Anda di halaman 1dari 13

BAB II

Tinjauan Teori
A. Model konseptual keperawatan jiwa
1. Pengertian
Model adalah cara mengorganisasi pokok pengetahuan yang kompleks. Model konseptual
merupakan kerangka kerja konseptual, sistem atau skema yang menerangkan tentang
serangkaian ide global tentang keterlibatan individu, kelompok, situasi, atau kejadian
terhadap suatu ilmu dan perkembangannya (Brockopp, 1999).
Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang situasi dan
kondisi pekerjaan yang melibatkan perawat di dalamnya. Model konseptual keperawatan
memperlihatkan petunjuk bagi organisasi dimana perawat mendapatkan informasi agar
mereka peka terhadap apa yang terjadi pada suatu saat dengan apa yang terjadi pada suatu
saat juga dan tahu apa yang harus perawat kerjakan (Brockopp, 1999 : 73).
Model konseptual keperawatan jiwa mengurai situasi yang terjadi dalam situasi
lingkungan atau stresor yang mengakibatkan seseorang individu berupa menciptakan
perubahan yang adaktif dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia. Model
konseptual keperawatan jiwa mencerminkan upaya menolong orang tersebut
mempertahankan keseimbangan melalui mekanisme koping yang positif unutk mengatasi
stresor ini (Videbeck, 2008 : 54).

2. Peran Perawat Dalam Keperawatan Jiwa


Seiring dengan perubahan jaman, peran perawat kesehatan jiwa mulai muncul pada tahun
1950 an. Weiss (1947) yang dikutip oleh Stuart Sundeen (1995) peran perawat adalah sebagai
Attitude Therapy, yakni :
a. Mengobservasi perubahan, baik perubahan kecil atau menetap yang terjadi pada klien.
b. Mendemonstrasi penerimaan.
c. Respek
d. Memahami klien.
e. Mempromosikan ketertarikan klien dan berpartisipasi dalam interaksi.
Sedangkan menurut Peplau dikutip dari Yosep ( 2009 : 16 ), peran perawat meliputi :
a. Sebagai pendidik.
b. Sebagai pemimpin di dalam situasi yang bersifat local, nasional dan internasional.
c. Sebagai “surrogate .
d. parent”.
e. Sebagai konselor
Menurut American Nurses Association (ANA) divisi perawatan kesehatan jiwa,
mendefinisikan perawatan kesehatan jiwa sebagai area khusus dalam praktek keperawatan
yang menggunakan ilmu perilaku manusia dan diri sendiri secara terapeutik untuk
meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan jiwa klien dan meningkatkan
kesehatan mental masyarakat dimana klien berada.
Dan sebagai tambahan dari perawat ( Yosep, 2009 : 16 ) adalah :
a. Bekerjasama dengan lembaga kesehatan mental
b. Konsultasi dengan yayasan kesejahteraan
c. Memberi pelayanan kepada klien diluar klinik
d. Aktif melakukan penelitian
e. Membantu pendidikan masyarakat

3. Macam –macam model konseptual keperawatan jiwa


Menurut Yosep (2009 : 12), konseptual model keperawatan, dapat dikelompokkan menjadi
beberapa model yaitu :
a. Model psikoanalisa ( Freud, Erickson )
Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi pada seseorang apabila ego (akal)
tidak berfungsi dalam mengontrol id (kehendak nafsu atau insting). Ketidakmampuan
seseorang dalam menggunakan akalnya ( ego ) untuk mematuhi tata tertib, peraturan, norma,
agama (super ego/das uber ich), akan mendorong terjadinya penyimpangan perilaku
(defiation of behavioral).
Proses terapeutik Psikoanalisa memakai : Free association, analisa mimpi dan transfer
untuk membentuk kembali perilaku. Free association : mencurahkan seluruh pikiran dan
perasaan tanpa ada sensor. Terapist akan mencari pola kata-kata dan area yang secara tidak
sadar dihindari. Kemudian dibandingkan dengan ilmu terapist tentang pengetahuan tentang
jiwa dan konflik. konflik yang dihindari klien dianggap hambatan dan harus diselesaikan.
Analisa mimpi : menjadi gambaran konflik intra psikis yang menjadi hambatan klien dalam
berperilaku. Simbol-simbol mimpi dianalisa dan disimpulkan. Kedua proses ini dilengkapi
dengan transfer yaitu terapist menjadi sasaran perilaku atau perasaan klien.

