Anda di halaman 1dari 31

IMPLEMENTASI PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 22

TAHUN 2021 DALAM RANGKA MEMBANGUN TATA


KELOLA PEMERINTAHAN YANG EFEKTIF DAN EFISIEN
DENGAN SISTEM PELAYANAN ADMINISTRASI
KEPENDUDUKAN SECARA DARING

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi tugas

Dalam menyelesaikan Sarjana Strata Satu (S1) Ilmu Hukum

Dengan Kekhususan HAN/HTN

Disusun Oleh:

ROSYIDA UMMI KHARIR


2018-20-192

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2023
PROPOSAL SKRIPSI

A. Judul Skripsi : Implementasi Peraturan Bupati Kudus Nomor 22 Tahun

2021 dalam Rangka Membangun Tata Kelola Pemerintahan yang Efektif dan

Efisien dengan Sistem Pelayanan Administrasi Kependudukan secara Daring

B. Pelaksanaan Penelitian

1. Nama : Rosyida Ummi Kharir

2. NIM : 2018 20 192

3. Jumlah SKS yang diperoleh : 145

4. Indeks Prestasi Komulatif (IPK) : 3,44

5. Nilai Mata Kuliah MPH :A

C. Dosen Wali : Lidya Christina Wardhani, SH., MH.,

MKn.

D. Pembimbing Skripsi

1. Pembimbing 1 : Anggit Wicaksono, SH., MH.

2. Pembimbing 2 : Adissya Mega Christia, SH., MH.

E. Ruang Lingkup : Ilmu Hukum

F. Program Kekhususan : HTN/HAN

G. Latar Belakang

Salah satu tugas Pemerintah Negara Indonesia dari Pusat sampai ke

Daerah seperti yang dimuat pada alinea keempat Pembukaan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah memajukan

kesejahteraan umum bagi seluruh rakyat Indonesia. Agar kesejahteraan

1
masyarakat terwujud dengan cepat, dapat ditempuh dengan meningkatkan

pelayanan publik, memberdayakan peran serta masyarakat dengan

berpartisipasi aktif dalam proses penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan

pembangunan dan pelatihan kemasyarakatan.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan

Publik, ruang lingkup pelayanan publik meliputi pelayanan barang publik dan

jasa publik serta pelayanan administratif yang diatur dalam peraturan

perundang-undangan. Pelayanan publik di atas yaitu meliputi pendidikan,

pengajaran, pekerjaan dan usaha, tempat tinggal, komunikasi dan informasi,

lingkungan hidup, kesehatan, jaminan sosial, energi, perbankan, perhubungan,

sumber daya alam, pariwisata, dan sektor strategis lainnya.

Pasal 5
(1) Ruang lingkup pelayanan publik meliputi pelayanan barang publik
dan jasa publik serta pelayanan administratif yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan.
(2) Ruang lingkup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
pendidikan, pengajaran, pekerjaan dan usaha, tempat tinggal,
komunikasi dan informasi, lingkungan hidup, kesehatan, jaminan
sosial, energi, perbankan, perhubungan, sumber daya alam,
pariwisata, dan sektor strategis lainnya.

Upaya untuk meningkatkan kualitas dan menjamin penyediaan

pelayanan publik sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan dan korporasi

yang baik serta untuk memberi perlindungan bagi setiap warga negara dan

penduduk dari penyalahgunaan wewenang di dalam penyelenggaraan

pelayanan publik, diperlukan pengaturan hukum yang mendukungnya. Pasal 1

angka 1 Undang-Undang Pelayan Publik memberikan definisi bahwa,

“Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka

2
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau

pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan

publik”.

Salah satu komponen yang termasuk dalam pelayanan administratif yaitu

tindakan administratif pemerintah yang diwajibkan oleh negara dan diatur

dalam peraturan perundang-undangan dalam rangka mewujudkan

perlindungan pribadi keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda warga

Negara. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan menyatakan bahwa, “Administrasi Kependudukan adalah

rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan

Data Kependudukan melalui Pendaftaran Penduduk, Pencatatan Sipil,

pengelolaan informasi Administrasi Kependudukan serta pendayagunaan

hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain”.

Pada penjelasan Undang-Undang Administrasi Kependudukan

disebutkan bahwa, administrasi kependudukan sebagai suatu sistem

diharapkan dapat diselenggarakan sebagai bagian dari penyelenggaraan

administrasi negara. Dari sisi kepentingan penduduk, administrasi

kependudukan memberikan pemenuhan hak-hak administratif, seperti

pelayanan publik serta perlindungan yang berkenaan dengan dokumen

kependudukan, tanpa adanya perlakuan yang diskriminatif. Dokumen

Kependudukan seperti Kartu Tanda Penduduk Elektronik, Kartu Keluarga,

3
Kutipan Akta Kelahiran, Kutipan Akta Kematian dan Kutipan Akta

Perkawinan/Perceraian wajib dimiliki oleh penduduk Indonesia.

Berdasarkan penjelasan Undang-Undang Administrasi Kependudukan,

penyelenggaraan administrasi kependudukan bertujuan untuk:

1. Memberikan keabsahan identitas dan kepastian hukum atas dokumen

penduduk untuk setiap peristiwa kependudukan dan peristiwa

penting yang dialami oleh penduduk.

