Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Administrasi kependudukan merupakan salah satu tugas pokok

dan fungsi yang menjadi tanggung jawab Daerah sesuai dengan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2014 pasal 1

ayat (2) tentang Pemerintahan Daerah.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 atas

perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 menyatakan bahwa:

Administrasi kependudukan merupakan rangkaian penataan dan


penertiban dalam penerbitan dokumen dan Data Kependudukan
melalui Pendaftaran Penduduk, Pencatatan Sipil, pengelolaan
informasi Administrasi Kependudukan serta pendayagunaan
hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.

Tujuan utama dari penyelenggaraan Administrasi Kependudukan

berdasarkan visi dan misi Kementerian Dalam Negeri adalah untuk

mewujudkan tiga tertib Administrasi Kependudukan yang terdiri dari:

1. Terib Database Kependudukan meliputi terbangunnya


Database Kependudukan yang akurat ditingkat
Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat, Database
Kependudukan Kabupaten/Kota tersambung (online) dengan
Provinsi dan Pusat menggunakan Sistem Informasi
Administrasi Kependudukan (SIAK), Database kependudukan
Depdagri dan daerah tersambung (online) dengan Intansi
pengguna.
2. Tertib penerbitan NIK meliputi NIK diterbitkan setelah
penduduk mengisi biodata penduduk per keluarga (F1.01)
dengan menggunakan SIAK, tidak adanya NIK ganda.
3. Tertib dokumen kependudukan (KK, KTP, Surat Keterangan
dan Akta Pencatatan Sipil) meliputi prosesnya sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, dan tidak adanya dokumen
kependudukan ganda dan palsu.

Dokumen kependudukan mempunyai kekuatan hukum sebagai

alat bukti otentik yang dihasilkan dari pendaftaran penduduk dan

pencatatan sipil. Pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil sebagai

bagian dari penertiban administrasi kependudukan, wajib dilaksanakan

oleh setiap warga negara.

Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 bahwa

“Pendaftaran penduduk adalah pencatatan biodata penduduk, pencatatan

atas pelaporan peristiwa kependudukan dan pendataan penduduk rentan

administrasi kependudukan serta penerbitan dokumen kependudukan

berupa kartu identitas atau surat keterangan kependudukan”. Sedangkan

“Pencatatan sipil adalah pencatatan peristiwa penting yang dialami oleh

seseorang dalam register pencatatan sipil pada instansi pelaksana”.

Pendaftaran penduduk berupa pemberlakuan Nomor Induk

Kependudukan (NIK), Kartu Keluarga (KK), Kartu Tanda Penduduk (KTP),

dan pendaftaran peristiwa kependudukan. Sedangkan pencatatan sipil

berupa pencatatan akta kelahiran, kematian, perkawinan, perceraian,

pengakuan dan pengesahan anak, dll.

Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam penyelenggaraan

pemerintahannya menganut asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas


pembantuan. Prinsip penyelenggaraan desentralisasi adalah otonomi

seluas-luasnya dalam arti daerah diberikan kewenangan mengatur dan

mengurus semua urusan pemerintahan di luar yang menjadi urusan

pemerintah. Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah

untuk memberikan pelayanan, peningkatan peranserta, prakarsa dan

pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan

kesejahteraan rakyat.

Kebijakan otonomi daerah dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah, secara eksplisit memberikan otonomi yang

luas kepada pemerintah daerah untuk mengurus dan mengelola berbagai

kepentingan dan kesejahteraan masyarakat daerah. Pemerintah Daerah

harus mengoptimalkan pembangunan daerah yang berorientasi kepada

kepentingan masyarakat. Melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004,

pemerintah daerah dan masyarakat di daerah lebih diberdayakan

sekaligus diberi tanggung jawab yang lebih besar untuk mempercepat laju

pembangunan daerah.

Sejalan dengan hal tersebut, maka implementasi kebijakan otonomi

daerah telah mendorong terjadinya perubahan, baik secara struktural,

fungsional maupun kultural dalam tatanan penyelenggaraan pemerintahan

daerah. Salah satu perubahan yang sangat esensial yaitu menyangkut

kedudukan, tugas pokok dan fungsi kecamatan yang sebelumnya

merupakan perangkat wilayah dalam kerangka asas dekonsentrasi,


berubah statusnya menjadi perangkat daerah dalam kerangka asas

desentralisasi. Sebagai perangkat daerah, Camat dalam menjalankan

tugasnya mendapat pelimpahan kewenangan dari dan bertanggung jawab

kepada bupati/wali kota.