b. Model interpersonal
Teori ini dikemukakan oleh Harri Stack Sullivan. Dia menganggap perilaku itu
merupakan bentukan karena adanya interaksi dengan orang lain atau lingkungan sosial.
Kecemasan disebabkan perilakunya tidak sesuai atau tidak diterima orang lain sehingga akan
ditolak oleh lingkungan. Perilaku timbul karena adanya dorongan untuk kepuasan dan
dorongan untuk keamanan. Perilaku karena adanya dorongan untuk memuaskan diri
disebabkan karena adanya kelaparan, tidur, kenyamanan dan kesepian. Keamanan
berhubungan dengan penyesuaian diri terhadap nila-nilai budaya seperti nilai-nilai
masyarakat dan suku. Sulivan beranggapan bila kemampuan untuk memenuhi kebutuhan
akan kepuasan dan keamanan terganggu maka dia akan mengalami sakit mental.

c. Model sosial
Konsep ini dikemukan oleh Gerard Caplan, yang menyatakan bahwa perilaku dipengaruhi
lingkungan sosial dan budaya. Caplan percaya bahwa situasi sosial dan menjadi faktor
predisposisi klien mengalami gangguan mental, seperti kejadian kemiskinan, masalah
keluarga dan pendidikan yang rendah. Karena kondisi ini akhirnya individu mengalami
ketidakmampuan mengkoping stes, ditambah lagi dukungan dari lingkungan sangat sedikit.
Individu mengembangkan koping yang patologis. Krisis juga bisa menyebabkan klien
mengalami perubahan perilaku. Koping yang selama ini dipakai dan dukungan dari
lingkungan tidak dapat dipakai lagi sehingga klien mengalami penyimpangan perilaku.

d. Model eksistensi
Konsep ini didasarkan teori dari Sartre, Heidegger dan Keirkegaard. Fokus teori
berdasarkan pengalaman kllien disini dan saat ini, tidak memperhitungkan masa lalu klien.
Seseorang akan merasa hidupnya bermakna bila dia menerima dirinya apa adanya dan
memakai itu untuk berinteraksi dengan lingkungannya.

e. Model komunikasi
Konsep ini dikemukan oleh Eric Berne. Dia mengatakan bahwa setiap perilaku, baik
verbal maupun nonverbal adalah bentuk komunikasi. Ketidakmampuan komunikasi
mengakibatkan kecemasan dan frustasi.
f. Model behavioral
Konsep ini berdasarkan teori belajar. dan mengatakan bahawa semua perilaku itu
dipelajari. Perilaku seseorang karena dia belajar itu dari lingkungannya. Fokus konsep ini
terletak pada tindakan, bukan pada pikiran atau perasaan individu. Perubahan perilaku
membuat perubahan pada kognitif dan afektif.

g. Model medikal
Konsep ini dikemukan oleh Siglar and Osmond. Fokusnya pada diagnosis penyakit
mental dan proses pengobatan berdasarkan diagnosis. Proses pengobatan ke arah somatik :
farmakoterapi, ECT atau psikosurgery. Fungsi model medikal adalah mengobati yang sakit
dan proses pengobatan pada fisik, tidak menyalahkan perilaku kliennya.

h. Model keperawatan
Konsep ini dikemukan oleh Dorethea, Orem, Joan Richi, Roy dan Martha Rogers. Konsep
ini berdasarkan teori sistem, teori perkembangan dan teori interaksi yang bersifat holistik :
bio-psiko-sosial spiritual. Perawat mengarah pada perubahan perilaku, menyediakan waktu
banyak, menciptakan hubungan yang terapeutik dan sebagai pembela klien.

