Anda di halaman 1dari 219

TUGAS DAN FUNGSI SERTA ADMINISTRASI PERKARA

PIDANA UMUM

DISUSUN OLEH

Dr. MUSLIKHUDDIN, S.H.,M.H.


MOHAMMAD CHOZIN, S.H.,M.H.
HELFANDRA BUSRIAN, SH
ARDIANSYAH GIRSANG, SH

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN


TEKNIS ADMINISTRASI KEJAKSAAN (TAK)
BADIKLAT KEJAKSAAN R.I.
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Tujuan pembangunan nasional sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar tahun 1945 adalah
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Untuk
tercapainya tujuan tersebut perlu dipersiapkan sumber daya manusia (SDM) termasuk SDM di Kejaksaan
Kejaksaan adalah lembaga pemerintah yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman yang melaksanakan
kekuasaan negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan Undang-Undang. Sebagai lembaga pemerintah,
Kejaksaan harus didukung oleh aparatur yang profesional, berintegritas dan berkarakter yang salah satu caranya didapat melalui
pendidikan dan pelatihan. Oleh karena itu Badan Pendidikan Dan Pelatihan Kejaksaan R.I. mengadakan Pendidikan dan
Pelatihan Teknis Administrasi Kejaksaan (TAK) bagi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Tahun 2022. Dalam rangka pemenuhan
proses pembelajaran, maka disusunlah modul-modul, yang salah satunya modul Tugas, Kewenangan dan Administrasi Perkara
Tindak Pidana Umum.
Modul ini akan membahas tentang tugas, wewenang, fungsi dan administrasi perkara tindak pidana umum.
Pembahasan dimulai dengan struktur organisasi bidang Tindak Pidana Umum, tugas dan kewenangan Kejaksaan di bidang tindak
pidana umum serta membahas tentang administrasi dan prosedur yang akan digunakan dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya.
Atas nama Badan Pendidikan dan Pelatihan, kami mengucapkan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
tim penyusun yang telah bekerja keras menyusun modul ini. Begitu pula halnya dengan para ahli di bidang masing-
masing yang telah memberikan review dan masukan, kami ucapkan terimakasih.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa modul ini masih jauh dari sempurna, sehingga kritik, saran dan
kontribusi dari berbagai pihak tentu akan sangat membantu untuk perbaikan modul ini ke depan. Akhirnya kami berharap
semoga modul ini dapat bermanfaat dan memberi kontribusi bagi para peserta TAK dalam pelaksanaan tugas kedinasan.

Jakarta, Februari 2022

Kepala Badan,

Tony T. Spontana
Pendahuluan
Deskripsi Singkat Indikator Keberhasilan
Modul ini akan membahas tentang tugas, wewenang, 1. Memahami dan mengaplikasikan tugas dan fungsi
fungsi Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Umum Kejaksaan serta tata kelola administrasi Kejaksaan
dan Administrasi Perkara Tindak Pidana. Pembahasan dibidang Pidana Umum dalam pelaksanaan tugas.
dimulai dengan sejarah perkembangan tugas dan 2. Tersedianya ASN/CPNS Kejaksaan R.I. yang memiliki
kewenangan Kejaksaan di Bidang Tindak Pidana Umum kemampuan dan ketrampilan, memiliki integritas
serta membahas tentang administrasi dan prosedur yang kepribadian dan disiplin dalam pelaksanaan tugas,
akan digunakan dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya. fungsi dan kewenangan Kejaksaan.

Tujuan Pembelajaran
1. Mengetahui dan memahami tentang tugas dan fungsi Kejaksaan serta tata kelola administrasi Kejaksaan di
bidang Pidana Umum.
2. Mempersiapkan dan membentuk ASN/CPNS Kejaksaan R.I. yang siap pakai dalam pelaksanaan tugas, fungsi
dan kewenangan Kejaksaan.
4
PERKEMBANGAN TUGAS DAN FUNGSI KEJAKSAAN DI BIDANG
TINDAK PIDANA UMUM

A. Tugas dan Fungsi Kejaksaan di Bidang


Tindak Pidana pada Zaman Pemerintahan 1. Mengadili perkara banding dari perkara-perkara
Hindia Belanda yang diputus oleh Raad van Justitie (pasal 169
RO)
Pada jaman Pemerintahan Hindia Belanda terdapat 3
badan peradilan umum yang ada relevansinya 2. Memutus perkara –perkara yang diminta kasasi
dengan Jaksa dan Kejaksaan, yaitu Pengadilan (pasal 170 RO)
Negeri (Landraad) adalah pengadilan sehari-hari 3. Memutus dalam tingkat pertama dan terakhir
bagi penduduk Bumiputera atau yang dipersamakan perkara-perkara yang termasuk dalam golongan
baik dalam perkara sipil (perdata) maupun pidana forum privelegiatum (pasal 163 RO), seperti
(pasal 94 RO) ; Raad van Justitie (R. v .J) adalah para pejabat tinggi tertentu, para Sultan dsb,
pengadilan sehari-hari bagi penduduk golongan serta perselisihan-perselisihan wewenang
eropa (pasal 129 RO) dan merupakan pengadilan mengadili (Jurisdictie geschillen) antara
banding bagi Landraad (pasal 128 RO), berwenang pengadilan-pengadilan tingkat banding, antara
juga untuk memutus perselisihan untuk mengadili pengadilan sipil dan militer, antara pengadilan
(jurisdictie geschillen) antara Landraad (pasal 127 swapraja dsb.
RO) ; Hooggerechtshof adalah pengadilan tinggi
yang berwenang untuk :
Pada tingkat Pengadilan Negeri (Landraad) dan
Dalam ketiga jenis Raad van Justitie, lembaga Openbaar Ministerie
badan peradilan • Mempertahankan (OM) dilaksanakan oleh Officer van Justitie ,
terdapat pegawai- segala peraturan sedangkan pada tingkat Hooggerechtshof
pegawai yang
diberi wewenang negara; dilaksanakan oleh Procureur General (PG) atau
substitusinya yang dinamakan Advocaat
selaku pengemban
tugas dari suatu
• Melakukan General.
lembaga (badan penuntutan segala
atau dinas) negara tindak pidana;
yang dinamakan
Openbaar • Melaksanakan Adanya Openbaar Ministerie dalam sistem
Ministerie (OM),
putusan pengadilan peradilan yang berlalu di Hindia Belanda
lembaga ini merupaka penerapan dari asas konkordansi
mempunyai 3 pidana yang yaitu harus ada persamaan antara peraturan
(tiga) tugas
pokok, yaitu :
berwenang. hukum dan sistem serupa yang berlaku di
negeri Belanda
• Tugas dan kewenangan Kejaksaan pada zaman penjajahan Hindia
Belanda sebagaimana diatur dalam pasal 55 RO, antara lain
sebagai berikut :
1. Mempertahankan ketentuan undang-undang;
2. Melakukan penyidikan dan penyidikan lanjutan ;
3. Melakukan penuntutan tindak-tindak pidana pelanggaran dan kejahatan ;
4. Melaksanakan putusan-putusan pengadilan pidana ;
5. Berwenang untuk menyampingkan perkara berdasarkan asas opportunitas
tidak tertulis ;
6. Dapat naik banding (appel) dan memajukan permohonan kasasi fihak atas
putusan pengadilan yang berwenang yang tidak merupakan putusan bebas
(pasal 128, 169, 171 RO) ;
B. Tugas dan Fungsi Kejaksaan di Bidang Tindak
Pidana Umum Pada Masa Kemerdekaan.

• Berdasarkan Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 jo Peraturan


Pemerintah Nomor 2 Tahun 1945, maka setelah Indonesia
merdeka, kekuasan Openbaar Ministerie (O.M)/ Procureur
General (P.G) di zaman Hindia Belanda tetap berlaku bagi
Kejaksaan/Jaksa Agung di Negara Republik Indonesia
• Undang Undang Nomor 15 Tahun 1961
tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kejaksaan
1. Tugas dan Fungsi Kejaksaan di Bidang Republik Indonesia mengatur secara jelas
Tindak Pidana Dalam Undang Undang tentang tugas dan fungsi Kejaksaan di bidang
Nomor 15 Tahun 1961 tentang tindak pidana yaitu dalam Pasal 1 ayat (1)
Ketentuan-ketentuan Pokok Kejaksaan Undang Undang Nomor 15 Tahun 1961
Republik Indonesia dan Perangkat tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kejaksaan
Peraturan Pelaksanaannya. Republik Indonesia :
• Kejaksaan Republik Indonesia selanjutnya disebut
Kejaksaan , ialah alat Negara penegak hukum yang
terutama bertugas sebagai penuntut umum.
1. a. Mengadakan penuntutan dalam perkara
pidana pada Pengadilan yang berwenang.
b. Menjalankan keputusan dan penetapan
• Dalam melaksanakan ketentuan-ketentuan hakim pidana.
dalam pasal 1 Undang Undang Nomor 15 2. Mengadakan penyidikan lanjutan terhadap
Tahun 1961 tentang Ketentuan-ketentuan kejahatan dan pelanggaran serta mengawasi
Pokok Kejaksaan Republik Indonesia, dan mengkoordinasikan alat-alat penyidik
Kejaksaan dalam bidang tindak pidana menurut ketentuan-ketentuan dalan
mempunyai tugas : Undang-Undang Hukum Acara Pidana dan
lain-lain Peraturan Negara
3. ..
4. ..
• Didalam Keppres ini meniadakan Jabatan Jaksa Agung Muda
Bidang Operasi dan menggantikan Jaksa Agung Muda Bidang
Tindak Pidana Umum dan Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana
Khusus.
• Adapun fungsi Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Umum
sebagaimana pasal 17 Keppres Nomor 86 Tahun 1982 tentang
a. Keputusan Presiden Nomor 86 Tahun 1982 tentang Pokok-Pokok Organisasi Kejaksaan Ri . adalah :
Pokok-Pokok Organisasi Kejaksaan Republik Indonesia 1. merumuskan kebijaksanaan teknis pemberian bimbingan , pembinaan,
• Berdasar Keputusan Presiden No 86 Tahun 1982 tanggal 29 pengendalian dan pengawasan terhadap eselon bawahan serta petunjuk
Desember 1982 tentang Pokok-pokok Organisasi Kejaksaan Republik dan koordinasi kepada instansi lain dalam menyelenggarakan operasi
Indonesia dalam pasal 16 tugas Jaksa Agung Muda Bidang Tindak yustisial yang menyangkut tindak pidana umum ;
Pidana umum adalah melaksanakan sebagian tugas utama kejaksaan 2. merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan pra penuntutan,
di bidang yustisial yang menyangkut tindak pidana umum penuntutan, eksekusi perkara beserta pengadministrasiannya dan
berdasarkan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang statistik kriminil ;
ditetapkan oleh Jaksa Agung
3. mempersiapkan konsepsi, bahan-bahan pertimbangan, rencana,
pendapat dan saran bagi kebijaksanaan yang akan diambil oleh Jaksa
Agung dalam/mengenai tugas-tugas kejaksaan pada umumnya dan
tugas-tugas operasi yustisial pada khususnya ;
4. memberikan pertimbangan kepada Jaksa Agung dalam segala urusan
bantuan hukum, analisa hukum dan analisa kriminalitas ;
5. melaksanakan pengamanan teknis atas prlaksanaan tugas pokok sesuai
dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Jaksa Agung berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Keputusan
Jaksa Agung RI • Pasal 292 :
No. KEP- “ Tugas pokok Jaksa Agung Muda
116/JA/06/1983 Bidang Tindak Pidana Umum ialah
melaksanakan sebagian tugas utama
tentang Susunan Kejaksaan di bidang yustisial yang
Organisasi dan menyangkut tindak pidana umum
Tata Kerja berdasarkan peraturan perundang-
undangan dan kebijaksanaan yang
Kejaksaan ditetapkan oleh Jaksa Agung “
Republik
Indonesia
• Pasal 293 :

...... Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Umum mempunyai fungsi :
1. merumuskan kebijaksanaan teknis pemberian bimbingan, pembinaan, pengendalian dan pengawasan
terhadap eselon bawahan serta petunjuk dan koordinasi kepada instansi lain dalam menyelenggarakan
operasi yustisial yang menyangkut tindak pidana umum ;
2. merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan pra penuntutan , penuntutan, eksekusi perkara beserta
pengadministrasiannya dan statistik kriminil ;
3. mempersiapkan konsepsi, bahan-bahan pertimbangan, rencana, pendapat dan saran bagi kebijaksanaan
yang akan diambil oleh Jaksa Agung dalam/mengenai tugas-tugas kejaksaan pada umumnya dan tugas-
tugas operasi yustisial pada khususnya ;
4. memberikan pertimbangan/saran kepada Jaksa Agung dalam segala urusan bantuan hukum, analisa hukum
dan analisa kriminalitas ;
5. melaksanakan pengamanan teknis atau pelaksanaan tugas pokok sesuai dengan kebijaksanaan yang
ditetapkan oleh Jaksa Agung dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Tugas dan Wewenang Kejaksaan di Bidang Pidana yang Terkandung Dalam
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1991 tentang Kejaksaan Republik Indonesia
dan Perangkat Pelaksanaannya

Pasal 27 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1991:


• Di bidang pidana , Kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang
a. melakukan penuntutan dalam perkara pidana ;
b. melaksanakan penetapan Hakim dan putusan pengadilan ;
c. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan keputusan lepas
bersyarat ;
d. melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan
pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang
dalam pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik.
a. Keppres Nomor 55 Tahun 1991 tentang Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia

Pasal 16 :
“Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum
Pasal 15 : mempunyai tugas dan wewenang melakukan
“Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum prapenuntutan, pemeriksaan tambahan,
adalah unsur pembantu pimpinan dalam penuntutan, melaksanakan penetapan hakim dan
melaksanakan sebagian tugas dan wewenang putusan pengadilan, pengawasan terhadap
serta fungsi Kejaksaan dibidang Yustisial pelaksanaan keputusan lepas bersyarat da
mengenai tindak pidana umum yang bertangung tindakan hukum lainnya dalam perkara tindak
jawab langsung kepada Jaksa Agung.” pidana umum berdasarkan peraturan perundang –
undangan dan kebijaksanaan yang ditetapkan
Jaksa Agung.”
Pasal 17 :
“.....Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum menyelenggarakan
fungsi :
1. merumuskan kebijaksanaan teknis kegiatan yustisial pidana
umum berupa pemberian bimbingan dan pembinaan bidang
tugasnya ;
2. merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan kegiatan
prapenuntutan “
b. KEPJA Nomor : KEP-035/JA/3/1992
tanggal 25 Maret 1992 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Pasal 223 :
......Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum mempunyai fungsi :
Republik Indonesia 1. merumuskan kebijaksanaan teknis kegiatan yustisial pidana umum berupa
pemberian bimbingan dan pembinaan dalam tugasnya ;
2. merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan kegiatan prapenuntutan,
pemeriksaan tambahan, penuntutan dalam perkara tindak pidana terhadap
keamanan negara dan ketertiban umum, tindak pidana terhadap orang dan harta
benda serta tindak pidana umum yang diatur diluar Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana ;
3. melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan, melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan keputusan lepas bersyarat dan tindakan hukum lain dalam
perkara tindak pidana umum serta pengadministrasiannya ;
4. membina kerjasama , melakukan koordinasi dan memberikan bimbingan serta
petunjuk teknis dalam penanganan perkara tindak pidana umum dengan instansi
terkait berdasarkan peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan yang
ditetapkan oleh Jaksa Agung ;
Pasal 222 5. memberikan saran, konsepsi tentang pendapat dan atau pertimbangan hukum
Jaksa Agung mengenai perkara tindak pidana umum dan masalah hukum lainnya
Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum mempunyai tugas dan wewenang dalam kebijakan penegakan hukum ;
melakukan prapenuntutan, pemeriksaan tambahan, penuntutan, melaksanakan
penetapan hakim dan putusan pengadilan, pengawasan terhadap pelaksanaan 6. membina dan meningkatkan kemampuan, ketrampilan dan integritas kepribadian
keputusan lepas bersyarat dan tindakan hukum lainnya dalam perkara tindak aparat tindak pidana umum di lingkungan kejaksaan ;
pidana umum berdasarkan peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan 7. melakukan pengamanan teknis atas pelaksanaan tugas dan wewenang kejaksaan
yang ditetapkan oleh Jaksa Agung di bidang tindak pidana umum berdasarkan peraturan perundang-undangan dan
kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Jaksa Agung ;
8. memberikan saran dan pertimbangan kepada Jaksa Agung serta melaksanakan
tugas-tugas lain sesuai petunjuk Jaksa Agung.
c. Keputusan Presiden Nomor 86 Tahun 1999 tentang Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia, yang merupakan perubahan
tentang Struktur Organisasi Kejaksaan dari Keppres Nomor 55 Tahun 1991.

