Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

“An. E dengan Kejang Demam Simplek dan Hiperpireksia”


“Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Departemen Anak”
Dosen Pembimbing: Ns. Nurona Azizah, M.Biomed

Disusun oleh :

Azmiya Naufala Jayanti


200070302111006

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG

2021
Pengkajian Dasar Keperawatan Anak
An. E dengan Kejang Demam Simplek dan Hiperpireksia

A. Identitas klien
Nama : An. E No. Register : 219xxx
Usia : 1 tahun 7 bulan Tanggal Masuk : 08 Mei 2021
Jenis kelamin : Laki-laki Tanggal Pengkajian : 09 Mei 2021
Alamat : Per. Pondok Mutiara Sumber informasi : Orang tua pasien
Nama orang tua (ibu dan ayah) : Tn. N dan Ny. L
Usia orang tua (ibu dan ayah) : 41 tahun dan 42 tahun
Pekerjaan (ibu dan ayah) : Karyawan swasta semua
Pendidikan (ibu dan ayah) : S1
Agama (ibu dan ayah) : Kristen
Suku : Batak

E. Status kesehatan
sekarang 1. Keluhan
utama
• Saat MRS :
Ibu pasien mengatakan pasien mengalami kejang selama ± 1 jam, sempat tidak
sadar selama ± 2 menit, dan demam tinggi lebih dari 40°C pada tanggal 08 Mei
2021.
• Saat Pengkajian :
Ibu pasien mengatakan pasien masih demam dan diare. Pada hari pengkajian
pasien sudah BAB dua kali dengan konsistensi lembek sedikit cair warna hitam
saat pagi dan hijau saat agak siang. Saat pengkajian suhu pasien 37,5°C.
2. Lama keluhan : 2 hari
3. Kualitas keluhan : Mengganggu
4. Faktor pencetus : Ayah pasien mengatakan karena tiga hari sebelum kejang
pasien batuk dan pilek
5. Faktor pemberat : Ayah pasien mengatakan An. E suka minta jajan ke kakaknya
• Upaya yang telah dilakukan: Saat kejang kakak pasien hanya menepuk-nepuk
paha pasien dan setelah itu membawa ke puskesmas
7. Diagnose medis : Kejang demam simplek + Hiperpireksia
C. Riwayat kesehatan saat ini :
Ibu pasien mengatakan pada tanggal 08 Mei 2021 pagi tiba-tiba anak pasien menelfon
dan mengabari Ibu dan Ayah An. E apabila An. E badannya seperti kaku, tiba-tiba bergetar
selama ± 1 jam dan sempat tidak sadarkan diri selama ± 2 menit. Saat kejang Ibu
mengatakan kakak dan pengasuh pasien membiarkan pasien miring seperti biasa di kasur
dan menepuk paha pasien. Setelah kedua orang tua An. E sampai di rumah, An. E langsung
dibawa ke puskesmas dan saat diperiksa suhu tubuhnya lebih dari 40°C dan mendapat obat
kejang yang dimasukkan melalui anus (Diazepam). Setelah itu pasien dirujuk ke RS dan
dirawat di Ruang St. Theresia 201 dengan terpasang IVFD C1.4 1000 cc/24 jam (D5% in
0,225% NaCl). Ibu pasien mengatakan apabila ini pengalaman pertama An. E kejang. Saat
pengkajian juga Ibu An. E mengatakan apabila anak sedang diare. Pada tanggal 08 Mei An.
E diare sebanyak 4 kali dengan konsistensi cair dengan warna kadang hitam kadang hijau.
Pada tanggal 09 Mei 2021 siang pasien sudah BAB 2 kali dengan konsistensi cair sedikit
lembek. Saat pagi berwarna hitam, siang berwarna hijau. Ibu juga mengatakan selama di
rumah sakit nafsu makan anak sangat berkurang, padahal saat di rumah sangat suka makan
dan tidak pilih-pilih makanan.

