Anda di halaman 1dari 25

Informasi Lowongan Kerja Pangkalan Kerinci : C9 School Agustus 2017

C9 School Pangkalan Kerinci

Membutuhkan Guru:

1. Guru Agama Islam


2. Guru Matematika
3. Guru Penjaskes

Persyaratan:
1. Minimal S1 sesuai dengan bidangnya
2. Lancar berbahasa inggris
3. Diutamakan yang memiliki pengalaman

Bagi yang berminat silahkan datang dan interview langsung dengan membawa surat
lamaran beserta surat pendukung lainnya ke:

C9 School Pangkalan Kerinci


Jl. Kemuning Komp. GSA Blok E-F
Pkl. Kerinci, Kab. Pelalawan - Riau 28300
Cp: 085265408580
Email : sd_c9@yahoo.com
Catatan
Batas akhir penerimaan lamaran 26 Agustus 2017

Hari/Tanggal Terbit : Rabu 23 Agustus 2017


Sumber Informasi : Langsung Dari C9 School

Metode Informasi : Kiriman E-Mail

333
LAYANAN publik masih terus menjadi keluhan masyarakat. Dari berbelitnya birokrasi, layanan tidak
maksimal, hingga praktik pungutan liar. Temuan Ombudsman RI, pelayanan publik di Kota Makassar
masih ditemukan adanya praktek calo, suap, dan korupsi.

Temuan Ombudsman RI ini didapatkan petugas lapangan yang menyamar. Selama tiga hari; 31 Oktober,
1 November, dan 6 November. Mereka mencoba mengakses layanan publik tersebut. Hasilnya, selain
data, mereka juga mendapatkan bukti rekaman video yang memperlihatkan praktek calo, suap, dan
korupsi.

Ombudsman RI melakukan supervisi terhadap delapan instansi pelayanan publik di Makassar. Hasil
supervisi diseminarkan di Aerotel Smile Makassar, Jl Muchtar Luthfi, Kamis (8/11). Supervisi dilakukan
untuk melihat kualitas pelayanan pada instansi pemerintahan tersebut; Kantor Samsat Makassar,
Pelayanan SIM Polrestabes Makassar, Rumah Sakit Umum Day, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kota Makassar, Kantor Pelayanan Administrasi Perizinan Kota Makassar, Kantor Pertanahan Kota
Makassar, dan Lembaga Pemasyarakatan Makassar.

Terkait adanya temuan Ombudsman RI yang menyatakan maraknya calo dalam pengurusan SIM, Kepala
Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Kepolisian Resort Kota Besar (Polrestabes) Makassar, AKBP Lafri
Prasetyono akan menindaklanjuti temuan tersebut. Dia mengatakan, akan memperbaiki dan
membenahi sistem pelayanan SIM kepada masyarakat.

Untuk mengeliminir adanya calo, lanjutnya, kepolisianakan bekerjasama dengan Propam Makassar
untuk menangani persoalan ini, juga akan mengencarkan sosialisasi kepada masyarakat untuk mengurus
SIM tidak lewat calo.

Sosialisasi ke masyarakat akan kita tingkatkan, salah satunya dengan memperbanyak spanduk
himbauan untuk tidak mengurus lewat calo. Selain itu akan ditambah CCTV di setiap sudut sebagai
sarana pengawas, jelas Lafri

Ditemui terpisah, Kabid Humas Polda Sulsel, AKBP Endi Sutendi, mengatakan, laporan tersebut pasti
akan ditindaklanjuti, dan jika dalam penyelidikan ditemukan ada oknum anggota polisi yang terlibat,
maka akan dikenakan sanksi sesuai aturan yang berlaku.

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Makassar tak luput dari pantauan Ombudsman RI yang
mendapati masih maraknya praktek pungutan liar.

Namun, Kadis Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Makassar, Maruhum Sinaga menmapik jika itu
adalah pungutan liar. Diakui, kalau itu bentuk rasa terima kasih masyarakat yang memang dengan suka
rela memberikan.

Kami sudah pasang beberapa pamflet kalau kami tidak memungut biaya dalam pengururusan. Tetapi,
mungkin juga masyarakat merasa terbantu dan berterima kasih lalu memberikan uang ke pegawai kami.
Tapi yang jelas kami tidak membenarkan jika ada pegawai yang meminta uang, ujarnya.

Selain itu, ada juga masyarakat yang tidak sempat datang ke kantor lalu meminta ke pegawai untuk
diuruskan suratnya. Setelah diuruskan, mereka (pegawai) menerima uang sebagai rasa syukur dan
terima kasihnya, bebernya.
Meski demikian, Maruhum mengaku sudah menginstruksikan keseluruh pihaknya agar segala
pengurusan di Kantor Capil Makassar, gratis. Jika memang masyarakat dimintai, silakan laporkan ke
kami, nanti kami beri sanksi, tagas maruhum. (RS4-RS9/D)

333

Pelayanan Publik Kota Makassar yang


Semakin Baik
Berhubung tanggal pembayaran Pajak kendaraan saya sudah jatuh tempo, jadilah hari ini (20/9)
menyempatkan diri singgah di SAMSAT keliling Makassar. Alamat Samsat kelililing di
Makassar di pinggiran Lapangan Emmy Saelan yang beralamat di jalan Hertasning (Depan
PLN), perempatan Jl.Toddopuli dan Tamalate.

Jika orang tidak terlalu banyak, pelayanannya cukup cepat, hanya memerlukan waktu sekitar 10-
15 menit, dan Tadaaaa..... STNK perpanjang saya selesai.

Saya sampai di TKP sekitar jam 10an siang, hanya ada 4 orang di depan saya, jadilah waktu
menunggu cukup singkat.

Untuk pembayaran, jika membawa berkas kelengkapan (copy ktp an. Di STNK & Copy BPKB)
Maka pembayaran normal plus biaya Adm sekitar 10rban, jika tidak membawa kelengkapan,
maka pembayaran selisih 20ribu rupiah dari harga normal +biaya adm. Kendaraan saya berjenis
matic keluaran tahun 2012, saya membayar Rp. 210.000 rupiah, itu karena saya tidak membawa
kelengkapan berkas yang diminta (karena tidak tahu) hehe. Saya sempat menanyakan ke petugas,
jika saya membawa kelengkapan, berapa yang harus saya bayar? Kata mas - masnya bayarnya
cuma Rp. 190.000,. Di tahun sebelumnya saya membayar Rp. 188.000

Kesannya, spechless banget. Sebenarnya di dalam mobil disediakan kursi, tapi karena
kebanyakan pada malas masuk ke dalam Mobil, jadinya di bagian luar jendela pelayanan juga
disediakan kursi plastik. Padahal kursi di dalam itu lebih empuk looh hehe.

Oia, disamping mobil samsat, juga ada Mobil Pelayanan SIm keliling. Jadi yang belum punya
SIM atau mau perpanjangan sim juga boleh di alamat yang samaaaa..

Semoga infonya Bermanfaat. ^_^


#perempuanbugis
#infoMakassar
#infopelayananPublik
#infoSamsatKeliling
#InfoPembuatanSIM
#PelayananPublikMakassar
33

Fokus penelitian
Untuk memberikan suatu pemahaman agar lebih mempermudah
pelaksanaan pengelolaan anggaran, maka perlu adanya batasan penelitian
yan
g dioperasionalkan melalui
4 dimensi
.
K
eempat
dimensi
inila
h yang pada
umumnya terdapat di kalangan para pegawai di berbagai institusi sektor
publik
(Perry dan Wise, 1990)
. Dimensi tersebut ialah
sebagai berikut:
1.
Ketertarikan terhadap pembuatan kebijakan publik (
attraction to public
policy making
),
Adapun indikatornya ialah pandangan pegawai
terhadap proses politik dalam pembuatan kebijakan publik,
ketertarikan terhadap kehidupan para politisi, ketertarikan pada proses
yang bersih dalam pembuatan kebijakn publik.
2.
Tanggung Jawab terhadap kepentingan
publik dan kewajiban sebagai
warga negara (
commitment to public interest and civic duty
),
Indikator
untuk mengukur dimensi ini adalah
pegawai dapat berkontribusi
terhadap lingkungan sosial tanpa ada rasa egois,
pegawai sadar akan
pentingnya makna pelayana
n publik
dan pegawai dapat
menyelesaikan tugas
dengan tepat waktu sebagai bagian tanggung
jawab terhadap tugas..
3.
Empati (C
ompassion
),
Indikator untuk mengukur dimensi ini adalah
pegawai dapat memahami kebutuhan masyarakat yang dilayani,
pegawai mengutamak
an kepuasan masyarakat saat memberi
pelayanan dan pegawai dapat memberi respon ketika melihat ada
masyarakat yang tidak terlayani dengan baik, pegawai dapat melayani
secara professional bukan
bukan karena mengenal yang dilayani
secara personal.
48
4.
Sikap Peng
orbanan Diri (
self
-
sacrifice
), Indikator untuk mengukur
dimensi ini adalah pegawai dapat memprioritaskan tugas dan
pekerjaan untuk melayani masyarakat dibandingkan kepentingan
pribadi dan pegawai
selalu
dapat
mengutamakan
pemberikan
pelayanan yang
baik
dib
andingkan pemenuhan finansial.
Untuk
mengetahui peran organisasi dalam menumbuhkembangkan
motivasi pelayanan publik pegawai
, peneliti menggunakan:
1.
Budaya organisasi, berperan dalam membentuk keyakinan dan
perilaku pegawai, indikator untuk mengukur adalah
sejauh mana
organisasi tersebut menciptakan dengan jelas sasaran dan harapan
pegawai
, tujuan organisasi dapat mendorong PSM pegawai,
manajer
membe
ri komunikasi yang jelas, b
antuan, serta dukungan terhadap
bawahan mereka
,
kontrol
terhadap
jumlah peratur
an dan pengawasan
langsung yang
digunakan untuk mengawasi
,
dan
mengendalikan
perilaku pegawai
, serta
kemampuan adaptasi
dan kesiapan
pegawai.
2.
Red tape
, indikator
untuk mengukur
red tape
adalah kinerja yang tinggi
kepuasan kerja pegawai, pencapaian pegawai, dan komitmen pegawai
terharap organisasi.
3.
Reform Orientation
, indikator untuk mengukur adalah organisasi
memberikan kebebasan kepada pegawai untuk be
kerja menurut
konsep pelayanan publik mereka.
4.
Leng
th of organizational membership,
indikator untuk menilai adalah
loyalitas organisasi dan komitmen
terhadap organisasi.
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
IV.1
Gambaran Umum
Dinas Tata Ruang dan Bangunan
Kota Makassar
Salah satu konsekuensi logis dari dikeluarkannya Undang
-
Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan ditindak lanjuti
dengan penyempurnaan kelembagaan yang disesuaikan dengan
kebutuhan
Organisasi yang efektif, efisien dan propo
rsional yang diimplementasikan di
Kota Makassar dengan membentuk sebuah Unit kerja yang khusus
menangani penataanan ruang dan memberikan pelayanan Izin Mendirikan
Bangunan (IMB) sesuai d
engan kebutuhan Kota Makassar.

