Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum acara pidana merupakan serangkaian tindakan penegak hukum

pidana atau yang disebut dengan sistem peradilan pidana untuk melaksanakan

fungsi penegakan hukum pidana dalam hal adanya dugaan bahwa hukum

pidana materil dilanggar. Berangkat dari dugaan ini, maka perangkat hukum

Negara dalam system peradilan pidana mulai dari polisi, jaksa, hakim

maupun lembaga pemasyarakatan melaksanakan fungsinya guna menegakkan

hukum pidana materiil yang dilanggar berdasarkan ketentuan yang berlaku

dalam hukum acara pidana.

Polisi baik sebagai penyelidik maupun penyidik akan melaksanakan

fungsi penyelidikan dan penyidikan apabila ada dugaan bahwa hukum pidana

materiil telah dilanggar. Demikian pula halnya dengan Jaksa akan

melaksanakan fungsinya selaku penuntut umum untuk melakukan penuntutan

terhadap orang yang diduga sebagai pelaku tindak pidana ke hadapan majelis

hakim perkara pidana. Begitu pula Hakim akan melakukan pemeriksaan

perkara di persidangan dan akan memberikan putusan bersalah atau tidak

terhadap seseorang yang diduga sebagai pelaku tindak pidana yang

dihadapkan di muka persidangan. Selanjutnya apabila seseorang dinyatakan

bersalah berdasarkan dua alat bukti yang sah serta keyakinan hakim, maka

terdakwa akan dipidana sesuai dengan tindak pidana yang dinyatakan terbukti

1
dilakukan olehnya berdasarkan dakwaan yang dibuat oleh jaksa terhadapnya

untuk selanjutnya akan menjalan pemidanaan di lembaga pemasyarakatan

apabila putusan hakim tersebut telah berkekuatan hukum tetap.

Sehubungan dengan tugas Jaksa, maka dapat disebutkan disini bahwa

berdasarkan Pasal 30 Undang Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang

Kejaksaan Republik Indonesia, maka berikut ini adalah tugas dan wewenang

Kejaksaan.

Di bidang pidana :

 melakukan penuntutan;
 melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap;
 melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat,
putusan pidana pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat;
 melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan
undang- undang;
 melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan
pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam
pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik.

Di bidang perdata dan tata usaha negara :

Kejaksaan dengan kuasa khusus, dapat bertindak baik di dalam maupun di


luar pengadilan untuk dan atas nama negara atau pemerintah.

Dalam bidang ketertiban dan ketenteraman umum, Kejaksaan turut


menyelenggarakan kegiatan:

 peningkatan kesadaran hukum masyarakat;


 pengamanan kebijakan penegakan hukum;
 pengawasan peredaran barang cetakan;
 pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat
dan negara;
 pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama;
 penelitian dan pengembangan hukum serta statistik kriminal.

2
Jaksa Pengacara Negara adalah jaksa yang memiliki kuasa khusus

yakni Jaksa Agung yang bertindak dalam perkara perdata dan tata usaha

negara serta ketatanegaraan, atas nama negara, pemerintahan, ataupun

kepentingan umum. Kewenangan Jaksa sebagai pengacara negara untuk

melaksanakan kepentingan hukum baik upaya non litigasi maupun upaya

litigasi berupa mengajukan gugatan ke pengadilan tinggi. Yang kita kenal bila

berbicara mengenai jaksa diidentikan dengan perkara pidana dalam fungsi

penuntutan. Namun, dengan adanya pembagian bidang dalam Organisasi dan

Tata Kerja Kejaksaan melalui Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara, Jaksa

dapat bertindak baik di dalam maupun di luar pengadilan dengan atas nama

negara, pemerintahan, BUMN, BUMD, bahkan perorangan selain hukum

pidana. Jaksa inilah yang disebut Jaksa Pengacara Negara.1

Dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 sebagaimana diubah

dengan UU No.11 Tahun 2021 tentang Kejaksaan Republik Indonesia, tidak

menjelaskan mengenai Jaksa Pengacara Negara. Yang ada hanya jaksa

sebagai pejabat fungsional yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk

bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksnaan putusan pengadilan yang

telah memperoleh kekuatan hukum tetap serta wewenang lainnya berdasarkan

undang-undang.