B. Model konseptual psikoanalisa


1. Definisi
Psikoanalisa adalah pandangan evolusionistis-naturalistis: pada hakikatnya manusia itu
adalah makhluk dorongan nafsu. Yang asli adalah Das Es, sedangkan yang lebih tinggi (Das
Ich dan Ueber Ich) hanyalah timbul dari das Es. Semua adalah alam dan perkembangan
timbul dari alam yang tinggi yang rohaniah tidak berdiri sendiri dan diterangkan dari sudut
lapisan bawah, dari alam. Tetapi setelah orang menerima bahwa rohaniah itu berdiri sendiri
dan bahwa ada norma-norma kebenaran, kebaikan, kemurnian dan yang umum serta abadi,
maka orang tidak dapat menerima ajaran psikoanalisa ( Kohnstamn & Palland, 1984 : 66 ).
Menurut Kaplan & Sadock ( 2010 ), psikoanalisa merupakan model yang pertama
dikemukakan oleh Sigmund Freud. Psikoanalisa meyakini bahwa penyimpangan perilaku
pada usia dewasa berhubungan dengan perkembangan pada masa anak. Setiap fase
perkembangan mempunyai tugas perkembangan yang harus dicapai. Gejala merupakan
symbol dari konflik. Gangguan jiwa terjadi akibat :
a. Perkembangan diri: Artinya gangguan jiwa dapat terjadi karena perkembangan seseorang
ketika masih kecil/kanak –kanak atau kasus yang terjadi adalah akibat masa lalu.
b. Resolusi konflik perkembangan yang inadequate : Artinya gangguan jiwa terjadi karena
seseorang tidak dapat menyelesaikan masalahnya di masa lalu dengan baik, sehingga muncul
ketidakpuasan
c. Ego (akal) tidak dapat mengontrol id (kehendak nafsu atau insting)
Gejala – gejala yang muncul adalah hasil usaha untuk berkompromi dengan kecemasan
dan berhubungan dengan konflik yang tidak teratasi. Psikoanalisa sampai saat ini dianggap
sebagai salah satu gerakan revolusioner dibidang psikologi. Hipotesis psikoanalisis
menyatakan bahwa tingkah laku manusia sebagian besar ditentukan oleh motif – motif tak
sadar, sehingga Freud dijuluki sebagai bapak penjelajah dan pembuat peta ketidaksadaran
manusia. Proses terapi psikoanalisa memakan waktu yang lama.
Konsep ini dikemukakan oleh Sigmund Freud. Menurut Maramis (2009 : 34 ) fokusnya
pada perkembangan psikoseksual dari fase – fase Oral, Anal, Phalik, Laten, Genitikal yang
penuh konflik-konflik pada masa penyelesaian tugas setiap fase.
a. Fase oral (usia 0;0 - 1;0)
Daerah pokok aktivitas dinamik: mulut makan sebagai sumber kenikmatan. Bentuk
rangsangan: rangsangan terhadap bibir, rongga mulut, kerongkongan, menggigit dan
mengunyah (sesudah gigi tumbuh), serta menelan dan memuntahkan makanan (kalau
makanan tidak memuaskan).
1) Oral incorporation
Kenikmatan diperoleh dari aktivitas menyuap/menelan Kepribadian oral incorporation
membuiat orang menjadi senang/fiksasi mengumpulkan pengetahuan atau mengumpulkan
harta benda, atau gampang ditipu (mudah menelan perkataan orang lain).
2) Oral aggression
Kenikmatan diperoleh dari aktivitas dan menggigit Kepribadian oral agression ditandai
oleh kesenangan berdebat dan sikap sarkastik.

b. Fase anal (usia 1;0 - 2/3;0)


Daerah pokok aktivitas dinamik: dubur pembuangan kotoran sebagai sumber kenikmatan
Bentuk rangsang: bebas dari tegangan anal. Semua bentuk kontrol diri (self control) dan
penguasaan diri (self masery) berasal dari fase anal. Dampak toilet training terhadap
kepribadian di masa depan, tergantung kepada sikap dan metoda orang tua dalam melatih.

c. Fase Phalik (usia 2/3;0 - 5/6;0)


Daerah pokok aktivitas dinamik: alat kelamin. Sumber kenikmatan: Masturbasi dan
peningkatan gairah seksual anak kepada orang tuanya.

d. Fase latency (usia 5/6;0 - 12/13;0)


Perasaan takut kepada pembalasan orangtua menimbulkan represi terhadap dorongan seksual
pada anak, sehingga impuls seksual dan agresi pada fase awal (pregenital impuls) mereda.
Pada fase laten ini anak mengembangkan kemampuan sublimasi dan mulai merasa peduli
dengan orang lain. Anak menjadi lebih mudah dididik dibandingkan dengan masa sebeum
dan sesudahnya (masa pubertas).

f. Fase Genital (usia 12/13;0 - dewasa)


Fase ini dimulai dengan perubahan fisiologik dari sistem reproduksi, yakni fase pubertas.
Impuls pregenital bangun kembali dan membawa aktivitas dinamis yang harus diadaptasi,
untuk mencapai perkembangan kepribadian yang stabil. Pada fase phalik, cathexis genital
mempunyai sifat narcistik; Pada fase genital narcisme itu mulai disalurkan ke objek di luar
seperti berpartisipasi dalam kegiatan kelompok, menyiapkan karir, cinta lain jenis,
perkawinan dan keluarga.
Freud juga mengemukakan struktur psiko / jiwa manusia berdasarkan: Id, Ego, Superego
dan topografi jiwa berdasarkan sadar, prasadar dan tak sadar ( Maramis, 2009 : 37 ).
a. Id adalah tempat dorongan naluri (insting) dan berada di bawah pengawasan proses primer.
Karena itu id bekerja sesuai prinsip kenikmatan,tanpa memperdulikan kenyataan. Seorang
bayi pada waktu lahir telah mempunyai id. Ia tidak mempunyai kemampuan untuk
menghambat,mengawasi,atau memodifikasi dorongan nalurinya. Karena itu,ia sangat
tergantung pada ego orang lain di lingkungannya.
b. Ego lebih teratur organisasinya dan tugasnya adalah untuk menghindari ketidaksenangan dan
rasa nyeri dengan melawan atau mengatur pelepasan dorongan nalurinya agar sesuai dengan
tuntutan dunia luar. Pertentangan utama terletak antar id dan ego. Ego bekerja sesuai dengan
prinsip kenyataan dan mempunyai mekanisme pembelaan,misalnya : supresi,salah pindah
(displacement),rasionalisme,penyangkalan,regresi,identifikasi,dan sebagainya.
c. Superego mulai nyata waktu komplek Oedipus diselesaikan dengan ini identifikasi dengan
orang tua dari sex yang sama dipercepat. Usaha untuk menolaknya memberi kepada super
ego sipat menolak atau sipat menghalangi. Superego yang mulai terbentuk pada umur lima
sampai enam tahun,membantu ego dalam pengawasan dan pengaturan pelepasan impuls dari
id. Kepribadian dalam psikoalanisis adalah pola adaptasi terhadap dorongan instingtual dan
dorongan dari lingkungan yang sudah menjadi cirri khas atau kebiasaan individu dan yang
langsung dapat diamat (membedakan dari ego),seperti ,perilaku dan cara
pembelaan,beraksi,berpikir dan merasa.
Penyimpangan perilaku masa dewasa ditentukan perkembangan masa kanak-kanak. Bila
tugas masa perkembangan tidak tercapai, maka timbul konflik, kecemasan, secara psikologis
orang itu terfiksasi pada tingkat perkembangannya untuk mengatasi cemas. Orang itu menjadi
regresi dalam pemakaian koping, pemecahan masalah dan perilaku. Misalnya : anak
perempuan yang merasa kalah pada ibunya dalam mencari perhatian ayahnya, maka ketika
besar dan berhubungan dengan pria, dia berprilaku seperti anak kecil dalam memcari
perhatian pria. Setiap orang membawa konflik masa kecilnya dan mempengaruhi perilaku di
masa dewasa. Misal : sering cuci tangan, karena pada waktu masa kecil sering dibilang jorok.
Semua kenangan itu tertanam ke alam tak sadar sehingga pada masa dewasa keluar ke alam
tak sadar dalam bentuk penyimpangan perilaku. Psikosis muncul karena ego harus
beradaptasi terus dengan keinginan id.
2. Prinsip-prinsip model psikoanalisa
Menurut Stuart (1995), prinsip-prinsip psikoanalisa dikelompokkan menjadi :
a. Prinsip konstansi
artinya bahwa kehidupan psikis manusia cenderung untuk mempertahankan kuantitas konflik
psikis pada taraf yang serendah mungkin, atau setidak-tidaknya taraf yang stabil. Dengan
perkataan lain bahwa kondisi psikis manusia cenderung dalam keadaan konflik yang
permanen (tetap).
b. Prinsip kesenangan
artinya kehidupan psikis manusia cenderung menghindarkan ketidaksenangan dan sebanyak
mungkin memperoleh kesenangan (pleasure principle).
c. Prinsip realitas
yaitu prinsip kesenangan yang disesuaikan dengan keadaan nyata.

3. Proses terapi model psikoanalisa


Proses terapi pada model ini adalah menggunakan metode asosiasi bebas dan analisa
mimpi, transferen,interpretasi serta analisa resistensi untuk memperbaiki traumatik masa lalu
( Yosep, 2009 : 13 ).
a. Asosiasi bebas
Pada teknik terapi ini, penderita didorong untuk membebaskan pikiran dan perasaan dan
mengucapkan apa saja yang ada dalam pikirannnya tanpa penyuntingan atau penyensoran
(Akinson, 1991). Pada teknik ini penderita disupport untuk bias berada dalam kondisi relaks
baik fisik maupun mental dengan cara tidur di sofa. Ketika penderita dinyatakan sudah berada
dalam keadaan relaks maka pasien harus mengungkapkan hal yang dipikirkan pada saat itu
secara verbal.

b. Analisa mimpi
Terapi dilakukan dengan mengkaji mimpi – mimpi pasien, karena mimpi timbul akibat
respon/memori bawah sadarnya. Mimpi umumnya timbul akibat permasalahan yang selama
ini disimpan dalam alam bawah sadar yang selama ini ditutupi oleh pasien. Dengan mengkaji
mimpi dan alam bawah sadar klien maka konflik dapat ditemukan dan diselesaikan.

c. Transferen
Untuk memperbaiki traumatik masa lalu Peran pasien dan perawat Klien mengungkapkan
semua pikiran dan mimpinya Perawat melakukan assessment atau pengkajian tentang
keadaan traumatic atau stressor yang dianggap bermakna pada masa lalu (pernah disiksa
orang tua, diperkosa pada masa kanak – kanak, ditelantarkan dll) dengan pendekatan
komunikasi traumatic setelah terjalin trust (saling percaya).

d. Interpretasi
Adalah prosedur dasar yang digunakan dalam analisis asosiasi bebas, analisi mimpi, analisis
resistensi dan analisis transparansi. Prosedurnya terdiri atas penetapan analisis, penjelasan,
dan mengajarkan klien tentang makna perilaku dimanifestasikan dalam mimpi, asosiasi
bebas, resistensi dan hubungan terapeutik itu sendiri. Fungsi interpretasi adalah membiarkan
ego untuk mencerna materi baru dan mempercepat proses menyadarkan hal-hal yang
tersembunyi. mengungkap apa yang terkandung di balik apa yang dikatakan klien, baik dalam
asosiasi bebas, mimpi, resistensi, dan transferensi klien.

e. Analisa resistensi
Freud memandang resistensi sebagai suatu dinamika yang tidak disadari yang mendorong
seseorang untuk mempertahankan terhadap kecemasan. Interpretasi konselor terhadap
resistensi ditujukan kepada bantuan klien untuk menyadari alasan timbulnya resistensi. teknik
yang digunakan untuk menyadarkan klien terhadap alasan-alasan terjadinya penolakannya
(resistensi).

4. Peran perawat dan klien dalam model psikoanalisa


Stuart (1995) mengatakan peran perawat dan klien dalam model psikoanalisa adalah
sebagai berikut.
a. Peran perawat adalah berupaya melakukan assessment atau pengkajian mengenai keadaan-
keadaan traumatic atau stressor yang dianggap bermakna pada masa lalu misalnya ( pernah
disiksa orang tua, pernah disodomi, diperlakukan secara kasar, diterlantarkan, diasuh dengan
kekerasan, diperkosa pada masa anak), dengan menggunakan pendekatan komunikasi
terapeutik setelah terjalin trust (saling percaya).
b. Peran klien dalam model psikoanalisa
Peran yang dapat dilakukan oleh klien meliputi :
1) Mengungkapkan semua pikiran dan mimpinya agar bisa diartikan therapistnya.
2) Mengkuti perjanjian jangka panjang atau kontrak yang telah disepakati.
3) Mendorong transfer, menginterprestasi pikiran dan mimpi.
BAB III
Aplikasi Model Psikoanalisa dalam Keperawatan Jiwa

A. Kasus
Seseorang mengalami ketidakpuasan pada fase oral antara usia 0-2 tahun, dimana
anak tidak mendapat kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan air susu yang cukup, sehingga
cendrung mengembangkan sikap agresif dan bermusuhan setelah dewasa sebagai konvensasi
adanya ketidakpercayaan pada lingkungannya.Ketidakpercayaan yang sudah melekat pada
dirinya akan membentuk pribadi orang tersebut agresif dan mudah marah dalam menghadapi
kehidupannya.

B. Penyelesaian menggunakan Model Psikoanalisa


Model psikoanalisa merupakan salah satu alternatif yang yang dapat digunakan dalam
menyelesaikan masalah. Pada kasus diatas, perawat mengkaji perilaku yang maladaptif
menggunakan model psikoanalisa dengan melihat didasari sudut tumbuh kembang yang
dialami klien.
Setelah terbina trust (saling percaya), klien akan lebih rileks untuk mengungkapkan
perasaannya. Seorang perawat harus memberikan tanggapan terhadap respon klien misalnya
sikap agresif dan bermusuhan setelah dewasa sebagai konvensasi adanya ketidakpercayaan
pada lingkungannya. Sikap yang akan ditimbulkan klien dapat berupa suka marah-marah
dan protektif diri terhadap dunia luar. Selain sebagai konselor, perawat juga dapat perawat
dapat memberikan teknik keperawatann seperti mengontrol marahnya dengan teknik distarksi
dan mengajarkan cara marah yang produktif dengan cara mengalihkan marah pada hal lain.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Model konseptual memberikan kerangka kerja dengan cara mengidentifikasi suatu
pertanyaan untuk mendapatkan pemecahan masalah. Model konseptual keperawatan jiwa
digunakan perawat sebagai acuan untuk menolong seseorang agar dapat menghadapi stressor
melalui meksnisme koping yang positif.
Model psikoanalisa mempunyai pandangan bahwa manusia adalah makhluk dorongan
nafsu. Selain itu, psikoanalisa meyakini bahwa penyimpangan perilaku yang terjadi pada
masa dewasa sangat dipengaruhi oleh perkembangan pada masa anak. Oleh karena itu,
kejadian pada masa lalu (masa kecil) akan sangat berpengaruh pada pembentukan
kepribadian seseorang.
Perawat dapat menerapkan model psikoanalisa dalam praktik keperawatan untuk
mengungkapkan masalah yang dialami seseorang. Perawat dapat berperan sebagai konselor
yang dapat memberikan pemecahan masalah pada seseorang yang mengalami pengalaman
buruk baik dimasa lalu maupun yang sedang dialaminya. Contohnya seseorang yang tidak
dapat mengontrol dirinya ketika marah, dapat di ajarkan untuk melakukan marah produktif
atau diajarkan teknik distraksi, sehingga selain sebagai konselor peran perawat promotif.

B. Saran
1. Perawat diharapkan dapat menerapkan model konseptual keperawatan jiwa khususnya
model psikoanalisa dalam merespon setiap perilaku yang maladaptif yang ditunjukkan oleh
klien melalui pendekatan terapeutik dengan cara menjalin rasa saling percaya untuk
mendapatkan pemecahan dari masalah klien.
2. Institusi pelayanan keperawatan khususnya rumah sakit maupun puskesmas diharapkan
mampu menerapkan model psikoanalisa pada setiap perawat yang ada melalui pendekatan
terapeutik dalam mengatasi masalah yang timbul.
3. Institusi pendidikan keperawatan dapat memberikan pendidikan yang mendalam mengenai
model konseptual khususnya model psikoanalisa sehingga mahasiswa dapat menjadikan
model psikoanalisa sebagai salahsatu alternatif yang dapat digunakan untuk mengkaji
penyebab timbulnya perilaku maladaptif yang kelak akan ditemui dilapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Perry & potter. 1999. Fundamental keperawatan. Jakarta : EGC

Suliswati, Dkk. 2004. Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta :

EGC

Maramis, Willy F. & Maramis Albert A. 2009. Ilmu kedokteran jiwa. Jakarta :

AUP

Kohnstamm. 1984. Sejarah ilmu jiwa.

Sunaryo. 2004. Psikologi lingkup keperawatan. Jakarta : EGC

Stuart Wiscarz, Sandra I. Sundeen. 1995 . Prinsip dan Praktik Ilmu

Keperawatan Psikiatri. Ed.5. Missouri: Mosby.

Ann Isaacs. 2005. Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik. Ed.3. Jakarta:

EGC

Kaplan, Harold I. & Sadock, Benjamin J. 2010. Synopsis psikiatri. Tengerang:

BINARUPA AKSARA Publisher

Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan jiwa. Bandung : PT Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai