Anda di halaman 1dari 3

NAMA : Intan Pandini

NIM : 14401.18.19009

MAKUL : Manajemen Patient Safety

( PEMBAHASAN )

# Konsep Dan Prinsip Patient Safety

Konsep keselamatan pasien (patient safety) secara mendasar di artikan sebagai


“freedom from accidental injury” oleh institute of medicine .Sejalan dengan batasan tersebut, komite
keselamatan pasien rumah sakit (KPRS) mendefinisikan keselamatan pasien sebagai bebas dari
cedera/harm, yang seharusnya tidak terjadi atau potensial cedera akibat dari pelayanan kesehatan yang
disebabkan error yang meliputi kegagalan suatu perencanaan atau memakai rencana yang salah dalam
mencapai tujuan. Untuk menjamin keselamatan pasien, maka organisasi pelayanan kesehatan harus
mampu membangun system yang membuat proses perawatan pasien lebih aman, baik bagi pasien,
petugas kesehatan, maupun masyarakat sekitarnya, serta manajemen rumah sakit. Sistem keselamatan
pasien ditujukan untuk mengurangi resiko, mencegah terjadinya cedera akibat proses pelayanan pasien,
serta tidak terulangnya insiden keselamatan pasien . Bagi manajemen, penciptaan system keselamatan
pasien merupakan bentuk akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan rumah sakit. Memahami
konsep keselamatan pasien akan lebih mudah jika di awali dengan pemahaman tentang konsep error
yang menjadi dasar munculnya konsep keselamatan pasien. Kesalahan medis atau medical error
didefinisikan sebagai suatu kegagalan intervensi pelayanan kesehatan yang tidak sesuai dengan rencana
atau perencanaan sudah tepat namun pelaksanaan tidak tepat atau tidak terlaksana. Kesalahan medis
dapat terjadi baik karena tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan (error of omission), atau
melakukan sesuatu yang tidak dilakukan (error of commission).Kesalahan tersebut juga dapat berupa
perencanaan yang salah untuk mencapai suatu tujuan yang di sebut sebagai kesalahan
perencanaan.Dampak kesalahan tersebut dapat berpotensi atau berakibat menimbulkan insiden
keselamatan pasien (IKP) dalam berbagai bentuk. Sesuai dengan taksonomi IKP,insiden tersebut
dikelompokkan menjadi lima bentuk mulai dari kondisi potensial cedera (KPC), kejadian nyaris cedera
(KNC), kejadian tidak cedera (KTC), kejadian tidak diharapkan (KTD), dan kejadian sentinel. Proses
pelayanan kesehatan merupakan proses yang secara alami beresiko sehingga IKP dapat terjadi meskipun
tidak terjadi kesalahan dalam proses perawatan pasien. Mengapa demikian? Setiap proses, teknologi
kesehatan tidak mempunyai kepastian 100%. Misalnya efektifitas obat tidak sama, efek samping tidak
bebas 100%. Selalu ada kemungkinan meskipun sangat kecil ada efek samping dan tidak selalu
kemungkinan tersebut atau siapa yang akan mendapatkan efek samping dapat dikenali secara dini.

7 Prinsip menuju keselamatan pasien rumah sakit sebelum dan sesudah intervensi PSC,
perbedaan kondisi tujuh prinsip menuju keselamatan pasien rumah sakit di tim patient safety rawat inap
dan farmasi RSU Surya Husadha sebelum dan sesudah intervensi PSC adalah dari kondisi kurang menjadi
kondisi baik, sedangkan perbedaan kondisi setiap dimensi dari tujuh prinsip menuju keselamatan pasien
rumah sakit di tim patient safety sebelum dan sesudah dilakukan intervensi PSC adalah sebagai berikut.
Pertama kesadaran (awareness) tentang nilai keselamatan pasien rumah sakit dari kondisi baik menjadi
sangat bai. Kedua, komitmen memberikan pelayanan yang berorientasi patient safety dari kondisi baik
tetap pada kondisi baik. Ketiga, kemampuan mengidentifikasi factor resiko penyebab insiden terkait
patient safety dari kondisi sangat kurang menjadi kurang. Keempat, kepatuhan pelaporan insiden terkait
patient safety dari kondisi sangat kurang menjadi baik. Kelima, kemampuan berkomunikasi yang efektif
tentang factor resiko insiden terkait patient safety dari kondisi sangat kurang menjadi baik. Keenam,
kemampuan mengidentifikasi akar penyebab masalah terkait patient safety dari kondisi sangat kurang
menjadi baik. Ketujuh, kemampuan memanfaatkan informasi tentang kejadian yang terjadi untuk
mencegah kejadian berulang dari kondisi sangat kurang menjadi baik. Kondisi 7 prinsip menuju
keselamatan pasien rumah sakit di tim patient safety sebelum intervensi berada pada kondisi kurang.
Hal ini disebabkan karena 5 dimensi dari 7 prinsip masih berada pada kondisi kurang dan sangat kurang.
Namun demikian terdapat 2 dimensi yaitu kesadaran (awareness) tentang nilai keselamatan pasien
rumah sakit dan komitmen pelayanan yang berorientasi patient safety yang sudah berada pada kondisi
baik. Kondisi yang sudah baik pada kedua dimensi tersebut merupakan sebuah dasar yang kuat bagi
pelaksanaan program patient safety khususnya 7 prinsip menuju keselamatan pasien rumah sakit di RSU
Surya Husadha Denpasar. Menurut Bobine (2010), kesadaran karyawan tentang kondisi yang terjadi
dilingkungan mereka penting dalam pelaksanaan program yang di tetapkan. Kondisi ini tidak terlepas
perjalanan program patient safety di rumah sakit yang sudah cukup lama, sehingga kesadaran dan
komitmen tentang nilai keselamatan pasien sudah terbentuk. Peranan manajemen dalam hal ini adalah
tetap berupaya menjaga kesadaran dan komitmen ini pada kondisi yang baik bahkan jika memungkinkan
ditingkatkan dalam kondisi sangat baik. Kesadaran dimulai dengan adanya pengetahuan, perhatian
terhadap program patient safety. Sehingga penyebaran informasi terbaru (transfer knowledge) tentang
patient safety perlu dilakukan untuk semakin meningkatkan kesadaran. Komitmen di bangun dengan
selalu menjaga kondusifitas lingkungan kerja dan menciptakan program kerja yang menarik khususnya
terkait patient safety. Sehingga tim memiliki ketertarikan terhadap program patient safety, dan manu
berperan aktif didalamnya. Hal ini senada dengan pernyataan Grenbeerg (1993), bahwa karyawan yang
memiliki komitmen organisasi yang tinggi adalah karyawan yang lebih stabil dan lebih produktif sehingga
pada akhirnya juga lebih menguntungkan bagi organisasi. Pelaksanaan PSC sebagai upaya peningkatan
program patient safety berdasarkan 7 prinsip menuju keselamatan pasien rumah sakit oleh tim patient
safety. Berjalan secara mandiri. Tim memiliki ketertarikan dan keinginan untuk melaksanakan proses
PSC tanpa ada paksaan dari manajemen maupun peneliti. Hal ini perlu mendapat perhatian manajemen
didalam pelaksanaan program patient safety. Manajemen perlu memberikan pengetahuan yang baik
tentang patient safety, melakukan monitoring dan evaluasi serta senantiasa berusaha menghindari
unsure paksaan atau memerintahkan secara otoriter kepada tim dalam melaksanaan program. Peranan
manajemen sebagai pendampingan dan pembimbing dirasakan lebih tepat dalam melaksanakan
program patient safety.
DAFTAR PUSTAKA

Vierawardhani.2017. “Manajemen Keselamatan Pasien”. Malang Indonesia. UB Press

Anda mungkin juga menyukai