Anda di halaman 1dari 2

Keterampilan Dasar Wawancara

Setelah kita tahu apa itu wawancara dan penerapannya di beberapa bidang psikologi,
sekarang kita akan mulai masuk lebih dalam. Keterampilan-keterampilan apa saja sih yang
diperlukan untuk melakukan wawancara dengan baik? Selama perkuliahan sebelumnya,
keterampilan-keterampilan dasar wawancara tersebut mungkin kita dapatkan melalui
pengalaman para praktisi psikologi, namun kali ini kita akan melihatnya dari sisi teoritis. Ada
enam keterampilan dasar teknik wawancara, yaitu: bina rapport, empati, attending behavior,
teknik bertanya, observasi, dan active listening.

Keterampilan dasar pertama adalah membina rapport. Bina rapport adalah menciptakan
suasana hubungan yang hangat dan nyaman bagi klien untuk berani bercerita secara bebas dan
jujur tentang topik yang relevan di dalam wawancara tersebut. Keberhasilan membangun rapport
terletak pada sikap kita kepada klien. Kita harus menjaga ekspresi wajah, ucapan/suara, bahasa
tubuh, peralatan atau inventoris ruangan yang dipakai.

Keterampilan dasar yang kedua adalah attending behavior. Maksudnya adalah hadir secara
badan dan pikiran, memberikan atensi dan fokus penuh terhadap klien. Tentunya ini bisa
dilakukan jika kita memberikan sebagian besar waktu untuk klien berbicara. Ada 4 dimensi
penting dalam attending behavior ini, yaitu: menjaga kontak mata, menjaga kualitas
suara(intonasi dan kecepatan bicara), menjaga topik pembicaraan, dan menjaga bahasa tubuh.

Keterampilan dasar ketiga adalah teknik bertanya. Sebaiknya dalam wawancara


menggunakan pertanyaan terbuka yang sifatnya tidak mengarahkan dan klien dapat lebih bebas
dalam mengekspresikan perasaannya. Hal yang perlu diperhatikan adalah jangan memaksa klien
untuk bercertia, karena ia akan merasa tidak nyaman dan tidak percaya kepada pewawancara.
Jangan menggunakan wawancara untuk memuaskan rasa ingin tahu pewawancara atas suatu hal
yang tidak ada katiannya dengan topik wawancara. Dan sebaiknya tidak menggunakan
pertanyaan yang mengandung kata “kenapa”, karena ini menyebabkan klien merasa disalahkan
dan akan muncul rasionalisasi.
Keterampilan yang keempat adalah observasi. Wawancara dan observasi ini tidak dapat
dipisahkan. Yang perlu diperhatikan dalam observasi ini adalah perilaku verbal dan nonverbal
dari klien. Apakah perilaku verbal dan nonverbalnya kongruen? Kalau tidak mungkin klien
merasa tidak nyaman, atau bisa jadi dia berbohong. Harus diperhatikan juga kata/key words yang
sering diulang-ulang.

Keterampilan yang kelima adalah active listening. Tujuannya adalah mendorong klien agar
mau berbicara. Kita dapat menggunakan perilaku verbal dan nonverbal untuk membuat klien
mau berbicara. Selain itu kita juga harus membedakan perasaan dan pikiran yang diungkapkan
klien, yang mungkin saja klien tersebut tidak tahu akan hal itu. Selain itu, kita jgua harus dapat
menyimpulkan apa saja yang diceritakan oleh klien dan mengklarifikasikannya kepada klien
dengan menggunakan parafrase.

Keterampilan yang terakhir adalah empati, yaitu memahami apa yang dirasakan oleh klien.
Empati ini adalah hal yang terpenting yang digunakan dalam wawancara. Kelima keterampilan
dasar di atas akan dapat kita gunakan dengan baik jika kita memiliki empati kepada klien.

Anda mungkin juga menyukai