Anda di halaman 1dari 6

Konsep dasar penyakit TETANUS

1.1 Pengertian
Tetanus adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh toksin bakteri
anaerob obligat gram positif Clostridium tetani (C.tetani). Masa inkubasi
bervariasi antara 3 hingga 21 hari, dengan rata-rata onset gejala pada hari
ke-7. Namun tetanus dapat berkembang hingga 178 hari setelah infeksi.
Secara umum, tetanus ditandai dengan rigiditas, spasme otot, dan
gangguan otonom. Spasme hamipr selalu terjadi pada otot leher dan
rahang yang menyebabkan penutupan rahang (trismus, lock jaw) serta
melibatkan tidak hanya otot ekstremitas, tetapi juga otot batang tubuh.
Tetanus tidak menular dari manusia ke manusia dan dapat dicegah melalui
imunisasi.
Tetanus adalah penyakit infeksi yang ditandai oleh kekakuan dan kejang
otot, tanpa disertai gangguan kesadaran, sebagai akibat dari toksin kuman
closteridium tetani .Penyakit ini mengenai sistem saraf yang disebabkan
oleh tetanospasmin yaitu neurotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium
tetani.
Clostridium tetani merupakan organisme obligat anaerob, batang gram
positif, bergerak, ukurannya kurang lebih 0,4 x 6 μm. Mikroorganisme ini
menghasilkan spora pada salah satu ujungnya sehingga membentuk
gambaran tongkat penabuh drum atau raket tenis. Spora Clostridium tetani
sangat tahan terhadap desinfektan kimia, pemanasan dan pengeringan.
Kuman ini terdapat dimana-mana, dalam tanah, debu jalan dan pada
kotoran hewan terutama kuda. Spora tumbuh menjadi bentuk vegetatif
dalam suasana anaerobik. Bentuk vegetatif ini menghasilkan dua jenis
toksin, yaitu tetanolisin dan tetanospasmin. Tetanolisin belum diketahui
kepentingannya dalam patogenesis tetanus dan menyebabkan hemolisis in
vitro, sedangkan tetanospasmin bekerja pada ujung saraf otot dan sistem
saraf pusat yang menyebabkan spasme otot dan kejang.
Derajat keparahan :
1. Derajat I (ringan) : Trismus ringan sampai sedang,
spastisitasgeneralisata, tanpa gangguan pernafasan, tanpaspasme,
sedikit atau tanpa disfagia.
2. Derajat II (sedang) : Trismus sedang, rigiditas yang nampak
jelas,spasme singkat ringan sampai sedang, gangguanpernafasan
sedang dengan frekuensi pernafasanlebihd dari 30 disfagia ringan.
3. Derajat III (berat) : Trismus berat, spastisitas generalsata,
spasmerefleks berkepanjangan, frekuensi pernafasan lebihdari 40,
serangan apnea, disfalgia berat dantakikardia lebih dari 120.
4. Derajat IV (sangat berat) : Derajat tiga dengan gangguan otonomik
berat melibatkan sistem kardiovaskuler. Hipertensi berat dan takikardi
terjadi berselingan dengan hipotensi dan bradikardia, salah satunya
dapat menetap.
1.2 Etiologi
Penyebab Tetanus adalah bakteri Clostridium tetani (C.tetani). Bakteri ini
membentuk spora, dan bersifat obligat anaerob. Spora mampu melindungi
dirinya selama berada di lingkungan terutama tanah yang lembab dan
hangat yang berasal dari kotoran manusia dan hewan. Tanah yang ditaburi
pupuk kandang sangat mungkin mengandung banyak spora bakteri ini.
C.tetani masuk ke jaringan host manusia melalui luka trauma, jaringan
nekrosis, dan jaringan yang kurang vaskularisasi, namun 15-25% kasus
tetanus tidak didapatkan riwayat adanya luka. Dalam kondisi anaerobik
seperti jaringan yang mengalami devitalisasi, nekrosis, atau tertutup
kotoran, spora dapat menjadi basil tetanus yang menghasilkan eksotoksin
aktif yaitu tetanolisin dan tetanospasmin. Toksin aktif yang utama dari basil
ini adalah tetanospasmin yang menghambat neurotransmitter inhibitor
seperti GABA, glisin, dopamine, dan noradrenalin dalam sistem saraf pusat.
