat pada pasien.
6).Tim bedah secara konsisten menggunakan metode yang sudah dikenal untuk
meminimalkan adanya resiko infeksi pada lokasi operasi.
7).Tim bedah mencegah terjadinya tertinggalnya sisa kasa dan instrument pada luka
pembedahan.
8) Tim bedah akan mengidentifikasi secara aman dan akurat, specimen (contoh bahan)
pembedahan.
9).Tim bedah akan berkomunikasi secara efektif dan bertukar informasi tentang hal-
hal penting mengenai pasien untuk melaksanakan pembedahan yang aman.
10). Rumah sakit dan system kesehatan masyarakat akan menetapkan pengawasan
yang rutin dari kapasitas , jumlah dan hasil pembedahan.

Mengidentifkasi dalam keadaan terbius atau tersedasi :


a. Identifikasi pasien terbius merupakan proses pengecekan / pencocokan data pasien
oleh tenaga kesehatan yg di mana keadaan pasien tidak insaf/tidak sadar akan keadaan
dirinya atau keadaan yg sebenarnya.
b. Identifikasi pasien keadaan terbius atau tersedasi dilakukan oleh Dokter Spesialis,
Perawat Operasi, Staf keperawatan.
c. Identifikasi dilakukan saat sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah,
sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis , sebelum
pemberian pengobatan dan tindakan / prosedur lainnya.
d. Identifikasi pasien dilakukan di ruangan / kamar operasi dengan keadaan
stabil/dalam keadaan yang memugkinkan untuk mengidentifikasi terhadap pasien
yang masih tak sadarkan diri (terbius).
e. Identifikasi pasien dilakukan untuk untuk mencegah keliru pasien pada semua
aspek diagnosis dan pengobatan,
D. Dasar Hukum Surgical Safety Checklist
1. Rekomendasi WHO (World Health Organization) tentang Patient Safety dan Safe
Surgical Saves Live
2. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 1691/menkes/Per/VIII/2011 tentang
keselamatan pasien di rumah sakit yang tertuang dalam Bab IV Pasal 8 ayat 1 dan 2
yang isinya adalah :
1). Setiap rumah sakit wajib mengupayakan pemenuhan sasaran keselamatan pasien
2). Sasaran keselamatan pasien sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi :
a. ketepatan identifikasi pasien
b. peningkatan komunikasi yang efektif
c. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai 1
d. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
e. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan Kesehatan
f. Pengurangan resiko pasien jatuh
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keselamatan pasien adalah proses dalam suatu rumah sakit yang memberikan
pelayanan pasien secara aman. Identifikasi pasien adalah suatu system identiikasi kepada
pasien untuk membedakan antara pasien satu dengan yang lain, sehingga memperlancar atau
mempermudah dalam pemberian pelayanan kepada pasien. Identifikasi pasien juga
digunakan untuk proses pencatatan data pasien yang benar sehingga dapat menetapkan dan
mempersamakan data tersebut dengan individu yang bersangkutan.

Proses identifikasi pasien di kamar operasi sangat berperan penting dimana surgical
safety sebagai acuannya yang dapat meningkat keselamatan pasien saat akan menjalani
proses pembedahan dikamar operasi. Seluruh petugas kamar operasi diharapkan selalu
menerapkan identifikasi sesuai dengan prosedur yang diterapakan (SPO).

Identifikasi dilakukan dengan minimal 2 cara identifikasi, yaitu : nama lengkap dan
tanggal lahir pasien/nomor rekam medis. Nomor kamar dan nama ruangan tidak boleh
dipakai. Untuk pasien yang tidak sadar melalui gelang tangan. Identifikasi pasien ini
dilakukan untuk memberikan identitas pada pasien, untuk membedakan pasien satu dengan
yang lain serta menghindari terjadinya kesalahan medis/ malpraktik.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/090901/553009a56ea8347b108b4594/surgery-safety-
checklist-sebagai-sistem-informasi-dalam-upaya-keselamatan-pasien-di-kamar-bedah

http://blog.awalbros.com/2016/11/14/pentingnya-identifikasi-pasien-dengan-benar/
Guesthi,L.M.C., Antono,S., & Sutopo, P.J. (2016) Analisis Pelaksanaan Identifikasi Pasien
Rumah Sakit Dr. Kanujoso Djatiwibowo Tahun 2015. Volume 3 No 3.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. UU No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit. Jakarta: Depkes RI
Depkes, (2006). Panduan Nasional keselamatan pasien RS (Patient Safety). Jakarta : Depkes
RI.
Kemenkes RI. (2006). Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety):
Utamakan Keselamatan Pasien. Jakarta: Depkes RI.
R.H.Simamora (2019). Buku ajar pelaksanaaan indentifikasi pasien. Uwais Inspirasi indon
WHO (2007), patient identifici ,united stade. World Health Organization
WHO (World Health Organization) tentang Patient Safety dan Safe Surgical Saves Live
Peraturan Menteri Kesehatan nomor 1691/menkes/Per/VIII/2011 tentang keselamatan pasien
di rumah sakit yang tertuang dalam Bab IV Pasal 8 ayat 1 dan 2

Anda mungkin juga menyukai