Mantan Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara, Maryin

Basiang dalam tulisannya “Tentang Jaksa Selaku Jaksa Pengacara Negara”,

1
http://mh.uma.ac.id/memahami-tugas-dan-fungsi-jaksa-pengacara-negara, diakses
tanggal 30 November 2022.

3
menyebut makna “kuasa khusus” dalam bidang keperdataan sebagaimana

tercantum dalam Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1991

tentang Kejaksaan dengan sendirinya identik dengan jaksa pengacara negara.

Tulisan Martin adalah terjemahaan dari landsadvocaten yang dikenal dalam

Staatblad 1922 No.522 tentang Vertegenwoordige (keterwakilan) van den

Lande in Rechten.2

Sebelumnya, Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Kejaksaan 1991 itu

menyebutkan “Di bidang perdata dan tata usaha negara, kejaksaan dengan

kuasa khusus dapat bertindak di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan

atas nama negara atau pemerintah”.

Pasal 2 Staatblad 1922 No.522 juga menyebut dalam suatu proses

(atau sengketa) yang ditangani secara perdata, bertindak untuk pemerintahan

sebagai penanggung jawab negara di pengadilan adalah opsir justisi atau

jaksa. Ini kemudian diadopsi dalam Pasal 30 ayat (2) Undang-Undang Nomor

16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia yang diubah menjadi

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2021. Menurut Martin, sebutan jaksa

pengacara negara hanya diberikan kepada jaksa-jaksa yang secara struktural

dan fungsional melaksanakan tugas perdata dan tata usaha negara. Sebutan

pengacara dalam jaksa pengacara negara tak bermakna bahwa Jaksa

Pengacara Negara tunduk pada Undang-Undang Advokat.

2
Ibid.

4
Pasal 30 ayat (2) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004

menyebutkan “Di bidang perdata dan tata usaha negara, kejaksaan dengan

kuasa khusus dapat bertindak baik di dalam maupun di luar pengadilan untuk

dan atas nama negara atau pemerintah.” Kejelasan mengenai tugas yang 

disebutkan dalam Pasal 34 UU Kejaksaan yang menyebutkan “Kejaksaan

dapat memberikan pertimbangan dalam bidang hukum kepada pemerintah

lainnya.”

Sehubungan dengan tugas dan peran jaksa selaku pengacara Negara,

maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang nantinya

akan dituangkan dalam karya ilmiah berupa skripsi dengan mengambil judul :

PENERAPAN FUNGSI DAN WEWENANG JAKSA PENGACARA

NEGARA DALAM PELAYANAN PUBLIK TERHADAP MASYARAKAT

AWAM HUKUM MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN

2009 (STUDI DI KEJAKSAAN TINGGI SUMATERA SELATAN).

B. Permasalahan

Permasalahan yang hendak dibahas dalam tulisan ini adalah sebagai

berikut :

1. Apakah fungsi dan wewenang Jaksa Pengacara Negara (JPN) dalam

pelayanan publik sesuai Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 ?

2. Factor-faktor apa saja yang menghambat jaksa dalam pelayanan public

terhadap masyarakat awam hukum ?

5
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dan manfaat penelitian ini adalah sebagai

berikut :

- Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui fungsi dan wewenang Jaksa Pengacara Negara

(JPN) dalam pelayanan publik sesuai Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2009.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menghambat jaksa

dalam pelayanan publik terhadap masyarakat awam hukum.

- Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis

maupun praktik yakni sebagai bahan referensi bagi kalangan hukum

dalam memahami dan memperluas wawasan tentang fungsi dan

wewenang jaksa pengacara Negara.

D. Ruang Lingkup Penelitian

Suatu tulisan ilmiah haruslah memberikan ruang lingkup dalam

pembahasannya. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya untuk membatasi

pembahasan yang dilakukan terhadap permasalahan yang ada. Dengan

demikian diharapkan pada akhir tulisan tidak terjadi pembahasan yang

keluar dari inti permasalahan yang ada, yaitu menjawab semua

permasalahan yang ada.

6
Menyadari akan hal tersebut, maka dalam tulisan ini penulis

membatasi pembahasannya hanya pada masalah yang berkaitan dengan

fungsi dan wewenang Jaksa Pengacara Negara (JPN) dalam pelayanan publik

sesuai Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 serta faktor-faktor yang

menghambat jaksa dalam pelayanan publik terhadap masyarakat awam

hukum. Dengan demikian, diharapkan pembahasan yang dilakukan

nantinya tidak akan keluar dari pokok permasalahan yang hendak

dijawab.

E. Metodologi Penelitian

Dalam melakukan penelitian terhadap karya ilmiah ini, maka

penulis akan menggunakan metode penelitian hukum empiris atau

penelitian lapangan (field research) dan tidak menutup kemungkinan

akan ditunjang dengan penelitian kepustakaan berupa penelitian pada

norma-norma hukum yang berkaitan dengan penerapan fungsi dan

wewenang jaksa pengacara Negara dalam pelayanan publik terhadap

masyarakat awam hukum.

Untuk maksud di atas, maka data yang dikumpulkan akan

bersumber pada data primer ditunjang data sekunder yaitu data yang

diperoleh dari hasil wawancara serta penelusuran terhadap bahan-bahan

hukum, yang dalam hal ini adalah bahan hukum primer berupa

peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan peran dan fungsi

7
serta wewenang jaksa pengacara Negara dalam pelayanan publik.

Selanjutnya bahan hukum sekunder yang terdiri dari karya-karya ilmiah

atau tulisan-tulisan yang berkaitan dengan masalah yang hendak

dibahas yaitu terkait dengan upaya hukum kasasi demi kepentingan

hukum maupun tulisan-tulisan yang relevan dengan tema yang hendak

dibahas, dan bahan hukum tertier yang berupa kamus-kamus hukum

maupun ensiklopedia yang relevan dengan pembahasan yang

dilakukan.3

Selanjutnya data yang diperoleh akan dianalisis secara kwalitatif

untuk selanjutnya dikonstruksikan dalam suatu kesimpulan.

F. Definisi Operasional

- Wewenang adalah suatu hak atau kekuasaan yang diberikan oleh hukum

kepada seseorang atau badan hukum untuk berbuat atau tidak berbuat

sesuatu berdasarkan hukum;

- Jaksa adalah pejabata fungsional yang diberi wewenang oleh undang-

undang untuk bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksana putusan

pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap serta wewenang

lain berdasarkan undang-undang;

- Jaksa pengacara Negara, adalah jaksa yang memiliki kuasa khusus yakni

Jaksa Agung yang bertindak dalam perkara perdata dan tata usaha Negara

3
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 1998, hal. 35.

8
serta ketatanegaraan atas nama Negara, pemerintahan ataupun

kepentingan umum.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini akan diuraikan dalam bab per bab yang

terdiri dari uraian sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Di dalam bab ini akan diuraiakan apa yang menjadi

latar belakang penulisan, permasalahan, ruang

lingkup, metodologi, tujuan dan manfaat penulisan,

definisi operasional serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA


Pada bab ini akan diuraikan teori-teori serta

pengertian-pengertian pokok tentang kejaksaan

Republik Indonesia, Jaksa Pengacara Negara, serta

pengertian pelayanan public.

BAB III : PENERAPAN FUNGSI DAN WEWENANG JAKSA

PENGACARA NEGARA DALAM PELAYANAN

PUBLIK TERHADAP MASYARAKAT AWAM

HUKUM MENURUT UNDANG-UNDANG

9
NOMOR 25 TAHUN 2009 (STUDI DI

KEJAKSAAN TINGGI SUMATERA SELATAN)

Bab ini merupakan bab yang berisi pembahasan atas

permasalahan yang ada, yakni fungsi dan wewenang

jaksa pengacara Negara (JPN) dalam pelayanan public

sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009

serta factor-faktor yang menghambat jaksa dalam

pelayanan publik terhadap masyarakat awam hukum.

BAB IV : PENUTUP

Pada bab ini tulisan akan ditutup dengan memberikan

kesimpulan atas hasil penelitian yang dilakukan

terhadap permasalahan yang ada untuk selanjutnya

akan diberikan beberapa saran untuk tindak lanjut

penelitian selanjutnya.

10

Anda mungkin juga menyukai