Pasal 14 :

“Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum mempunyai tugas dan


wewenang melakukan prapenuntutan, pemeriksaan tambahan, penuntutan,
pelaksanaan penetapan hakim dan putusan pengadilan , pengawasan
terhadap pelaksanaan keputusan lepas bersyarat dan tindakan hukum
lainnya dalam perkara tindak pidana umum berdasarkan peraturan
perundang-undangan dan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Jaksa
Agung.”
d. KEPJA Nomor : 115/JA/10/1999 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Kejaksaan Republik Indonesia..

Pasal 203 :

“Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum mempunyai tugas dan


wewenang melakukan prapenuntutan, pemeriksaan tambahan , penuntutan,
pelaksanaan penetapan hakim dan putusan pengadilan, pengawasan
terhadap pelaksanaan putusan lepas bersyarat dan tindakan hukum lainnya
dalam perkara tindak pidana umum berdasarkan peraturan perundang-
undangan dan kebijaksanaan oleh Jaksa Agung “
Pasal 204 :
“ .............Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum menyelenggarakan fungsi :
1) perumusan kebijaksanaan teknis dan kegiatan yustisial pidana umum berupa pemberian bimbingan dqan
pembinaan dalam bidang tugasnya ;
2) perencanaan dan pelaksanaan dan pengendalian kegiatan prapenuntutan , pemeriksaan tambahan, penuntutan
dalam tindak pidana keamanan negara dan ketertiban umum, tindak pidana terhadap orang dan harta benda serta
tindak pidana umum yang diatur didalam dan diluar Kitab Undang-Undang Hukum Pidana ;
3) pelaksanaan penetapan hakim dan putusan pengadilan , pelaksanaan pengawasan terhadap pelaksanaan
keputusan lepas bersyarat dan tindakan hukum lainnya dalam perkara tindak pidana umum serta
pengadministrasiannya ;
4) pembinaan kerjasama , pelaksanaan, koordinasi dan pemberian bimbingan serta petunjuk teknis dalam
penanganan perkara tindak pidana umum dengan instansi terkait berdasarkan peraturan perundang-undangan dan
kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Jaksa Agung ;
5) pemberian sarana, konsepsi , tentang pendapat dan/atau pertimbangan hukum Jaksa Agung mengenai perkara
tindak pidana umum dan masalah hukum lainnya daam kebijakan penegakan hukum
6) pembinaan dan peningkatan kemampuan ketrampilan dan integritas aparat tindak pidana umum dilingkungan
kejaksaan ; “
7) pengamanan teknis atas pelaksanaan tugas dan wewenang kejaksaan di bidang tindak pidana umum berdasarkan
peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Jaksa Agung.
e. KEPJA Nomor: 225 / JA/ / 2003 merupakan perubahan dan penyempurnaan
atas beberapa pasal dalam Kepja No. 115/JA/10/1999
Pasal 640 :
Seksi Tindak Pidana Umum terdiri dari :
a. Subseksi Prapenuntutan
b. Subseksi Penuntutan
c. Subseksi Upaya Hukum, Eksekusi dan
Merubah pasal Eksaminasi
640 dan pasal
641 Kepja No.
115/JA/10/1999
menjadi sebagai Menjadi:
berikut:
Seksi Tindak Pidana Umum
terdiri dari :
a. Subseksi Prapenuntutan
b. Subseksi Penuntutan
3. Tugas dan Wewenang Kejaksaan di Bidang Pidana yang Terkandung Dalam Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia dan Perangkat
Pelaksanaannya sebagaimana telah dirubah dengan undang-undang Nomor 11 Tahun 2021

Peraturan Presiden Nomor


Pasal 30 :
Di bidang pidana , kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang : 29 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan
a. melakukan penuntutan ; Presiden Nomor 38 Tahun 2010 tentang Organisasi dan
b. melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang Tata Kerja Kejaksaan RI
telah memperoleh kekuatan hukum tetap ;
c. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan Pasal 18
bersyarat, putusan pidana pengawasan dan keputusan lepas
bersyarat ;
d. melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu
berdasarkan undang-undang ; Peraturan Jaksa Agung R.I. Nomor : PER-
e. melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat
melakukan pemeriksaan tambahan sebelum dlimpahkan ke 006/A/JA/07/2017 tentang tentang Organisasi
pengadilan yang dalam pelaksanaannya dikoordinasikan dan Tata Kerja Kejaksaan R.I.
dengan penyidik .
PASAL 267
Tambahan tugas dan wewenang berdasarkan UU Nomor 11
Tahun 2021 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor
16 Tahun 2004
Pasal 30 C :

Turut serta dan aktif dalam penanganan perkara pidana yang


melibatkan saksi dan korban serta proses rehabilitasi, restitusi, dan
kompensasinya; (huruf c)
Melakukan mediasi penal, melakukan sita ekseskusi untuk
pembayaran pidana denda dan pidana pengganti serta restitusi; (huruf
d)
melakukan sita eksekusi untuk pembayaran pidana denda dan uang
pengganti; (huruf g)
Dalam rangka efektivitas pelaksanaan tugas dan wewenang Kejaksaan RI
serta tuntutan percepatan pemberian pelayanan hukum kepada masyarakat
perlu melakukan penyesuaian terhadap organisasi dan tata kerja Kejaksaan
RI yang diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI yaitu dengan ditetapkan Peraturan
Jaksa Agung RI Nomer : PER-006/A/JA/07/2017 berdasar Peraturan
Presiden Nomor 29 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden
Nomor 38 Tahun 2010 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kejaksaan RI .
KEDUDUKAN, TUGAS, WEWENANG SERTA FUNGSI JAKSA AGUNG MUDA BIDANG TINDAK
PIDANA UMUM
(PERJA No. 006/A/JA/2017) SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN PERATURAN
KEJAKSAAN NOMOR 1 TAHUN 2021

• Pra Penuntutan
• Pasal 267 Peraturan Jaksa Agung R.I. Nomor : • Pemeriksaan tambahan
PER-006/A/JA/07/2017 Tentang Organisasi dan • Penuntutan
Tata Kerja Kejaksaan R.I yang telah dirubah
dengan Peraturan Kejaksaan Nomor 1 Tahun • Upaya hukum
2021, kedudukan Jaksa Agung Muda Bidang Tindak • Pelaksanaan penetapan hakim dan putusan
Pidana Umum adalah sebagai unsur pembantu pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
pimpinan dalam melaksanakan tugas dan wewenang hukum tetap
Kejaksaan dalam bidang tindak pidana umum dan • Eksaminasi
bertanggung jawab kepada Jaksa Agung. • Pengawasan terhadap pelaksanaan pidana
Pelaksanaan tugas dan wewenang Kejaksaan dalam bersyarat, pidana pengawasan , pengawasan
bidang tindak pidanan umum meliputi : terhadap pelaksanaan keputusan lepas bersyarat
dan tindakan hukum lainnya.
Dalam melaksanakan tugas dan wewenang di bidang tindak pidana umum, Jaksa Agung Muda
Bidang Tindak Pidana Umum menyelenggarakan fungsi ( pasal 268 Peraturan Jaksa Agung RI
Nomor : PER-006/A/JA/07/2017) :

a. Perumusan kebijakan di bidang tindak pidana umum ;


b. Pelaksanaan penegakan hukum di bidang tindak pidana umum ;
c. Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang tindak pidana
umum ;
d. Pelaksaanaan hubungan kerja dengan instansi atau lembaga baik di dalam
negeri maupun di luar negeri ;
e. Pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan di bidang
tindak pidana umum
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Jaksa Agung.
JAMPIDUM MENANGANI 722 JENIS TINDAK PIDANA DIKELOPOKKAN PADA 4 TINDAK
PIDANA
(PEDOMAN JA NOMOR 3 TAHUN 2021 tgl 9 Feb 2021 TENTANG
PENGELOMPOKAN JENIS TINDAK PIDANA)

1. TP ORANG DAN HARTA BENDA :


• Tindak pidana melanggar Kepentingan hokum perorangan dan hak kebendaan
2. KAMNEGTIBUN DAN TPUL
• Tindak pinadan Keamanan neg,ketertiban umum,kesehatan, lingkungan hidup, perekonomian
dan tpul
3. NARKOTIKA DAN ZAT ADIKTIF LAINNYA
• Tindak pidana Narkotika, precursor narkotika,psikotropika,dan zat adiktif, perlindungan
konsumen dan kesehatan (obat, kosmetik, rokok dll)
4. TERORISME DAN LINTAS NEGAR
• Tindak pidana terorisme, perdagangan orang, kedaulatan /pelanggaran batas negara,
perlindungan tenaga kerja/migran Indonesia, ancama serius bagi keamanan dan kemakmuran
global yang bersifat lintas negara.
STRUKTUR ORGANISASI

Kejaksaan melalui Jaksa


Agung Muda Bidang
Tindak Pidana Umum
melaksanakan tugas,
fungsi dan wewenang di
bidang tindak pidana
umum, dengan struktur
organisasi sebagai
berikut :
PERATURAN JAKSA AGUNG NOMOR: PER-006/A/JA/07/2017
Tanggal 20 Juli 2017
Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kejaksaan RI.
Tugas & Fungsi Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana
Umum
(Pasal 269 Perja 006 Tahun 2017)

• Perumusan kebijakan di bidang tindak pidana umum;


• Pelaksanaan penegakan hokum di bidang tindak pidana umum;
• Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang tindak
pidana umum;
• Pelaksanaan hubungan kerja dengan instasi atau lembaga baik di dalam
negeri maupun luar negeri;
• Pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan di
bidang tindak pidana umum;
• Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Jaksa Agung.
Pengaturan Wilayah Kerja Jampidum
Wilayah I : Wilayah II :
• Kejaksaan Agung • Kejati Jawa Timur
• Kejaksaan Tinggi Sumut • Kejati Sulawesi Selatan
• Kejaksaan Tinggi Riau • Kejati Kalimantan Timur
• Kejaksaan Tinggi Kalimantan Selatan • Kejati NTB
• Kejati Sumatera Barat • Kejati Jambi
• Kejati Sulawesi Utara • Kejati Sulawesi Tenggara
• Kejati DIY • Kejati Papua
• Kejati Bengkulu
• Kejati Kalimantan Tengah
• Kejati DKI Jakarta
• Kejati Jawa Barat
• Kejati Sumatera Selatan
• Kejati Jawa Tengah
• Kejati Banten
• Kejati Kalimantan Barat
• Kejati Lampung
• Kejati Aceh
• Kejati NTT
• Kejati Bali • Kejati Maluku
• Kejati Sulawesi Tengah • Kejati Kepulauan Riau
• Kejati Bangka Belitung • Kejati Gorontalo
• Kejati Maluku Utara
BAGAN ORGANISASI SESJAMPIDUM
Tugas & Fungsi Sesjampidum

Dalam melaksanakan tugas di bidang kesekretariatan di lingkungan Jaksa Agung Muda


Pidana Umum mempunyai Fungsi (Pasal 237 Perja 006 Tahun 2017):
a) Penyiapan kegiatan di bidang kesekretariatan di Lingkungan Jaksa Agung Muda
Tindak Pidana Umum;
b) Penyusunan rencana strategis, rencana kerja, program dan anggaran, Rencana
Anggaran kerja K/L di lingkungan Jampidum;
c) Pelaksanaan pemantauan, penilaian dan penyusunan laporan akuntabilitas kinerja
penanganan perkara tindak pidana umum;
d) Pengumpulan, pencatatan, pengolahan dan penyajiandata kegiatan di bidang tindak
pidana umum;
e) Pengelolaan keuangan dan barang miliknegara di lingkungan Jampidum
f) Pelaksanaan kordinasi dan kerja sama dengan lembaga penegak hokum lain yang
memiliki penyidik pegawai Negeri Sipil; dan
g) Pelaksanaan Fungsi lain sesuai petunjuk Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum
Direktorat pada Jampidum
Berdasarkan Peraturan Jaksa Agung RI Nomor : PER-006/A/JA/07/2017)
terjadi perubahan struktur organisasi pada Jaksa Agung Muda Bidang Tindak
Pidana Umum yaitu terdapat 4 Direktorat (pasal 270), yaitu :
• Direktorat TP Terhadap Orang dan Harta Benda
1. Direktorat TP Terhadap Keamanan Negara, Ketertiban Umum dan Tindak
Pidana Umum Lainnya
2. Direktorat TP Narkotika dan Zat Adiktif lainnya
3. Direktorat TP Terorisme dan Lintas Negara
Direktorat Orang dan Harta Benda
TUGAS DAN FUNGSI DIREKTORAT ORANG DAN HARTA
BENDA

Pasal 288 Perja 07 / 2017 :


a) Penyusunan rencana dan program kerja penanganan perkara tindak
pidana Oharda
b) Penyiapan perumusan kebijakan teknis penanganan perkara Oharda
meliputi Pratut, Tut, eksekusi & Eksaminasi
c) Pemberian pertimbangan hokum penanganan perkara TP Oharda
d) Pengendalian penanganan perkara TP Oharda dengan ketentuan yg
diatur Kejaksaan
e) ……..dst.
Direktorat TP Keamanan Negara, Ketertiban Umum
dan TP Umum Lainnya
Tugas dan Fungsi Direktorat Kamnegtibum &
TPUL
Pasal 304 Perja 07 Tahun 2017 :
a) Penyusunan rencana dan program kerja penanganan perkara tindak
pidana Kamnegtibum dan TPUL.
b) Penyiapan perumusan kebijakan teknis penanganan perkara
Kamnegtibum dan TPUL meliputi Pratut, Tut, eksekusi & Eksaminasi
c) Pemberian pertimbangan hokum penanganan perkara TP Kamnegtibum
dan TPUL Pengendalian penanganan perkara TP Kamnegtibum dan
TPUL dengan ketentuan yg diatur Kejaksaan
d) ……..dst.
Direktorat Tindak Pidana Narkotika dan Zat
Adiktif Lainnya
Tugas dan Fungsi Direktorat Narkotika & Zat Adiktif
Lainnya

Pasal 320 Perja 07 Tahun 2017 :


a) Penyusunan rencana dan program kerja penanganan perkara tindak
pidana Narkotika dan Zat Adiktif Lainnya.
b) Penyiapan perumusan kebijakan teknis penanganan perkara Narkotika
dan Zat Adiktif Lainnya meliputi Pratut, Tut, eksekusi & Eksaminasi
c) Pemberian pertimbangan hokum penanganan perkara TP Narkotika dan
Zat Adiktif Lainnya Pengendalian penanganan perkara TP Narkotika dan
Zat Adiktif Lainnya dengan ketentuan yg diatur Kejaksaan
d) ……..dst.
Direktorat Tindak Pidana Terorisme dan
Lintas Negara
Tugas dan Fungsi Direktorat TP Terorisme dan Lintas
Negara

Pasal 336 Perja 07 Tahun 2017 :


a) Penyusunan rencana dan program kerja penanganan perkara tindak pidana
Terorisme dan Lintas Negara.
b) Penyiapan perumusan kebijakan teknis penanganan perkara Terorisme dan
Lintas Negara meliputi Pratut, Tut, eksekusi & Eksaminasi
c) Pemberian pertimbangan hokum penanganan perkara TP Terorisme dan
Lintas Negara Pengendalian penanganan perkara TP Terorisme dan Lintas
Negara Lainnya dengan ketentuan yg diatur Kejaksaan
d) ……..dst.
ASISTEN BIDANG TINDAK PIDANA UMUM
TUGAS ASISTEN BIDAN TINDAK PIDANA UMUM (Pasal 851
Perja 07 / 2017)

• Melaksanakan dan mengendalikan penanganan perkara tahap


prapenuntutan, pemeriksaan tambahan, penuntutan, pelaksanaan
penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah berkekuatan
hokum tetap, eksaminasi serta pengawasan terhadap pelaksanaan
pidana bersyarat, pidana pengawasan, pengawasan terhadap
pelaksanaan keputusan pembebasan bersyarat dan kebijakan serta
tindakan hukum lainnya.
Kejaksaan Negeri Tipe A
Kejaksaan Negeri Tipe B
Tugas dan Fungsi Seksi Tindak Pidana Umum Pada
Kejaksaan Negeri :

Pasal 998 Perja 07 Tahun 2017 :


a) Penyiapan bahan Penyusunan rencana dan program kerja.
b) Analisis dan penyiapan pertimbangan hokum penanganan perkara tindak pidana umum;
c) Pelaksanaan dan pengendalian penanganan perkara tahap Pratut, Pemeriksaan tambahan,
penuntutan, pelaksanaan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hokum
tetap, eksaminasi serta pengawasan terhadap pelaksanaan pidana bersyarat pidana pengawasan,
pengawasan terhadap pelaksanaan keputusan pembebasan bersyarat serta tindakan hokum lainnya;
d) Penyiapan pelaksanaan kordinasi dan kerja sama dalam penanganan perkara tindak pdana umum
e) Pengelolaan dan penyajian data dan informasi;
f) …..dst.
ADMINISTRASI PERKARA TINDAK
PIDANA
REFERENSI MATERI ADMINISTRASI PIDANA
UMUM

• Keputusan Jaksa Agung Nomor:KEP-518/A/JA/11/2001 tanggal 1 Nop 2001


Tentang Perubahan Keputusan Jaksa Agung Nomor:Kep-132/A/JA/11/1994 tentang
Administrasi Tindak Pidana.
• Peraturan Kejaksaan RI Nomor 13 Tahun 2019 tanggal 20 Nopember 2019 tentang
Pencabutan Peratutan Jaksa Agung Nomor: Per-036/A/JA/09/2011 tentang Standar
Operasional Prosedur (SOP) Penanganan Tindak Pidana Umum.
• Keputusan Jaksa Agung RI Nomor: Kep-24/E/Ejp/12/2019 tanggal 2 Desember
2019 tentang Standar Operasional Penaganan Tindak Pidana Umum.