2. Memberikan perlindungan status hak sipil penduduk.

3. Menyediakan data dan informasi kependudukan secara nasional

mengenai pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil pada berbagai

tingkatan secara akurat, lengkap, mutakhir, dan mudah diakses

sehingga menjadi acuan bagi perumusan kebijakan dan

pembangunan pada umumnya.

4. Mewujudkan tertib administrasi kependudukan secara nasional dan

terpadu.

5. Menyediakan data penduduk yang menjadi rujukan dasar bagi sektor

terkait dalam penyelenggaraan setiap kegiatan pemerintahan,

pembangunan, dan kemasyarakatan.

Pasal 10 Undang-Undang Administrasi Kependudukan menyebutkan

bahwa, “Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan kewenangan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, dan Pasal 9

diatur dalam Peraturan Pemerintah”. Untuk menindaklanjuti Undang-Undang

Administrasi Kependudukan, Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah

4
Nomor 40 Tahun 2019 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 24

Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006

tentang Administrasi Kependudukan. Berdasarkan Pasal 1 angka 15 Peraturan

Pemerintah tersebut menyebutkan bahwa, “Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kabupaten/Kota adalah perangkat daerah kabupaten/kota

selaku instansi pelaksana yang membidangi urusan Administrasi

Kependudukan”.

Bupati atau Wali kota dalam menyelenggarakan urusan Administrasi

Kependudukan di daerah kabupaten/kota memiliki wewenang sebagaimana

termuat dalam ketentuan Pasal 18 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 40

Tahun 2019.

Pasal 18
(1) Bupati/wali kota menyelenggarakan urusan Administrasi
Kependudukan di daerah kabupaten/kota.
(2) Dalam menyelenggarakan urusan Administrasi Kependudukan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bupati/wali kota memiliki
kewenangan meliputi:
a) koordinasi penyelenggaraan urusan administrasi kependudukan;
b) pembentukan dinas kependudukan dan pencatatan sipil
kabupaten/kota;
c) pengaturan teknis penyelenggaraan urusan administrasi
kependudukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
d) pembinaan dan sosialisasi penyelenggaraan urusan administrasi
kependudukan;
e) pelaksanaan kegiatan pelayanan masyarakat di bidang
administrasi kependudukan;
f) penugasan kepada desa atau yang disebut dengan nama lain
untuk menyelenggarakan sebagian urusan administrasi
kependudukan;
g) penyajian data kependudukan berskala kabupatenlkota yang
berasal dari data kependudukan yang telah dikonsolidasikan dan
dibersihkan oleh kementerian; dan
h) koordinasi pengawasan atas penyelenggaraan urusan administrasi
kependudukan.

5
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2019 menentukan bahwa dalam

menyelenggarakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat

(2) huruf c, Bupati/Wali kota menetapkan petunjuk teknis penyelenggaraan

urusan Administrasi Kependudukan dengan Peraturan Bupati/Wali Kota.

Menindaklanjuti ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2019

tersebut, Pemerintah Kabupaten Kudus mengeluarkan Peraturan Daerah

Kabupaten Kudus Nomor 9 Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua Atas

Peraturan Daerah Kabupaten Kudus Nomor 12 Tahun 2008 Tentang

Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan.

Dalam rangka pemenuhan kepemilikan identitas penduduk bagi setiap

penduduk melalui penerbitan dokumen kependudukan secara cepat dan tepat,

serta guna melaksanakan ketentuan Pasal 2 huruf c Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 7 Tahun 2019 tentang Pelayanan Administrasi Kependudukan

Secara Daring, dan tingginya kasus pandemi Corona Virus Disease 2019

(Covid-19) di Indonesia khususnya di Kabupaten Kudus, maka perlu

diselenggarakan pelayanan Administrasi Kependudukan secara daring. Oleh

karena alasan tersebut, Pemerintah Kabupaten Kudus mengeluarkan Peraturan

Bupati Kudus Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Pelayanan

Administrasi Kependudukan Secara Daring di Kabupaten Kudus.

Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul, “Implementasi Peraturan Bupati Kudus Nomor 22 Tahun 2021

dalam Rangka Membangun Tata Kelola Pemerintahan yang Efektif dan

Efisien dengan Sistem Pelayanan Administrasi Kependudukan secara Daring”.

6
H. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi Peraturan Bupati Kudus Nomor 22 Tahun

2021 dalam rangka membangun tata kelola pemerintahan yang

efektif dan efisien dengan sistem pelayanan administrasi

kependudukan secara daring?

2. Apa saja kendala yang dihadapi dalam pengimplementasian

Peraturan Bupati Kudus Nomor 22 Tahun 2021 terkait sistem

pelayanan administrasi kependudukan secara daring?

I. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan tentang Implementasi

Implementasi merupakan kegiatan yang penting dari keseluruhan

proses perencanaan kebijakan. Implementasi mengacu pada tindakan

untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu

keputusan. Tindakan ini berusaha untuk mengubah keputusan-keputusan

tersebut menjadi pola-pola operasional serta berusaha mencapai

perubahan-perubahan besar atau kecil sebagaimana yang telah diputuskan

sebelumnya. Implementasi pada hakikatnya juga merupakan upaya

pemahaman apa yang seharusnya terjadi setelah program dilaksanakan.