Berkurangnya jumlah neurotransmitter inhibitor tersebut akan mencegah
inhibisi impuls saraf eksitasi sehingga muncul gejala tetanus.
Sering kali tempat masuk kuman sukar diketahui tetepi suasana anaerob
seperti pada luka tusuk, lukakotor, adanya benda asing dalam luka yang
menyembuh , otitis media, dan cairies gigi, menunjang berkembang
biaknya kuman yang menghasilkan endotoksin.
Penyakit ini tersebar di seluruh dunia, terutama pada daerah resiko
tinggi dengan cakupan imunisasi DPT yang rendah. Reservoir utama kuman
ini adalah tanah yang mengandung kotoran ternak sehingga resiko penyakit
ini di daerah peternakan sangat tinggi. Spora kuman Clostridium tetani
yang tahan kering dapat bertebaran di mana-mana.
Port of entry tak selalu dapat diketahui dengan pasti, namun dapat
diduga melalui:
1. Luka tusuk, gigitan binatang, luka bakar
2. Luka operasi yang tidak dirawat dan dibersihkan dengan baik
3. OMP, caries gigi
4. Pemotongan tali pusat yang tidak steril.
5. Penjahitan luka robek yang tidak steril
Clostridium tetani termasuk dalam bakteri Gram positif, anaerob obligat,
dapat membentuk spora, dan berbentuk drumstick. Spora yang dibentuk
oleh C. tetani ini sangat resisten terhadap panas dan antiseptik. Ia dapat
tahan walaupun telah diautoklaf (1210C, 10-15 menit) dan juga resisten
terhadap fenol dan agen kimia lainnya. BakteriClostridium tetani ini banyak
ditemukan di tanah, kotoran manusia dan hewan peliharaan dan di daerah
pertanian. Umumnya, spora bakteri ini terdistribusi pada tanah dan saluran
penceranaan serta feses dari kuda, domba, anjing, kucing, tikus, babi, dan
ayam. Ketika bakteri tersebut berada di dalam tubuh, ia akan menghasilkan
neurotoksin (sejenis protein yang bertindak sebagai racun yang menyerang
bagian sistem saraf). C. tetanimenghasilkan dua buah eksotoksin, yaitu
tetanolysin dan tetanospasmin.Fungsi dari tetanoysin tidak diketahui
dengan pasti, namun juga dapat memengaruhi tetanus. Tetanospasmin
merupakan toksin yang cukup kuat.
1.3 Patofisiologi
Biasanya penyakit ini terjdi setelah luka tusuk yang dalam misalya luka
yang disebabkan tertusuk paku, pecahan kaca, kaleng atau luka tembak,
karena luka tersebut menimbulkan keadaan anaerob yang ideal. Selain itu
luka laserasi yang kotor dan pada bayi dapat melalui tali pusat luka bakar
dan patah tulang yang terbuka juga akan mengakibatkan keadaan anaerob
yang ideal untuk pertumbuhan clostridium tetani.
Tetanus terjadi sesudah pemasukan spora yang sedang tumbuh,
memperbanyak diri dan mneghasilkan toksin tetanus pada potensial
oksidasi-reduksi rendah (Eh) tempat jejas yang terinfeksi. Plasmid
membawa gena toksin. Toksin yang dilepas bersama sel bakteri sel
vegetative yang mati dan selanjutnya lisis. Toksin tetanus (dan toksin
batolinium) di gabung oleh ikatan disulfit. Toksin tetanus melekat pada
sambungan neuromuscular dan kemudian diendositosis oleh saraf motoris,
sesudah ia mengalami ia mengalami pengangkutan akson retrograt
kesitoplasminmotoneuron-alfa. Toksin keluar motoneuron dalam medulla
spinalis dan selanjutnya masuk interneuron penghambat spinal. Dimana
toksin ini menghalangi pelepasan neurotransmitter . Toksin tetanus dengan
demikian meblokade hambatan normal otot antagonis yang merupakan
dasar gerakan yang disengaja yang di koordinasi, akibatnya otot yang
terkena mempertahankan kontraksi maksimalnya, system saraf otonom
juga dibuat tidak stabil pada tetanus.
Spora yang masuk dan berada dalam lingkungan anaerobic berubah
menjadi bentuk vegetatif dan berkembang biak sambil menghasilkan toxin.
