Anda di halaman 1dari 9

A.

Latar Belakang Masalah Sengketa masalah perkawinan merupakan salah satu perkara perdata yang menjadi kewenangan Peradilan Agama. Ketika perkara ini diajukan ke Pengadilan Agama berdasarkan prosedur beracara, maka Pengadilan akan menerima, memeriksa dan memutus perkara tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku di tingkat Pengadilan Agama. Cara penyelesaian sengketa di pengadilan diatur dalam hukum acara perdata pengadilan agama. Dalam hukum cara perdata diatur hak dan kewajiban yang harus dilakukan oleh masing-masing pihak yang berperkara secara seimbang didepan sidang pengadilan sesuai dengan peraturan yang berlaku.1 Mekanisme pemeriksaan perkara dalam persidangan masalah perceraian sebagaimana diatur dalam pasal 39 ayat 1; perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak. Artinya tahap awal yang akan ditempuh hakim dalam menyelesaikan masalah di persidangan adalah dengan jalan mediasi. Hal ini sesuai dengan asas khusus yang dianut oleh pengadilan agama yaitu asas islah, karena islam menyuruh untuk menyelesaikan setiap perselisihan dengan pendekatan (perdamaian) islah.2 Perdamaian adalah persetujuan dari kedua orang yang berpekara untuk menyerahkan, menjanjikan, atau menahan suatu barang dengan maksud untuk

Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata Dilingkungan Peradilan Agama (Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2005) h, 2 2 Ahmad Mujahidin, Pembaharuan Hukum Acara Perdata Peradilan Gama Dan Mahkamah Syariah Di Indonesia ( IKHI, Jakarta, 2008), h, 13

mengakhiri suatu sengkketa yang sedang berggantung atau mencegah timbulnya suatu perkara dan persetujuan perdamaian tersebut tidak sah melainkan dibuat secara tertulis.3 Dalam pasal 130 HIR dan pasal 154 R.Bg dikemukakan bahwa jika pada hari persidangan yang telah ditetapkan kedua belah pihak yang berperkara hadir dalam persidangan, maka ketua majelis hakim berusaha mendamaikan pihak-pihak yang bersengketa tersebut.4 Hakim harus secara aktif dan sungguh-sungguh untu mendamaikan para pihak.5 Usaha hakim dalam mendamaikan pihak-pihak yang berperkara itu dapat dilakukan pada setiap sidang pemeriksaan.6 Peran hakim dalam dalam mendamaikan pihak-pihak yang bersengketa itu lebih utama dari fungsi hakim yang menjatuhkan putusan terhadap perkara yang diadilinya.7 Karena dalam perdamaian tidak ada pihak yang kalah dan pihak yang menang. Hal yang menjadi keuntungan juga dalam menyelesaikan perkara dengan perdamaian adalah dari segi biaya, cepat waktu dan sedarhana dan hal ini sesuai dengan asas pengadilan. Karena sangat penting dan banyaknya keuntungan dalam menyelesaikan perkara dengan perdamaian tersebut maka, usaha perdamaian tersebut harus diusahakan seoptimal mungkin, sehingga perselisihan antara para pihak berperkara

3 4

KUH perdata, pasal 1851 Abdul Manan, Op.Cit, h, 151 5 Ahmad Mujahidin, Op.Cit, h, 161 6 Abdul Manan, Op.Cit, h, 153 7 Ibbid

dapat berakhir tampa ada permasalahan. Setelah perdamain dicapai maka dibuatkan akta perdamaian yang ditetapkan di depan hakim. Dalam SEMA no. 1 tahun 2008 pasal 23 dikatan bahwa Hakim di muka parapihak hanya akan menguatkan kesepakatan dalam bentuk akta perdamaian apabila kesepakatan perdamaian tersebut memenuhi syarat-syarat tebagai berikut : a. Sesuai kehendak para pihak b. Tidak bertentangan dengan hukum c. Tidak merugikan pihak ketiga d. Dapat dieksekusi e. Dengan iktiqad baik Berdasarka sema no.1 tahun 2008 pasal 23 (3) dapat kita pahami bahwa salah satu syarat dari pembuatan akta perdamain adalah dapat dieksekusi. Abdul manan menjelaskan bahwa putusan perdamaian yang dibuat dalam persidangan majelis hakim memiliki kekuatan hukum mengikat, mempunyai kekuatan hukum eksekusi, dan mempunyai nilai pembuktian.8 Pada prinsipnya objek sengketa menjadi terhenti karena terjadinya perdamaian adalah sengketa yang berkaitan dengan kebendaan. Dengan demikian akta perdamaian yang dibuat oleh para pihak memiliki kekuatan eksekutorial, apabila salah satu pihak tidak berkenaan melaksanakan isi akta perdamaian yang telah mereka buat.9

8 9

Abdul manan, op.cit, h, 162 ibbid

Lain halnya dalam perkara perceraiaan (personal recht) . tindakan hakim dalam mendamaikan adalah mendamaikan mereka dan supaya perceraian tidak terjadi dan gugatan perceraian dicabut. Dalam perkara ini juga dibuatkan akta perdamain tapi, persoalannya tidaklah mungkin dibuat suatu ketentuan yang melarang seseorang melakukan perbuatan tertentu, misalnya melarang salah satu pihak meninggalkan tempat tinggal bersama, atau melarang salah satu pihak melakukan penganiayaan. Apabila perjanjian yang telah disepakati dilanggar oleh salah satu pihak, maka akta perdamaian tersebut tidak dapat dieksekusi, karena akibat dari perbuatan tersebut tidak mengakibatkan putusnya perkawinan, maka salah satu pihak mengajukan gugatan baru.10 Akan terjadi kembali kejadian yang sama dengan kejadian sebelumnya, penggugat mennyampaikan gugatannya dan kemudian dimediasai lagi. Dari uraian di atas peneulis melihat adanya kelemahan dalam PERMA No 10 tahun 2008 yang mengatur tentang persoalan mediasi ini, sema ini belum mampu mengakomodir persoalan-persoalan yang muncul akibat sengketa perkawinan. Permasalahan yang penulis lihat dalam kasus ini adalah tidak bisanya dilakukan eksekusi terhadap perkawinan. akta perdamain yang dibuat dalam sengeketa

10

. Abdul Manan, Op.Cit, h, 166

Berangkat dari permasalahan diatas penulis tertarik meneliti lebih jauh mengenai persoalan tidak bisanya eksekusi terhadap akta perdamainan yang telah ditetapkan hakim dalam sengeketa perkawinan, dan membahsanya dalam sebuah penelitian yang berjudul EKSISTENSI AKTA PERDAMAIAN DALAM SENGKETA PERKAWINAN B. Rumusan Masalah Rumusan mmasalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data.11 Rumusan masalah harus merupakan dasar untuk membuat hipotesis.12 Mengingat pentingnya peran rumusan masalah dalam sebuah sebagai landasan berpijak dalam sebuah penelitian maka, disini perlu penulis paparkan yang menjadi rumusan masalah sekaligus menjadi batasan masalah dalam penelitian ini supaya terhindar dari penyimpangan dan tidak keman-mana. Adapun yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana eksistensi akta perdamaian dalam pekara perceraian ? Untuk menemukan jawaban dari rumusan masalah di atas, maka penulis merumuskan rumusan masalah tersebut kedalam beberapa pertanyaan penelitian berikut :

Sugiyono, metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R & D ( bandung, alfabeta, 2007 ) h, 35 12 Iqbal Hasan, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2002,) h.43

11

1. Bagaimana status hukum akta perdamaian dalam perkara perceraian ketika terjadi pelanggaran terhadap isi kesepakatan ? 2. Apa faktor penyebab tidak bisanya dilaksanakan eksekusi terhadap akta perdamaian dalam perkara perceraian ketika terjadi pelanggaran terhadap isi kesepakatan ? 3. Apa dampak dari tidak bisanya dilakukan eksekusi terhadap akta perdamaian dalam masalah perceraian ketika terjadi pelanggaran terhadapa isi kesepakatan ? C. Signifikansi Dan Tujuan Penelitian 1. signifikansi penelitian a. Sebagai sumbangan pemikiran Penulis dalam perkembangan mediasi menyangkut persoalan penyelesaian perkara perceraian di pengadilan agama. b. Untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana Hukum Islam pada jurusan al- Ahwal asy- Syakhshiyyah Fakultas Syariah IAIN Imam Bonjol Padang. 2. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui bagaimana status hukum akta perdamaian dalam perkara perceraian ketika terjadi pelanggaran terhadap isi kesepakatan. b. Untuk mengetahui faktor penyebab tidak bisanya dilaksanakan eksekusi terhadap akta perdamaian dalam perkara perceraian ketika terjadi pelanggaran terhadap isi kesepakatan.

c. Untuk mengetahui dampak dari tidak bisanya dilakukan

eksekusi

terhadap akta perdamaian dalam masalah perceraian ketika terjadi pelanggaran terhadapa isi kesepakatan. D. Kajian Pustaka Penelitian yang memiliki tema sama dengan pesoalan yang penulis kemukakan isni adalah penelitian yang dilakukan oleh desmon dalam skripsi yang berjudul EFEKTIFITAS MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PEREKAWINAN DI PENGADILAN AGAMA PADANG, dia berkesimpulan bahwa dari sejumlah kasus perkara perceraian yang masuk ke pengadilan agama,baru 9.7 % yang mampu diselesaikan dengan jalan mediasi. E. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian Metode penelitiann merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.13 Metode penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian kulitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu metode penelitian yang dipergunkan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah, dimana peneliti berfungsi sebagai instrumen kunci analisis data bersisfat induktif dan hasil penelitian ini lebih menekankan makna dari pada generalisasi.14 2. Sumber Penelitian

13 14

Syugiono, Op.Cit, h, 2 ibbid

Sumber-sumber penelitian yang penulis gunakan dalam mengumpulkan data adalah bahan hukum primer dan bahan hukum skunder. Bahan-bahan hukum primer yang akan menjadi sumber terdiri dari perundang-undangan, putusan hakim dan hakim. Bahan skunder yang menjadi sumber dalam penulisan ini adalah : Buku teks, dokumentasi (putusan ), dan literatur lainnya yang membahas tentang persoalan mediasi. Literatur yang dimaksud tidak terbatas pada buku- buku, namun juga berasal dari internet serta statement dan pendapat dari para pakar yang berkompoten dibidangnya. 3. Bentuk Penelitian Penelitian berbentuk deskriptif analisis, disini penulis menjelaskan informasi yang penulis dapat dari data-data yang terkumpul dan menganalisisnya berdasarkan teori tentang eksekusi setelah akta memiliki kekuatan hukum tetap. 4. Cara Mengumpulkan Data a. Studi dokumentasi Studi dokumentasi yaitu pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen- dokumen yang berhubungan dengan penelitian, yaitu mencari undangundang yang mengatur tentang mediasi dan cara eksekusi putusannya ketika terjadi pelanggaran terhadap isi kesepakatan. b. Wawancara Wawancara merupakan salahsatu cara dalam mengumpulkan informasi dengan berhubungandan melakukan tanya jawab dengan informen. Disini peneliti akan melakukan wawancara langsung dengan para hakim yang pernah

menyelesaikan perkara dengan jalan mediasi dan pernah menetapkan secara hukum hasil perdamaian melalui mediasi di pengadilan agama padang. 5. Analisis data Pada dasarnya analisis data adalah Pertama, melakukan klasifikasi data berdasarkan tema-tema yang muncul dari catatan lapangan dan temuan-temuan penelitian. Kedua, melakukan konfirmasi antara teori dan data.15 Secara sistematis maka analisis data dilakukan dengan langkah- langkah sebagai berikut: a. Informasi yang diperoleh dari dokumen akan disalin dalam bentuk penyajian data yang sistematis. b. Data yang diperoleh dari informan melalui wawancara dikelompokkan menurut pokok permasalahannya. c. Data hasil wawancara yang telah dikelompokkan diseleksi kembali dan akan dilakukan pengurangan serta interpretasi terhadap data untuk memastikan apakah data tersebut bisa diolah atau tidak. c. Data dan Informasi yang telah diseleksi akan diolah dan dianalisis kemudian disalin dalam bentuk kalimat sebagai hasil penelitian, kemudian disimpulkan.

15

Sulistiyowati Irianto(ed), Op.cit, h. 310

Anda mungkin juga menyukai