Alasan pencabutan Peratutan Jaksa Agung Nomor: Per-
036/A/JA/09/2011 tentang Standar Operasional Prosedur
(SOP) Penanganan Tindak Pidana Umum.

• Untuk memenuhi standar yang baik


dalam aktifitas, pelaksanaan CatataN:
kegiatan,persyaratan waktu kerja,dan Pemberlakuan Kepja 24/2019 tidak
output yang menjamin terciptanya menghapus Persuratan yang sudah ada
kepastian dan pelayanan hokum yang dalam Perja 518 tahun 2001 namun
lebih baik bagi masyarakat.melaui: menambahkan yang belum diakomodir
• Keputusan Jaksa Agung RI Nomor: Kep- krn Kepja 518/2001 belum dicabut.
24/E/Ejp/12/2019 tanggal 2 Desember
2019 tentang Standar Operasional
Penaganan Tindak Pidana Umum.
ADMINISTRASI PERKARA TINDAK PIDANA BERDASAR KEPJA NO:
KEP-518/A/JA/11/2011

1. Yang dimaksud dengan Administrasi Perkara Tindak


Pidana adalah bagian dari Administrasi umum Kejaksaan
yang meliputi segala administrasi yang mengelola perkara
tindak pidana umum dan perkara tindak pidana khusus
mengenai perkara, tahanan, barang sitaan, barang bukti,
barang rampasan, barang temuan dan hasil dinas, baik
secara teknis yuridis maupun yang hanya merupakan
pencatatan proses penanganan berbentuk Surat-Surat,
A. Administrasi Perkara Tindak Pidana di register dan laporan sesuai dengan bentuk dan kode yang
Kejaksaan RI. ditentukan.
Bahwa berdasarkan pasal 1 (ketentuan umum) 2. Yang dimaksud dengan surat-surat adalah segala bentuk
Keputusan Jaksa Agung RI nomor KEP- dan macam surat baik berupa surat menyurat, Surat
perintah, Surat Ketetapan dan Berita Acara yang diperlukan
120/JA/12/1992 tanggal 31 Desember 1992 menurut ketentuan KUHAP.
disebutkan bahwa ; 3. Yang dimaksud dengan register adalah buku daftar yang
memuat secara lengkap dan terinci mengenai perkara,
benda sitaan, barang bukti, barang rampasan, barang
temuan dan hasil dinas
ADMINISTRASI PERKARA TINDAK PIDANA BERDASAR KEPJA NO:
KEP-518/A/JA/11/2001

4. Yang dimaksud dengan


laporan adalah penyampaian
informasi dan data secara
berkala berupa: • Mengenai:
• Laporan bulanan • Perkara
• Laporan triwulan • Tahanan
• Laporan tahunan, atau • Benda sitaan
• Sewaktu-Waktu (insendentil) • Barang bukti/barang rampasan
• Hasil dinas
• Ketentuan Administrasi perkara tindak pidana
yang berlaku di Kejaksaan RI meliputi a. Penyesuaian Susunan Organisasi dan
Keputusan Jaksa Agung RI nomor 1 KEP- Tata Kerja Kejaksaan RI yang diatur
518/A/JA/11/2001 tanggal 1 Nopember 2001 dengan Keputusan Jaksa Agung RI
(Kepja 518/2001) tentang perubahan
Keputusan Jaksa Agung R1 nomor KEP- nomor KEP-115/JA/10/1999 tanggal
132/JA/11/1994 tanggal 7 Nopember 1994 20 Oktober 1999
tentang Administrasi Perkara Tindak Pidana. b. Untuk kelancaran pelaksanaan tugas
KEPJA 518/2001 ini merupakan perubahan dan Wewenang kejaksaan dalam
beberapa formulir dari administrasi perkara
tindak pidana yang merupakan lampiran pada proses penanganan dan penyelesaian
Keputusan Jaksa Agung R1 nomor KEP- perkara tindak pidana.
132/JA/ 11/1994 tanggal 7 Nopember 1994
(Kepja-132/ 1994) sehubungan dengan :
KEPJA-120/ 1992 ini diterbitkan sehubungan
dengan berlakunya Undang-undang nomor 5
tahun 1991 tentang Kejaksaan RI dan Keputusan
KEPJA-132/1994 merupakan perubahan dari Presiden RI nomor 55 tahun1991 tentang susunan
keputusan Jaksa Agung RI nomor KEPJA- organisasi dan tata kerja Kejaksaan RI untuk
120/JA/ 12/ 1992 tanggal 31 Desember 1992 merubah ketentuan administrasi tindak pidana
(KEPJA-120/ 1992), karena KEPJA 12O/ 1992 yang diatur dalam Keputusan Jaksa Agung RI
ini belum sepenuhnya dapat memenuhi nomor KEPJA-088/JA/8/1988 agar secara
kebutuhan pelaksanaan tugas dan wewenang optimal dapat mengantisipasi perkembangan
Kejaksaan dalam penyelesaian perkara tindak kemajuan dalam sistem laporan yang cepat dan
pidana akurat baik secara kwalitatif maupun kuantitatif
perlu dipersiapkan mekanisme laporan dalam
bentuk komputerisasi administrasi perkara tindak
pidana terpadu
B. Hal-hal yang diatur dalam KEPJA-
518/2001

Administrasi perkara tindak pidana yang diatur dalam KEPJA-


518/2001, meliputi seluruh proses dari tahap penyelidikan sampai
dengan tahap eksekusi dan oleh karenanya meliputi administrasi
perkara tindak pidana khusus (tahap penyelidikan sampai dengan tahap
penyidikan) dan administrasi perkara tindak pidana umum (tahap pra
penuntutan sampai dengan tahap pelaksanaan putusan)
2626
ADMINISTRASI PERKARA TINDAK PIDANA
BERDASARKAN KEPJA NO: KEP-518/A/JA/11/2011

1. Administrasi Perkara Tindak Pidana adalah bagian dari Administrasi umum Kejaksaan yang
meliputi segala administrasi yang mengelola perkara tindak pidana umum dan perkara tindak
pidana khusus mengenai perkara, tahanan, barang sitaan, barang bukti, barang
rampasan, barang temuan dan hasil dinas, baik secara teknis yuridis maupun yang hanya
merupakan pencatatan proses penanganan berbentuk Surat-Surat, register dan laporan
sesuai dengan bentuk dan kode yang ditentukan.
2. Surat-surat adalah segala bentuk dan macam surat baik berupa surat menyurat, Surat
perintah, Surat Ketetapan dan Berita Acara yang diperlukan menurut ketentuan KUHAP.
3. Register adalah buku daftar yang memuat secara lengkap dan terinci mengenai perkara,
benda sitaan, barang bukti, barang rampasan, barang temuan dan hasil dinas
2727

laporan adalah penyampaian informasi dan data secara berkala berupa:


Laporan bulanan
Laporan triwulan
Laporan tahunan, atau
Sewaktu-Waktu (insendentil)

Mengenai :
Perkara
Tahanan
Benda sitaan
Barang bukti/barang rampasan
Hasil dinas
2828
Pada prinsipnya hal-hal yang diatur dalam
KEPJA-518/2001

Administrasi perkara tindak pidana yang diatur dalam KEPJA-


518/2001, meliputi seluruh proses dari tahap penyelidikan sampai
dengan tahap eksekusi dan oleh karenanya meliputi administrasi
perkara tindak pidana khusus (tahap penyelidikan sampai dengan
tahap penyidikan) dan administrasi perkara tindak pidana umum
(tahap pra penuntutan sampai dengan tahap pelaksanaan
putusan)
13 Bentuk aministrasi Tindak Pidana berupa : Surat,
Laporan,Formulir, Register, Berita Acara
1. Kode Register Perkara (RP.1 s/d RP. 14)
2. Kode surat surat Perkara P1-P53)
3. Kode Laporan Perkara (LP.1 s/d LP.18)
4. Bentuk Formulir Tahanan (T.l s/d T.15)
5. Bentuk Register Tahanan (RT.l s/d RT.3)
6. Bentuk Laporan Tahanan (LT.1 s/d LT.2)
7. Bentuk Formulir Benda Sitaan/Barang Bukti (B.1 s/d B.22)
9. Kode laporan Benda Sitaan/ Barang Bukti (LB.1
s/dLB.5)
10. Bentuk Formulir Denda (D.1 s/d D.4)
11. Kode Register Hasil Dinas (RHD)
12. Kode Laporan hasil Dinas (LD)
13. Bentuk dan kode Berita Acara (BA.1 s/d BA23)
Ad.1. Kode Surat-Surat Perkara: ( P-1 s/d P-15 adalah Adm. Pidana Khusus)
1. P.1 : Penerimaan Laporan
2. P.2 : Surat perintah Penyelidikan
3. P.3 : Rencana Penyelidikan
4. P.4 : Permintaan Keterangan
5. P.5 : Laporan hasil Penyelidikan
6. P.6 : Laporan Terjadinya Tindak Pidana
7. P.7 : Matrik Perkara Tindak Pidana
8. P.8 : Surat perintah Penyidikan
9. P.8A : Rencana Jadwal Kegiatan Penyidikan
10. P.9 : Surat Panggilan Saksi / Tersangka
11. P.10 : Bantuan Keterangan Ahli
12. P.11 : Bantuan Pemanggilan Saksi /Ahli
13. P.12 : Laporan Perkembangan Penyidikan
14. P.13 : Usul Penghentian Penyidikan / Penuntutan
15. P.14 : Surat Perintah Penghentian Penyidikan
16. P.15 : Surat Perintah Penyerahan Berkas Perkara
17. P.16: Surat Perintah Penunjukan Jaksa Peneliti Berkas Perkara
16. P.16A : Surat Perintah Penunjukan Jaksa Penuntut Umum untuk Penyelesaian
Perkara Tindak Pidana
19. P-17 : Permintaan Perkembangan Hasil penyidikan
20. P18 : Hasil Penyidikan belum lengkap
21. P.19 : Pengembalian berkas Perkara untuk dilengkapi
22. P.20 : Pemberitahuan Bahwa Waktu Penyidikan Tambahan Sudah Habis
23. P.21 : Pemberitahuan Hasil Penyidikan Sudah Lengkap
24. P.21A : Pemberitahuan Susulan Hasil Penyidikan Sudah Lengkap
25. P.22 : Penyerahan Tersangka dan Barang Bukti (tahap 2)
26. P.23 : Surat Susulan Penyerahan Tersangka dan Barang Bukti
27. P.24 : Berita Acara Pendapat
28. P.25 : Surat Perintah Melengkapi Berkas Perkara
29. P.26 : Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan
30 P.27 : Surat Ketetapan Pencabutan Penghentian
Penuntutan
31. P.28 : Riwayat Perkara
32. P.29 : Dakwaan
33. P.30 : catatan Penuntut Umum
34. P.31 : Surat Pelimpahan Perkara Acara Pemeriksaan Biasa (APB)
35. P.33 : Tanda Terima Surat Pelimpahan Perkara APB/APS
36. P.34 : Tanda Terima Barang Bukti
37. P.35 : Laporan Pelimpahan Perkara

38. P.36 : Permintaan Bantuan Pengawalan Tahanan/ Pengamanan Persidangan


39. P.37 : Surat Panggilan Saksi Ahli / Terdakwa / Terpidana
40. P.38 : Bantuan Panggilan saksi / Terdakwa / Terpidana
41. P.39 : Laporan Hasil Persidangan
42. P.40 : Perlawanan Jaksa Penuntut Umum terhadap Penetapan Ketua PN/Penetapan Hakim
43. P.41 : Rencana Tuntutan Pidana
44. P.42 : Surat Tuntutan
45. P.43 : Laporan Tuntutan Pidana
46. P.44 : Laporan Jaksa Penuntut Umum Segera Setelah Putusan
47. P.45 : laporan Putusan pengadilan
48. P.46 : Memori Banding
49. P.47 : Memori kasasi
50. P.48 : Surat perintah Pelaksanaan Putusan Pengadilan
51. P.49 : Surat Ketetapan Gugurnya / Hapusnya Wewenang
Mengeksekusi
52. P.50 : Usul Permohonan Kasasi Demi kepentingan Hukum
53. P.51 : Pemberitahuan Pemidanaan Bersyarat
54. P.52 : Pemberitahuan Pelaksanaan Pelepasan Bersyarat
56. P.53 : Kartu Perkara Tindak Pidana
1. Lampiran I Pada Kalimat Identitas Tersangka Ditambah Calon Tersangka
2. Lampiran II tetap
3. Lampiran III tetap
4. Lampiran IV tetap
5. Lampiran V tetap
Ad. 2. Kode Register Perkara
1. RP.1 : Register Penerimaan Laporan
2. RP.2 : Register Perkara Tahap penyelidikan
3. RP.3 : Register Perkara Tahap Penyidikan
4. RP.4 : Register Permintaan Keterangan/Panggilan
5. RP.5 : Buku Perkara Jaksa Kegiatan Penyidikan
6. RP.6 : Register Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan/Dihentikannya Penyidikan
7. RP.7 : Register Penerimaan Berkas Perkara Tahap Pertama
8. RP.8 : Register Perkara Pemeriksaan Tambahan
9. RP.9 : Register Perkara Tahap Penuntutan
10. RP.10 : Register Penghentian Penuntutan Dan Penyampingan Perkara Demi
11. Kepentingan Umum
12. RP.11 : Upaya Hukum Dan Grasi
13. RP.12 : Register Pelaksanaan Putusan/Pidana Bersyarat Dan Gugurnya
14. Kewenangan Mengeksekusi serta Pelepasan Bersyarat
15. RP.13 : Register Perkara Acara Pemeriksaan Cepat Dan biasa
16. RP.14 : Register/Buku Perkara Jaksa Penuntut Umum
Ad.3. Kode Laporan Perkara

1. LP.1 : Laporan Bulanan Kegiatan Penyelidikan

2. LP.2 : Laporan Bulanan Kegiatan Penyidikan

3. LP.3 : Laporan Bulanan Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan

4. LP.4 : Laporan Penerimaan Berkas Tahap Perkara Tahap Pertama

5. LP.5 : Laporan Pemeriksaan Tambahan

6. LP.6 : Laporan Kegiatan Penuntutan

7. LP.7 : Laporan Rekapitulasi Kegiatan Penuntutan (Acara Pemeriksaan Biasa/Singkat)

8. LP.8 : Laporan Rekapitulasi Kegiatan Penuntutan (Acara Pemeriksaan Cepat)

9. LP.9 : Laporan Rekapitulasi Upaya Hukum Dan Grasi

10. LP.10 : Laporan Data Pelaksanaan Putusan Pengadilan

11. LP.11 : Laporan Bulanan Penghentian Penuntutan

12. LP.12 : Laporan Bulanan Upaya Hukum Dan Grasi


13. LP.13 : Laporan Data Pemidanaan Bersyarat

14. LP.14 : Laporan Data Pelepasan Bersyarat

15. LP.15 : Rekapitulasi Laporan Perkara Penting

16. LP.16 : Laporan Data Pembebasan Bersyarat

17. LP.17 : Laporan Triw ulan Penyelesaian Perkara Orang Asing

18. LP.18 : Laporan Tahunan

19. LP.19 : Laporan Triwulan Putusan-putusan Pidana Mati


5. Bentuk Formulir Tahanan

1. T.1 : Surat Perintah Penangkapan

2. T.2 : Surat Perintah Penahanan/Pengalihan Jenis Penahanan (Tingkat Penyidikan)


3. T.3 : Permintaan Perpanjangan Penahanan

4. T.4 : Surat Perpanjangan Penahanan


5. T.5 : Penolakan Permintaan Perpanjangan Penahanan

6. T.6 : Perpanjangan Penahanan Terhadap Tersangka / Terdakwa

7. T.7 : Surat Perintah Penahanan/Pengalihan Jenis Penahanan (Tingkat Penuntutan)

8. T.8 : Surat Perintah Penangguhan Penahanan/ Pengeluaran dari Tahanan/Pencabutan Penangguhan Penahanan

9. T.9 : Pemindahan Tahanan

10. T.10 : Surat Ijin Mengunjungi Tahanan

11. T.11 : Surat Perintah Pemeriksaan Kesehatan Tahanan

12. T.12 : Pemeriksaan Kesehatan Tahanan

13. T.13 : Panggilan Tahanan


14. T.14 : Bantuan Pencarian/Penangkapan

15. T.15 : Bantuan Penayangan Buronan


Ad.6. Bentuk Register Tahanan
1. Rt.l : Register Tahanan Tahap Penyidikan
2. Rt.2 : Register Surat Perpanjangan Penahanan
3. Rt.3 : Register Tahanan Tahap Penuntutan
Ad.7. Bentuk Laporan Tahanan
1. LT.1 : Laporan Bulanan Tahanan Tahap Penyidikan
2. LT.2 : Laporan Bulanan Tahanan Tahap Penuntutan
8. Bentuk Formulir Benda Sitaan / Barang Bukti

