BAB II
tentang Hukum Acara Pidana, sebagaimana tertuang dalam Pasal 6 ayat (1)
huruf a bahwa yang dimaksud dengan penyidik adalah Pejabat Polisi Negara
selain Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, Pejabat Pegawai Negeri Sipil
sebagai penyidik.32
sebagai berikut:
32
Adhi Wibowo, Hukum Acara Pidana Dalam Teori dan Praktek, Hayfa Pres, Padang,
2012, hlm. 23.
27
28
33
Ibid, hlm. 24.
29
persyaratan:
58 Tahun 2010 juncto Pasal 10 huruf a Perkap Nomor 1 Tahun 2012 tentang
Inspektur Polisi Dua (Aipda) dan Ajun Inspektur Polisi Satu (Aiptu) tidak
30
rendah Sarjana Strata Satu (S1) atau setara, sementara di Pasal 10 huruf a
Perkap Nomor 1 Tahun 2012 tentang tentang Rekrutmen dan Seleksi Penyidik
Polri, dikatakan bahwa penyidik harus berijazah paling rendah Sarjana Strata
bahwa perbuatan pidana atau perbuatan yang dilarang oleh ketentuan pidana itu
benar-benar terjadi.
34
Hartono, Penyidikan dan Penegakan Hukum Pidana Melalui Pendekatan hukum
Progresif, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, hlm. 32.
35
Ibid, hlm. 33
31
sebenarnya sehingga dapat menjadi terang benderang suatu perkara yang pada
adalah pemeriksaan permulaan oleh pejabat yang untuk itu ditunjuk oleh
tentang:38
36
Redaksi Sinar Grafika, Undang-Undang Kepolisian Negara Dilengkapi Dengan
Peraturan Pemerintah Lainya , Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hlm. 4.
37
R Tresna, Asas-asas Hukum Pidana, Unpad, Bandung, 1959, hlm. 23
38
Darwan Print, Hukum Acara Pidana dalam Praktek, Djambatan, Jakarta, 1998, hlm 8.
32
2. Tugas Penyidik
Tugas penyidik adalah melaksanakan penyidikan, yaitu serangkaian
tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-
undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, untuk mencari dan
tinggi hukum yang telah ditetapkan Pasal 7 ayat (3) Undang-undang Nomor 8
Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Di samping itu penyidik juga
mempunyai tugas: 40
3. Kewenangan Penyidik
Berdasarkan Pasal 7 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
41
M.Yahya Harahap. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Sinar Grafika,
Jakarta, 2012, hlm 158
34
untuk:
2) Melakukan penangkapan;
Pasal 17 KUHAP.42
3) Melakukan Penahanan;
penahanan.
Ibid.
42
35
4) Melakukan penggeledahan;
diberikan dalam Pasal 1 butir (17) dan (18) KUHAP, maka dapat
pengeledahan badan.
5) Melakukan penyitaan;
peradilan.44
yang diduga terkait erat dengan tindak pidana yang sedang terjadi.
Ibid.
44
38
Indonesia. 45
Acara Pidana, adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana
Ibid.
46
39
tersebut. Jika keluarga keberatan dan dalam jangka waktu dua hari
Oleh karena itu proses penyerahan berkas perkara pada penuntut umum
pada Pasal 110 ayat (2) dan (3) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981
kepada jaksa penuntu umum. Pada tahap inilah jaksa penuntut umum
dalam jangka waktu 14 hari sejak berkas perkara diserahkan dan tidak
tersangka dan barang bukti beralih pada penuntut umum secara yuridis,
48
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Edisi Kedua, Sinar Grafika, Jakarta,
2014, hlm. 60
42
Hal ini diatur dalam Pasal 110 ayat (4) Undang-undang Nomor
penyidik.
para ahli hukum Belanda dan Indonesia hingga saat ini. Di dalam doktrin ilmu
Indonesia. Selain istilah strafbaarfeit ada juga yang memakai istilah lain yaitu
luasnya dan banyak seginya dari strafbaarfeit itu sendiri. Secara harfiah kata
feit itu berarti peristiwa, akan tetapi karena peristiwa dalam bahasa Indonesia
meliputi bukan saja perbuatan manusia, maka Satochid tidak setuju dengan
istilah tersebut.
tetapi Satochid pun tidak setuju dipakai istilah perbuatan, karena dalam
49
H.M. Rasyid Ariman, Fahmi Raghib, Hukum Pidana, Setara Pres, Malang, 2016, hlm.
