Prodi Keperawatan
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
2019
i
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Tim Penyusun
Kelompok 5
ii
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
BAB II Pembahasan
3.1 Kesimpulan 7
Daftar pustaka
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Hampir setiap tindakan medic menyimpan potensi resiko. Banyaknya jenis obat, jenis
pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah Sakit yang cukup besar,
merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis (medical errors). Kesalahan
yang terjadi dalam proses asuhan medis ini akan mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera pada pasien, bisa berupa Near Miss atau Adverse Event (Kejadian
Tidak Diharapkan/KTD). Adverse Event atau Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) merupakan
suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu
tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission),
dan bukan karena “underlying disease” atau kondisi pasien. Dalam kenyataannya masalah
medical error dalam sistem pelayanan kesehatan mencerminkan fenomena gunung es, karena
yang terdeteksi umumnya adalah adverse event yang ditemukan secara kebetulan saja.
Sebagian besar yang lain cenderung tidak dilaporkan, tidak dicatat, atau justru luput dari
perhatian kita semua.
1.2 Tujuan
- Untuk mengetahui keselamatan pasien
- Untuk mengetahui budaya keselamatan pasien
- Untuk mengetahui Manfaat Keselamatan Pasien
- Untuk mengetahui insiden keselamatan pasien
- Untuk mengetahui Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien meningkatkan Kualitas dan
Keselamatan Pasien
- Untuk mengetahui Strategi Pengendalian Kejadian
1
1.3 Manfaat
- Agar mahasiswa menambah wawasan tentang keselamatan pasien
- Agar mahasiswa dapat menurunkan kejadian tidak diharapkan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Keselamatan pasien adalah prinsip dasar dalam pelayanan kesehatan. Menurut Depkes
RI (2008) keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi assesment resiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah
terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
Salah satu tujuan keselamatan pasien yaitu menurun nya KTD yang merupakan bagian
dari insiden keselamatan pasien. Untuk mencapai tujuan tersebut maka disusunlah sasaran
keselamatan pasien yang bertujuan mendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien.
Sasaran menyoroti bagian – bagian yang bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan
menjelaskan bukti serta solusi dari konsensus berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan
yang ada. Oleh karna itu jika rumah sakit ingin menurunkan kejadian insiden keselamatan
pasien maka rumah sakit harus menerapkan budaya keselamatan pasien.
Budaya keselamatan pasien merupakan faktor penting untuk memahami upaya untuk
memajukan perawatan pasien yang aman. Hasil ini memberikan implikasi kualitas pelayanan
3
untuk kepemimpinan rumah sakit. Ketika para pemimpin memprioritaskan budaya
keselamatan, resiko terhadap pasien mungkin telah diperbaiki dengan pergantian staff dan
peningkatan produktifitas. Hal ini dapat dijadikan imfestasi dalam sistem keselamatan paien
untuk memberikan perawatan handal dan aman (Brown&wollosin,2013). Untuk
meningkatkan budaya keselamatan pasien, kesadaran perawat tentang penting nya
keselamatan pasien juga perlu ditingkatkan. Sasaran IV keselamatan pasien adalah ketepatan
tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien operasi. Penerapan sasaran tersebut salah satunya
dengan penggunaan checklist bedah.
Insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan kram (penyakit, cedera, cacat, kematian dan
lain – lain). hasil penelitian menemukan bahwa 13,6% yang bekerja di ICU menghadapi
potensi ancaman terhadap insiden keselamatan pasien, dimana 48,8% dari insiden tersebut
adalah jatuh dan sebagian besar perawat yaitu 88% tidak pernah mendokumentasikan insiden
tersebut. Oleh Karena itu kesadaran perawat tentang keselamatan pasien harus ditingkatkan
dan pengetahuan yang terkait harus terus di update dengan sering memberikan pelatihan
kepada perawat. Oleh karena itu, dengan adanya peningkatan budaya pelaporan dan respon
tidak menghukum terhadap kesalahan misalnya dengan melakukan evaluasi pada sitem
pelaporan agar bisa diketahui penyebabnya. Selain itu, perlu adanya tindak lanjut bagaimana
caranya untuk menurunkan angka kejadian insiden misalnya dengan mencari akar
4
permasalahan agar dapat ditemukan atau didesain sistem yang baru sehingga tidak terjadi
insiden serupa serta adanya umpan balik kepada unit pelapor agar mereka mengetahui sebab
terjadinya insiden (Permadhi, 2013).