7
Pada tataran praktis, implementasi adalah proses pelaksanaan keputusan

dasar. Proses tersebut terdiri atas beberapa tahapan yakni:1

a. Tahapan pengesahan peraturan perundangan.

b. Pelaksanaan keputusan oleh instansi pelaksana.

c. Kesediaan kelompok sasaran untuk menjalankan keputusan.

d. Dampak nyata keputusan baik yang dikehendaki maupun tidak.

e. Dampak keputusan sebagaimana yang diharapkan instansi

pelaksana.

f. Upaya perbaikan atas kebijakan atau peraturan perundangan.

Proses persiapan implementasi setidaknya menyangkut beberapa hal

penting yakni: 2

a. Penyiapan sumber daya, unit dan metode.

b. Penerjemahan kebijakan menjadi rencana dan arahan yang dapat

diterima dan dijalankan.

c. Penyediaan layanan, pembayaran dan hal lain secara rutin.

Menurut Syaukani dkk dalam Teddy Rezky Pratama, “implementasi

merupakan salah satu tahap dalam proses kebijaksanaan publik dalam

sebuah negara. Biasanya implementasi dilaksanakan setelah sebuah

kebijakan dirumuskan dengan tujuan yang jelas, termasuk tujuan jangka

pendek, menengah dan panjang”.3 Menurut Purwanto dalam Bayu Agung


1
Mulyadi, “Perilaku Organisasi dan Kepemimpinan Pelayanan”, Alfabeta, Bandung, 2015,
hlm.12.
2
Ibid., hlm. 13.
3
Teddy Rezky Pratama, “Implementasi Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2011 Tentang
Pengelolaan Sampah (Studi Tentang Kewajiban Pemerintah Daerah Dalam Memberi
Pelayanan Pengelolaan Sampah Di Kelurahan Sidodadi Kecamatan Samarinda Ulu)”, Jurnal
Pemerintah Integratif, Volume 3 Nomor 1, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Mulawarman, Samarinda, 2015, hlm. 229.

8
Syahida, beberapa faktor yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu

proses implementasi yaitu:4

a. Kualitas kebijakan itu sendiri.

b. Kecukupan input kebijakan (terutama anggaran).

c. Ketepatan instrumen yang dipakai untuk mencapai tujuan

kebijakan (pelayanan, subsidi, hibah, dan lainnya).

d. Kapasitas implementor (struktur organisasi, dukungan SDM,

koordinasi, pengawasan, dan sebagainya).

e. Karakteristik dan dukungan kelompok sasaran (apakah kelompok

sasaran adalah individu atau kelompok, laki-laki atau perempuan,

terdidik atau tidak).

f. Kondisi lingkungan geografi, sosial, ekonomi, dan politik dimana

implementasi tersebut dilakukan.

2. Tinjauan tentang Tata Kelola Pemerintahan yang Efektif dan Efisien

Tata kelola pemerintahan yang baik semakin berkembang di tengah-

tengah masyarakat, seiring dengan tingginya kompleksitas permasalahan

bangsa dalam berbagai aspek penyelenggaraan Negara. Perkembangan ini

ditandai dengan dikembangkannya paradigma baru dibidang politik

pemerintahan yang saat ini dikenal secara luas dengan istilah good

governance atau sering diartikan sebagai penyelenggaraan pemerintahan

yang baik dan bersih serta berwibawa.5 Good governance berfokus pada
4
Bayu Agung Syahida, “Implementasi Perda Nomor 14 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan
Sampah Di Kota Tanjungpinang (Studi Kasus Di Kelurahan Tanjung Unggat)”, Student Online
Journal, Program Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas
Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang, 2014, hlm.13.
5
Cindi Uguy, “Profesionalisme Aparatur Pemerintah Desa Dalam Pelayanan Publik di Desa
Kaweruan Kecamatan Likupang Selatan Kabupaten Minahasa Utara”, Jurnal Eksekutif,

9
pertumbuhan sektor publik yang bersinergi untuk mengelola sumber daya

yang dimiliki. Dengan adanya tata kelola good governance atau

pemerintahan yang baik, baik secara efektif dan efisien dapat membantu

membangun kesejahteraan rakyat.6

Adapun prinsip-prinsip good governance menurut Peraturan

Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan

Jabatan Pegawai Negeri Sipil sebagai berikut:7

a. Profesionalitas, meningkatkan kemampuan dan moral

penyelenggaraa pemerintahan agar mampu memberi pelayanan

dan mudah, cepat, tepat dengan biaya yang terjangkau.

b. Akuntabilitas, meningkatkan akuntabilitas para pengambil

keputusan dalam segala bidang yang menyangkut kepentingan

masyarakat.

c. Transparansi, menciptakan kepercayaan timbal balik antara

pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan

menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi yang

akurat dan memadai.

d. Pelayanan prima, penyelenggaraan pelayanan publik yang

mencakup prosedur yang baik, kejelasan tarif, kepastian waktu,

Volume 4 Nomor 4, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sam Ratulangi, Manado,
2019, hlm.2.
6
Sedarmayanti, “Good Governance Kepemimpinan Yang Baik”, Mandar Maju, Bandung, 2012,
hlm. 6.
7
Yenny, “Good Governance: Studi Tentang Prinsip-Prinsip Good Governance”, ejournal Ilmu
Administrasi Negara, Volume 1 Nomor 2, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Mulawarman, Samarinda, 2013, hlm. 198-199.