Pengaturan penyelenggaraan kecamatan baik dari sisi pembentukan,

kedudukan, tugas dan fungsinya secara legalistik diatur dengan Peraturan

Pemerintah. Sebagai perangkat daerah, Camat mendapatkan pelimpahan

kewenangan yang bermakna urusan pelayanan masyarakat. Selain itu

kecamatan juga akan mengemban penyelenggaraan tugas-tugas umum

pemerintahan.

Pelayanan Administrasi Kependudukan di Kecamatan meliputi

pembuatan Kartu Keluarga, Perekaman E-KTP dan pembuatan Surat

Pindah Datang.

Kepemilikan Dokumen kependudukan tidak hanya penting bagi

penduduk tetapi penting juga bagi pemerintah. Kepemilikan dokumen

kependudukan mempunyai kekuatan legal dimana menjadi bukti

hukum sebagai Warga Negara Indonesia dan juga dapat digunakan

untuk memperoleh pelayanan sosial dasar yang dibutuhkan dalam

kehidupan sehari-hari seperti pendaftaran sekolah, melamar

pekerjaan, pernikahan, pembuatan passpor, dan saat berpergian

menggunakan pesawat atau kereta api yang harus menunujukan KTP.

Sedangkan, bagi pemerintah kepemilikan dokumen kependudukan


bermanfaat dalam melakukan kegiatan pengadiministrasian penduduk

berdasarkan hal legalnya, dasar dari pembuatan kebijakan

kesejahteraan masyarakat, serta memperkuat database penduduk

dan pelayanan publik.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang

Aparatur Sipil Negara dimana Pegawai Negeri Sipil adalah bagian dari

ASN yang memiliki tugas Pembuat Kebijakan, Pelaksana Kebijakan,

Perekat dan Pemersatu Bangsa.

Sejauh ini, kesadaran masyarakat untuk memiliki dokumen

kependudukan masih tergolong minim. Oleh karena itu, diperlukan

peran dari semua pihak khususnya stakeholders agar berperan aktif

untuk mensosialisasikan pentingnya dokumen kependudukan bagi

masyarakat. Tugas dan Fungsi Kecamatan salah satunya yaitu

melaksanakan pelayanan kepada masyarakat dan visi kecamatan

Dayeuhkolot yaitu terwujudnya Kecamatan Dayeuhkolot yang maju

dan berdaya saing melalui pelayanan prima kepada masyarakat

tercapai dengan memberikan pelayanan prima sehingga masyarakat

merasakan kepuasan pelayanan dan tertib administrasi

kependudukan bagi Kecamatan Dayeuhkolot.

Berdasarkan latarbelakang diatas penulis menyusun Laporan

Aktualisasi ini dengan judul “Laporan Aktualisasi Peningkatan

Kesadaran Masyarakat tentang Pentingnya Kepemilikan


Dokumen Kependudukan di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten

Bandung Provinsi Jawa Barat.”

1.2 Identifikasi Isu

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan diatas,

dapat diidentifikasi beberapa isu sebagai berikut:

1. Masih rendahnya pemahaman masyarakat akan pentingnya

kepemilikan dokumen kependudukan

2. Masih rendahnya pemahaman masyarakat akan prosedur

pembuatan dokumen kependudukan di Kecamatan.

3. Kurangnya sarana dan prasarana dalam pelaksanaan

pelayanan di kecamatan.

4. Kurangnya sosialisasi dari Kecamatan tentang pentingnya

kepemilikan dokumen kependudukan.

Berdasarkan masalah-masalah yang ada di Kecamatan Dayeuhkolot

dikaitkan dengan nilai-nilai dasar profesi yaitu Akuntabilitas,

Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, Anti Korupsi, Manajemen

ASN, Pelayanan Publik dan WOG perlu adanya kegiatan untuk

menanggulangi masalah yang terjadi dengan tujuan untuk memberikan

pelayanan prima kepada masyarakat.


1.3 Perumusan dan Penetapan Isu

1.4 Rencana Kegiatan, Tahapan Kegiatan dan Ouput yang

diharapkan

Anda mungkin juga menyukai