Berbagai alasan diungkapkan untuk tidak melaporkan insiden keselamatan pasien, hal
ini ditunjukkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Marius Brostrom Kousgaard, dkk
(2012) yang bertujuan untuk mengeksplorasi alasan untuk tidak melaporkan insiden
keselamatan pasien dalam praktek umum. Alasan utama untuk tingkat pelaporan rendah
karena kurangnya kegunaan praktis, masalah waktu dan usaha di klinik sibuk dengan prioritas
yang bersaing, dan pertimbangan kesesuaian dalam kaitannya dengan profesional lainnya.
Kurangnya pelaporan tentang insiden keselamatan pasien dapat juga disebabkan karena
praktisi sering mengalami masalah keamanan yang mereka sendiri bisa menyelesaikan
masalah tersebut.
2.5 Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien meningkatkan Kualitas dan Keselamatan Pasien
Salah satu startegi dalam merancang sistem keselamatan pasien adalah bagaimana
mengenali kesalahan sehingga dapat dilihat dan segera diambil tindakan guna memperaiki
efek yang terjadi. Upaya untuk mengenali dan melaporkan kesalahan ini dilakukan melalui
sistem pelaporan. Kegagalan aktif (petugas yang melakukan kesalahan) atau yang
berkombinasi dengan konsisi laten akan menyebabkan terjadinya suatu kesalahan berupa
kejadian nyaris cedera (KNC), KTD, atau bahkan kejadian yang menyebabkan kematian atau
cedera serius (sentinel). Rumah sakit wajib untuk melakukan pencatatan dan pelaporan
insiden yang meliputi kejadian tidak diharapkan (KTD), kejadian nyaris cedera (KNC) dan
kejadian sentinel. Pelaporan insiden dilakukan secara internal dan eksternal. Pelaporan
internal dilakukan dengan mekanisme/ alur pelaporan keselamatan pasien rumah sakit di
lingkungan internal rumah sakit. Pelaporan eksternal dilakukan dengan pelaporan dari rumah
sakit ke KKP-RS nasional. Dalam lingkup rumah sakit, unit kerjakeselamatan pasien rumah
sakit melakukan pencatatan kegiatan yang telah dilakukan dan membuat laporan kegiatan
kepada Direktur rumah sakit. (Departemen Kesehatan, 2008).
Penelitian yang dilakukan Morag dkk (2012) yang bertujuan untuk mengembangkan
sistem pelaporan untuk mengumpulkan laporan masalah untuk membangun database untuk
memandu kegiatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan keselamatan
5
pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan perawat mengalami kesalahan
medis dari setiap hari untuk setiap minggu. 6% dari sampel tidak pernah melaporkan
kesalahan mereka sendiri, sementara setengah melaporkan kesalahan mereka sendiri "jarang
atau kadangkadang".Tingkat budaya keselamatan pasien adalah positif dan signifikan
berkorelasi dengan tingkat pelaporan kesalahan. Budaya keselamatan Pasien, tempat lahir,
kejadian error, dan tidak memiliki gelar keperawatan akademis merupakan prediktor
signifikan dari pelaporan kesalahan.
Program keselamatan pasien (patient safety) adalah program yang bertujuan untuk
lebih memperbaiki proses pelayanan, karena sebagian besar KTD dapat merupakan kesalahan
dalam proses pelayanan yang sebetulnya dapat dicegah melalui rencana pelayanan yang
komprehensif dengan melibatkan pasien berdasarkan hakhaknya (Departemen Kesehatan RI,
2006). Adanya program keselamatan pasien rumah sakit merupakan suatu sistem dimana
rumah sakit menerapkan asuhan pasien yang lebih aman, meliputi kegiatan pengkajian risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko, implementasi solusi agar
dapat meminimalkan timbulnya risiko,meminimalisir angka kejadian nyaris cedera, pelaporan
dan analisis kejadian, proses belajar dari kejadian, perencanaan tindak lanjut kejadian, serta
strategi pencegahan terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (Kementerian
Kesehatan RI, 2011).
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Oleh karena itu, kesadaran tentang budaya keselamatan pasien masih perlu
ditingkatkan. motivasi untuk melaporkan jika ada insiden keselamatan pasien juga perlu
ditingkatkan, karena laporan dapat menjadi penaganan dini terhadap insiden keselamatan
pasien di masa yang akan dating serta mencegah insiden yang sama untuk terjadi kembali.
7
Daftar Pustaka
Najihah. (2018). Budaya keselamatan pasien dan insiden keselamatan pasien di rumah sakit:
literature review. Journal of islamic nursing. Volume 3. Nomor 1. Makassar: universitas
muslim indonesia