Dalam jaringan yang anaerobic ini terdapat penurunan potensial oksidasi
reduksi jaringan dan turunnya tekanan oxigen jaringan akibat adanya
nanah, nekrosis jaringan, garam kalsium yang dapat diionisasi. Secara intra
axonal toxin disalurkan ke sel saraf (cel body) yang memakan waktu sesuai
dengan panjang axonnya dan aktifitas serabutnya. Belum terdapat
perubahan elektrik dan fungsi sel saraf walaupun toksin telah terkumpul
dalam sel. Dalam sumsum belakang toksin menjalar dari sel saraf lower
motorneuron ke lekuk sinaps dan diteruskan ke ujung presinaps dari spinal
inhibitory neurin. Pada daerah inilah toksin menimbulkan gangguan pada
inhibitory transmitter dan menimbulkan kekakuan. Masa inkubasi 2 hari
sampai 2 bulan dan rata-rata 10 hari.
Ada 3 bentuk klinik dari tetanus, yaitu:
1. Tetanus lokal : otot terasa sakit, lalu timbul rigiditas dan spasme pada
bagian paroksimal luar. Gejala itu dapat menetap dalam beberapa
minggu dan menghilang tanpa sekuele.
2. Tetanus general; merupakan bentuk paling sering, timbul mendadak
dengan kaku kuduk, trismus, gelisah, mudah tersinggung dan sakit
kepala merupakan manifestasi awal. Dalam waktu singkat konstruksi
otot somatik — meluas. Timbul kejang tetanik bermacam grup otot,
menimbulkan aduksi lengan dan ekstensi ekstremitas bagian bawah.
Pada mulanya spasme berlangsung beberapa detik sampai beberapa
menit dan terpisah oleh periode relaksasi.
3. Tetanus cephalic : varian tetanus local yang jarang terjadi masa inkubasi
1-2 hari terjadi sesudah otitis media atau luka kepala dan muka. Paling
menonjol adalah disfungsi saraf III, IV, VII, IX dan XI tersering adalah
saraf otak VII diikuti tetanus umum.
Menurut berat gejala dapat dibedakan 3 stadium :
a. Trismus (3 cm) tanpa kejang-lorik umum meskipun dirangsang.
b. Trismus (3 cm atau lebih kecil) dengan kejang torik umum bila
dirangsang.
c. Trismus (1 cm) dengan kejang torik umum spontan.
1.4 tanda dan gejala
Waktu rata-rata dari infeksi hingga munculnya tanda dan gejala (masa
inkubasi) adalah 10 hari. Masa inkubasi dapat berkisar 3 hingga 21 hari.
Jenis tetanus yang paling umum disebut tetanus umum. Tanda dan
gejalanya muncul secara bertahap, kemudian semakin memburuk selama
dua minggu. Gejala biasanya muncul dari rahang dan berkembang semakin
ke bawah tubuh.
Tanda dan gejala tetanus umum meliputi:
1. Kejang otot yang menyakitkan dan otot kaku yang tidak dapat
digerakkan (kekakuan otot) di rahang.
2. Ketegangan otot di sekitar bibir, terkadang menyebabkan pengidap
menyeringai secara kuat.
3. Kejang dan kekakuan yang menyakitkan pada otot leher.
4. Kesulitan menelan.
5. Otot perut kaku.
Perkembangan tetanus menyebabkan kejang berulang yang menyakitkan,
seperti kejang yang berlangsung selama beberapa menit. Biasanya gejala
dapat berupa:
1. Leher dan punggung melengkung.
2. Kaki menjadi kaku.
3. Lengan ditarik ke atas.
4. Tangan mengepal.
Kekakuan otot di leher dan perut dapat menyebabkan pengidap kesulitan
bernapas. Kejang yang parah ini dapat dipicu oleh peristiwa kecil yang
merangsang indra, seperti suara, sentuhan fisik, angin, atau cahaya.
Seiring berkembangnya penyakit, tanda dan gejala lain yang mungkin
muncul yaitu:
1. Tekanan darah tinggi.
2. Tekanan darah rendah.
3. Detak jantung cepat.
4. Demam
5. Keringat ekstrim

https://www.academia.edu/34235755/Makalah_tetanus
file:///D:/KMB%202%20SMT%204/Modul%20Tetanus.pdf

Anda mungkin juga menyukai