10
kemudahan akses, kelengkapan sarana dan prasarana serta

pelayanan yang ramah dan disiplin.

e. Demokrasi dan Partisipasi, mendorong setiap warga untuk

mempergunakan hak dalam menyampaikan pendapat dalam

proses pengambilan keputusan, yang menyangkut kepentingan

masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung.

f. Efisiensi dan Efektifitas, menjamin terselenggaranya pelayanan

kepada masyarakat dengan menggunakan sumber daya yang

tersedia secara optimal dan bertanggung jawab.

g. Supremasi hukum dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat,

mewujudkan adanya penegakkan hukum yang adil bagi semua

pihak tanpa pengecualian, menjunjung tinggi HAM dan

memperhatikan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.

Efektif berarti menimbulkan akibat, manjur, berhasil dan berlaku.

Dari kata tersebut efektif bisa dibilang sebagai suatu akibat yang mengarah

positif dan berhasil. Namun dalam pengertian umum lainnya, Efektif

adalah sebuah usaha untuk mendapatkan tujuan, hasil dan terget yang

diharapkan dengan tepat waktu. Sehingga bisa disimpulkan bahwa suatu

pekerjaan dapat dikatakan efektif jika tujuan yang ditetapkan sebelumnya

berhasil untuk dicapai. Sedangkan efisien adalah melakukan pekerjaan

dengan tepat dan mampu menjalankan tugas dengan cermat, dan berdaya

guna. Pengertian umum menjelaskan efisien adalah usaha yang

mengharuskan penyelesaian pekerjaan dengan tepat waktu, cepat dan

11
memuaskan. Sehingga egisien berkaitan erat dengan ketepatan waktu

tanpa harus mengeluarkan biaya atau cost yang berlebihan.8

3. Tinjauan tentang Administrasi Kependudukan

a. Pengertian Administrasi Kependudukan

Definisi administrasi kependudukan menurut Pasal 1 angka 1

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan menyatakan bahwa, “Administrasi Kependudukan

adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam penerbitan

dokumen dan Data Kependudukan melalui Pendaftaran Penduduk,

Pencatatan Sipil, pengelolaan informasi Administrasi Kependudukan

serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan

pembangunan sektor lain”.

Pada penjelasan Undang-Undang Administrasi Kependudukan

disebutkan bahwa, administrasi kependudukan sebagai suatu sistem

diharapkan dapat diselenggarakan sebagai bagian dari

penyelenggaraan administrasi negara. Dari sisi kepentingan penduduk,

administrasi kependudukan memberikan pemenuhan hak-hak

administratif, seperti pelayanan publik serta perlindungan yang

berkenaan dengan dokumen kependudukan, tanpa adanya perlakuan

yang diskriminatif. Administrasi kependudukan diarahkan untuk:

8
Binus, “Perbedaan Arti Kata Efektif dan Efisien”,
https://binus.ac.id/knowledge/2020/09/perbedaan-arti-kata-efektif-dan-efisien/, diakses pada
tanggal 07 April 2023.

12
1) Memenuhi hak asasi setiap orang di bidang administrasi

kependudukan tanpa diskriminasi dengan pelayanan publik

yang professional.

2) Meningkatkan kesadaran penduduk akan kewajibannya untuk

berperan serta dalam pelaksanaan administrasi

kependudukan.

3) Memenuhi data statistik secara nasional mengenai peristiwa

kependudukan dan peristiwa penting.

4) Mendukung perumusan kebijakan dan perencanaan

pembangunan secara nasional, regional, serta lokal.

5) Mendukung pembangunan sistem administrasi

kependudukan.

Secara keseluruhan, ketentuan yang diatur dalam Undang-

Undang Administrasi Kependudukan meliputi hak dan kewajiban

Penduduk, Penyelenggara dan Instansi Pelaksana, Pendaftaran

Penduduk, Pencatatan Sipil, Data dan Dokumen Kependudukan,

Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil pada saat negara dalam

keadaan darurat, pemberian kepastian hukum, dan perlindungan

terhadap Data Pribadi Penduduk. Untuk menjamin pelaksanaan

Undang-Undang Administrasi Kependudukan dari kemungkinan

pelanggaran, baik administratif maupun ketentuan materiil yang

bersifat pidana, diatur juga ketentuan mengenai tata cara penyidikan

serta pengaturan mengenai sanksi administratif dan ketentuan pidana.