1. B.1 : Permintaan Ijin Penggeledahan/Penyitaan


2. B.2 : Laporan Untuk Mendapatkan Persetujuan Penggeledahan/Penyitaan
3. B.3 : Mohon Ijin Gubernur Bank Indonesia Untuk Memeriksa Keuangan
4. B.4 : Surat Perintah Penggeledahan/Penyegelan/Penyitaan/Penitipan
5. B.5 : Permintaan Ijin Khusus Untuk Membuka/Memeriksa Dan Menyita Surat
6. B.6 : Permintaan Penyerahan Surat-Surat Yang Dicurigai Dengan Alasan Kuat Mempunyai
7. Hubungan Dengan Perkara Yang Sedang Diperiksa
8. B.7 : Copy Pemberitahuan Surat Perintah Penyitaan Barang Bukti Oleh Kejaksaan
9. B.8 : Pemberitahuan Pencabutan Status Penyitaan Barang Bukti Oleh Kejaksaan
10. B.9 : Label Benda Sitaan/Barang Bukti
11. B.10 : Kartu Barang Bukti
12. B.11 : Permintaan Penelitian Benda Sitaan/Barang Bukti
13. B.12 : Pemberitahuan Dan Permintaan Persetujuan Lelang Benda Sitaan/Barang Bukti Yang Lekas
14. Rusak/Membahayakan/Biaya Tinggi
1. B.13 : Permohonan Ijin Untuk Melelang Benda Sitaan/ Barang Bukti Berdasarkan Pasal 45 KUHAP
2. B.14 : Surat Perintah Lelang Benda Sitaan/Barang Bukti
3. B.15 : Permintaan Bantuan Pelelangan Benda Sitaan/ Barang Bukti
4. B.16 : Laporan Pelaksanaan Lelang Benda Sitaan/Barang Bukti Berdasarkan Pasal 45 KUHAP
5. B.17 : Surat Ketetapan Pengembalian Benda Sitaan/ Barang Bukti Yang Tidak Diperlukan Bagi Kepentingan
Penuntutan
6. B.18 : Surat Perintah Pelimpahan Barang Rampasan
7. B.19 : Permohonan Ijin Pelelangan Barang Bukti Yang Dikembalikan Tetapi Tidak Diambil /Barang Temuan
8. B.20 : Permohonan Ijin Pemanfaatan/Penyerahan Barang Terlarang/Pemusnahan Barang Bukti Yang
Dikembalikan Tetapi Tidak Diambil/Barang Temuan
9. B.21 : Surat Perintah Pemanfaatan/Penyerahan Barang Terlarang/Pemusnahan Barang Bukti Yang
Dikembalikan Tetapi Tidak Diambil/Barang Temuan
10. B.22 : Laporan Pelaksanaan Pemanfaatan/Penyerahan Barang Terlarang/Pemusnahan Atas Barang Bukti
Yang Dikembalikan Tetapi Tidak Diambil/Barang Temuan
Ad.9. Kode Register Benda Sitaan/Barang Bukti
1. RB.1 : Register Benda Sitaan
2. RB.2 : Register Barang Bukti Dan Barang Temuan

Ad. 10. Kode Laporan Benda Sitaan/Barang Bukti


1. LB.1 : Laporan Bulanan Benda Sitaan Dan Barang Bukti
2. LB.2 : Laporan Penyelesaian Barang Bukti
3. LB.3 : Laporan Bulanan Barang Bukti Yang Sudah Memperoleh Kekuatan Hukum Tetap Dari
Pengadilan
4. LB.4 : Laporan Bulanan Penyelesaian Barang Rampasan Untuk Negara
5. LB.5 : Laporan Triwulan Penyelesaian Barang Temuan
Ad.11. Bentuk Formulir Denda
1. D.1 : Tagihan Denda/Uang Pengganti/Biaya Perkara
2. D.2 : Surat Pernyataan Kesanggupan Melunasi Pembayaran Denda
3. D.3 : Tanda Terima Pembayaran Denda/Denda Ganti/Uang Pengganti/Biaya Perkara
4. D.4 : Surat Perintah Penyerahan Denda/Denda Ganti/Uang Pengganti/Biaya Perkara

Ad.12. Register Hasil Dinas


1. RHD : Register Hasil Dinas

Ad.13. Kode Laporan Hasil Dinas :


1. LD : Laporan Hasil Dinas
1. Ad. 14. Bentuk Dan Kode Berita Acara
2. BA.1 : Berita Acara Pemeriksaan Saksi/Tersangka
3. BA.2: Berita Acara Pengambilan Sumpah/Janji Saksi
4. BA.3 : Berita Acara Pengambilan Sumpah/Janji Ahli
5. BA.4 : Berita Acara Penerimaan Dan Penelitian Tersangka
6. BA.5 : Berita Acara Penerimaan Dan Penelitian Benda Sitaan / Barang Bukti
7. BA.6 : Berita Acara Penitipan Benda Sitaan / Barang Bukti
8. BA.7 : Berita Acara Pelaksanaan Perintah Penahanan/Penahanan Lanjutan
9. BA.8 : Berita Acara Pelaksanaan Perintah Pengalihan Jenis Penahanan
10. BA.9 : Berita Acara Pelaksanaan Perintah Penangguhan Penahanan
11. BA.10 : Berita Acara Pelaksanaan Perintah Mengeluarkan Dari Tahanan
12. BA.11 : Berita Acara Pelaksanaan Perintah Pencabutan Penangguhan Penahanan
13. BA.12 : Berita Acara Pemeriksaan Tambahan (UU No.5/91)
14. BA.13 : Berita Acara Penggeledahan/Penyitaan
15. BA.14 : Berita Acara Pendapat (Resume)
16. BA.15 : Berita Acara Pelaksanaan Penetapan Hakim
17. BA.16 : Berita Acara Pemeriksaan Tambahan (Psl. 203 (3) b Kuhap)
18. BA.17 : Berita Acara Pelaksanaan Putusan Pengadilan
1. BA.18 : Berita Acara Pelaksanaan Pidana Mati
2. BA.19 : Berita Acara Pelaksanaan Putusan Perampasan/Pemanfaatan Benda Sitaan Yang
BersifatTerlarang Atau Dilarang Diedarkan
3. BA.20 : Berita Acara Pengembalian Barang Bukti
4. BA.21 : Berita Acara Penyerahan Tanggung jawab Atas Barang Rampasan/Barang Bukti
YangDikembalikan Tetapi Tidak Diambil/Barang Temuan Untuk Dilelang
5. BA.22 : Berita Acara Penyerahan Barang SitaanYang Bersifat Terlarang /Barang Rampasan/
Barang
6. Bukti Yang Dikembalikan Tetapi Tidak Diambil/Barang Temuan Untuk
7. Dimanfaatkan/Dimusnahkan
8. BA.23 : Berita Acara Pemusnahan Barang Bukti
48
Kepja 518 dikenal dengan BUKU MERAH
CONTOH SURAT P-16
PETUNJUK PENGISIAN
CONTOH
RP-6
52
PENGISIAN REGISTER DAN REGISTER

▪ PATUH
▪ TEPAT WAKTU
▪ SESUAI TAHAPAN
▪ SESUAI DATA YG DITERIMA
▪ (CMS SUDAH FORMAT), IKUTI
ALURNYA
Memahami
Standard
Operating PERSURATAN

Procedure PRAPENUNTUTAN

(SOP) PENUNTUTAN

PELAKSANAAN PUTUSAN

157 SOP
Apa itu Standard Operating Procedure?

bagaimana

kapan
Instruksi tertulis yang dibakukan mengenai
berbagai proses penyelenggaraan
aktivitas organisasi
di mana; dan

oleh siapa
Mengapa SOP Harus Diterapkan?

Standarisasi dalam Mengurangi tingkat Meningkatkan efisiensi &


menyelesaikan pekerjaan kesalahan & kelalaian efektivitas

Menjamin konsistensi
Menciptakan ukuran
Meningkatkan akuntabilitas pelayanan, dari sisi mutu,
standar kinerja
waktu, dan prosedur

Membantu penelusuran
Instrumen yang dapat Menghindari tumpang
terhadap kesalahan-
melindungi aparatur tindih pelaksanaan tugas
kesalahan prosedural
Prinsip Pelaksanaan SOP
• dilaksanakan secara konsisten dari waktu ke waktu, oleh siapa pun, dan dalam kondisi
Konsisten yang relatif sama

• dilaksanakan dengan komitmen penuh dari seluruh jajaran organisasi, dari tingkatan
Komitmen yang paling rendah dan tertinggi

• terbuka terhadap penyempurnaan untuk memperoleh prosedur yang benar-benar


Perbaikan efisien dan efektif
berkelanjutan

• mengikat pelaksana dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan prosedur standar


Mengikat yang telah ditetapkan

Seluruh unsur • Jika aparatur tertentu tidak melaksanakan perannya dengan baik, maka akan
berperan penting mengganggu keseluruhan proses

Terdokumentasi • didokumentasikan sehingga dapat dijadikan acuan atau referensi bagi setiap pihak-
dengan baik pihak yang memerlukan
Tata Laksana Pidum
Tata Laksana Pendukung
SDM Keu IT

Tata Laksana
Inti
Lembaga
Penegak Pratut Tut
Masyarakat
Hukum
Pencari
&
Keadilan
Instansi Eksekusi UH
Lainnya

Kebijaka
Koord. Was
n
Tata Laksana Pendukung
Sebaran SOP di Kejaksaan
Upaya
Pratut Tut
Hukum

Kejagung v x x

Kejati v x x

Kejari v v v

Cabjari v v v
Pelaksana SOP Pidum
SOP SOP
SOP SOP
Persuratan Pengambilan
Teknis Pengendalian
Pidum Keputusan
• Pengadministrasi
• PPP • Pengelola Tata
Penanganan
Naskah (PTN)
Perkara (PPP) • Kasi Wil
Kejagung
• Kasi Wil
JPU • Kasubag PK
• Kasubdit • Kabag TU
• Kasubdit • Direktur • JAM Pidum
• Direktur
• PPP • PPP • PTN
• Kasubsi • Kasubsi • Kasubag PK
Kejati
• Kasi
JPU • Kasi • Kabag TU
• Aspidum • Aspidum • Kajati
• PPP • PPP • PTN
Kejari • Kasubsi JPU • Kasubsi • Kaur TU
• Kasi Pidum • Kasi Pidum • Kajari
• PPP • PPP • PTN
Cabjari • Kasubsi Pidum JPU • Kasubsi Pidum • Kaur BIN
& Pidsus & Pidsus • Kacabjari
60
PENTING DIKETAHUI AGAR TIDAK MEMBINGUNGKAN :

✓ TIDAK SEMUA FORMULIR SURAT DALAM KEPJA 518 MASUK


DALAM CMS
✓ CMS HANYA YANG TERKAIT DENGAN PROSES PENANGANAN
PERKARA SEJAK DITERIMANYA SPDP SAMPAI PELAKSANAAN
PUTUSAN PENGADILAN
✓ SECARA ADMINISTRASI PIDUM, MASIH HARUS MENGISI BUKU
REGISTER PERKARA
✓ HARAPAN KE DEPAN SEMUA DALAM SATU BENTUK
ADMINISTRASI PIDUM TERPADU DENGAN PERSURATAN
INTERNAL KEJAKSAAN
✓ SOP PERKARA PIDUM MASIH BELUM DILAKSANAKAN
Standar Operasional Prosedur
Penanganan Perkara Tindak Pidana
Umum
Keputusan Jaksa Agung Nomor 249 Tahun 2020
tentang Standar Operasional Prosedur di Lingkungan
Kejaksaan Republik Indonesia
Tahap Prapenuntutan
ADMINISTRASI RESTORATIVE
JUSTICE

PERATURAN KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 15 TAHUN 2020
TENTANG PENGHENTIAN PENUNTUTAN
BERDASARKAN KEADILAN RESTORATIF
• RJ-1: Surat Perintah Untuk Memfasilitasi Proses Perdamaian
• RJ-2 : Surat Panggilan Korban / Tersangka / Orang Tua atau Wali Korban
• RJ-3 : Pemberitahuan Penyelesaian Perkara di Luar Pengadilan Kepada Penyidik
• RJ-4 : Nota Pendapat Upaya Perdamaian Berhasil
• RJ-5 : Laporan Tentang Upaya Perdamaian Berhasil
• RJ-6 : Berita Acara Upaya Perdamaian tidak tercapai
• RJ-7 : Kesepakatan Perdamaian
• RJ-8 : Berita Acara Proses Perdamaian
• RJ-9 : Laporan tentang proses Perdamaian diterima
• RJ-10 : Berita Acara Pelaksanaan Perdamaian
• RJ-11 : Laporan tentang Pelaksanaan Perdamaian Berhasil
• RJ-12 : Permintaan Penghentian Penuntutan
• RJ-13 : Permintaan Penghentian Penuntutan
• RJ-14 : Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan
• RJ-15 : Pemberitahuan Penghentian Penuntutan
• RJ-16 : Surat Ketetapan Pencabutan Penghentian Penuntutan
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR BERDASARKAN KEPJA NO : KEP-24/E/EJP/12/2019
TENTANG STANDAR OPERASIONAL (SOP) PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA
UMUM

• Kejaksaan melalui Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana


Umum melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang di
bidang tindak pidana umum, dengan mekanisme
penyelesaian perkara tindak pidana umum sebagai berikut :
Bahwa untuk dapat melaksanakan
administrasi perkara Tindak Pidana
Umum dengan benar disamping Dengan mempelajari teori sekaligus
mempelajari modul ini dengan baik mempraktekkan pada tempat tugas
Disamping itu Peserta sebaiknya
perlu melihat contoh-contoh bentuk Insya Allah, Pendidikan dan Latihan
dapat mempraktekkan
formulir, Surat-Surat, register, Pendahuluan ini akan berhasil,
pelaksanaannya pada tempat kerja
formulir laporan dan Berita Acara khususnya untuk mata diklat
terutama di Kejaksaan Negeri.
yang terdapat pada Lampiran Administrasi Perkara Tindak Pidana
Keputusan Jaksa Agung RI Nomor Umum.
B-518/A/JA/1l/2001 tanggal 1
Nopember 2001
PENGAWALAN DAN PENGAMANAN
TAHANAN
Ketentuan-ketentuan tata laksana
pengawalan dan pengamanan
tahanan baik pada tahap penyidikan,
dalam upaya meningkatkan penuntutan, pemeriksaan di
kelancaran penyelesaian penanganan persidagan dan eksekusi selama ini
perkara pidana dan untuk belum diatur secara bakju dalam
mewujudkan peradilan yang suatu Standar Operasional Prosedur
sederhadna, cepat dan berbiaya (SOP)
ringan maka pengawalan dan
pengamanan tahanan baik sebelum,
pada waktu, dan setelah persidangan
harus dioptimalkan agar tahana tidak
melarikan diri
• Pengawalan dan pengamanan tahanan adalah tindakan untuk mengawal dan
mengamankan tahanan perkara tindak pidana pada tahap penyidikan, penuntutan,
pemeriksaan di sidang pengadilan dan eksekusi
• Standar OperasionaJ Prosedur (TOP) Pengawalan dan Pengamanan Tahanan adalah
tata kelola dan teknis pelaksanaan pengawalan dan pengmanan tahanan
• Penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa ditempat tertentu oleh
penyidik atau penuntut umum atau Hakim dengan penetapannya, dalam hal serta
menurut cara yang diatur dalam undang-undang (di Rutan / Kota/ Rumah
• Pengawal Tahanan adalah pegawai tata usaha dilingkungan Kejaksaan Republik
Indonesia yang diberi tugas dengan Surat Perintah untuk menyiapkan, menjaga,
mengawal dan mengamankan tahanan pada tahap pényidikan, penuntutan,
pemeriksaan di sidang pengadilan dan eksekusi.
Pengawal Tahanan di atas
terdiri dari:
• Komandan regu;
• Wakil komandan regu;
• Anggota; dan
• Pengemudi kendaraari tahanan
KEHATI- TANGGUNGJAWAB
HATIAN

ASAS DAN TUJUAN


pengawalan dan
pelaksanaan pengawalan
pengamanan tahanan pada
dan pengamanan tahanan
tahap penyidikan, penuntu
dari dan ke Rutan/
tan, pemeriksaan di sidang
Lémbaga Pemasyarakatan
pengadilan dan eksekusi

RUANG LINGKUP
1. PADA TAHAP PENYIDIKAN

2. PADA TAHAP PERSIAPAN PERSIDANGAN

3. PADA SAAT PERSIDANGAN

4. PADA SAAT TAHANAN SELESAI MENJALANI SIDANG

PROSEDUR PENGAWALAN DAN


PENGAMANAN TAHANAN
KENDARAAN DICEK, DAN LAIK
JALAN

BORGOR BERFUNGSI BAIK


DIBANTU MINIMAL
2 ORANG PETUGAS
MINIMAL 2 ORANG
PENGAWAL
KEPOLISIAN UNTUK BAJU TAHANAN BERTULISKAN
1 KALI
TAHANAN
PENGANGKUTAN/ 1
“TAHANAN KEJAKSAAN”
MOBBIL TAHAAN
HT ATAU ALAT KOMUNIKASI
LAIN

PERSONIL, SARANA DAN PRASARANA


• BAN MOBIL TAHANAN
PECAH • HAL-HAL LAIN YANG
• TAHANAN MELARIKAN TAK TERDUGA
DIRI

KEADAAN DARURAT
Selama masa pengawalan tahanan dari dan kembali ke
Rutan / Lembaga Pemasyarakatan serta pengamanan
tahanan selama di ruang gedung Pengadilan dan atau
gedungg Kejaksaan, secara melekat Petugas Intelijen
memberi dukungan pengamanan dan penggalangan
yang rnekanismenya sesuai yang telah diatur dalam
SOP Intelijen dan SOP Terintegrasi dalam Penanganan
Perkara di Lingkungan Kejaksaan Republik Indonesia
(PERJA Nomor 046/A/JA/12/ 2011 tanggal 28
December 2011].