33
67
Tentunya jika diukur melalu presentase pasti kita 100%
memberikan pelayanan kepada masyarakat (wawancara 26
Januari 2015)
Sebagai salah satu instansi yang melayani masyarakat, tentu
pegawai di DTRB kota Makassar dituntut untuk dapat memberikan
pelayanan yang cepat dan efisien.
Peneliti juga menanyakan bagaimana
motivasi
pelayanan
publik pegawai DTRB Kota Makassar
yang
di t
unjukkan melalui
pelayana
n
yang diberikan kepada masyarakat
.
Melalui wawancara
dengan Bapak Sn yang menyatakan bahwa:
Saya ini sudah lama mengurus IMB, tapi belum selesai,
karena ada beberapa kesalahan. Kalau ditanya bagaimana
pelayanannya ada yang baik a
da juga pegawai yang acuh
(wawancara 26 Januari 2015)
Lain pula permasalahan dengan Bapak An yang kebetulan
mengurus 2 sekaligus IMB, beliau menyatakan bahwa:
Saya urus IMB dari sekitar 1 minggu yang lalu, tapi ada yang
salah jadi saya disuruh datang
lagi kesini untuk perbaiki, nah
saya di janji ketemu hari ini tapi tidak ada pegawainya jadi
minggu depan lagi saya dijanji. (Wawancara 30 Januari
2015)
Selain itu peneliti juga menemukan beberapa pegawai yang
tidak disipin, ketika pegawai secara sadar bahwa mereka terikat
tanggung jawab sebagai seorang pelayan publik seharusnya
pegawai juga bisa menunjukkan melalu sikap. Pegawai secara
sadar bahwa ada per
aturan yang mengikat mereka ketika bekerja
dalam sebuah instansi. Selama observasi peneliti banyak
menemukan pegawai yang terlambat masuk kantor. Padahal jam
kerja dimulai pada pukul 07.30 WITA, yang peneliti temukan banyak
68
pegawai yang baru datang setelah
pukul 10.00, banyak juga
pegawai yang sudah istirahat sebelum waktunya, sehingga hal ini
berdampak pada masyarakat yang ingin mengurus IMB.
Masyarakat harus menunggu lebih lama untuk bisa menyelesaikan
urusannya.
Peneliti melihat bahwa p
elayan
di DTRB
masi
h
melandaskan pekerjaannya sebagai suatu kewajiban yang
memaksa. Terkadang bahkan mereka tidak benar
-
benar
mengetahui posisi mereka sebagai pelayan publik sehingga mereka
tidak dapat sepenuh hati menjalani pekerjaannya
.
Peneliti melihat bahwa motivasi pel
ayanan publik yang
ditunjukkan oleh pegawai dalam dimensi ini sangat kurang, hal ini
ditunjukkan dengan pegawai yang masih bekerja melampaui target
yang ditetapkan dalam SOP dan motif yang ditunjukkan oleh
pegawai untuk melayani masyarakat bukan karena mer
asa hal
tersebut memang sudah menjadi tugas tanggung jawab tapi
pegawai melayani karena ada mengharapkan balas jasa berupa
imbalan, pegawai melayani bukan karena benar
-
benar ingin
melayani kepentingan masyarakat.
IV.2.3
Sifat Empati
(
Compassion
)
I
ndikator untuk m
engukur dimensi ini adalah pegawai dapat
memahami kebutuhan masyarakat yang dilayani
, pegawai
mengutamakan kepuasan masyarakat saat memberi pelayanan
dan pegawai dapat memberi respon ketika melihat ada masyarakat
y
ang tidak terlayani dengan baik, pegawai d
apat melayani secara
69
professional bukan
bukan karena mengenal yang dilayani secara
personal.
Di awal wawancara peneliti terlebih dahulu menanyakan apa
yang yang pegawai rasakan saat memberikan pelayanan. Sejumlah
narasumber menyatakan:
Saya merasa senang
bisa berinteraksi dengan
masyarakat,..., senang jika lihat masyarakat puas.
(wawancara 30 Januari 2015 dengan Staf Kepegawaian)
Wawancara dengan Kepala Seksi Hukum, Pengaduan dan
Penindakan, menyatakan bahwa:
Jika masyarakat puas saya lebih puas.
(wawancara 26
Januari 2015)
Wawacara dengan Kepala Seksi Penelitian dan
Pengembangan menyatakan bahwa :
Mudah
-
mudahan masyarakat puas ketika sudah
dilayani.(wawancara 26 Januari 2015)
Wawancara dengan Staf Pemanfaatan Ruang dan Fasum
Fasos menyatakan
bahwa :
Merasa puaslah, kan kita sebagai pelayan publik jadi
masyarakat harus kita layani dengan maksimal. (wawancara
26 Januari 2015)
Wawancara dengan Staf Penelitian dan Pengembangan,
menyatakan bahwa:
Kalau masyarakat senang, saya lebih senang lagi,
..
(wawancara 26 Januari 2015)
Dari hasil wawancara dengan beberapa pegawai peneliti
dapat menyimpulkan pegawai akan merasa puas ketika masyarakat
yang dilayani juga merasa puas. Pegawai merasa bahwa ketika
70
masyarakat tidak merasa puas, pegawai berarti t
idak berhasil dalam
tugas dan pekerjaannya.
Wawancara dengan Staf Penataan Ruang ketika ditanyai
mengenai yang dirasakan setelah memberi pelayanan kepada
masyarakat beliau menyatakan bahwa :
Biasa
-
biasa ji. (wawancara 26 Januari 2015)
Lain hanya dengan yang diungkapkan oleh pegawai
-
pegawai
lain.
Wawancara dengan Staf Detail dan Arsitektur, menyatakan
bahwa :
Puas.. masyarakat puas, saya juga puas. (wawancara 26
Januari 2015)
Wawancara dengan Staf Pengalihan Fungsi Bangunan,
menyatak
an bahwa:
Tentu suatu kepuasan sendiri kalau orang punya IMB cepat
selesai tidak ada halangan. (wawancara 26 Januari 2015)
Wawancara dengan Kepala Seksi Peta Situasi, menyatakan
bahwa:
Senang.. itu kalo masyarakat rasa puas saya lebih
puas.(wawancara
tanggal 26 Januari 2015)
Wawancara dengan Penelitian Teknis menyatakan bahwa:
Kita merasa senang juga bisa bantu masyarakat apalagi
kadang masyarakat belum mengerti kita kasih keterangan
mereka supaya mereka juga bisa tahu. (Wawancara 26
Januari 2015)
Wawancara dengan Kepala Seksi Peta Situasi , menyatakan
bahwa:
Kalau misalnya kita kasih informasi kepada masyarakat,
kasih pelayanan ke masyarakat, si pemohon merasa puas,
71
yah kita pribadi sebagai abdi negara kita bisa rasakan yang
mereka rasakan (puas).
(wawancara 26 Januari 2014)
Wawancara dengan Kepala Seksi Penetapan Retribusi,
menyatakan bahwa:
Kadang kita puas, kalau masyarakat juga puas dengan
pelayanan kita, jadi otomatis kita puas. (wawancara 26
Januari 2015
Berdasarkan hasil wawancara diata
s peneliti melihat bahwa
ukuran yang digunakan sebagian besar pegawai untuk menentukan
bahwa mereka berhasil melaksanakan tugas dan tanggung jawab
mereka dalam pekerjaan adalah berdasarkan kepuasan dari
masyarakat yang mereka layani. Jadi ketika masyarakat
merasa
puas, pegawai juga akan merasa senang.
Peneliti juga menanyakan apa yang bapak/ibu lakukan
apabila menemukan ada masyarakat yang membutuhkan bantuan.
Beberapa pegawai mengemukakan jawaban yang serupa.
Saya langsung tanyakan ke bapak/ibunya (masyar
akat) apa
yang bisa dibantu, kemudian dijelaskan tahapan selanjutnya,
jadi masyarakat tidak kebingungan. (wawancara tanggal 26
Januari 2015)
Dari hasil wawancara tersebut pegawai mengungkapkan
bahwa respon yang paling pertama adalah langsung menanyakan
k
epada masyarakat, sehingga pegawai dapat menjelaskan apa
yang harus dilakukan.
Jawaban sedikit berbeda dikemukan saat w
awancara dengan
Staf Pemanfaatan Ruang dan Fasum Fasos menyatakan bahwa :
Dilihat juga kondisinya, jika pemohon (masyarakat) sendiri
y
ang meminta informasi karena kadang kalau kita yang
secara langsung mau terjun kadang tanggapannya
72
masyarakat aneh
-
aneh, kecuali masyarakat yang meminta
langsung, yah harus kita layani.
Dari wawancara diatas peneliti menyimpulkan bahwa
pegawai juga kad
ang merasa segan untuk membantu masyarakat
karena takut masyarakat akan beranggapan lain, jadi pegawai
merasa bahwa untuk membantu masyarakat harus melihat kondisi
terlebih dahulu.
Lain halnya saat peneliti mewawancara masyarakat, justru
banyak yang
mengeluhkan mengapa pegawainya tidak bisa
melayani dengan maksimal.
Wawancara dengan salah satu pengguna jasa yaitu Bapak
RH mengatakan:
Bobrok sekali pelayanannya ini, saya sudah 10 tahun urus
IMB, sudah ditahap terakhir, dan sudah membayar, tapi IMB
say
a masih bermasalah karena katanya pegawai yang
kebetulan bantu saya ternyata pensiun. Saya kemudian
mengalah jadi saya ulangi dari tahap awal tapi ini malah masih
tidak ada kejelasan, katanya saya harus ketemu bapak ini
terus bapak ini lagi, tapi tidak ada
kejelasan, saya bertanya
siapa yang bisa saya mintai bantuan, tapi tidak ada
tanggapan. (wawancara 3 Februari 2015)
Masalah serupa juga dikemukakan oleh Bapak EP, beliau
mengatakan :
Saya ini jengkel sekali sudah dari bulan November yang lalu
saya meng
urus IMB tapi berkas saya ini kayak ditahan
-
tahan.
Kalo dilihat di SOP kan sudah jelas berapa hari, saya sadar
ada beberapa kendala digambar tapi tidak mungkin sampai
selama ini. Padahal sudah ditahap membayar, saya juga
sudah tahu jumlahnya berapa tapi be
berapa kali datang justru
tidak jelas. Seharusnya kan saya tinggal bayar saja.
Waktu
pertama kali juga mengurus disini saya bingung harus
kemana dulu, masuk kantor sini tidak jelas bagian
-
bagiannya,
pegawainya juga tidak cepat tanggap. Justru banyak yang
a
cuh (wawancara 3 Februari 2015)
Diungkapkan oleh Bapak Lk mengatakan bahwa :
73
... Pegawai kasih informasi tidak jelas siapa yang harus saya
temui, katanya harus ketemu dengan bapak ini, tapi bapaknya
nda ada ditempat. (wawancara 3 Februari 2015)
Juga
hal serupa diungkapkan oleh Ibu Ia, beliau menyatakan
bahwa:
Saya ini di pimpong kesana kemari, ada petugas yang tinjau
kadang
-
kadang minta uang. IMB saya juga masih belum jadi
-
jadi, pegawainya tidak jelas kasih informasi, kan saya
bingung, pegawai yang s
uruh ditemui juga kadang tidak ada
ditempat. (wawancara 3 Februari 2015)
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dan hasil pengamatan
selama penelitian ketika mendengar jawaban dari pegawai dengan
masyarakat penerima pelayanan, peneliti melihat jauh sekali
perbedaannya.
Dari hasil wawancara dan observasi peneliti di Dinas Tata
Ruang dan Bangunan Pegawai maka peneliti dapat
menggambarkan bahwa pegawai merasa sadar bahwa sudah
menjadi tugas dan tanggung jawab pegawai untuk bisa melayani
masyarakat dengan baik
tapi sayangnya tidak sejalan dengan
perilaku yang dilakukan pegawai, masih ada beberapa oknum yang
kemudian memanfaatkan beberapa kondisi pemohon (masyarakat)
untuk melakukan penyimpangan. Peneliti melihat motivasi yang
ditunjukkan oleh pegawai di DTRB kot
a Makasssar berdarkan
dimensi ketiga ini masih sangat kurang.
Pegawai merasa sudah melakukan pelayanan dengan
maksimal, tapi masyarakat sendiri penerima layanan merasa
bahwa pegawai di Dinas Tata Ruang dan Bangunan justru lebih
banyak yang menyulitkan. Dib
uktikan dengan banyak masyarakat

Dimensi keempat, motivasi pelayanan publik dapat dilihat


pengorbanan diri yang ditunjukkan oleh pegawai.
Peneliti melihat bahwa
dalam dimensi ini motivasi pelayanan publik yang ditunjukkan
sebagian
besar
pegawai masih sangat
r
endah
. Ditandai dengan pegawai yang masih
sering meninggalkan tanggung jawab melayani masyarakat dan lebih
mementingkan kepentingan lain
dan pegawai seharusnya dapat
memberikan pelayanan yang terbaik tanpa mengharapkan imbalan berupa
materi
.
Secara garis
besar motivasi pelayanan publik yang di tunjukkan oleh
pegawai di Dinas Tata Ruang dan Bangunan Kota Makassar jika dilihat
melalui empat dimensi yang dikemukakan Perry dan Wise masih rendah.
Untuk itu butuhkan peran organisasi untuk menumbuhkembangkan mot
ivasi
pelayanan publik pegawai.
94
V.2
Saran
Dari hasil pen
elitian dan kesimpulan yang ada,
maka penulis dapat
mengemukakan beberapa
saran
, yaitu
:
1.
Untuk meredam budaya organisasi yang cenderung kurang baik di
DTRB Kota Makassar upaya harus yang dilakukan
oleh pimpinan yaitu
memberlakukan sistem absensi secara ketat
untuk mengurangi tingkat
ketidakdisiplinan pegawai
, pimpinan membuka layanan pengaduan
untuk masyarakat sehinggga mengetahui pegawai yang melakukan
pelanggaran dan bisa di tindak dengan cepat, p
emberian
reward
dan
punishment
kepada pegawai, pegawai di dorong untuk
mengemukakan konflik dan kritik secara terbuka.
2.
Untuk meredam kencenderungan
red tape
yang terjadi di DTRB Kota
Makassar
dalam upaya menumbuhkembangkan motivasi pelayanan
publik adalah
p
engawasan dari bawah dan dari atas
(bukan hanya
pegawai yang dinilai kinerjanya tapi juga atasan) hal ini akan menjadi
masukan yang positif untuk kemajuan organisasi
, setiap unit diberikan
target hari untuk menyelesaikan pekerjaannya jika lewat akan
diber
ikan teguran lisan, tapi jika mereka bisa bekerja sesuai target
akan diberikan bonus, dan pegawai diberikan sarana dan prasarana
untuk menunjang pekerjaan mereka bisa bekerja dengan nyaman dan
cepat.
3.
Untuk menumbuhkembangkan motivasi pelayanan publik kepa
da
pegawai dari segi
hierarchy
yang
perlu
dilakukan
adalah
dengan
mengoptimalkan setiap unit yang bekerja di DTRB kota Makassar,
setiap bagian di DTRB mempunyai tupoksi yang jelas untuk bisa
95
mencapai tujuan dari DTRB Kota Makassar, bahkan tupoksi per
orang
pun diatur agar semakin mengarahkan seorang pegawai bekerja
dengan baik.
4.
Untuk
menumbuhkembangkan
motivasi pelayanan publik pegawai dari
segi Reform Orientation yaitu dengan
menetapkan SOP dalam
beberapa program yang ada di DTRB Kota Makassar beberap
a
diantaranya menetapkan target hari capaian kerja untuk setiap unit
yang dilewati, sehingga pegawai lebih jelas dan terarah dalam
pekerjaannya, memberikan kebebasan pegawai untuk bisa bekerja
secara fleksibel agar pegawai merasanya nyaman dengan pekerjaan
mereka.
5.
Untuk
menumbukembangkan
motivasi pegawai
,
pimpinan perlu
memperbesar peluang promosi pegawai ke jabatan yang lebih tinggi
sehingga pegawai merasa termotivasi untuk bisa
bekerja lebih giat
,
selain itu salah satu usaha yang dilakukan, adalah pegawai
yang
sudah lama bekerja di unitnya akan dipindahkan ke unit lain (
rolling
pegawai
), hal ini akan mengurangi kejenuhan pegawai dalam
pekerjaannya terdahulu, lingkungan kerja yang baru diharapkan bisa
memotivasi pegawai untuk bekerja dengan maksimal.

333

INILAHCOM, Pekanbaru - Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman mengatakan Badan Pelayanan dan
Perizinan Terpadu (BP2T) Riau akan ditetapkan menjadi contoh Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di
Indonesia.

"Insya Allah pada Desember nanti BP2T Riau ditetapkan sebagai percontohan bagi provinsi lain saat
Peringatan Hari Antikorupsi Internasional dan Hari Rembuk Integritas Nasional," kata Arsyadjuliandi
Rachman di Pekanbaru, Selasa (8/11/2016).

Untuk itu, ia memberi peringatan tegas kepada jajarannya agar dapat menjaga predikat yang telah
disematkan dengan menerapkan pelayanan yang mudah diakses masyarakat.

"Ini sudah berjalan. Jangan sampai ada oknum bermasalah yang diuntungkan dari sistem kita," sebut
Andi Rachman.

Saat ini PTSP di daerah itu telah melayani berbagai macam perizinan di antaranya Izin Penanaman
Modal, Izin Usaha Perubahan, Izin Usaha Perluasan.

Keterbukaan informasi juga terus didorong Pemprov setempat dengan merilis Riau Go IT. Penerapan
sistem berbasis teknologi informasi tersebut juga dimaksudkan untuk mempermudah pelayanan
perizinan, melaui website bp2t.riau.go.id.

Melalui website itu, permohonan untuk memperoleh perizinan atau nonperizinan dinilai efisien dan
transparan selain memiliki keunggulan sangat cepat, mudah, transparan, bebas dari biaya tidak resmi,
dan memiliki kepastian hukum serta pelayanannya yang profesional.

Sementara itu, Kepala Badan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T) Riau Evarefita mengatakan ada
poin penting yang ditekankannya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yakni kualitas
sumber daya manusia (SDM) yang responsif dan ramah dalam rangka percepatan pelayanan perizinan
dengan menggunakan teknologi secara online.

Evarefita mengatakan dengan menggalakkan motto ceria, BP2T Provinsi Riau memberikan pelayanan
yang cepat, efisien, responsif, intensif dan akuntabel sehingga penerima layanan akan merasakan
layanan yang menyenangkan.

Ia menilai dengan melekatnya karakteristik pemberi layanan yang ramah serta cepat tanggap dalam
merespon penerima layanan, diharapkannya akan mencover semua keluhan dan kebutuhan penerima
layanan.
Di samping itu, BP2T Riau juga menerapkan sistem bebas pungutan liar dengan memajang foto petugas
pelayanan di zona integritas BP2T sehingga jika ada pihak yang dirugikan dapat langsung menunjuk
pegawai yang bersangkutan.

Pada 2015, BP2T Riau memperoleh angka 82,25 dengan hasil kategori mutu pelayanan yang bernilai A
(sangat baik) yang merupakan hasil survei kepuasan masyarakat sebagai penggunan layanan dan
kualitas dan pengukur kualitas penyelenggaraan pelayanan publik di BP2T Riau. [tar]

33

Ini pengalamanku, bagaimana denganmu?

Saat ini bnayak perusahaan sedang gencar gencarnya menerapkan CRM(Customer Relationship
Management) untuk semakin menarik pelanggan. Sebenarnya apa sih CRM itu? CRM adalah sebuah
pendekatan baru dalam mengelola hubungan korporasi dan pelanggan pada level bisnis sehingga dapat
memaksimumkan komunikasi, pemasaran melalui pengelolaan berbagai kontak yang berbeda dengan
pelanggan. Pendekatan ini memungkinakn untuk mempertahankan pelanggan dan memberikan nilai
tambah terus menerus pada pelanggan, selain juga memperoleh keuntungan yang berkelanjutan.
Intinya CRM itu untuk menarik pelanggan, mempertahankan pelanggan dll. CRM bisa dalam bentuk
pemberian bonus seperti beli 2 bonus 1, atau misalnya setiap pembelian 50.000 dapat bonus sabun atau
masih banyak lagi ang bisa dilakukan untuk mewujudkan CRM. Nah, berikut ini saya akan menceritakan
pengalaman saya tentang CRM.

Di kota asal saya tepatnya di Madiun ada sebuah dealer sepeda motor yang memberikan bonus cuci
sepeda motor setiap melakukan service didealer tersebut. Waktu itu saya mencoba menservice sepeda
motor saya didealer timbul jaya motor di jalan Trunojoyo Madiun.
Saya pikir setelah diservice ya sudah selesai namun saat saya akan beranjak keluar dealer salah satu
pegawainya bertanya apakah sepeda motornya mau dicucikan sekalian atau tidak, dan pegawai tersebut
menambahkan bahwa cuci motor ini gratis tidak dikenakan biaya sepeserpun. Dan saya pun tidak
menyia nyiakan tawaran dari pegawai tersebut untuk mencuci motor saya, karena pikir saya kebetulan
sekali sepeda motor saya sudah sangat kotor sekali dan mumpung gratis.hehehe

Nah, dari sini saya mengerti bahwa ini adalah salah satu strategi dealer tersebut untuk menarik
pelanggan dan bahkan untuk mempertahankan pelanggan yang sudah ada. Dengan harapan setelah
selesai menservice orang orang tersebut akan meceritakan kepada orang lain bahwa didealer timbul
jaya motor ada gratis cuci motor setelah melakukan service. Dengan demikian pasti akan lebih banyak
menarik minat pelanggan untuk service didealer tersebut. Selain itu pelayanannya juga sangat ramah
sekali, mulai dari customer servicenya sampai mekaniknya sangat ramah sekali. berbeda sekali dengan
bengkel bengkel lain yang pelayanannya cenderung kurang ramah. menurut saya ini adalah strategi
yang sangat pas apabila diterapkan disetiap dealer. Dengan pelayanan yang memuaskan, ramah dan
juga menyediakan berbagai bonus maka pelanggan pasti akan merasa puas dan bahkan mereka akan
menceritakan kepada orang lain tentang pelayanan didealer tersebut. Setiap perusahaan harus jeli
dalam melihat sifat sifat dari konsumen yang beraneka ragam, konsumen akan merasa senang apabila
mendapatkan bonus, atau dengan pelayanan yang baik saja konsumen atau pelanggan akan merasa
sangat puas sekali. Ini adalah sedikit pengalaman saya mengenai CRM yang diterapkan oleh sebuah
perusahaan, dan saya juga merasa sangat puas dengan kinerja para pegawai Timbul Jaya Motor.

33

Certa

Pelayanan Publik Kita


Leave a reply

#1

Gak ada kembaliannya, mas Ada uang kecil?

Kalimat di atas suka saya alami kalau mau bayar-bayar pake uang gede, apalagi kalau masih pagi-
pagi. Pengalaman itu ternyata berulang saat saya mau bayar parkir motor di salah satu tempat yang
biasa saya kunjungi tiap hari Minggu. Maklum karena saya datangnya pagi-pagi dan biasanya tidak
bawa uang pas untuk bayar. Ya akhirnya kalimat di atas muncul. Ujung-ujungnya saya disuruh
nunggu dulu karena petugas parkirnya kalang kabut nyari uang kecil buat kembalian.

Sampai akhirnya karena tidak ada uang kecil yang bisa ditukar, saya akhirnya ngutang pinjam
uang kecil ke teman. Atau kadang-kadang petugas parkirnya membuat keputusan sendiri supaya
saya dibayarkan teman. Karena kejadian tersebut berulang-ulang, sampai akhirnya saya harus
ngomong ke petugas parkirnya bahwa pendapatan parkir hari kemarin sebaiknya jangan
dimasukkan ke kas semua. Istilahnya jangan tutup buku per hari lah. Sisakan uang kecil sebagai
kembalian pada hari-hari berikutnya, supaya tidak merepotkan dan membingungkan konsumen
yang mau bayar.

Setelah saya protes begitu, di hari Minggu terakhir saya balik lagi ke tempat yang sama. Saya coba
ngetes bayar gak pake uang pas, alhamdulillah ternyata ada kembalian. Yah, rasanya hal seperti
ini banyak juga di tempat-tempat lain. Meskipun sepele, bagaimanapun yang namanya pelayanan
publik ya harus prima dalam melayani konsumen

#2

Ada lagi cerita lain terkait dengan pelayanan publik kita. Sewaktu saya dan keluarga hendak makan
di sebuah restoran. Kami pesan beberapa menu dan ternyata lama sekali pelayanannya.
Sebagaimana standarnya, menu pertama yang dihidangkan adalah minuman. Karena makanan
belum datang-datang, akhirnya minuman pun otomatis habis. Baru kemudian makanan datang satu
per satu.

Pernah diceritakan Ibu saya, di restoran yang sama pernah ada seorang pengunjung yang
menggebrak meja karena pelayanannya lama. Tapi, setelah lama berselang dari insiden itu,
ternyata manajemen restoran tersebut tidak belajar. Dalam artian, mereka tetap saja lama dalam
hal pelayanan. Ternyata ada satu kesalahan manajemen yang saya amati. Sistem pelayanan mereka
adalah melayani by menu bukan by guest yang duluan datang.

Jadi, mereka berusaha untuk memenuhi dulu menu yang dipesan di tiap meja, tidak berfokus
memenuhi dulu satu meja. Akibatnya, orang yang duluan datang menjadi lama menunggu.
Makanan yang dipesan pun datang satu per satu dengan periode yang lama. Jadi, makanan satu
sudah habis, makanan lain baru datang. Nasinya sudah habis, lauknya baru datang. Begitulah,
pelayanan publik kita ck ck ck..
33

C. Kesiapan Infrastruktur Dan Sumber Daya Manusia


Bukan sesuatu yang aneh jika masyarakat Indonesia masih gagap dengan perkembangan teknologi.
Keberadaan teknologi baru digunakan sebatas untuk hal-hal yang bersifat hiburan, termasuk oleh
para aparat pemerintah. Dalam Information Seeking Theory yang diungkapkan Donohew dan
Tipton (dalam Badri, 2008), penerimaan seseorang atau sekelompok masyarakat pada teknologi
terjadi secara bertahap, yaitu tahap pencarian, penginderaan, dan pemrosesan informasi. Ketiga
tahap ini berakar dari pemikiran psikologi sosial tentang sikap manusia. Secara tidak sadar, orang
cenderung untuk menghindari informasi yang tidak sesuai dengan gambaran nyata suatu
informasi atau teknologi, karena kedua hal itu bisa saja membahayakan.
Di Indonesia, rata-rata penduduknya masih sangat awam pada perkembangan dan inovasi tekologi.
Akibatnya pembangunan yang merujuk pada penemuan dan aplikasi inovasi sering berjalan lambat
karena proses yang pertama kali harus dilakukan adalah memberikan pemahaman pada
pemanfaatan teknologi baru. Tidak berhenti sampai disitu. Mengingat pada kehidupan masyarakat
pedesaan atau tempat-tempat yang jauh dari ibukota negara dan yang masih sangat tradisional,
penolakan pada teknologi teramat besar.
Sebagai negara berkembang (The Third World), pemanfaatan aplikasi e-government system di
Indonesia sebenarnya tidak termasuk menggembirakan. Padahal pemerintah sudah berusaha untuk
merumuskan beberapa peraturan perundangan terkait dengan teknologi informasi, seperti Inpres
No. 6 tahun 2001 tentang Pengembangan dan Pendayagunaan Telematika di Indonesia dan Inpres
No. 3 tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-Government.
Dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia, tampak sekali bahwa
aplikasi dan implementasi e-government system di Indonesia masih tertinggal. Saat ini sebenarnya
perangkat perundangan mengenai e-government system di Indonesia sudah cukup lengkap
(Kumorotomo, 2008). Melalui Inpres No. 3 tahun 2003 tentang Strategi Pengembangan E-
Government telah memandatkan :
Pengembangan sistem pelayanan yang andal dan terpercaya serta terjangkau oleh masyarakat
luas.
Penataan sistem manajemen dan proses kerja pemerintah pusat dan pemerintah daerah secara
holistik.
Pemanfaatan teknologi informasi secara optimal.
Peningkatan peran-serta dunia usaha dan pengembangan industri telekomunikasi dan teknologi
informasi.
Pengembangan sumberdaya manusia di pemerintahan dan peningkatan e-literacy masyarakat.
Pelaksanaan pengembangan secara sistematis melalui tahapan yang realistis dan terukur.
Ada permasalahan kompleks yang dihadapi dalam penerapan penerapan e-government system
untuk perbaikan tata kelola pemerintahan. Masalah utamanya adalah resistensi dan kebimbangan
saat menyikapi adanya inovasi baru untuk mendobrak kebiasaan lama. Kumorotomo (2008)
merangkum dalam tiga aspek besar permasalahan dalam penerapan e-government system, yaitu :
1. Aspek Budaya
Resistensi dan penolakan dari masyarakat dan jajaran aparat pemerintah terhadap e-government
system.
Kurangnya kesadaran pada manfaat dan penghargaan terhadap teknologi yang dipergunakan
dalam e-government system.
Keengganan berbagi data dan informasi, agar terintegrasi secara nasional di seluruh lembaga
penyedia layanan publik.
2. Aspek Kepemimpinan
Terjadi konflik kepentingan di tingkat pemerintah pusat dan daerah.
Peraturan yang belum tersosialisasikan dan penerapannya belum merata.
Pengalokasian anggaran untuk pembangunan infrastruktur pelayanan publik yang memanfaatkan
e-government system dalam APBN / APBD belum menjadi prioritas.
3. Aspek Infrastruktur
Adanya ketimpangan digital yang mengakibatkan belum meratanya ketersediaan infrastruktur
teknologi informasi dan komunikasi, mengingat secara geografis wilayah Indonesia tersebar di
berbagai kepulauan.
Ketersediaan infrastruktur untuk pengadaan teknologi informasi dan komunikasi masih terpusat
di kota-kota besar. Tenaga ahli di daerah terpencil pun masih sangat jarang, jika tidak mau
dikatakan tidak ada.
Sistem layanan publik di Indonesia tidak memiliki standar yang baku. Hal ini menghambat
pengintegrasian data kependudukan dan dokumen warga negara lainnya secara nasional.
D. Tantangan Pengembangan E-Government System
Sudah saatnya pelayanan publik berorientasi pada pemenuhan kebutuhan masyarakat dan
terintegrasinya data kependudukan untuk mempermudah pengurusan dokumen dan layanan publik
lainnya. Apabila pelayanan yang dilakukan menggunakan perspektif masyarakat sebagai
pelanggan, maka keikutsertaan masyarakat sebagai pihak pengontrol tata kelola pemerintahan
merupakan legitmasi dari masyarakat.Pelayanan yang berkualitas tidak hanya untuk lembaga
penyelenggara jasa komersial (swasta), tetapi sudah harus merembes ke lembaga-lembaga
pemerintahan yang selama ini resisten terhadap tuntutan akan kualitas pelayanan publik (Trilestari,
2004).
Tujuan besar dari penerapan e-government system adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan
publik. E-government system dapat mendorong terwujudnya tata kelola pemerintahan yang
transaparan, akuntabel, bebas korupsi, ramping birokrasi, dan meningkatkan partisipasi warga
negara dalam kontrol penyelenggaraan pemerintahan. Pelayanan publik yang baik, efektif, dan
efisien, dapat menjadi tolok ukur keberhasilan pembangunan di suatu negara. Mungkinkah hal
tersebut terjadi di Indonesia? Jawabannya sangat mungkin. Pemerintah perlu menyediakan secara
proporsional tenaga ahli di bidang teknologi informasi dan komunikasi dalam tubuh lembaga
pemerintahan dan penyedia layanan publik, serta menjembatani kesenjangan aksesibilitas
teknologi di seluruh wilayah Indonesia.
Lingkup pengembangan e-government system mencakup skala nasional. Maka diperlukan
kerangka komunikasi antar sistem e-government di daerah untuk saling berhubungan dan saling
bekerjasama. Dalam implementasinya, perlu ada mekanisme komunikasi baku antar sistem,
sehingga masing-masing sistem aplikasi dapat saling bersinergi untuk membentuk e-government
services yang lebih besar dan kompleks.
Semenjak 2004, pemerintah melalui Departemen Komunikasi dan Informatika telah membuat
blue-print untuk pengembangan aplikasi sistem e-government. Dalam lembar cetak biru tersebut
telah dijelaskan bagaimana penggunaan dan pengkoneksian jaringan di tingkat daerah maupun
pusat. Hal-hal yang sudah tertuang dalam blue print itu seyogyanya dapat dimanfaatkan oleh
instansi pemerintah untuk menjawab tantangan pelayanan publik yang lebih modern dan efektif.
Implementasi e-government system di Indonesia masih separuh jalan dan masih jauh di bawah
standar yang ideal dan yang diinginkan. Agar mencapai kondisi yang ideal, harus dilakukan
penyempurnaan konsep dan strategi pelaksanaan e-government system dari berbagai sisi. Berkaca
dari Kabupaten Sragen yang sudah menerapkan e-government system dalam penyelenggaraan
pemerintahan dari tingkat Kabupaten hingga Desa, menjadi bukti jika teknologi informasi dan
komunikasi dapat diterapkan di Indonesia dan menjadi sarana terpenting dalam perbaikan tata
kelola pemerintahan.
*******

Anda mungkin juga menyukai