58
43
pandangan Satochid pun tidak tepat apabila digunakan atau dipakai kata
peristiwa karena istilah ini sendiri dianggap terlalu luas karena meliputi juga
Oleh karena itu, maka istilah perbuatan terlalu sempit, sebab menurut
bahasa, perbuatan itu hanya meliputi perbuatan yang aktif, gerakan badan
yang pasif, yakni bila seseorang tidak berbuat, misalnya tidak datang dipanggil
jadi saksi, tidak menutup pintu jalan kereta api, tidak memberi pertolongan
pada orang dalam bahaya dan lain sebagainya. Di samping itu perbuatan itu
gewilde handeling.
sebagian dari suatu kenyataan yang dapat dihukum.52 Akan tetapi, diketahui
bahwa yang dapat dihukum sebenarnya adalah manusia sebagai pribadi dan
50
Ibid, hlm. 59
51
Sianturi, Asas-Asas Hukum Pidana dan Penerapannya, Alumni Ahaem-Pthaem, Jakarta,
1986, hlm. 205
52
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian 1, Edisi Pertama, Cetakan. Pertama,
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm. 71
44
perbuatan yang dilarang oleh suatu suatu aturan hukum disertai ancaman
(sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa yang melanggar
larangan tersebut.
yang oleh aturan hukum dilarang dan diancam dengan pidana. Pengertian
perbuatan di sini selain perbuatan yang bersifat aktif (melakukan sesuatu yang
hukum yang dengan sengaja ataupun tidak dengan sengaja telah dilakukan oleh
seorang pelaku yang penjatuhan hukuman terhadap pelaku adalah perlu demi
istilah perbuatan jahat atau kejahatan (crime atau Verbrechen atau misdaad)
53
Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, Raja Grafindo, Jakarta, 2011, hlm. 49
54
Adami Chazawi, Op. Cit, hlm. 75
55
R. Tresna, Op.Cit, hlm. 34
45
menentukan perbuatan itu sebagai tindak pidana, syarat tersebut adalah sebagai
berikut:
Van Hamel membuat defenisi yang hampir sama dengan Simons, tetapi
menambah lagi dengan satu syarat, yakni perbuatan itu harus mengandung sifat
yang dapat dibagi menjadi 2 (dua) macam unsur, yaitu unsur-unsur subjektif
unsur-unsur yang melekat pada diri sipelaku atau yang berhubungan dengan
diri si pelaku, dan termasuk ke dalamnya yaitu segala sesuatu yang terkandung
di dalam hatinya.57
56
Sudarto, Hukum Pidana I, Yayasan Sudarto, Semarang, 1990, hlm. 40
57
Andi Hamzah, Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana, Ghalia Indonesia,
Jakarta, 2001, hlm. 22
46
dan lain-lain.
58
P.A.F. Lamintang, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, Sinar Baru, Bandung, 1984,
hlm.193
59
Ibid, hlm. 194
60
Ibid.
47
Perlu diingat bahwa tidak selamanya kelakuan dan akibat terjadi pada
karena bunuh diri akibat dorongan atau hasutan orang lain adalah hal
ketentuan Pasal 351 ayat (2) yang mengakibatkan luka-luka berat dan
61
Eddy O.S Hiarie, Prinsip-Prinsip Hukum Pidana, Cahaya Atma Pustaka. Yogyakarta,
2014, hlm. 94.
48
unsur berpadanan kata dengan elemen, sehingga dapat diartikan bahwa unsur
1) Elemen perbuatan yang terdiri dari kelakuan dan akibat, elemen hal
62
Ibid.
49
adalah delik yang terdiri dari suatu perbuatan yang dilarang oleh
berlangsung terus.
atau agar seseorang itu dapat dikatakan melakukan tindak pidana harus
dilanggar.
63
Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana Edisi Revisi, Rineka Cipta, Jakarta, 1993, hlm. 71
50
tindak pidana. Dengan demikian pelaku atau subjek tindak pidana itu
adalah manusia, hal ini tidak hanya terlihat dari perkataan barang siapa.64
delik formil yaitu Pasal 362 tentang pencurian dan dapat pula
64
Buchari Said, Ringkasan Pidana Materil, Fakultas Hukum Universitas Pasundan,
Bandung, 2008, hlm. 45
65
A. Zainal Abidin Farid, Hukum Pidana I, Sinar Grafika, Jakarta, 1995, hlm. 235
66
R. Soesilo, Pokok-Pokok Hukum Pidana Peraturan Umum dan Delik-Delik Khusus,
Cetakan ke-1, Penerbit: PT. Karya Nusantara, Sukabumi,1984, hlm. 27
51
Delik berdiri sendiri yaitu delik yang terdiri atas satu perbuatan
Delik rampung adalah delik yang terdiri atas satu perbuatan atau
67
Ibid.
52
materai dan merek, Pasal 333 KUHP yaitu dengan sengaja dan
penahanan.68
Delik tunggal adalah delik yang hanya satu kali perbuatan sudah
sebagai pencarian.
daripada delik dasar atau delik pokok. Misalnya Pasal 335 KUHP
68
Ibid. hlm. 28
53
luka-luka.70
Pasal 181 KUHP. Delik umum adalah delik yang tidak ditujukan
penggelapan.71
69
Ibid.
70
Ibid.
71
Ibid.
54
Delik umum yaitu delik yang dapat dilakukan oleh setiap orang.
Delik aduan yaitu delik yang hanya dapat dituntut, jika diadukan
dalam keluarga. Delik biasa yaitu delik yang bukan delik aduan
tentang pembunuhan.73
1. Pengertian Merkuri
Merkuri atau raksa (Hg) merupakan unsur logam yang sangat penting
dalam teknologi di abad modern saat ini. Merkuri diberikan simbol kimia Hg
72
Ibid, hlm. 29
73
Ibid.
74
Wurdiyanto, Merkuri, Bahayanya, Dan Pengukurannya, Buletin Alara, Jakarta, 2007,
hlm. 2
55
yang berarti perak air. Logam merkuri dilambangkan dengan Hg. Pada tabel
atom (BA 200,59). Logam ini dihasilkan dari biji sinabar, HgS, yang
temperatur kamar (25o C), memiliki berat jenis 13,53 g/mL, titik beku -38,8 o C
dan titik didih 356,73o C. Merkuri bersifat mudah menguap, mudah bercampur
konduktor yang baik. Merkuri memiliki kelarutan dalam air 0,28 mmol/L pada
250 C. Logam ini tidak larut dalam alkohol, eter, asam hidroklorat, hidrogen
iodida maupun hydrogen bromida tetapi larut dalam asam nitrat, asam sulfat
cara pembakaran merkuri sulfida (HgS) di udara, membentuk gas merkuri yang
diperoleh logam cair murni. Logam cair inilah yang kemudian digunakan oleh
alam. Mulai dari batuan, air, udara dan bahkan dalam tubuh organisme hidup.
75
Ibid. hlm. 3
76
Heryando Palar, Op.Cit, hlm. 5
56
Penyebaran dari logam merkuri ini, turut dipengaruhi oleh faktor geologi,
Merkuri merupakan salah satu logam berat yang muncul secara alami di
dalam limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) karena bersifat racun
berwarna perak berwujud cair pada suhu ruang dan mudah menguap akibat
pemanasan. Uap merkuri tidak berwarna dan tidak berbau. Semakin tinggi suhu
tinggi.
356,73oC dan titik leleh -38,87oC. Adapun massa jenis merkuri adalah 13.6
dengan tekanan uap 0,00185 mm pada 25oC. Nilai ambang batas pajanan uap
mana 70% hingga 80% pajanan terjadi melalui paruparu. Akan tetapi ketika
anorganik umumnya berwujud serbuk, dan berwarna putih, dan disebut juga
garam merkuri. Merkuri anorganik telah lama dikenal, salah satunya merkuri
baterai kering, agen pewarna tekstil kulit, katalis (dalam produksi VPC atau
industri (tekstil).
organik dapat ditemui dalam 3 bentuk, yakni aryl, alkil pendek, dan alkil
rantai makanan. Garam merkuri organik terserap lebih banyak melalui sistem
kelarutan garam merkuri organik dalam lemak yang lebih baik dibandingkan
Batubara
perdagangan merkuri.
Kesehatan Lingkungan.
an Bahan Berbahaya.
Lingkungan.
logam berat yang berbentuk cair, berwarna putih perak serta mudah menguap
pada suhu ruangan. Merkuri telah dikenal sebagai global concern karena
60
merupakan bahan kimia yang persisten dan dapat bersifat bioakumulatif dalam
pencemaran yang terjadi pada badan air, tanah, udara bahkan rantai makanan
seperti beras, ikan, dan makanan lainnya. Sumber pajanan merkuri dapat
berasal dari alam, baik sumber primer (aktivitas gunung berapi, geothermal,
dan tanah yang kaya akan merkuri) maupun sumber sekunder (re-emisi merkuri
yang berbeda. Secara umum, merkuri elemental dan metil merkuri sangat
toksik terhadap sistem syaraf pusat dan perifer, sedangkan merkuri inorganik
dapat menyebabkan iritasi pada mata, kulit dan saluran pencernaan, serta
menyebabkan gangguan pada ginjal bila tertelan. Gangguan sistem syaraf dan
terabsorpsi lewat kulit dengan gejala seperti tremor, insomnia, kehilangan daya
ingat, efek neuromuscular, pusing dan disfungsi kognitif dan motorik. Anak-
anak dan bayi dalam kandungan merupakan populasi yang sangat rentan akibat
terkontrol.
aktivitas gunung berapi, pelapukan batuan, dan sebagai akibat dari aktivitas
kadarnya sangat kecil. Mayoritas merkuri yang ada di lingkungan berasal dari
anorganik, sebagian besar terasosiasi dengan inhalasi uap dari dental amalgam
yang digunakan dalam penambalan gigi. 25% pajanan berupa merkuri organik
(terutama metil merkuri dalam ikan atau produk turunan ikan). Dosis aman
merkuri antara 2.0 mikrogram per kg berat badan per hari untuk merkuri
merkuri, lamanya pajanan, dan bentuk pajanan itu sendiri. Umumnya toksisitas
organik. Terlepas dari bentuk kimia merkuri yang terpapar, ginjal dan syaraf
a) Pajanan Akut
dada (pleuritis), dan dapat disalah artikan sebagai metal fume fever. Gej
ala lain bias berupa stomatitis, lethargy (lemas tidak bertenaga), sakit ke
b) Pajanan Kronis
tidak jelas, bicara kurang jelas, acrodynia (pink disease, alergi merkuri).
Tabel I
Gejala Klinis Keracunan Merkuri
63
edema, emfisema,
interstitial, RDS.
sistem pencernaan.
kepala, ataksia,
disarthria, berjalan
tidak stabil,
vasomotor, neuropati,
64
paresthesias.
belakangan,
inkoordinasi,
kebutaan, gangguan
berbicara, ketulian,
seizures, paralisis)
kehilangan massa
65
otot, tremor,
paralisis.
lendir berlebihan,
sensitif terhadap
cahaya.