13
Untuk menindaklanjuti Undang-Undang Administrasi

Kependudukan, Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 40 Tahun 2019 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor

24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan. Berdasarkan Pasal 1

angka 15 Peraturan Pemerintah tersebut menyebutkan bahwa, “Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten/Kota adalah perangkat

daerah kabupaten/kota selaku instansi pelaksana yang membidangi

urusan Administrasi Kependudukan”.

Bupati atau Wali kota dalam menyelenggarakan urusan

Administrasi Kependudukan di daerah kabupaten/kota memiliki

wewenang sebagaimana termuat dalam ketentuan Pasal 18 ayat (2)

Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2019.

Pasal 18
(1) Bupati/wali kota menyelenggarakan urusan Administrasi
Kependudukan di daerah kabupaten/kota.
(2) Dalam menyelenggarakan urusan Administrasi
Kependudukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
bupati/wali kota memiliki kewenangan meliputi:
a) koordinasi penyelenggaraan urusan administrasi
kependudukan;
b) pembentukan dinas kependudukan dan pencatatan sipil
kabupaten/kota;
c) pengaturan teknis penyelenggaraan urusan administrasi
kependudukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
d) pembinaan dan sosialisasi penyelenggaraan urusan
administrasi kependudukan;
e) pelaksanaan kegiatan pelayanan masyarakat di bidang
administrasi kependudukan;
f) penugasan kepada desa atau yang disebut dengan nama
lain untuk menyelenggarakan sebagian urusan
administrasi kependudukan;

14
g) penyajian data kependudukan berskala kabupatenlkota
yang berasal dari data kependudukan yang telah
dikonsolidasikan dan dibersihkan oleh kementerian; dan
h) koordinasi pengawasan atas penyelenggaraan urusan
administrasi kependudukan.

b. Tujuan Administrasi Kependudukan

Berdasarkan penjelasan Undang-Undang Administrasi

Kependudukan, penyelenggaraan administrasi kependudukan

bertujuan untuk:

1) Memberikan keabsahan identitas dan kepastian hukum atas

dokumen penduduk untuk setiap peristiwa kependudukan dan

peristiwa penting yang dialami oleh penduduk.

2) Memberikan perlindungan status hak sipil penduduk.

3) Menyediakan data dan informasi kependudukan secara

nasional mengenai pendaftaran penduduk dan pencatatan

sipil pada berbagai tingkatan secara akurat, lengkap,

mutakhir, dan mudah diakses sehingga menjadi acuan bagi

perumusan kebijakan dan pembangunan pada umumnya.

4) Mewujudkan tertib administrasi kependudukan secara

nasional dan terpadu.

5) Menyediakan data penduduk yang menjadi rujukan dasar

bagi sektor terkait dalam penyelenggaraan setiap kegiatan

pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan.

15
4. Tinjauan tentang Pelayanan Publik

Upaya Pemerintah untuk mempertegas hak dan kewajiban setiap

warga negara dan penduduk serta terwujudnya tanggung jawab negara dan

korporasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik, diperlukan norma

hukum yang memberi pengaturan secara jelas yaitu melalui Undang-

Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Ruang lingkup

pelayanan publik meliputi pelayanan barang publik dan jasa publik serta

pelayanan administratif yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Pelayanan publik di atas yaitu meliputi pendidikan, pengajaran, pekerjaan

dan usaha, tempat tinggal, komunikasi dan informasi, lingkungan hidup,

kesehatan, jaminan sosial, energi, perbankan, perhubungan, sumber daya

alam, pariwisata, dan sektor strategis lainnya.

Pasal 5
(1) Ruang lingkup pelayanan publik meliputi pelayanan barang
publik dan jasa publik serta pelayanan administratif yang diatur
dalam peraturan perundang-undangan.
(2) Ruang lingkup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
pendidikan, pengajaran, pekerjaan dan usaha, tempat tinggal,
komunikasi dan informasi, lingkungan hidup, kesehatan, jaminan
sosial, energi, perbankan, perhubungan, sumber daya alam,
pariwisata, dan sektor strategis lainnya.

Upaya untuk meningkatkan kualitas dan menjamin penyediaan

pelayanan publik sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan dan

korporasi yang baik serta untuk memberi perlindungan bagi setiap warga

negara dan penduduk dari penyalahgunaan wewenang di dalam

penyelenggaraan pelayanan publik, diperlukan pengaturan hukum yang

mendukungnya. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009

16
menyatakan bahwa, “Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian

kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk

atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh

penyelenggara pelayanan publik”. Penyelenggara pelayanan publik adalah

setiap institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang

dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik,

dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan

pelayanan publik.

Pasal 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 menyebutkan

tentang tujuan dibuatnya Undang-Undang Pelayanan Publik, yaitu sebagai

berikut:

a. Terwujudnya batasan dan hubungan yang jelas tentang hak,

tanggung jawab, kewajiban, dan kewenangan seluruh pihak yang

terkait dengan penyelenggaraan pelayanan publik.

b. Terwujudnya sistem penyelenggaraan pelayanan publik yang

layak sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan dan korporasi

yang baik.

c. Terpenuhinya penyelenggaraan pelayanan publik sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

d. Terwujudnya perlindungan dan kepastian hukum bagi

masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

17
J. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian sebagaimana rumusan permasalahan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui implementasi Peraturan Bupati Kudus Nomor 22

Tahun 2021 dalam rangka membangun tata kelola pemerintahan

yang efektif dan efisien dengan sistem pelayanan administrasi

kependudukan secara daring.

2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam

pengimplementasian Peraturan Bupati Kudus Nomor 22 Tahun 2021

terkait sistem pelayanan administrasi kependudukan secara daring.

K. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 (dua), yaitu

diuraikan sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah

informasi dan pengetahuan terkait implementasi Peraturan Bupati

Kudus Nomor 22 Tahun 2021 dalam rangka membangun tata kelola

pemerintahan yang efektif dan efisien dengan sistem pelayanan

administrasi kependudukan secara daring dan kendalanya.

2. Secara Praktis

18
Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi penelitian

selanjutnya dan dapat dijadikan sebagai sumbangsih pemikiran

penyelesaian permasalahan di waktu yang akan datang.

a. Bagi Pemerintah, diharapkan lebih meningkatkan

pelayanan terkait sistem pelayanan administrasi

kependudukan secara daring berdasarkan Peraturan Bupati

Kudus Nomor 22 Tahun 2021 dalam rangka membangun

tata kelola pemerintahan yang efektif dan efisien.

b. Bagi masyarakat, diharapkan dapat mengetahui dan

memahami sistem pelayanan administrasi kependudukan

secara daring, sehingga kedepannya dapat terciptanya tata

kelola pemerintahan yang efektif dan efisien di Kabupaten

Kudus terkait pelayanan Adminduk.

L. Metode Penelitian

Penelitian adalah sarana yang dipergunakan manusia untuk memperkuat,

membina serta mengembangkan ilmu pengetahuan. Suatu penelitian telah

dimulai apabila seseorang berusaha untuk memecahkan suatu masalah, secara

sistematis, dengan metode-metode dan teknik-teknik tertentu secara ilmiah.

Dengan demikian suatu kegiatan ilmiah merupakan usaha untuk menganalisa

serta mengadakan konstruksi, secara metodologi, sistematis dan konsisten.9

Metode penelitian merupakan ilmu terkait jenjang-jenjang yang harus lewati

9
Ani Purwati, “Metode Penelitian Hukum Teori dan Praktek”, CV. Jakad Media Publishing,
Surabaya, 2020, hlm.3.

19
pada proses penelitian, atau ilmu yang membahas metode ilmiah dalam

mencari, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.10

1. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini

adalah yuridis sosiologis, artinya sebuah penelitian yang dilakukan

dengan beberapa cara yaitu terkait dengan efektifitas hukum dalam

masyarakat. Kegunaan penelitian ini adalah untuk mengetahui

bagaimana hukum itu dilaksanakan termasuk proses penegakan

hukum (law enforcement), karena penelitian ini dapat mengungkap

permasalahan yang ada dibalik pelaksanaan dan penegakan hukum

dalam masyarakat.11 yaitu mengenai, “Implementasi Peraturan

Bupati Kudus Nomor 22 Tahun 2021 dalam Rangka Membangun

Tata Kelola Pemerintahan yang Efektif dan Efisien dengan Sistem

Pelayanan Administrasi Kependudukan secara Daring”.

2. Spesifikasi Penelitian

Penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian deskriptif

analitis, artinya metode dalam meneliti status kelompok manusia,

obyek, sistem pemikiran, ataupun kelas peristiwa pada masa

sekarang dan bertujuan mendeskripsikan, menggambarkan atau

melukiskan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-

10
Kornelius Benuf dan Muhamad Azhar, “Metode Penelitian Hukum Sebagai Instrumen
Mengurai Permasalahan Hukum Kontemporer”, Jurnal Gema Keadilan, Volume 7 Edisi I,
Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Semarang, 2020, hlm. 23.
11
Amiruddin dan Zaenal Asikin, “Pengantar Metode Penelitian Hukum Edisi Revisi”, Rajawali
Pres, Depok, 2021, hlm. 134-135.

20
fakta, sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala serta hubungan antar

fenomena yang diteliti.12

Deskriptif dalam penelitian ini akan memecahkan

permasalahan yang ada sekarang dengan data-data yang ada,

selanjutnya disajikan, dianalisis, serta menginterpretasikannya. 13

Yaitu mengenai, “Implementasi Peraturan Bupati Kudus Nomor 22

Tahun 2021 dalam Rangka Membangun Tata Kelola Pemerintahan

yang Efektif dan Efisien dengan Sistem Pelayanan Administrasi

Kependudukan secara Daring”.

3. Metode Penentuan Sampel

Penentuan sampel adalah proses memilih bagian-bagian yang

representatif dari populasi. Populasi diartikan suatu kumpulan

subjek, variabel, konsep, dan/atau fenomena. Mengingat luasnya

populasi yang diteliti, maka teknik pengambilan sampel digunakan

untuk memfokuskan penelitian.14 Penentuan sampel penelitian ini

dilakukan dengan cara non random sampling, artinya suatu metode

penentuan sampel yang dilakukan dengan cara memilih beberapa

sampel tertentu yang representatif atau sesuai dengan tujuan dan

permasalahan penelitian dari populasi.15

12
Moh. Nazir, “Metode Penelitian Hukum Dan Penulisan Skripsi, Tesis, Serta Disertasi”,
Alfabeta, Bandung, 2020, hlm. 20.
13
Cholid Narbuko, dkk, “Metodologi Penelitian”, Bumi Aksara, Jakarta, 2015, hlm. 44.
14
Morissan, dkk, “Metode Penelitian Survei”, Kencana, Jakarta, 2012, hlm. 19.
15
Sugiyono, “Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D”, PT. Alfabeta, Bandung, 2016,
hlm. 85.

21
Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

wawancara atau interview dengan responden yang telah ditentukan

sebelumnya. Wawancara adalah kegiatan tanya jawab yang

dilakukan secara lisan untuk memperoleh suatu informasi yang

dinyatakan dalam tulisan, dan/atau direkam secara audio, visual, atau

audio visual.16

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan:

a. Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Kudus; dan

b. 5 (lima) orang masyarakat.

4. Metode Pengumpulan Data

Penulis dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data

sekunder. Data primer diartikan sebagai data yang masih asli atau

orisinil yang didapatkan secara langsung dari narasumber/

responden.17 Data primer didapatkan dari studi lapangan yaitu

dengan cara melakukan wawancara atau interview dengan responden

yang telah ditentukan sebelumnya.

Data sekunder yaitu data yang mencakup dokumen-dokumen

resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan,

buku harian, dan seterusnya.18 Data sekunder yang digunakan dalam

16
Arum Sutrisni Putri, “Wawancara”, https://id.wikipedia.org/wiki/Wawancara, Diakses pada
tanggal 01 Agustus 2022.
17
Ishaq, “Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis, Serta Disertasi”, Alfabeta,
Bandung, 2017, hlm. 72.
18
Soerjono Soekanto, “Pengantar Penelitian Hukum”, Universitas Indonesia, Jakarta, 2012,
hlm.12.

22
penelitian ini adalah bahan hukum primer, dan bahan hukum

sekunder, yang diuraikan sebagai berikut:

a. Bahan hukum primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang

mempunyai otoritas.19 Bahan hukum primer dalam

penelitian ini adalah:

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945;

2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang

Pelayanan Publik;

3) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2006 tentang Administrasi Kependudukan;

4) Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2019 tentang

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013

tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan;

5) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2019

tentang Pelayanan Administrasi Kependudukan secara

Daring;

19
Dyah Ochtorina Susanti dan A’an Efendi, ”Penelitian Hukum (Legal Research)”, Sinar
Grafika, Jakarta, 2014, hlm. 52.

23
6) Peraturan Daerah Kabupaten Kudus Nomor 9 Tahun

2020 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah

Kabupaten Kudus Nomor 12 Tahun 2008 tentang

Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan; dan

7) Peraturan Bupati Kudus Nomor 22 Tahun 2021 tentang

Penyelenggaraan Pelayanan Administrasi

Kependudukan Secara Daring di Kabupaten Kudus.

b. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu semua publikasi yang

ada kaitannya dengan permasalahan yang sedang diteliti,

meliputi dokumen yang tidak resmi, buku-buku, tulisan-

tulisan, karya ilmiah yang semuanya ada kaitannya dengan

permasalahan yang sedang diteliti.20 Bahan hukum

sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku

terkait dengan penelitian ini dan karangan ilmiah maupun

pendapat pakar ahli terkait dengan judul penelitian.

5. Metode Pengolahan dan Penyajian Data

Cara seorang peneliti dalam melakukan konsistensi,

keterbacaan, kelengkapan data, dan klarifikasi data yang sudah

terkumpul disebut dengan pengolahan data. Data yang sudah

terkumpul, selanjutnya digunakan sebagai justifikasi pemahaman

terhadap hasil analisis. Setelah data dinyatakan lengkap, selanjutnya

digunakan untuk menjawab masalah. Tujuan pengolahan dan


20
Ibid., hlm. 54.

24
penyajian ini adalah agar data yang diperoleh tersusun dalam bentuk

teratur, mudah dibaca, dipahami dan dianalisis.

Penulis melakukan pengolahan dan penyajian data dengan

menyusun dan menempatkan data pada setiap pembahasan secara

sistematis. Data primer dan data sekunder yang telah didapatkan,

selanjutnya dihubungkan satu dengan yang lain. Sehingga dapat

menjadi satu kesatuan yang utuh sesuai kebutuhan penelitian.

6. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode analisa data kualitatif,

artinya bahwa uraian data secara berkualitas dan komprehensif dalam

bentuk kalimat yang teratur, logis, tidak tumpang tindih dan efektif,

sehingga memudahkan penginterpretasikan dan pemahaman data.21

Selanjutnya hasil yang diperoleh disajikan secara deskriptif, artinya

hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dapat menggambarkan

kenyataan atau apa adanya sesuai dengan permasalahan.22

M. Jadwal Waktu Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan sebagaimana jadwal

waktu yang telah penulis persiapkan adalah sebagai berikut:

1. Persiapan

a. Pra survei dan pembuatan proposal penelitian : 10 hari

b. Konsultasi dosen dan perbaikan proposal : 10 hari

21
Ishaq, “Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis, Serta Disertasi”, Alfabeta,
Bandung, 2020, hlm. 73.
22
Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Deskriptif”, https://kbbi.web.id/deskriptif, diakses pada
tanggal 30 Mei 2022.