D. Skrining Nyeri

Nyeri hilang bila: Minum obat dan istirahat

• Riwayat kesehatan terdahulu


Penyakit yang pernah dialami
Kecelakaan (jenis dan waktu)  An. E baru saja jatuh 2 minggu yang
lalu saat berlari
Operasi (jenis dan waktu)  Tidak pernah
Penyakit
• Kronis : Tidak ada
• Akut : Tidak ada
d. Terakhir MRS : Tidak pernah
2. Alergi
a. Alergi obat, sebutkan : Tidak ada
b. Alergi makanan : Tidak ada
c. Alergi lainnya : Tidak ada
d. Tidak diketahui : Tidak ada

9. Riwayat kehamilan dan persalinan


Prenatal:
Ibu pasien mengatakan rutin memeriksakan kehamilannya ke dokter. Selama hamil
ibu pasien beraktivitas seperti biasa, mengalami mual muntah sampai 6 bulan dan
pusing saat kehamilan. Ibu tidak pernah mengalami penyakit maupun gangguan
selama kehamilan.
2. Natal :
Ibu mengatakan persalinan An. E secara SC di rumah sakit. Klien lahir cukup bulan
(39 minggu), tidak ada kelainan, menangis kuat, tonus otot baik, dan ketuban jernih.
Klien dilakukan IMD dan rawat gabung. BB saat lahir 3400 gram, PB 50 cm.
3. Postnatal :
Ibu mengatakan setelah persalinan, anak mendapatkan perawatan diberi suntikan
vitamin K dan Hb0 sesuai prosedur. Masa nifas ibu normal dan tidak ada keluhan.
An. E sempat kuning hilang timbul selama ± 1 bulan.
4. Imunisasi :
Ibu mengatakan saat bayi mendapatkan imunisasi lengkap sesuai dengan jadwal dan
usia

12. Skrining Gizi


STRONG-Kidz
Parameter Sko
: r

1. Apakah pasien tampak kurus?


a. Tidak 0

b. Ya
2. Apakah terdapaat penurunan BB selama satu bulan terakhir?
0
(berdasarkan penilaian objektif data BB ada ATAU penilaian subjektif orangtua
pasien ATAU untun bayi < 1 tahun: BB tidak naik selama 3 bulan terakhir)
Parameter
: Skor

a. Tidak
b. Ya
3. Apakah terdapat salah satu dari kondisi berikut?
Diare > 5 kali/hari dan atau muntah > 3 kali/hari dalam seminggu terakhir
Asupan makanan berkurang selama 1 minggu terakhir 1

a. Ya
b. Tidak
4. Apakah terdapat penyakit atau keadaan yang mengakibatkan pasien beresiko
mengalami malnutrisi (Lihat Tabel 1) 0
a. Ya
b. Tidak
Total skor 1

▪ ▪
Diare kronik (lebih dari 2 minggu) Kelainan anatomi daerah mulut yang
▪ (Tersangka) penyakit jantung bawaan menyebabkan kesulitan makan (musal:
▪ (Tersangka) Infeksi Human bibir sumbing)
Immnunodeficiency Virus (HIV) ▪ Trauma

▪ (Tersangka) kanker Kelainan metabolik bawaan (inborn error
▪ Penyakit hati kronik metabolism)
▪ Penyakit ginjal kronik ▪ Retardasi mental
▪ TB Paru ▪ Keterlambatan perkembangan

▪ Luka Bakar luas Rencana / pasca operasi mayor (missal:
▪ Lain-lain (berdasarkan pertimbangan laparotomi, torakotomi)
dokter) ▪ Terpasang stoma

Intepretasi
skor:
Resiko rendah :0
Resiko sedang : 1-3
Resiko berat : 4-5

Z-Score?
Umur anak: 19 bulan
BB anak: 11 kg
a. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan : BB anak 11 kg, TB 80 cm
Perkembangan: Saat ini pertumbuhan dan perkembangan An. E sudah sesuai dengan
tugas pertumbuhan dan perkembangan yang harus dipenuhi anak usia 19 bulan. Ibu
mengatakan anak senang berlari-larian, bermain bola, dan anak mampu menyusun
3-4 kata.
b. Riwayat keluarga
Tidak ada keluarga yang memiliki penyakit kronis seperti DM, stroke, hipertensi.

Genogram:

Ket:

= Laki – laki

= Perempuan

X = Meninggal

b. = tinggal 1 rumah

= pasien

J. = cerai

___ = hubungan/ikatan
J. Lingkungan Rumah
1. Kebersihan : Bersih, keluarga selalu menjaga kebersihan dengan baik dan
memiliki asisten rumah tangga yang rutin membersihkan
rumah juga.
2. Bahaya kecelakaan : Rumah terdapat di area perumahan yang dekat dengan
jalan aspal kecil, terdiri dari dua lantai, terdapat tangga yang
memiliki pegangan.
3. Polusi : Rumah tidak berada dekat dengan pabrik ataupun jalan raya
sehingga tidak terlalu terkena polusi.
4. Ventilasi : Baik, terdapat jendela di setiap ruangan.
5. Pencahayaan : Terang, saat pagi jendela selalu dibuka sehingga mendapatkan
sinar matahari yang cukup, lampu dinyalakan saat mulai
malam.

K. Pola aktifitas
Jenis Rumah Rumah Sakit
Makan/minum 2 2
Mandi 2 2
Berpakaian 2 2
Toileting 1 1
Mobilitas di tempat tidur 0 2
Berpindah dan berjalan 0 2

Pemberian Skor:
0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu 1 orang, 3 = dibantu >1orang, 4 = tidak mampu

SKRINING STATUS FUNGSIONAL


Barthel Index
Indikator Skor Indikator Skor
Mengendalikan Rangsang Buang Air Besar 1 Berubah sikap dari berbaring ke duduk 2
(BAB) 0 = tidak mampu duduk seimbang
0 = tidak terkendali/tidak teratur (perlu 1 = perlu banyak bantuan untuk bisa
pencahar) duduk (2 orang)
1 = kadang-kadag tidak terkendali (1x/minggu) 2 = bantuan sedikit
2 = mandiri/mampu mengendalikan 3 = mandiri
Indikator Skor Indikator Skor
Mengendalikan Rangsang Buang Air Kecil 1 Berpindah/berjalan 3
(BAK) 0 = tidak mampu
0 = Tidak terkendali atau pakai kateter dan tidak 1 = bisa (pindah) dengan kursi roda
mampu mengendalikan 2 = berjalan dengan bantuan 1 orang
1 = kadang-kadang tidak terkendali (1x dalam 24 3 = Mandiri
jam)
2 = Mandiri
Membersihkan diri (cuci muka, sisir rambut, 0 Memakai Baju 0
sikat gigi) 0 = Tergantung orang lain
0 = Butuh pertolongan orang lain 1 = sebagian dibantu (misalnya
1 = mandiri mengacinkan baju)
Penggunaan toilet masuk dan keluar 0 Naik turun tangga 1
(melepaskan, memakai celana, memebersihkan, 0 = tidak mampu
menyiram) 1 = butuh pertolongan
0 = tergantung pertolongan orang lain 2 = mandiri
1 = perlu pertolongan pada beberapa kegiatan
tetapi dapat mengerjakan sendiri kegiatan yang
lain
2 = mendiri (masuk dan keluar, berpakaian dan
membersihkan diri)
Makan 0 Mandi 0
0 = tidak mampu 0 = Tergantung orang lain
1 = Perlu ditolong memotong makanan 1 = Mandiri
2 = mandiri
Total Skor 8

skor Barthel Index Interpretasi

20 Mandiri

12-19 Ketergantungan ringan

9-11 Ketergantungan sedang

5-8 Ketergantungan berat

0-4 Ketergantungan total


SKRINING RESIKO CIDERA / JATUH
 Beresiko rendah (skor 7-11)
 Beresiko tinggi (skor > 12)

Penilaian Resiko Jatuh Anak


Humpty Dumpty Scale
Sko
Parameter Krteria Skor Hasil Parameter Kriteria r Hasil
skore Skore
Umur Dibawah 3 th 4 Gangguan Tidak sadar terhadap 3
3-7 tahun 3 kognitif keterbatasan
7-13 tahun 2 4 Lupa keterbatasa 2 3
13 tahun 1 Mengetahui 1
kemampuan diri
Jenis Laki-laki 2 Factor Riwayat jatuh dari 4
kelamin perempuan 1 lingkungan tempat tidur saat
bayi-anak
Pasien mengguakan 3
2 alat bantu atau 2
box/mebe, 2
Pasien berada di
tempat tidur 1
Di luar ruang rawat
Diagnosis Kelainan neurologis 4 Respon Dalam 24 jam 3
Perbahan dalam 3 terhadap Dalam 48 jam 2
oksigenasi (masalah operasi/oba > 48jam 1
saluraan napas, t penenang.
dehidrasi, anemia, efek anastesi
anoreksia, 1 1
sinkop/sakit kepala
dll) 2
Kelainan 1
psikis/perilaku
Diagnosis lain
Penggunaan Bermacam-macam 3
Obat obat yang digunakan:
obat sedative
(kelcuali pasien ICU 1
yg menggunakan
sedasi dan paralisis),
hipnotik, Barbiturat,
Parameter Krteria Skor Hasil Parameter Kriteria Skor Hasil
skore Skore
fenotiazin,
antidepresan, 2
laksans/diuretika, 1
narkotika
Salah satu dari obat
di atas
Total Skor 14

L. Pola nutrisi
Jenis Rumah Rumah Sakit
Jenis makanan Makanan semi padat Makanan semi padat
Frekuensi makan 3 x/hari 1-2 x/hari
Porsi yang dihabiskan 1 porsi ½ porsi
Komposisi menu Nasi, sup, lauk Nasi, sup, lauk
Pantangan Coklat Coklat
Nafsu makan Baik Sedikit menurun
Jenis minuman Air putih dan ASI Air putih dan ASI
Frekuensi minum 7-8 x/hari 5-6 x/hari
Jumlah minuman ± 1000 cc/hari ± 700 cc

M. Pola eliminasi
1. BAB
Jenis Rumah Rumah Sakit
Frekuensi 1 kali/hari 3-4 kali selama di RS
Konsistensi Lembek Cair
Warna/bau Kecoklatan/khas feses Hitam atau hijau/bau khas
feses
Kesulitan Tidak ada Tidak ada
Upaya menangani Tidak ada Tidak ada

2. BAK
Jenis Rumah Rumah Sakit
Frekuensi Ganti popok 4-6 x/hari Ganti popok 4-6 x/hari
Warna/bau Kuning jernih Kuning jernih
Kesulitan Tidak ada Tidak ada
Jenis Rumah Rumah Sakit
Upaya menangani Tidak ada Tidak ada

N. Pola istirahat tidur


1. Tidur siang
Jenis Rumah Rumah Sakit
Lama tidur 2 jam (11.00-13.00) 1 – 2 jam (10.00-12.00)
Kenyamanan setelah tidur Terkadang rewel Terkadang rewel

2. Tidur malam
Jenis Rumah Rumah Sakit
Lama tidur 8 jam (21.00-05.00) 8 jam (21.00-05.00)
Kenyamanan setelah tidur Terkadang rewel Terkadang rewel
Kebiasaan sebelum tidur Minum susu dan berdoa Minum susu dan berdoa
Kesulitan Tidak ada Terkadang rewel karena
tidak nyaman
Upaya mengatasi Tidak ada Menggendong

