Tinjauan Teori
A. Model konseptual keperawatan jiwa
1. Pengertian
Model adalah cara mengorganisasi pokok pengetahuan yang kompleks. Model konseptual
merupakan kerangka kerja konseptual, sistem atau skema yang menerangkan tentang
serangkaian ide global tentang keterlibatan individu, kelompok, situasi, atau kejadian
terhadap suatu ilmu dan perkembangannya (Brockopp, 1999).
Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang situasi dan
kondisi pekerjaan yang melibatkan perawat di dalamnya. Model konseptual keperawatan
memperlihatkan petunjuk bagi organisasi dimana perawat mendapatkan informasi agar
mereka peka terhadap apa yang terjadi pada suatu saat dengan apa yang terjadi pada suatu
saat juga dan tahu apa yang harus perawat kerjakan (Brockopp, 1999 : 73).
Model konseptual keperawatan jiwa mengurai situasi yang terjadi dalam situasi
lingkungan atau stresor yang mengakibatkan seseorang individu berupa menciptakan
perubahan yang adaktif dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia. Model
konseptual keperawatan jiwa mencerminkan upaya menolong orang tersebut
mempertahankan keseimbangan melalui mekanisme koping yang positif unutk mengatasi
stresor ini (Videbeck, 2008 : 54).
b. Model interpersonal
Teori ini dikemukakan oleh Harri Stack Sullivan. Dia menganggap perilaku itu
merupakan bentukan karena adanya interaksi dengan orang lain atau lingkungan sosial.
Kecemasan disebabkan perilakunya tidak sesuai atau tidak diterima orang lain sehingga akan
ditolak oleh lingkungan. Perilaku timbul karena adanya dorongan untuk kepuasan dan
dorongan untuk keamanan. Perilaku karena adanya dorongan untuk memuaskan diri
disebabkan karena adanya kelaparan, tidur, kenyamanan dan kesepian. Keamanan
berhubungan dengan penyesuaian diri terhadap nila-nilai budaya seperti nilai-nilai
masyarakat dan suku. Sulivan beranggapan bila kemampuan untuk memenuhi kebutuhan
akan kepuasan dan keamanan terganggu maka dia akan mengalami sakit mental.
c. Model sosial
Konsep ini dikemukan oleh Gerard Caplan, yang menyatakan bahwa perilaku dipengaruhi
lingkungan sosial dan budaya. Caplan percaya bahwa situasi sosial dan menjadi faktor
predisposisi klien mengalami gangguan mental, seperti kejadian kemiskinan, masalah
keluarga dan pendidikan yang rendah. Karena kondisi ini akhirnya individu mengalami
ketidakmampuan mengkoping stes, ditambah lagi dukungan dari lingkungan sangat sedikit.
Individu mengembangkan koping yang patologis. Krisis juga bisa menyebabkan klien
mengalami perubahan perilaku. Koping yang selama ini dipakai dan dukungan dari
lingkungan tidak dapat dipakai lagi sehingga klien mengalami penyimpangan perilaku.
d. Model eksistensi
Konsep ini didasarkan teori dari Sartre, Heidegger dan Keirkegaard. Fokus teori
berdasarkan pengalaman kllien disini dan saat ini, tidak memperhitungkan masa lalu klien.
Seseorang akan merasa hidupnya bermakna bila dia menerima dirinya apa adanya dan
memakai itu untuk berinteraksi dengan lingkungannya.
e. Model komunikasi
Konsep ini dikemukan oleh Eric Berne. Dia mengatakan bahwa setiap perilaku, baik
verbal maupun nonverbal adalah bentuk komunikasi. Ketidakmampuan komunikasi
mengakibatkan kecemasan dan frustasi.
f. Model behavioral
Konsep ini berdasarkan teori belajar. dan mengatakan bahawa semua perilaku itu
dipelajari. Perilaku seseorang karena dia belajar itu dari lingkungannya. Fokus konsep ini
terletak pada tindakan, bukan pada pikiran atau perasaan individu. Perubahan perilaku
membuat perubahan pada kognitif dan afektif.
g. Model medikal
Konsep ini dikemukan oleh Siglar and Osmond. Fokusnya pada diagnosis penyakit
mental dan proses pengobatan berdasarkan diagnosis. Proses pengobatan ke arah somatik :
farmakoterapi, ECT atau psikosurgery. Fungsi model medikal adalah mengobati yang sakit
dan proses pengobatan pada fisik, tidak menyalahkan perilaku kliennya.
h. Model keperawatan
Konsep ini dikemukan oleh Dorethea, Orem, Joan Richi, Roy dan Martha Rogers. Konsep
ini berdasarkan teori sistem, teori perkembangan dan teori interaksi yang bersifat holistik :
bio-psiko-sosial spiritual. Perawat mengarah pada perubahan perilaku, menyediakan waktu
banyak, menciptakan hubungan yang terapeutik dan sebagai pembela klien.
b. Analisa mimpi
Terapi dilakukan dengan mengkaji mimpi – mimpi pasien, karena mimpi timbul akibat
respon/memori bawah sadarnya. Mimpi umumnya timbul akibat permasalahan yang selama
ini disimpan dalam alam bawah sadar yang selama ini ditutupi oleh pasien. Dengan mengkaji
mimpi dan alam bawah sadar klien maka konflik dapat ditemukan dan diselesaikan.
c. Transferen
Untuk memperbaiki traumatik masa lalu Peran pasien dan perawat Klien mengungkapkan
semua pikiran dan mimpinya Perawat melakukan assessment atau pengkajian tentang
keadaan traumatic atau stressor yang dianggap bermakna pada masa lalu (pernah disiksa
orang tua, diperkosa pada masa kanak – kanak, ditelantarkan dll) dengan pendekatan
komunikasi traumatic setelah terjalin trust (saling percaya).
d. Interpretasi
Adalah prosedur dasar yang digunakan dalam analisis asosiasi bebas, analisi mimpi, analisis
resistensi dan analisis transparansi. Prosedurnya terdiri atas penetapan analisis, penjelasan,
dan mengajarkan klien tentang makna perilaku dimanifestasikan dalam mimpi, asosiasi
bebas, resistensi dan hubungan terapeutik itu sendiri. Fungsi interpretasi adalah membiarkan
ego untuk mencerna materi baru dan mempercepat proses menyadarkan hal-hal yang
tersembunyi. mengungkap apa yang terkandung di balik apa yang dikatakan klien, baik dalam
asosiasi bebas, mimpi, resistensi, dan transferensi klien.
e. Analisa resistensi
Freud memandang resistensi sebagai suatu dinamika yang tidak disadari yang mendorong
seseorang untuk mempertahankan terhadap kecemasan. Interpretasi konselor terhadap
resistensi ditujukan kepada bantuan klien untuk menyadari alasan timbulnya resistensi. teknik
yang digunakan untuk menyadarkan klien terhadap alasan-alasan terjadinya penolakannya
(resistensi).
A. Kasus
Seseorang mengalami ketidakpuasan pada fase oral antara usia 0-2 tahun, dimana
anak tidak mendapat kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan air susu yang cukup, sehingga
cendrung mengembangkan sikap agresif dan bermusuhan setelah dewasa sebagai konvensasi
adanya ketidakpercayaan pada lingkungannya.Ketidakpercayaan yang sudah melekat pada
dirinya akan membentuk pribadi orang tersebut agresif dan mudah marah dalam menghadapi
kehidupannya.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model konseptual memberikan kerangka kerja dengan cara mengidentifikasi suatu
pertanyaan untuk mendapatkan pemecahan masalah. Model konseptual keperawatan jiwa
digunakan perawat sebagai acuan untuk menolong seseorang agar dapat menghadapi stressor
melalui meksnisme koping yang positif.
Model psikoanalisa mempunyai pandangan bahwa manusia adalah makhluk dorongan
nafsu. Selain itu, psikoanalisa meyakini bahwa penyimpangan perilaku yang terjadi pada
masa dewasa sangat dipengaruhi oleh perkembangan pada masa anak. Oleh karena itu,
kejadian pada masa lalu (masa kecil) akan sangat berpengaruh pada pembentukan
kepribadian seseorang.
Perawat dapat menerapkan model psikoanalisa dalam praktik keperawatan untuk
mengungkapkan masalah yang dialami seseorang. Perawat dapat berperan sebagai konselor
yang dapat memberikan pemecahan masalah pada seseorang yang mengalami pengalaman
buruk baik dimasa lalu maupun yang sedang dialaminya. Contohnya seseorang yang tidak
dapat mengontrol dirinya ketika marah, dapat di ajarkan untuk melakukan marah produktif
atau diajarkan teknik distraksi, sehingga selain sebagai konselor peran perawat promotif.
B. Saran
1. Perawat diharapkan dapat menerapkan model konseptual keperawatan jiwa khususnya
model psikoanalisa dalam merespon setiap perilaku yang maladaptif yang ditunjukkan oleh
klien melalui pendekatan terapeutik dengan cara menjalin rasa saling percaya untuk
mendapatkan pemecahan dari masalah klien.
2. Institusi pelayanan keperawatan khususnya rumah sakit maupun puskesmas diharapkan
mampu menerapkan model psikoanalisa pada setiap perawat yang ada melalui pendekatan
terapeutik dalam mengatasi masalah yang timbul.
3. Institusi pendidikan keperawatan dapat memberikan pendidikan yang mendalam mengenai
model konseptual khususnya model psikoanalisa sehingga mahasiswa dapat menjadikan
model psikoanalisa sebagai salahsatu alternatif yang dapat digunakan untuk mengkaji
penyebab timbulnya perilaku maladaptif yang kelak akan ditemui dilapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Perry & potter. 1999. Fundamental keperawatan. Jakarta : EGC
EGC
Maramis, Willy F. & Maramis Albert A. 2009. Ilmu kedokteran jiwa. Jakarta :
AUP
Ann Isaacs. 2005. Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik. Ed.3. Jakarta:
EGC