25
c. Pengesahan proposal penelitian :5 hari

d. Pengurusan ijin survey :5 hari

2. Penelitian Lapangan

a. Pengumpulan data : 20 hari

b. Pengolahan dan analisis data : 15 hari

3. Pelaporan Hasil Penelitian

a. Penulisan skripsi : 25 hari

b. Konsultasi dan perbaikan skripsi : 10 hari

c. Evaluasi/ujian skripsi :5 hari

Total : 115 hari

Kudus, 08 April 2023

Menyetujui,
Dosen Pembimbing I Pelaksanaan Penelitian

Anggit Wicaksono, SH., MH. Rosyida Ummi Kharir

26
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Amiruddin dan Zaenal Asikin, 2021, “Pengantar Metode Penelitian Hukum

Edisi Revisi”, Rajawali Pres, Depok.

Ani Purwati, 2020, “Metode Penelitian Hukum Teori dan Praktek”, CV. Jakad

Media Publishing, Surabaya.

Cholid Narbuko, dkk, 2015, “Metodologi Penelitian”, Bumi Aksara, Jakarta.

Dyah Ochtorina Susanti dan A’an Efendi, 2014, ”Penelitian Hukum (Legal

Research)”, Sinar Grafika, Jakarta.

Ishaq, 2017, “Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis, Serta

Disertasi”, Alfabeta, Bandung.

Ishaq, 2020, “Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis, Serta

Disertasi”, Alfabeta, Bandung.

Moh. Nazir, 2020, “Metode Penelitian Hukum Dan Penulisan Skripsi, Tesis,

Serta Disertasi”, Alfabeta, Bandung.

Morissan, dkk, 2012, “Metode Penelitian Survei”, Kencana, Jakarta.

Mulyadi, 2015, “Perilaku Organisasi dan Kepemimpinan Pelayanan”,

Alfabeta, Bandung.

Sedarmayanti, 2012, “Good Governance Kepemimpinan Yang Baik”, Mandar

Maju, Bandung.

Soerjono Soekanto, 2012, “Pengantar Penelitian Hukum”, Universitas

Indonesia, Jakarta.
Sugiyono, 2016, “Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D”, PT.

Alfabeta, Bandung.

B. Jurnal Hukum

Bayu Agung Syahida, 2014, “Implementasi Perda Nomor 14 Tahun 2009

Tentang Pengelolaan Sampah Di Kota Tanjungpinang (Studi

Kasus Di Kelurahan Tanjung Unggat)”, Student Online

Journal, Program Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu

Sosial dan Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji,

Tanjungpinang.

Cindi Uguy, 2019, “Profesionalisme Aparatur Pemerintah Desa Dalam

Pelayanan Publik di Desa Kaweruan Kecamatan Likupang

Selatan Kabupaten Minahasa Utara”, Jurnal Eksekutif,

Volume 4 Nomor 4, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sam Ratulangi, Manado.

Kornelius Benuf dan Muhamad Azhar, 2020, “Metode Penelitian Hukum

Sebagai Instrumen Mengurai Permasalahan Hukum

Kontemporer”, Jurnal Gema Keadilan, Volume 7 Edisi I,

Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Semarang.

Teddy Rezky Pratama, 2015, “Implementasi Peraturan Daerah Nomor 02

Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Sampah (Studi Tentang

Kewajiban Pemerintah Daerah Dalam Memberi Pelayanan

Pengelolaan Sampah Di Kelurahan Sidodadi Kecamatan

Samarinda Ulu)”, Jurnal Pemerintah Integratif, Volume 3


Nomor 1, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Mulawarman, Samarinda.

Yenny, 2013, “Good Governance: Studi Tentang Prinsip-Prinsip Good

Governance”, ejournal Ilmu Administrasi Negara, Volume 1

Nomor 2, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Mulawarman, Samarinda.

C. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2019 tentang Pelayanan

Administrasi Kependudukan Secara Daring.

Peraturan Daerah Kabupaten Kudus Nomor 9 Tahun 2020 tentang Perubahan

Kedua Atas Peraturan Daerah Kabupaten Kudus Nomor 12

Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Administrasi

Kependudukan.

Peraturan Bupati Kudus Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan

Pelayanan Administrasi Kependudukan Secara Daring di

Kabupaten Kudus.
D. Internet

Arum Sutrisni Putri, “Wawancara”, https://id.wikipedia.org/wiki/Wawancara,

Diakses pada tanggal 01 Agustus 2022.

Binus, “Perbedaan Arti Kata Efektif dan Efisien”,

https://binus.ac.id/knowledge/2020/09/perbedaan-arti-kata-

efektif-dan-efisien/, diakses pada tanggal 07 April 2023.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Deskriptif”, https://kbbi.web.id/deskriptif,

diakses pada tanggal 30 Mei 2022.

Anda mungkin juga menyukai