DUKUNGAN INTELIJEN
Tindakan pengawalan dan pengamanan tahanan yang tidak
dilaksanakan sesuai dengan Standar Operational Prosedur (SOP) ini
akan dilakukan pemeriksaan dan diberikan sanksi berdasarkan
Peraturan Perundang- undangan

SANKSI
PERATURAN JAKSA
NOMOR : PER -
AGUNG REPUBLIK
005/A/JA/03/2013
INDONESIA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


PENGAWALAN DAN PENGAMANAN TAHANAN
TERIMAKASIH
1. SOP Nomor: 01/Pratut tentang Penerimaan dan
Pengembalian SPDP
yang di SOP Pecah Penanganan Perkara dikenal dengan

SOP Nomor: 01/Pratut tentang


Penelaahan Surat Pemberitahuan Dimulainya
Penyidikan (SPDP)
Perbandingan SOP Utuh dengan
SOP Pecah
SOP Penerimaan dan Pengembalian SPDP dengan SOP
Penerimaan Surat pada Kejaksaan Negeri dst.
Highlight
Kebaruan dalam SOP Penelaahan SPDP
APA YANG MENDASARI KETENTUAN KEBARUAN?

Penyidik wajib memberitahukan dan menyerahkan SPDP dalam waktu


paling lambat 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkannya Sprindik (vide Putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 130/PUU-XIII/2015 Tanggal 11 Januari 2017)
Ketentuan ini menjadi catatan tersendiri dalam SOP Penelaahan SPDP yang
mengubah aturan terkait penerimaan SPDP sebagai prosedur pertama yang
harus dilalui dalam proses peradilan, sebagai pengejawantahan prinsip
check and balance di dalam KUHAP dari Penuntut Umum kepada Penyidik
Aturan Perkecualian tetap dibutuhkan (14 hari) manakala ada keadaan
menurut hukum yang dapat dimaafkan ketika suatu kewajiban hukum tidak
dapat dipenuhi, karena alasan yang tidak dapat diduga sebelumnya (tugas
negara yang menunda penyerahan SPDP, bencana alam, hari libur khusus di
wilayah hukum tersebut, kondisi geografis dll)
SOP ini telah menjawab setiap kebutuhan pada setiap situasi yang berbeda
dan penerapan diskresi yang bertanggung jawab dari Pejabat
terkait
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor: 21/PUU-
XII/2014 Tanggal 28 April 2015 Tentang frasa “bukti
permulaan”, “bukti permulaan yang cukup”, dan
Putusan Mahkamah “bukti yang cukup” (vide pasal 1 angka 14, pasal 17,
Konstitusi Nomor 130/PUU- dan pasal 21 ayat (1) KUHAP) yang dimaknai minimal
XIII/2015 tanggal 11 Januari 2 (dua) alat bukti, sehingga penyidik di dalam
1
2017 terkait frasa “Penyidik menetapkan tersangka menangkap dan menahan
wajib memberitahukan dan tersangka hanya dapat dilakukan berdasarkan
menyerahkan SPDP dalam minimal 2 (dua) alat bukti yang diatur dalam pasal
waktu paling lambat 7
(tujuh) hari setelah
184 KUHAP; dan
dikeluarkannya Sprindik”
dalam pasal 109 ayat (1) Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 130/PUU-
KUHAP XIII/2015 Tanggal 11 Januari 2017 terkait frasa
“Penyidik wajib memberitahukan dan menyerahkan
Putusan Mahkamah SPDP dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) hari setelah
2 Konstitusi Nomor 21/PUU-
dikeluarkannya Sprindik“,
XII/2012 tanggal 28 Oktober
2014 terkait frasa “bukti
permulaan” dalam Pasal 1 Patut dimaklumi adalah sulit bagi Penyidik untuk
angka 14, Pasal 17, dan menentukan tersangka dalam waktu 7 (tujuh) hari
pasal 21 ayat (1) KUHAP setelah dikeluarkannya Sprindik
Pasal Pasal 14 (1) SPDP
14 sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 ayat (3)
dikirimkan kepada
penuntut umum,
Ayat
(1) pelapor/korban, dan
terlapor dalam waktu
paling lambat 7 (tujuh)
hari setelah diterbitkan
Surat Perintah
Penyidikan.
Penjelasan Pasal 17 KUHAP

Yang dimaksud dengan "bukti permulaan yang cukup" ialah bukti


permulaan untuk menduga adanya tindak pidana sesuai dengan
bunyi Pasal 1 butir 14. Pasal ini menentukan bahwa perintah
penangkapan tidak dapat dilakukan dengan sewenang-wenang, tetapi
ditujukan kepada mereka yang betu-betul melakukan tindak pidana.
Apakah Identitas tersangka harus selalutercantum dalam SPDP?

Dengan mengingat ketentuan pasal 1 angka 2 KUHAP,

Penyidikan adalahserangkaian tindakan penyidik dalam hal dan


menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari
serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang
tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan
tersangkanya.
Identitas Tersangka tidak harus tercantum dalam SPDP, sehingga
cukup mencantumkan uraian singkat tindak pidana dan pasal yang
disangkakan. Surat penetapan Tersangka dapat dikirimkan oleh
Penyidik kemudian atau terlampir dalam berkas perkara Tahap
Pertama.
Ketentuan terkait Penerimaan
SPDP dengan Subjek
IDENTITAS TERSANGKA PADA
Korporasi PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI TIDAK
SELALU TERCANTUM
DI DALAM SPDP

SPDP dapat diserahkan dengan mencantumkan uraian


 Peraturan Jaksa Agung Nomor: Per-
singkat tindak pidana pasal pidananya atau dalam
028/A/JA/10/2014 Tentang Pedoman
Penanganan Perkara dengan Subjek penyidikan Pertanggungajawaban Pidana Korporasi,
Hukum Korporasi meskipun dalam perkembangan selanjutnya, dengan
surat penetapan tersangka, penyidik menentukan
 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 badan usaha atau pengurus atau manajer atau
Tahun 2016 tentang Tata Cara pengendali Korporasi sebagai subjek yang dapat
Penanganan Perkara Tindak Pidana dituntut
oleh Korporasi
Surat Penetapan masing-masing tersangka
 Surat Edaran JAM Pidum Nomor: SE- disampaikan kepada Kejaksaan dengan surat
001/E/EJP/11/2018 Tentang Teknis Penetapan Tersangka terlebih dahulu atau surat
Penanganan Perkara Tindak Pidana Penetapan Tersangka terlampir dalam berkas perkara
Umum Dengan Subjek Hukum tahap pertama yang dikirimkan Penyidik.
Korporasi
Ketentuan “Apabila identitas Tersangka tercantum dalam SPDP, maka perhatikan
tanggal surat penetapan Tersangka adalah sama atau setelah tanggal Sprindik,
namun tanggal penetapan Tersangka tidak boleh melebihi tanggal SPDP” pada
kolom keterangan SOP 01/Pratut Penelaahan Surat Pemberitahuan Dimulainya
Penyidikan (SPDP)
memiliki arti:

Pada waktu Penyidik membuat SPDP, Penyidik sudah dapat menemukan tersangkanya, apakah karena tertangkap tangan atau memang
Penyidik sudah menemukan 2 (dua) alat bukti;

Oleh karenanya tersangka sudah harus ditetapkan statusnya sebagai tersangka sebelum Penyidik membuat SPDP (aturan yang tercantum
pada kolom keterangan SOP Penelaahan SPDP adalah tanggal Surat Penetapan tersangka boleh ditetapkan sebelum SPDP atau tanggal
penetapan tersangka sama dengan tanggal SPDP (dibuat bersamaan dengan SPDP);
Ketentuan tanggal ini juga menunjukkan, apabila ada surat penetapan tersangka yang tanggalnya dibuat setelah tanggal SPDP (tersangka baru
dapat ditetapkan statusnya sebagai tersangka setelah ada 2 (dua) alat bukti), artinya pada waktu SPDP dibuat, Penyidik memang belum dapat
menemukan tersangkanya atau belumada 2 (dua) alat bukti)

OLEH KARENANYA TANGGAL PENETAPAN TERSANGKA UNTUK SPDP YANG SUDAH MENCANTUMKAN TERSANGKA, TANGGAL SURAT

PENETAPAN TERSANGKA TIDAK BOLEH MELEBIHI TANGGAL SPDP ATAU DENGAN KATA LAIN, TANGGAL SURAT
PENETAPAN TERSANGKA DITERBITKAN SEBELUM SPDP TERBIT ATAU PALING TIDAK SAMA
DENGAN TANGGAL SPDP

Ketentuan ini tidak berlaku bagi SPDP yang tidak mencantumkan tersangka, karena memang tersangka belum diketemukan atau 2 (dua) alat
bukti belum terkumpul, sehingga Surat Penetapan Tersangkadapat terbitsetelah tanggal SPDP.
Konsekuensinya, P-16 dan REGISTER PEMBERITAHUAN DIMULAINYA PENYIDIKAN/DIHENTIKANNYA PENYIDIKAN (Pada Keputusan
Jaksa Agung RI Nomor KEP-518/A/J.A/11/2001 tentang Administrasi Perkara Tindak Pidana, disebut dengan RP-6) tidak mencantumkan nama
tersangka, hanya mencantumkan pasal sangkaan, namun pada berkas perkara surat penetapan tersangka harus dilampirkan. Identitas
tersangka baru teregister pada REGISTER PENERIMAAN BERKAS PERKARA TAHAP PERTAMA (pada Keputusan Jaksa Agung RI Nomor KEP-
518/A/J.A/11/2001 tentang Administrasi Perkara Tindak Pidana, disebut dengan RP-7)
SURAT PENETAPAN TERSANGKA
TANGGAL 1 – 8 JANUARI
(sama dengan, tetapi tidak boleh melebihi
tanggal SPDP)

2 ALAT BUKTI
PERIKSA TERSANGKA
SPDP DENGAN IDENTITAS TERSANGKA
TANGGAL 1-8 JANUARI
SPRINDIK
1 JANUARI

SPDP TANPA IDENTITAS


BELUM 2 ALAT BUKTI
TERSANGKA

Apabilaidentitas Tersangka tercantum dalam SPDP, makaperhatikan tanggal surat penetapan tersangka
adalahsama atau setelahtanggalSprindik, namun tanggal penetapan Tersangka tidakbolehmelebihi
tanggal SPDP padakolom keterangan SOP nomor:01/Pratut tentangPenelaahan SPDP
PROSEDUR PENELAAHAN SPDP

APABILA SPDP DITERIMA


MELEBIHI BATAS WAKTU 7
HARI SETELAH
DIKELUARKANNYA
JPU MENELAAH
SPRINDIK: MEMBERIKAN
JPU MENERIMA SPDP DENGAN
MENCATATKAN CATATAN PADA KPD BAHWA
DISPOSISI DARI SPDP TELAH MELEBIHI
DAN
KASI PIDUM BATAS WAKTU, BARU
MENGHITUNG
UNTUK JANGKA WAKTU KEMUDIAN
MENELAAH PENERIMAAN SPDP MENYERAHKAN KEPADA
SURAT SETELAH KAJARI
PEMBERITAHUAN DIKELUARKANNYA
DIMULAINYA SPRINDIK PADA
PENYIDIKAN DARI KARTU PENERUS
PENYIDIK DIPOSISI
SOP Penelaahan SPDP 84
 Apabila SPDP diterima melebihi batas waktu 7 hari setelah dikeluarkannya Sprindik maka JPU yang
didisposisi Kasi Pidum/Aspidum/Kasubdit Pratut memberikan catatan pada Kartu Penerus
Disposisi (KPD) bahwa SPDP telah melebihi batas waktu termasuk apabila ada alasan untuk itu.

 Menyerahkan kepada Kajari

Catatan:
SPDP diterima paling lama 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkannya Sprindik.

SPDP dapat diterima paling lama 14 (empat belas) hari setelah dikeluarkannya Sprindik dengan ketentuan
Penyidik melampirkan keterangan bahwa penyampaian SPDP tidak dapat dilakukan sesuai batas waktu
karena alasan yang tidak memungkinkan.

Alasan yang tidak memungkinkan ex. bencana alam, kondisi geografis, hari libur besar keagamaan di
daerah tersebut atau keadaan lain yang memaksa

Penyerahan SPDP paling lama 14 (empat belas) hari tidak membebaskan kewajiban Penyidik untuk tetap
mencantumkan tanggal pada SPDP paling lama 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkannya Sprindik.
Review
▪ Identitas tersangka tidak selalu tercantum di dalam SPDP

▪ Surat Penetapan Tersangka menjadi kelengkapan formil berkas perkara

▪ SPDP diterima paling lama 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkannya Sprindik.

▪ Formulasi Pengecuali dalam Keadaan tertentu: SPDP dapat diterima paling lama 14 (empat belas) hari setelah
dikeluarkannya Sprindik, dengan ketentuan Penyidik melampirkan surat keterangan bahwa SPDP tidak dapat
diserahkan sesuai batas waktu karena alasan yang tidak memungkinkan. Penyerahan SPDP paling lama 14 (empat belas)
hari setelah dikeluarkannya Sprindik tidak membebaskan kewajiban Penyidik untuk tetap mencantumkan tanggal pada
SPDP paling lama 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkannya Sprindik
SOP Nomor: 01/Pengambilan Keputusan
Tentang Pengambilan Keputusan oleh
Kacabjari/Kajari/Kajati/JAM Pidum
Kacabjari/Kajari/Kajati/JAM Pidum meneliti alasan Penyidik tidak
dapat menyampaikan SPDP sesuai batas waktu dan setelah
mempertimbangkannya memberi keputusan alasan diterima atau
ditolak.

 SPDP dapat diterima paling lama 14 (empat belas) hari setelah dikeluarkannya Sprindik
dengan ketentuan Penyidik melampirkan surat keterangan bahwa SPDP tidak dapat
diserahkan sesuai batas waktu karena alasan yang tidak memungkinkan serta tidak
membebaskan kewajiban Penyidik untuk tetap mencantumkan tanggal pada SPDP paling lama
7 (tujuh) hari setelah dikeluarkannya Sprindik
PROSEDUR YANG HARUS DILAKUKAN MENJAWAB KONDISI YANG BERBEDA SETELAH JPU MELAKUKAN
PENELAAHAN SPDP

1. Dalam hal SPDP diterima melebihi 2. Dalam hal SPDP diterima dalam
batas waktu 7 hari setelah batas waktu 7 hari setelah
dikeluarkannya Sprindik : dikeluarkannya Sprindik :
Kacabjari/Kajari/Kajati/JAM Pidum memberikan Kacabjari/Kajari/Kajati/JAM Pidum
disposisi berikut paraf dan tanggal pada Kasubsi memberikan disposisi berikut paraf dan
Pidum/Pidsus, Kasi Pidum, Aspidum atau Direktur tanggal dengan menentukan nama JPU
untuk membuat surat pengembalian SPDP diterima menindaklanjuti SPDP dan agar Kasi Pidum
melebihi batas waktu menerbitkan P-16

Kaur TU menyerahkan SPDP dengan


Kaur TU/Kabag TU Mendistribusikan Surat
disposisi Kajari dalam KPD kepada Kasi
Pengembalian SPDP dengan buku ekspedisi
Pidum dengan buku ekspedisi sebagai tanda
dengan dilampirkan SPDP asli dari Penyidik
terima
89

 Kajari memberikan disposisi berikut paraf dan tanggal pada


KPD, termasuk apabila SPDP disampaikan tidak sesuai
batas waktu, dan setelah mempertimbangkan alasannya
memutuskan untuk menerima atau menolak

 Dalam hal Kajari menolak alasan Penyidik, mendiposisi agar


konsepsurat
Kasi Pidum membuat

pengembalian SPDP kepada


Penyidik
2. SOP Nomor: 01.B.2/Pratut tentang
Pembuatan Konsep Surat Perintah
Penunjukan JPU untuk Mengikuti
Perkembangan Penyidikan
Kebaruankebijakanpada PenerbitanP-16

Surat Perintah Penunjukan JPU untuk mengikuti


Perkembangan Penyidikan diterbitkan paling lama 3 hari
sejak SPDP diterima Subseksi Pidum Pidsus, Seksi Pidum,
Seksi Pratut atau Subdirektorat Pratut
3. SOP Nomor: 02/Pratut tentang
Pemantauan
Perkembangan Penyidikan
highlight
Dalam SOP Pemantauan
Perkembangan Penyidikan
APA YANG MENDASARI KETENTUAN KEBARUAN?

• “Pemantauan perkembangan penyidikan dilakukan dalam waktu paling lama 90


(sembilan puluh) hari dengan memperhatikan masing-masing bobot penanganan
perkara”
(vide Petunjuk Penggunaan Formulir P-17, halaman 45 Keputusan Jaksa Agung RI
Nomor: KEP-518/A/J.A/11/2001 Tentang Perubahan Keputusan Jaksa Agung Republik
Indonesia Nomor: KEP-132/JA/11/1994 Tentang Administrasi Perkara Tindak Pidana)

• Apabila Jangka Waktu Penyidikan Diatur Undang-Undang Telah Habis, Namun tindak
Pidana Belum Daluwarsa, maka selalu ada kesempatan Penyidik untuk melanjutkan
penyidikannya baik dengan Sprindik dan SPDP lama maupun baru

• Dalam hal undang-undang mengatur batas waktu penyidikan dan penyidikan belum selesai agar penyidikan
dihentikan demi hukum dan/atau ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
(tercantum dalam formulir administrasi Pengembalian SPDP karena hasil penyidikan/penyidikan tambahan
belum diterima)
Beberapa undang-undang yang
membatasi waktu penyidikan,
contoh:

Pasal 480 ayat (1) UU Nomor 7 Tahun


2017 tentang Pemilihan Umum:
Pasal 73B ayat (6) UU Nomor 45 tahun “Penyidik Kepolisian Negara Republik
2009 tentang Perikanan: “Penyidik Indonesia menyampaikan hasil
menyampaikan hasil penyidikan ke penyidikannya disertai berkas perkara
penuntut umum paling lama 30 (tiga kepada penuntut umum paling lama
puluh) hari sejak pemberitahuan 14 (empat belas) hari sejak
dimulainya penyidikan”. diterimanya laporan dan dapat
dilakukan dengan tanpa kehadiran
tersangka”.
Kebaruan Ketentuan dalam PEMANTAUAN
PERKEMBANGAN PENYIDIKAN (1)

Esensi penyidikan adalah untuk mengumpulkan bukti untuk membuat terang tentang tindak
pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya
Dalam perkara tertentu pengumpulan bukti dan tingkat kesulitan pembuktian masing-
masing perkara seringkali membutuhkan waktu
Oleh karena itu, SOP ini mengatur sistem check and balances terhadap hasil penyidikan
TIDAK HANYA SEKALI, namun SAMPAI DENGAN 2 (DUA) KALI
Ketentuan 90 (sembila puluh) hari itu dipecah sebanyak 2 (dua) kali P-17 sebagai berikut:

 Jika dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya SPDP penyidik belum
menyerahkan berkas perkara tahap I, JPU membuat Surat Permintaan Perkembangan
Penyidikan (P-17 pertama) yang ditandatangani Kacabjari/Kajari/Kajati/JAM Pidum,
kepada Penyidik untuk menyerahkan berkas perkara dalam jangka waktu paling lama
30 (tiga puluh hari)
 Jika dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya P-17 (pertama), Penyidik tidak
juga menindaklanjuti dengan pengiriman berkas perkara, maka JPU kembali membuat
surat permintaan perkembangan hasil penyidikan yang kedua. (P-17 kedua);
Kebaruan Ketentuan dalam PEMANTAUAN
PERKEMBANGAN PENYIDIKAN (2)

 Jika dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya surat permintaan kembali
perkembangan hasil penyidikan (P17 kedua), Penyidik masih tidak menindaklanjuti dengan
pengiriman berkas perkara, maka JPU mengembalikan SPDP kepada Penyidik melalui
mekanisme surat keluar biasa;
 Kasubsi Pidum & Pidsus/Kasubsi Prapenuntutan/Kasi mencoret nomer register SPDP yang
telah dikembalikan pada Register Penerimaan SPDP dengan memberi keterangan bahwa SPDP
telah dikembalikan kepada Penyidik.
Catatan:
 Pencoretan SPDP dalam RP-6 berarti mengurangi jumlah perkara sisa bulan laporan pada
rekapitulasi perkara yang ditutup pada akhir bulan laporan, sehingga tunggakan dinyatakan
selesai.
 Dalam format surat pengembalian SPDP supaya dicantumkan: “apabila Penyidik menyerahkan
berkas perkara (setelah SPDP dikembalikan), agar didahului dengan pengiriman SPDP yang
sudah dikembalikan, dengan surat pengantar yang baru.”
 Kecuali dalam hal undang-undang mengatur batas waktu penyidikan dan penyidikan tetap
dilanjutkan, Penyidik harus menghentikan penyidikan yang telah lewat terlebih dahulu dengan
mengacu pada pasal 109 ayat (2) KUHAP sebelum mengirimkan Sprindik dan SPDP baru
dengan menyertakan Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP-3) perkara yang telah lewat
tersebut.
PROSEDUR PEMANTAUAN PERKEMBANGAN PENYIDIKAN
(contoh di tingkat Kejaksaan Negeri) Jika dalam waktu 30 (tiga
puluh) hari sejak
diterimanya SPDP, Penyidik
belum menyerahkan berkas
perkara tahap I, maka JPU
P-16 membuat P-17 yang
ditandatangani Kajari
JPU Pratut menerima JPU Pratut
P-16 dan SPDP dari
memantau
Kasubsi Pratut dengan
buku ekspedisi sebagai perkembangan Jika dalam waktu 30 (tiga puluh) hari
tanda terima penyidikan sejak diterimanya P-17, Penyidik
tidak menindaklanjuti dengan
pengiriman berkas perkara, maka JPU
P-16 membuat P-17 kedua yaitu
ko nsep surat permintaan
perkembangan hasil penyidikan

Jika dalam waktu 30 (tiga puluh) hari Kasubsi Pratut mencoret


sejak diterimanya P-17 kedua yaitu
SOP Form-02, Penyidik tidak nomor register SPDP yang
menindaklanjuti dengan pengiriman
berkas perkara, maka :
telah dikembalikan pada RP-6
JPU Pratut mengembalikan SPDP dengan diberikan keterangan
kepada Penyidik dengan membuat
konsep surat pengembalian SPDP bahwa SPDP dikembalikan
karena berkas perkara tidak diterima kepada Penyidik
100
Surat Permintaan Perkembangan Hasil Penyidikan (P-17) PERTAMA

Dalam hal 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya SPDP, Penyidik belum
menyerahkan berkas perkara (Tahap I), maka:
 JPU Pratut membuat konsep P-17
 Kacabjari/Kajari/Kajati/JAM Pidum mengoreksi & menandatangani konsep P-
17
 Kaur Bin/Kaur TU/Kabag TU menyerahkan P-17 kepada Kasubsi
Pidum/Pidsus, Kasubsi Pratut atau Kasi, kepada JPU P-16, Penyidik dan kepada
operator CMS untuk diinput dengan buku ekspedisi sebagai tanda terima;
101
P-17 KEDUA


Dalam hal 30 (tiga puluh) hari sejak dikeluarkannya P-17, Penyidik
tidak menindaklanjuti dengan pengiriman berkas perkara, maka JPU
Pratut membuat konsep P-17 Kedua dengan format surat keluar biasa
 Dalam hal 30 (tiga puluh) hari setelah dikeluarkannya P-17 Kedua, 102
Penyidik tidak menindaklanjuti dengan pengiriman berkas perkara,
maka:
 JPU Pratut mengembalikan SPDP kepada Penyidik melalui
mekanisme surat keluar biasa, dengan penjelasan bahwa apabila
Penyidik melanjutkan penyidikan dengan mengirimkan berkas
perkara, agar SPDP yang telah dikembalikan dikirimkan ke
Kejaksaan dengan surat pengantar baru
 Kasubsi Pidum/Pidsus, Kasubsi Pratut atau Kasi mencoret nomer
register SPDP yang telah dikembalikan kepada Penyidik pada RP-6
 Kemudian pada kolom keterangan diberikan catatan: SPDP telah
dikembalikan kepada Penyidik.
 Petugas register, pada rekapitulasi penghitungan jumlah SPDP
bulan laporan, kemudian mengurangi jumlah SPDP yang telah
dikembalikan dan dicoret dari register tersebut pada jumlah sisa
SPDP bulan laporan
 Dalam hal Penyidik mengirim berkas perkara setelah SPDP dikembalikan
dan dicoret, maka nomer dan tanggal surat pengantar baru dari SPDP yang
pernah dikembalikan tersebut dicatat sebagai SPDP baru masuk
bulan laporan
103

Respon Penyidik 1 Respon Penyidik 2


Dalam Hal P-17 Direspon Penyidik Dengan Dalam Hal 30 (Tiga Puluh) Hari Sejak
Menyatakan Bahwa Perkara Dihentikan (SP3), Diterimanya SPDP, Penyidik Menyerahkan
Maka JPU Pratut Membuat Pendapat Yang Berkas Perkara (Tahap I), Aktivitas Dilanjutkan
Dituangkan Ke Dalam Nota Dinas / Berita Dengan Mengacu Pada SOP Nomor: 01/
Acara Pendapat JPU. Persuratan Pidum/Kejari tentang Penerimaan
Surat pada subseksi Pidum Pidsus/seksi
Pidum/bidang Pidum/direktorat
3. SOP Nomor: 03/Pratut Tentang
Penelaahan Perpanjangan
Penahanan
highlight
SOP Penelaahan Perpanjangan
Penahanan
Apa yang mendasari ketentuan kebaruan
Penyidik di dalam menetapkan tersangka, menangkap dan menahan
tersangka hanya dapat dilakukan berdasarkan minimal 2 (dua) alat
bukti dalam pasal 184 KUHAP
(vide Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor: 21/PUU-XII/2014
Tanggal 28 April 2015 Tentang frasa “bukti permulaan”, “bukti
permulaan yang cukup”, dan “bukti yang cukup” (vide pasal 1 angka
14, pasal 17, dan pasal 21 ayat (1) KUHAP) ; serta

Penetapan Tersangka adalah merupakan hasil dari penyidikan,


sehingga dalam hal Surat Perintah Penyidikan tidak sah, maka Surat
Penetapan Tersangka juga tidak sah (vide Putusan Praperadilan
Nomor: 04/Pid. Prad/2015/PN.Jkt.Sel tanggal 16 Februari 2015);

Sah atau tidaknya penetapan tersangka, masuk dalam ranah


praperadilan (vide Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor: 21/PUU-
XII/2012 Tanggal 28 Oktober 2014 tentang ranah praperadilan
diperluas)
Penetapan Tersangka adalah merupakan hasil dari penyidikan, sehingga dalam hal
Surat Perintah Penyidikan tidak sah, maka Surat Penetapan Tersangka juga tidak sah
(vide Putusan Praperadilan Nomor: 04/Pid. Prad/2015/PN.Jkt.Sel tanggal 16 Februari 2015 Komisaris Jenderal
Polisi Drs. BUDI GUNAWAN, SH., Msi., VS Komisi Pemberantasan Korupsi/ KPK cq. Pimpinan KPK yang
diputuskan oleh Hakim H. SARPIN RIZALDI, SH., MH).

Sehubungan dalam menetapkan, menangkap dan menahan tersangka hanya dapat


dilakukan berdasarkan minimal 2 (dua) alat bukti (vide Putusan Mahkamah Konstitusi
Nomor: 21/PUU-XII/2014 Tanggal 28 April 2015 Tentang frasa “bukti permulaan”, “bukti
permulaan yang cukup”, dan “bukti yang cukup” pada pasal 1 angka 14, pasal 17, dan
pasal 21 ayat (1) KUHAP) maka sebelum melakukan penahanan, Penyidik harus
melampirkan surat Penetapan Tersangka, sebagai hasil penyidikan dalam surat
permintaan perpanjangan penahanannya untuk membuktikan bahwa ketika menahan
Tersangka, Penyidik sudah memiliki 2 (dua) alat bukti yang cukup (vide Putusan
Praperadilan Nomor: 04/Pid. Prad/2015/PN.Jkt.Sel tanggal 16 Februari 2015), dimana
sebelumnya ketika menyampaikan dimulainya Penyidikan, Penyidik belum dapat
menetapkan siapa tersangkanya
Prosedur Perpanjangan Penahanan
contoh di tingkat Kejaksaan Negeri

MELALUI
JPU PRATUT MEMBUAT
KASUBSI
BERITA ACARA PENDAPAT APABILA TIDAK ADA
KAUR TU PRATUT PERPANJANGAN KOREKSI ATAU PENDAPAT
MENERIMA MENYERAH PENAHANAN/ PENOLAKAN MEMARAF DAN YANG BERBEDA DENGAN JPU
SURAT KAN KEPADA PERPANJANGAN MENYERAHKAN PRATUT DAN KASI PIDUM,
JPU PRATUT PENAHANAN SEKALIGUS KEPADA KAJARI MAKA KAJARI
PERMINTAAN DENGAN MEMBUAT KONSEP UNTUK
MENANDATANGANI T-4/T-5
PERPANJANGAN BUKU PERPANJANGAN DITANDATANGANI
KEMUDIAN MENYERAHKAN
PENAHANAN (T-4/T-5) MELALUI KAUR TU
PENAHANAN EKSPEDISI
KEMUDIAN
KEPADA KAUR TU UNTUK
DARI PENYIDIK SEBAGAI MENYERAHKAN KEPADA
DIDISTRIBUSIKAN
TANDA KASI PIDUM
TERIMA
Catatan

• Apabila surat permintaan perpanjangan penahanan tidak melampirkan resume, maka Kaur Bin/Kaur/Kabag TU mengembalikan
permintaan perpanjangan kepada Penyidik sebelum dicatat dalam Agenda Surat Masuk

• Dalam hal SPDP tidak mencantumkan nama tersangka, maka ketika Penyidik meminta penetapan perpanjangan penahanan, KAUR
BIN/KAUR TU/KABAG TU wajib meneliti kelengkapan SURAT PENETAPAN TERSANGKA, dan apabila tidak dikembalikan kepada Penyidik sebelum
dicatat dalam Agenda Surat Masuk
“Setiap perpanjangan penahanan hanya dapat diberikan oleh pejabat
yang berwenang untuk itu atas dasar alasan dan resume hasil
pemeriksaan yang diajukan kepadanya”.

vide Penjelasan Pasal 24 ayat (2) dan pasal 25 ayat (2) KUHAP
4. SOP Nomor: 04/Pratut tentang
Penelitian Berkas Perkara
Berdasarkan KUHAP kegiatan prapenuntutan dilakukan dengan menerima dan memeriksa
berkas perkara dari penyidik dan apabila ada kekurangan pada penyidikan dengan
memperhatikan ketentuan Pasal 110 ayat (3) dan ayat (4), dengan memberi petunjuk dalam
rangka penyempurnaan penyidikan dari penyidik (vide pasal 14 huruf a dan b KUHAP)

Oleh karena itu prosedur PERTAMA yang dilakukan:


1. Meneliti BP baik formil maupun materiil untuk menentukan hasil penyidikan lengkap atau belum lengkap yang dituangkan ke dalam penelitian
berkas perkara tahap prapenuntutan/ checklist (diperbarui sesuai perkembanganhukum dan peraturan perundang-undangan);
 Mencatat BP pada RP-14.
2. Dalam hal BP telah memenuhi persyaratan formil dan materil, maka JPU Pratut menyatakan hasil penyidikan lengkap pada Checklist.
 Membuat 2 (dua) rangkap rencana dakwaan;
 Membuat P-24;
 Membuat konsep P-21;
3. Dalam hal BP belum memenuhi persyaratan formil & materiil, maka JPU Pratut menyatakan hasil penyidikan belum lengkap pada Checklist
4. Selain syarat formil dan materil, perlu ditambahkan syarat non formil dan non material berupa al, petunjuk penyitaan hasil kejahatan dalam
rangka restorasi korban, petunjuk untuk melakukan pelelangan terhadap barang bukti yang mudah rusak, berbahaya (ps.45 KUHAP) dlm rangka
penyelamatan nilai BB.
Kedua 115

1. Apabila Penyidik mengembalikan BP SEBELUM 14 HARI SEJAK DIKELUARKANNYA P-19, dan petunjuk JPU Pratut dalam P-19
dimaksud telah terpenuhi, maka JPU Pratut menyatakan BP hasil penyidikan sudah lengkap (P-21)

2. Apabila DALAM JANGKA WAKTU 30 (TIGA PULUH HARI) SETELAH DIKELUARKANNYA P-21, Penyidik tidak
menindaklanjuti dengan penyerahan Tersangka dan Barang Bukti (Tahap II) maka diterbitkan P-21 A

3. Apabila DALAM WAKTU 30 (TIGA PULUH) HARI SETELAH DIKELUARKANNYA


P-21A, Penyidik masih tidak menindaklanjuti dengan penyerahan tersangka dan barang bukti (Tahap II), maka BERKAS PERKARA
DIKEMBALIKAN DENGAN FORMULIR SURAT PENGEMBALIAN BERKAS PERKARA
• Kasubsi Pratut/Kasi mencoret berkas perkara pada RP-7(Register Penerimaan Berkas Perkara Tahap Pertama) dengan
melakukan pencoretan nomer registrasi berkas perkara pada RP-7 dan mengurangi sisa berkas perkara bulan laporan.
• Apabila Penyidik mengirimkan BP kembali dengan surat pengantar yang baru, maka surat pengantar berkas perkara diberi
nomer baru registrasi pada RP-7
116

Ketiga,
Dalam Hal Masih Dalam Lingkup Waktu 14 Hari Sejak Dikeluarkannya P-19,
Penyidik Mengembalikan Berkas Perkara Maka:


Apabila petunjuk JPU Pratut belum dipenuhi baik sebagian atau seluruhnya, JPU Pratut
mengembalikan berkas perkara dengan pemberitahuan batas waktu penyidikan
P-19 ke-2
tambahan 14 hari, dengan menggunakan (dua)
format surat biasa (P-19 ke-2)
117
Keempat
DALAM HAL PENYIDIK MENGEMBALIKAN BP DALAM WAKTU 14 HARI SEJAK DIKELUARKANNYA P-19 KE-2 TETAPI
PETUNJUK JPU PRATUT BELUM DIPENUHI BAIK SEBAGIAN ATAU SELURUHNYA, MAKA TERDAPAT 4 (EMPAT) ALTERNATIF
TINDAK LANJUT JPU Pratut SESUAI SITUASI DAN KONDISI SEBAGAI BERIKUT:

2. SETELAH PENYIDIK MENGKOORDINASIKAN ALASAN-ALASAN TIDAK


TERPENUHINYA PETUNJUK JPU PRATUT KARENA ALASAN YANG TIDAK
1.JPU PRATUT MENGEMBALIKAN BERKAS MEMUNGKINKAN (EX.TERSANGKA MELARIKAN DIRI; ATAU
PERKARA DENGAN FORMAT SURAT BIASA (P-19 SAKSI/TERSANGKA SEDANG MENJALANKAN IBADAH; ATAU
KE-3) DISERTAI PETUNJUK AGAR PENYIDIK SAKSI/TERSANGKA SEDANG BEROBAT DI LUAR NEGERI; ATAU
MENENTUKAN SIKAP MENGHENTIKAN SAKSI/TERSANGKA SAKIT YANG TIDAK MEMUNGKINKAN UNTUK
PENYIDIKAN SESUAI DENGAN PASAL 109 AYAT DILAKUKAN PEMERIKSAAN)
MAKA JPU P-16 MENAMBAH KESEMPATAN 1 (SATU) KALI LAGI
(2) KUHAP; DENGAN MENGEMBALIKAN BERKAS PERKARA DALAM WAKTU 14 HARI
DENGAN F ORMAT SURAT BIASA (P-19 KE-3)
•APABILA SETELAH 14 HARI PENYIDIK MASIH TIDAK MEMENUHI
PETUNJUK JPU P-16 MAKA JPU P-16 MENGEMBALIKAN BERKAS
PERKARA DISERTAI PETUNJUK AGAR PENYIDIKAN DIHENTIKAN
SESUAI PASAL 109 AYAT (2) KUHAP (P-19 KE-4) DENGAN ALASAN
TIDAK TERDAPAT CUKUP BUKTI

P-19 KE-3 DAN P-19


P-19 KE-3 KE-4
118
3. DALAM HAL PERKARA YANG DITELITI MERUPAKAN PERKARA YANG 4. DALAM HAL PERKARA YANG DITELITI MERUPAKAN TINDAK
SULIT PEMBUKTIANNYA, DAPAT MERESAHKAN MASYARAKAT, PIDANA PERUSAKAN HUTAN, SETELAH MELAKUKAN PENELITIAN
DAN/ATAU DAPAT MEMBAHAYAKAN KESELAMATAN NEGARA, DAN BP TERDAPAT ALASAN-ALASAN SEBAGAI BERIKUT:
SETELAH MELAKUKAN PENELITIAN BP TERDAPAT ALASAN-ALASAN
- ADA DUGAAN TINDAK PIDANA;
SEBAGAI BERIKUT:
- ADA DUGAAN TINDAK PIDANA; - ADA 1 (SATU) ALAT BUKTI BAIK TERHADAP PERBUATAN
- ADA 1 (SATU) ALAT BUKTI BAIK TERHADAP PERBUATAN PIDANA PIDANA MAUPUN TERHADAP PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA;
MAUPUN TERHADAP PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA; DAN DAN
- SUDAH ADA PEMERIKSAAN TERSANGKA; - SUDAH ADA PEMERIKSAAN TERSANGKA;

• JPU Pratut MEMBUAT PENDAPAT DALAM CHECKLIST DAN P-24, • JPU Pratut MEMBUAT PENDAPAT DALAM CHECKLIST DAN P-24,
MENGUSULKAN KEPADA KAJARI UNTUK MELAKUKAN MENGUSULKAN KEPADA KAJARI UNTUK MELAKUKAN
PEMERIKSAAN TAMBAHAN PENYIDIKAN UNTUK MELENGKAPI BP
119

Kelima
DALAM HAL BATAS WAKTU PENYIDIKAN TAMBAHAN
SUDAH MELAMPAUI 14 HARI SEJAK DIKELUARKANNYA
P-19 NAMUN BERKAS PERKARA BELUM KEMBALI DARI
PENYIDIK, MAKA JPU Pratut MEMBUAT KONSEP P-20
(Surat Pemberitahuan Bahwa Waktu Penyidikan
Tambahan Sudah Habis)
5.1 DALAM WAKTU SEBELUM 14
5.2 DALAM WAKTU 14 HARI 120
HARI, SETELAH DIKELUARKAN
SETELAH DIKELUARKAN P-20,
P-20 TERNYATA PENYIDIK
NAMUN TIDAK ADA PENGEMBALIAN
MENGIRIMKAN KEMBALI BERKAS BERKAS PERKARA, MAKA
PERKARA, MAKA:

• APABILA BP DILENGKAPI SESUAI • JPU Pratut MENGEMBALIKAN SPDP


PETUNJUK, JPU PRATUT DENGAN FORMAT SURAT BIASA
MENYATAKAN BP LENGKAP DAN
MEMBUAT P-21.
• APABILA BP BELUM DIPENUHI
SESUAI PETUNJUK BAIK SEBAGIAN
ATAU SELURUHNYA, JPU P-16
MENGEMBALIKAN BERKAS
PERKARA DENGAN MENGIRIMKAN
SURAT PENGEMBALIAN BP UNTUK
DILENGKAPI DALAM WAKTU 14
HARI DENGAN FORMAT SURAT
BIASA (P-19 KE-2)
122

 Kaur Bin/Kaur TU/Kabag TU mendistribusikan surat Pengembalian


Berkas Perkara (BP) sesuai tembusan dengan menggunakan buku
Ekspedisi;
 Menggandakan berkas perkara dan menyimpan sebagai arsip;
 Menyerahkan surat Pengembalian BP beserta 2 rangkap berkas perkara
kepada Penyidik;
 Menyerahkan tembusan surat Pengembalian BP kepada Kasubsi Pratut
untuk dilakukan pencoretan pada nomer registrasi berkas perkara
Penerimaan Berkas Perkara (RP-7) serta mengurangi rekapitulasi
jumlah berkas perkara masuk bulan laporan
PENCORETAN, PENGURANGAN REKAPITULASI DAN PENCATATAN
123
PADA REGISTER PENERIMAAN SPDP/BERKAS PERKARA
124
Penuntut Umum mempunyai wewenang Prapenuntutan apabila ada kekurangan pada penyidikan dengan memberi
125
petunjuk dalam rangka penyempurnaan penyidikan dari penyidik (vide pasal 14 huruf b KUHAP)
PU MENGEMBALIKAN BP
KEPADA PENYIDIK

PENYIDIK MENGEMBALIKAN PENYIDIK BELUM


BP DLM WAKTU 14 HARI
SETELAH PENGEMBALIAN MENGEMBALIKAN BP
YANG KE-2 KALI LEWAT 14 HARI

SITUASI NORMAL (POLA SITUASI ABNORMAL (POLA LAKUKAN TAGIHAN DENGAN P-20
(PEMBERITAHUAN WAKTU SIDIK
UMUM) TIDAK JUGA LENGKAP TIDAK UMUM) TAMBAHAN SDH HABIS)

LUNCURKAN PETUNJUK KE-3 PERKARA SULIT BUKTI, MASY. EX. TSK SAKIT, IBADAH, LARI,
UNTUK AMBIL SIKAP SESUAI RESAH DAN/ATAU NEGARA BAHAYA, BERI KESEMPATAN DENGAN
LAKUKAN PEMERIKSAAN TAMBAHAN
109 KUHAP ASAL 3 SYARAT TERPENUHI P-19 KE-3

PERKARA PERUSAKAN HUTAN TIDAK JUGA BISA LENGKAPI


LAKUKAN SIDIK LENGKAPI BP LUNCURKAN PETUNJUK KE-4
PENYIDIK ASAL 3 SYARAT UNTUK AMBIL SIKAP SESUAI
TERPENUHI PASAL 109 KUHAP
126

Sebelum kewenangan menuntut Apabila Penyidik akan


dan menjalankan pidana hapus, menyerahkan Tersangka dan BB
Penyidik tetap dapat menyerahkan (Tahap II), Penyidik wajib terlebih
Tersangka dan barang bukti dahulu menyerahkan BP yang
(tahap II) meskipun BP telah telah dikembalikan tersebut
dikembalikan. dengan Surat Pengantar yang
baru untuk dilakukan verifikasi

Catatan 1
127

Setelah verifikasi, dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari


setelah menerima BP dengan surat pengantar baru dari
Yang dimaksud dengan "verifikasi" adalah tindakan Penyidik, JPU P-16 memberitahukan kepada Penyidik
Penuntut Umum dalam mempersiapkan penuntutan dapat/tidaknya dilakukan Penyerahan tersangka dan
untuk meneliti kecocokan/kesesuaian tentang orang barang bukti dengan mencantumkan pertimbangan bahwa:
dan atau barang bukti dalam berkas perkara Hasil apabila BP berbeda dengan BP yang dinyatakan lengkap,
Penyidikan yang diserahkan Penyidik dengan berkas maka Penyerahan Tersangka dan Barang Bukti tidak dapat
perkara Hasil Penyidikan yang pernah dikembalikan dilaksanakan dan BP dikembalikan;
diarsip Kejaksaan apabila BP sama dengan BP yang dinyatakan lengkap,
maka JPU P-16 menerima Penyerahan Tersangka dan
Barang Bukti.

Catatan 2
PROSES VERIFIKASI BERKAS PERKARA APABILA PENYIDIK SETELAH BP DIKEMBALIKAN DALAM
WAKTU SETELAH 30 (TIGA PULUH) TIDAK DAPAT MENYERAHKAN TERSANGKA DAN BB128

DALAM HAL PENYIDIK SETELAH BP DIKEMBALIKAN, MENYERAHKAN TERSANGKA DAN BARANG


BUKTI, MAKA:
Contoh di tingkat Kejaksaan Negeri

KASI PIDUM MENERIMA KOORDINASI DARI PENYIDIK YANG AKAN MENYERAHKAN BP (YANG SUDAH DIKEMBALIKAN), TERSANGKA DAN
BARANG BUKTI, TERMASUK BAHWA ALAT BUKTI MASIH DAPAT DIHADIRKAN

KASI PIDUM MENDISPOSISI KASUBSI PRATUT UNTUK MELAKUKAN VERIFIKASI ATAS BP, ORANG DAN TERSANGKA, TERBITKAN P-16A

KASUBSI PRATUT MELAKUKAN VERIFIKASI

APABILA SESUAI DICATAT KEMBALI DALAM RP-7

• MENCATAT SURAT PENGANTAR BARU DAN BP YANG LAMA DALAM SATU NOMOR REGISTRASI

APABILA TIDAK SESUAI MAKA DIKEMBALIKAN KEPADA PENYIDIK DENGAN MEMBUAT KONSEP SURAT PENGEMBALIAN BP, TERSANGKA DAN
BARANG BUKTI UNTUK DITANDATANGANI KAJARI
Contoh Pencatatan Pada Register Penerimaan Berkas Perkara Tahap Pertama Ketika Penyidik Menyerahkan Tersangka Dan
Barang Bukti, Setelah Berkas Perkara (BP) Dikembalikan Kepada Penyidik Karena Penyidik Tidak Menyerahkan Tersangka
129
Dan Barang Bukti 30 Hari Sejak Dikeluarkannya P-21A , dilakukan dengan Mencatat Surat Pengantar Baru Dan BP Yang Lama
Dalam Satu Nomor Registrasi
STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR TAHAP
PRAPENUNTUTAN KHUSUS
Penanganan Perkara Tindak
Pidana Perusakan Hutan
132
133
134
KETERKAITAN DENGAN
SOP PENELITIAN BERKAS PERKARA

DALAM PENANGANAN PERKARA TINDAK


PIDANA PERUSAKAN HUTAN, KETIKA JPU MAKA JPU PRATUT
PRATUT MELAKUKAN PENELITIAN BP TIPID
PERUSAKAN HUTAN, MENEMUKAN SYARAT
MENGUSULKAN
DAN BERPENDAPAT: MELAKUKAN
•ADA DUGAAN TINDAK PIDANA;
•ADA 1 (SATU) ALAT BUKTI BAIK TERHADAP PERBUATAN
PENYIDIKAN (VIDE
PIDANA MAUPUN TERHADAP PERTANGGUNGJAWABAN
PIDANA; DAN
PASAL 39 HURUF B UU
•SUDAH ADA PEMERIKSAAN TERSANGKA;
P3H)
PERCEPATAN PENYELESAIAN PERKARA
PERUSAKAN HUTAN BERDASARKAN
UU P3H

Pasal 39 a: Penyidik wajib


Pasal 39 b: Dalam hal hasil Pasal 39 c: Penuntut Umum wajib
menyelesaikan dan menyampaikan
penyidikan belum lengkap, Penuntut melimpahkan perkara ke pengadilan
berkas perkara kepada Penuntut
Umum wajib melakukan penyidikan paling lama 25 hari terhitung
Umum paling lama 60 (enam) puluh
paling lama 20 hari sejak selesai penyidikan
hari sejak dimulainya penyidikan

•JANGKA WAKTU INI DAPAT •JANGKA WAKTU INI DAPAT


DIPERPANJANG PALING LAMA 30 HARI DIPERPANJANG PALING LAMA 30 HARI
I SOP PENELITIAN BP TIPID KERUSAKAN HUTAN

JPU P-16 MENELITI PENGEMBALIAN BERKAS PERKARA DAN


APABILA TERDAPAT HAL-HAL:
-ADA DUGAAN TINDAK PIDANA;
- ADA 1 (SATU) ALAT BUKTI BAIK TERHADAP PERBUATAN PIDANA
MAUPUN TERHADAP PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA; DAN
- SUDAH ADA PEMERIKSAAN TERSANGKA;

MAKA JPU P-16 DAPAT MENGUSULKAN KEPADA KAJARI UNTUK


MELAKUKAN PENYIDIKAN MELENGKAPI BP DENGAN
MENUANGKAN DALAM PENDAPAT JPU PADA CHECKLIST DAN
P-24
Kasi Pidum memberi saran,
paraf serta tanggal di dalam
checklist dan P-24 yang
dibuat JPU Pratut;

Kajari memberi pendapat


pada checklist dan p-24
yang dibuat JPU Pratut
KAJARI MEMBERI PENDAPAT DENGAN 3 (TIGA) OPSI:

3. Kajari setuju dilakukan


2. Kajari tidak setuju
penyidikan melengkapi
dilakukan penyidikan berkas perkara, maka Kajari
melengkapi berkas perkara,
memerintahkan JPU Pratut
maka kajari memerintahkan
untuk melakukan
1. agar dilakukan ekspose jpu pratut mengembalikan
penyidikan melengkapi
terlebih dahulu dengan BP kepada penyidik dengan
atau tanpa penyidik berkas perkara dengan
petunjuk agar penyidik
didahului membuat surat
mengambil sikap untuk permintaan penyerahan
menghentikan penyidikan
tersangka dan barang bukti
sesuai pasal 109 ayat (2)
(Form SOP-05) yang
KUHAP
ditandatangani oleh Kajari
II SOP PENYIDIKAN UNTUK MELENGKAPI
BERKAS PERKARA

3.Kajari mendisposisi surat


2. Kaur TU menerima surat pengantar penyerahan tersangka
pengantar penyerahan tersangka dan barang bukti untuk dilakukan
dan barang bukti untuk dilakukan penyidikan melengkapi berkas
penyidikan melengkapi berkas perkara kepada kasubsi pratut guna
perkara dari penyidik, memberi kartu dicatat dalam kolom keterangan RP-
penerus disposisi (KPD) dan 7 dan melengkapi register
menyerahkan kepada Kajari penyidikan untuk melengkapi berkas
perkara
3.Dalam hal JPU Penyidik
melakukan penahanan atau
3. Dalam pembuatan Surat
meneruskan masa penahanan
Perintah Penunjukan Jpu
penyidik, maka Kasubsi Pratut
Untuk Melakukan Penyidikan
mencatat dalam Register
Tipid Perusakan Hutan,
Penahanan Penyidikan Tindak
diprioritaskan JPU P-16 Pidana Perusakan Hutan (Reg-
01 SOP)
REGISTER PENAHANAN UNTUK PENYIDIKAN
MELENGKAPI BERKAS PERKARA (REG-01 SOP)
ISI SOP
ISI SOP
ISI SOP
ISI SOP
Case Management
System
KEJAKSAAN RI
149

Saya mengapresiasi, saya menghargai


pengembangan sistem penanganan perkara tindak
Sambutan pidana terpadu berbasis teknologi informasi yang
Presiden RI dikembangkan oleh Kejaksaan Agung. Ini bagus.
Apalagi telah disinergikan dengan Kemenko
Pada Rapat Polhukam, dengan Kepolisian, dengan Lapas, serta
Pengadilan.
Kerja Tetapi yang penting bahwa data-data dan
Kejaksaan RI teknologinya harus terus di-update, harus terus
diperbaharui.
14 Desember
2020 Sistem Penanganan Perkara Tindak Pidana Terpadu
Berbasis Teknologi Informasi
(SPPT-TI)
Apa Itu CMS

 CMS = Case Management System adalah Sistem Informasi Untuk


Mengelola Administrasi Penanganan Perkara di Kejaksaan
 Dibuat sesuai dengan proses bisnis (alur proses) penangan perkara di
Kejaksaan
 Dibuat berdasarkan KEPJA-518 Tahun 2001 tentang Administrasi
Penanganan Perkara Kejaksaan dan Peraturan serta SOP yang ada
 Untuk Pidana Umum dimulai dari Tahap Pra Penuntutan s.d Eksekusi
 Untuk Pidana Khusus dimulai dari Penyelidikan s.d Eksekusi
Tampilan CMS
Kelebihan CMS

 Sistem dikembangankan di Kejaksaan Agung (Pusat DASKRIMTI)


dan digunakan oleh seluruh satuan kerja (Kejati, Kejari dan
Cabjari) - seragam
 Perangkat Server, PC, Printer-Scanner dan Jaringan disediakan
oleh Kejaksaan Agung – satuan kerja tinggal menggunakan.
 Terintegrasi dengan data Kepegawaian – tinggal pilih tidak perlu
mengentri NIP, Nama dan Jabatan dari Jaksa)
Kelebihan CMS

 Semua administrasi penanganan perkara sudah disediakan dan setiap ada perubahan
penambahan administrasi perkara akan diakomodir (diversi, restorative justice dll) –
administrasi penanganan perkara lengkap
Tampilan pada CMS
Menu Pra Penuntutan
s.d Eksekusi

Menghasilkan
persuratan
administrasi
 Karena sesuai alur proses penangan perkara secara data akan lebih terjaga validitasnya
(contoh tidak bisa membuat P21 sebelum ada P16a) – integriras dan kualitas data lebih baik
Kelebihan CMS

 Tersedia fitur untuk unggah (upload) dokumen sebagai dokumen elektronik (arsip) untuk
dokumen yang sudah ditandatangani

Tampilan pada CMS


Fitur untuk Unggah Dokumen

 Terintegrasi dengan sistem Lembaga Penegak Hukum (LPH) lainnya dalam program
prioritas nasional SPPT-TI (Sistem Penaganan Perkara Tindak Pidana Secara Terpadu
Berbasis Teknologi Informasi) – data dimanfaatakan oleh LPH lain
Kelebihan CMS

Kejaksaan
Negeri

DCIDC &
& DRC
DRC Gambaran Sistem
Network
Kejaksaan VPN Terdistribusi Masing-
Tinggi Masing Satuan
SERVER Kerja Disediakan
KEJAKSAA
N AGUNG
Server

• Dalam operasionalisasi tidak terlalu tergantung pada jaringan karena akses ke server
bersifat lokal (server ada di satuan kerja), secara berkala data di sinkronkan (ditarik)
ke Pusat – akses saat operasional cepat
• Dari sisi keamanan informasi lebih terjamin karena mengunakan jaringan lokal dan
sinkronisasi data menggunakan jalur khusus (virtual private network) – keamanan
data/informasi lebih terjamin
Kekurangan CMS

 Masih ada proses yang dilakukan keluar sistem yaitu


penandatangan (belum menerapkan tanda tangan digital) dan
penomoran masih manual – sehingga setelah diberi nomor data
harus diupdate ke dalam sistem .

Tampilan dokumen administrasi yang dihasilkan


dari CMS
Nomor, Tandatangan dan Cap masih keluar dari
Sistem
Kekurangan CMS

 Tidak bisa diakses melalui internet atau dari mana saja, hanya di
kantor – karena sebagian besar administrasi penanganan perkara
memang dilakuka di kantor.
 Akses bersifat lokal, sehingga perlu waktu (ada sinkronisasi ke
Pusat) baru data bisa dilihat di level Kejati maupun Kejagung –
untuk kelancaran dalam administrasi perkara (entri data ke CMS)
akses dibuat lokal sehingga cepat tetapi untuk data dapat diakses
di level lebih tinggi ada butuh waktu.
 Jika ada perbaikan/penambahan fitur di sistem, maka seluruh
sistem di server satuan kerja harus di update
Catatan : dengan sistem terdistribusi dan bersifat
lokal (server ada dimasing-masing satuan kerja)
selain ada kelebihan juga ada kekuranganya
Tampilan pada CMS
Pada P29 Dakwaan tidak
Kekurangan CMS semua narasi dicatat didalam
sistem hanya beberapa
informasi yang dibutuhkan
tetapi dokumen dapat di
scan kemudian di unggah ke
sistem
 Beberapa jenis dokumen administrasi perkara masih dilakukan
diluar sistem seperti Berita Acara, Dakwaan dan Tuntutan karena
bentuk dari dokumen yang bisa beragam untuk setiap perkara
(tidak seperti surat) – tetapi difasilitasi dokumen dapat diupload
kedalam CMS dan dicatat hanya beberapa informasi yang
dibutuhkan tidak semuanya
159
CMS Untuk Mendukung SPPT TI
▪ Untuk mendukung prioritas nasional penegakkan
hukum melalui SPPT TI Kejaksaan menggunakan
CMS
▪ Tugas satuan kerja Kejaksaan Negeri melakukan
entri data melalui CMS secara lengkap
▪ Pusat DASKRIMTI akan menarik data untuk kemudian
dipertukarkan ke APH lain melalui SPPT TI
▪ Wilayah Implementasi 212 satuan kerja Kejaksaan
Negeri
▪ Tahun 2020 masih perkara Pidana Umum
▪ Tahun 2021 akan mulai ditambah perkara Pidana
Khusus
160

Dokumen Kejaksaan RI yang dipertukarkan


(sudah tersedia di CMS)
Tahun 2020 :
Catatan Terkait
P16, P16A, P21, P26, P29, P31, P42, P48,
Impelementasi BA-17

SPPT TI Tahun 2021 akan ditambah :


P18, P21A, P32, T4, T6, Berita Acara
Kesepakatan Diversi, Permohonan
Penetapan Diversi, Surat Ketetapan
Barang Bukti, T7, T8, BA7, BA8, BA9,
BA10, BA11, BA17, BA15, Pidsus12
161

EVALUASI CMS

1. Entri data CMS sudah cukup banyak tetapi kualitas data masih
kurang karena tidak lengkap antara lain dalam pengisian nomor
surat.
2. Agar dilengkapi penomoran surat di CMS
3. Belum konsisten semua tahapan di entri melalui CMS
4. Agar seluruh tahapan admonistrasi penanganan perkara di entri
melalui CMS
Contoh Yang Tidak Lolos Validasi Saat
di Kirim ke SPPT TI

TGl P16A NO P16A KODE NAMA SATKER


10/03/20 PRINT-................/M.2.19/Eoh.2/03/2020 102400 KEJAKSAAN NEGERI KABUPATEN BANDUNG
12/03/20 PRINT-....../M.2.19/Eoh.2/03/2020
Nomor tidak
102400 KEJAKSAAN NEGERI KABUPATEN BANDUNG
16/03/20 PRINT-........./M.2.19/Eoh.2/03/2020 lengkap
102400 KEJAKSAAN NEGERI KABUPATEN BANDUNG
24/03/20 PRINT-........./M.2.19/Eoh.2/03/2020 102400 KEJAKSAAN NEGERI KABUPATEN BANDUNG
24/03/20 PRINT-........./M.2.19/Eoh.2/03/2020 102400 KEJAKSAAN NEGERI KABUPATEN BANDUNG
24/03/20 PRINT-............./M.2.19/EOH.1/03/2020 102400 KEJAKSAAN NEGERI KABUPATEN BANDUNG
01/04/20 PRINT- /M.2.19/Eoh.2/04/2020 102400 KEJAKSAAN NEGERI KABUPATEN BANDUNG
06/04/20 PRINT- /M.2.19/Eku.2/04/2020 102400 KEJAKSAAN NEGERI KABUPATEN BANDUNG
06/04/20 PRINT-......../M.2.19/Eoh.2/04/2020 102400 KEJAKSAAN NEGERI KABUPATEN BANDUNG
07/04/20 PRINT-........./M.1.29/Eoh.2/06/2020 102400 KEJAKSAAN NEGERI KABUPATEN BANDUNG
08/04/20 PRINT- /M.2.19/Eoh.2/04/2020 102400 KEJAKSAAN NEGERI KABUPATEN BANDUNG
13/04/20 PRINT-........./M.1.29/Eoh.2/04/2020 102400 KEJAKSAAN NEGERI KABUPATEN BANDUNG
14/04/20 PRINT- /M.2.19/Eku.2/04/2020 102400 KEJAKSAAN NEGERI KABUPATEN BANDUNG
15/04/20 PRINT-............./M.2.19/EOH.1/04/2020 102400 KEJAKSAAN NEGERI KABUPATEN BANDUNG
15/04/20 PRINT-....../M.2.19/Eoh.3/04/2020 102400 KEJAKSAAN NEGERI KABUPATEN BANDUNG
Evaluasi CMS
PERIODE JANUARI – MARET 2021
Hasil Evaluasi

 Kejaksaan Negeri dengan kriteria Amat Baik dan Baik sebanyak 297 atau
sekitar 68.2%
 Kriteria Amat Baik jumlah entri data sudah diatas 90%
 Kriteria Baik jumlah entri data sudah diatas 80%
 Perbandingan dilakukan antara jumlah data di CMS dengan Laporan Bulanan EIS
 Ada 138 Kejaksaan Negeri atau sekitar 31.8% masih bervariasi, dimana jumlah
data untuk beberapa dokumen di CMS masih ada yang dibawah 80%
 Ada beberapa Kejaksaan Negeri tidak menginput EIS
 Secara umum kuantitsas data sudah baik tetapi untuk kelengkapan pengisian
utamanya nomor surat perlu ditingkatkan sehingga kualitas data menjadi lebih
baik
Kriteria Amat Baik

 Perbandingan antara jumlah yang di entri di CMS dengan Laporan


Bulanan EIS untuk dokumen P16, P21 dan P31 diatas 90%
 Kemudian diurut berdasarkan konsistensi tertinggi antara jumlah P48
dengan P16 dalam tiga bulan (menggambarkan semua proses dientri
menggunakan CMS)
Urutan Dengan Kriteria Amat Baik
Untuk Kejari dengan Jumlah Perkara Setahun
< 250
NO SATUAN KERJA JUMLAH PERKARA KONSISTENSI

1 KEJAKSAAN NEGERI BALIKPAPAN 136 132.3308271

2 KEJAKSAAN NEGERI BINJAI 149 108.2089552

3 KEJAKSAAN NEGERI PELALAWAN 115 106.0344828

4 KEJAKSAAN NEGERI BANYUASIN 124 105.6910569

5 KEJAKSAAN NEGERI CILACAP 124 104.0650407

6 KEJAKSAAN NEGERI KENDARI 194 103.2608696

7 KEJAKSAAN NEGERI SAMARINDA 237 94.14225941

8 KEJAKSAAN NEGERI SIMALUNGUN 156 92.25806452

9 KEJAKSAAN NEGERI KABUPATEN CIREBON 122 92.1875

10 KEJAKSAAN NEGERI ROKAN HULU 149 90.47619048


Urutan Dengan Kriteria Amat Baik
Untuk Kejari dengan Jumlah Perkara Setahun >
250
NO SATUAN KERJA JUMLAH PERKARA KONSISTENSI

1 KEJAKSAAN NEGERI BANDAR LAMPUNG 262 131.4516129

2 KEJAKSAAN NEGERI LUBUK LINGGAU 251 118.2242991

3 KEJAKSAAN NEGERI PONTIANAK 258 100

4 KEJAKSAAN NEGERI PEKANBARU 431 81.01851852

5 KEJAKSAAN NEGERI JAKARTA SELATAN 372 77.55102041

6 KEJAKSAAN NEGERI SURABAYA 455 76.62921348

7 KEJAKSAAN NEGERI KABUPATEN MALANG 259 74.59677419

8 KEJAKSAAN NEGERI KOTA TANGERANG 270 74.24242424

9 KEJAKSAAN NEGERI JAKARTA TIMUR 284 68.05555556

10 KEJAKSAAN NEGERI TANGERANG SELATAN 252 66.11570248


Kriteria Kurang Baik

 Perbandingan antara jumlah yang di entri di CMS dengan Laporan


Bulanan EIS untuk dokumen P16 < 80% dan P21 < 80%
 Kemudian diurut berdasarkan konsistensi terendah antara jumlah P48
dengan P16 dalam satu tahun (menggambarkan tidak semua proses
dientri melalui CMS)
 Catatan untuk satuan kerja Kejaksaan Negeri :
 Perlu dicek/diteliti kembali jumlah yang dientri pada Laporan Bulanan EIS
 Perlu ditingkatkan konsistensi isian di CMS dengan mengisi semua proses
administrasi penanganan perkara melalui CMS
Urutan Dengan Kriteria Kurang Baik
NO SATUAN KERJA JUMLAH PERKARA KONSISTENSI

1 KEJAKSAAN NEGERI GAYO LUES 0 0

2 KEJAKSAAN NEGERI HALMAHERA TIMUR 0 0

3 KEJAKSAAN NEGERI PULAU TALIABU 2 0

4 KEJAKSAAN NEGERI KEPULAUAN TALAUD 25 0

5 KEJAKSAAN NEGERI MALUKU TENGGARA 13 0

6 KEJAKSAAN NEGERI MALUKU BARAT DAYA 5 0

7 KEJAKSAAN NEGERI BELITUNG TIMUR 0 0

8 KEJAKSAAN NEGERI BIMA 181 0.537634409

9 KEJAKSAAN NEGERI MAMUJU 39 5

10 KEJAKSAAN NEGERI ACEH BARAT DAYA 18 5.882352941


Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai