Anda di halaman 1dari 4

Skema

Psikologi Sosial I
Kelompok 8

Anggota :
1) Bianca Audrey (219114014)
2) Antonius Bono Wiratmoko (219114061)
3) Sheline Dwi Putri (219114066)
4) Lintang Labdhawara Prasetya (219114070)
5) Carolus Raka Pangestu Gusti (219114119)

● Sebelum masuk ke skema, kita harus tahu terlebih dahulu apa itu kognisi sosial. Menurut
Baron dan Byrne (2003), kognisi sosial adalah cara kita menginterpretasi, menganalisis,
mengingat dan menggunakan informasi tentang dunia sosial. Sedangkan menurut Taylor
dkk (2009), kognisi sosial adalah studi bagaimana orang menarik kesimpulan dan
memberi penilaian dari informasi sosial. Jadi kesimpulannya, kognisi sosial berkaitan
dengan cara kita berpikir tentang dunia sosial, bagaimana cara kita mencoba untuk
memahaminya, serta bagaimana cara kita memahami diri kita dan tempat kita di dalam
dunia itu. Kognisi sosial berfungsi secara otomatis. Disinilah peran skema digunakan.
● Skema adalah struktur mental yang membantu kita mengorganisasikan informasi sosial,
dan yang menuntun pemrosesannya. Secara umum, skema berkisar pada suatu
subjek/objek tertentu.
● Terdapat 4 jenis skema, yaitu :
- Self schema – skema yang berisi karakteristik diri sendiri. Menurut Nasby (1989),
self skema memiliki fungsi untuk mengorganisasikan ingatan abstrak dan konkrit
tentang dirinya sendiri serta mengendalikan pemrosesan informasi yang relevan
dengan dirinya sendiri.
- Person schema – skema ini memuat informasi mengenai tipikal orang dan lebih
berfungsi untuk mengkategorikan orang lain, termasuk prototype yang berkaitan
dengan kelompok orang tertentu. Jenis skema ini sering disebut dengan teori
kepribadian implisit karena pandangannya yang lebih membahas mengenai ciri-
ciri kepribadian seseorang dan semacamnya.
- Role schema – skema yang memuat konsep-konsep tentang norma dan perilaku
yang sesuai bagi kelompok orang dari berbagai kategori sosial atau status tertentu.
Skema peran ini menunjukkan cara kita yang mengharapkan perlakuan tertentu
saat memerankan peranan tertentu.
- Event schema – berisi pengetahuan tentang urutan kejadian sosial. Melalui skema
ini kita akan lebih memahami dan mengingat kejadian untuk mengkaitkannya
dengan kejadian yang sedang dialami.
● Skema menimbulkan efek yang kuat pada tiga proses dasar :
- Perhatian atau atensi (attention)
Dalam hubungannya dengan atensi, skema seringkali berperan sebagai
sejenis penyaring informasi yang konsisten dengan skema lebih diperhatikan dan
lebih mungkin untuk masuk ke dalam kesadaran kita. Maka, dalam proses
perhatian ini, individu tidak sekedar melihat kejadian tersebut sambil lalu,
melainkan dia mencurahkan perhatiannya terhadap kejadian tersebut. Pemberian
perhatian ini penting karena akan membuat individu tersebut melanjutkan proses
kognisi sosial ke tahapan selanjutnya. Hal ini tentu berbeda dengan seorang
individu yang hanya melihat sekilas sebuah kejadian tanpa memperhatikannya,
dimana jika ini yang terjadi maka proses kognisi sosial tidak akan terjadi.
- Pengkodean (encoding)
Pengkodean atau informasi apa yang dimasukkan ke dalam ingatan
merupakan fakta bahwa informasi yang menjadi fokus atensi kita lebih mungkin
untuk disimpan dalam ingatan jangka panjang. Setelah seseorang tersebut
memperhatikan sebuah kejadian, dia akan menyimpan kejadian tersebut ke dalam
memorinya. Dengan proses inilah kejadian sosial yang terjadi di sekitar individu
tersebut akan tersimpan dan membuat ingatan khusus pada individu tersebut.
Tidak hanya itu, ingatan akan kejadian tersebut bisa menimbulkan kesan khusus
dan memiliki arti.
- Mengingat kembali (retrieval)
Di dalam proses ini terjadi pemilihan informasi tentang apa yang paling
siap untuk diingat dan memanggil informasi tersebut untuk disesuaikan dengan
hal-hal lain yang mereka alami. Ketika seorang individu mengalami sebuah
kejadian, dia akan cenderung mengumpulkan informasi untuk melihat kesamaan-
kesamaan gejala dari kejadian serupa yang pernah dialaminya. Dalam hal ini, dia
akan mengeluarkan ingatannya kembali dan membandingkannya dengan kejadian
yang baru dialaminya. Proses ini nantinya akan membuat orang tersebut
mengetahui mengungkapkan sesuatu tentang peristiwa yang dialami atau
mencoba menceritakannya kepada orang lain.
● Jika manusia terlalu banyak mendapat informasi sosial dalam saat yang bersamaan, akan
mengalami overload — kondisi dimana kapasitas kognitif sudah terlalu penuh–, misalnya
saat mengendarai mobil sambil telpon, pengendara tidak menyadari kalau lampunya
masih merah tetapi sudah melajukan kendaraannya. Saat menerima telpon, konsentrasi
yang diperlukan sudah sangat banyak sehingga konsentrasi untuk berkendara menjadi
berkurang. Keadaan ini disebut kejenuhan informasi (information overload), dimana
tuntutan pada sistem kognitif lebih besar daripada yang bisa diolah.
● Jalan pintas/strategi mental yang sering diambil orang ketika harus mengolah informasi
sosial dalam jumlah banyak secara cepat dan sederhana :seekor
- Berpikir jalan pintas (heuristic) – Individu cenderung malas untuk berpikir
kompleks sehingga cenderung menyederhanakan suatu peristiwa yang dialami.
Penyederhanaan itu dilakukan dengan cara:
→ Representasi – individu mengambil kesimpulan mengenai suatu gejala sosial
hanya berdasarkan pada ciri-ciri tertentu.
→ Priming – pengambilan kesimpulan berdasarkan pengalaman yang baru saja
terjadi atau yang paling dialami.
→ Base rate fallacy – pengambilan kesimpulan dengan cara menggeneralisasi
pada sekelompok individu berdasarkan perilaku individu lain.
→ Keterbatasan informasi yang tersedia – pengambilan kesimpulan berdasarkan
informasi yang minim.
- Pemrosesan otomatis (automatic processing) – terjadi setelah pengalaman yang
berulang-ulang dengan tugas atau pemaparan terhadap jenis informasi tertentu,
kita akan mencapai tahap dimana kita dapat melakukan tugas atau memproses
informasi yang tampaknya tidak membutuhkan usaha, atau secara otomatis/tidak
disadari.
- Berpikir ilusi (illusory thinking) – Ilusi dalam konsep psikologi adalah
kesalahan dalam mempersepsi sesuatu. Dalam psikologi sosial, individu sering
mengalami kesalahan dalam mempersepsi sesuatu yang mengakibatkan terjadinya
kesalahan pula dalam kognisi sosial. Berpikir ilusi dapat dibedakan menjadi :
→ Ilusi tentang korelasi (illusory correlation) – individu menghubungkan dua hal
yang sebenarnya tidak berhubungan.
→ Ilusi kontrol (illusory control) – individu menganggap seakan-akan dirinya
dapat mengendalikan lingkungan.
→ Penilaian terlalu percaya diri (overconfident judgement) – individu salah
memberikan penilaian atau menarik kesimpulan karena terlalu percaya pada
dirinya sendiri.
● Terdapat beberapa faktor yang bisa menyebabkan kesalahan dalam kognisi sosial,
diantaranya :
- Bias negativitas – sebuah kecenderungan untuk seseorang lebih memperhatikan
hal-hal atau informasi yang sifatnya negatif. Maka, dalam hal ini informasi
negatif memiliki pengaruh yang lebih kuat dibandingkan informasi yang sifatnya
positif.
- Bias optimistik – suatu predisposisi yang membuat seorang individu selalu
berharap apapun yang terjadi akan berakhir baik-baik saja sesuai harapannya.
Dalam hal ini seseorang berpikir bahwa dirinya akan lebih berpeluang
mendapatkan keuntungan dan keberhasilan dibandingkan dengan kegagalan
seperti orang lain.
- Pemikiran counterfactual – pemikiran yang berlawanan dengan keadaan yang
sedang dialami, misalnya pemikiran berandai-andai jika begini atau jika tidak
begitu. Pemikiran seperti ini akan memberi pengaruh yang kuat terhadap afeksi
seorang individu.
- Hallo effect – Hallo effect ini biasanya terjadi pada pertemuan pertama seseorang
dengan orang lain. Hallo effect ini bisa terjadi akibat cara berpikir seorang
individu yang cenderung mengelompokkan atau mengkategorisasi sifat-sifat
manusia.
● Yang menarik juga, skema juga dapat memberikan efek seperti efek bertahan
(perseverance effect), tidak berubah, bahkan ketika menghadapi informasi yang
kontradiktif. Misalnya ketika kita berhadapan dengan informasi/pendapat dari orang yang
tidak konsisten dengan skema kita, kita tidak selalu mengubah skema kita. Melainkan
kita meletakkan informasi/pendapat orang tersebut pada kategori khusus atau subtipe
yang mencakup orang-orang yang tidak cocok dengan skema (membentuk stereotip).
● Kadangkala skema bisa memberikan efek pemenuhan harapan diri (self-fulfilling), yaitu
skema membuat dunia sosial yang kita alami menjadi konsisten dengan skema yang kita
miliki. Contoh self-fulfilling prophecy : pada tahun 1960-an terjadi pergolakan antara
guru dan siswa minoritas. Skema guru untuk siswa minoritas membuat guru-guru tersebut
memperlakukan siswa tersebut secara berbeda (bukan dalam artian positif) dibandingkan
dengan siswa mayoritas. Hal ini membuat prestasi kelompok siswa minoritas menjadi
turun bahkan tertinggal.

Anda mungkin juga menyukai