O. Pola kebersihan diri


Jenis Rumah Rumah Sakit
Mandi Ya Seka
Frekuensi 2 x sehari 1 kali
Menggunakan sabun Ya Ya
Keramas Ya Belum keramas
Frekuensi 2 x/hari -
Penggunaan shampoo Ya -
Menggosok gigi Ya Tidak gosok gigi
Frekuensi 2x sehari -
Penggunaan pasta gigi Ya -
Frekuensi ganti baju 2x sehari 2x sehari
Frekuensi memotong kuku Jika panjang Belum dilakukan
Kesulitan Tidak ada Tidak ada
Upaya untuk mengatasi Tidak ada Tidak ada

P. Pola koping keluarga


1. Pengambil keputusan: Kepala keluarga yaitu ayahnya dengan musyawarah dengan
angggota keluarga lain terlebih dahulu.
2. Masalah terkait dengan anak di RS atau penyakit: Anak ditemani oleh Ibu saat di RS
terkadang juga bersama Ayahnya. Sehingga harus membagi waktu untuk bekerja
dan menjaga anak di RS serta anak yang di rumah.
3. Yang biasa dilakukan keluarga apabila mengalami masalah: menyelesaikan secara
bersama-sama, saling mendukung satu sama lain dan berdoa kepada Tuhan untuk
kesembuhan An. E.
4. Harapan setelah anak menjalani perawatan: An. E bisa beraktivitas seperti biasa dan
cepat sembuh.
5. Perubahan yang dirasakan setelah anak sakit: Ibu dan Ayah terkadang merasa
khawatir dengan kondisi anaknya dan juga harus bisa membagi waktu lebih banyak
di RS.

Q. Konsep diri
1. Gambaran diri : -
2. Ideal diri :-
3. Harga diri :-
4. Peran : Anak bungsu dari 3 bersaudara
5. Identitas diri : -

R. Pola peran dan hubungan


1. Peran dalam keluarga : Anak
2. System pendukung keluarga : Ayah dan Ibu
3. Kesulitan dalam keluarga : Tidak ada
4. Masalah tentang peran/hubungan dengan keluarga selama perawatan anak di
rumah sakit: Keluarga saling berhubungan baik
: Berdoa dan mendampingi anak agar segera
5. Upaya yang dilakukan sembuh

S. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : Cukup
• Kesadaran : Compos mentis
• Tanda-tanda vital
o Tekanan darah: -
o Nadi : 150 x/menit
o Suhu : 37.5°C
o RR : 22 x/menit
o SPO2 : 98%
Berat badan: 11
• Tinggi badan: 80 cm kg
2. Kepala & leher
a. Kepala : Bulat, simetris, persebaran rambut merata dan cukup lebat, warna
rambut hitam tidak terdapat bengkak, masa dan luka
b. Mata : Mata simetris, anemis (-), sklera tidak ikterik, fungsi penglihatan
normal, tidak ada katarak, tidak ada nyeri tekan
c. Hidung : Bentuk simetris, tidak ada devisiasi septum nasal, tidak ada polip,
pernapasan cuping hidung (-), sekret (-), tidak ada nyeri tekan
d. Mulut dan tenggorokan : Mukosa bibir sedikit kering, sedikit pucat, berwarna
pink kemerahan, tidak ada nyeri tekan di leher
e. Telinga : Bersih, tidak ada serumen, tidak ada pembengkakan, simetris, tidak
ada nyeri tekan
f. Thorak dan dada
a. Jantung: Tidak ada benjolan, dullnes, tidak ada pembesaran jantung, bunyi
SI dan SII tungal, reguler, murmur (-), gallop (-)
b. Paru: Pergerakan dinding dada simetris, RR: 22 x/menit, tidak ada luka di
dada, vokal fremitus kanan kiri terdengar normal, retraksi dada ringan (+),
gerakan dinding dada asimetris, perkusi sonor, ronkhi (-), wheezing (-)
3. Payudara dan ketiak : Simetris, tidak ada lesi, tidak ada masa atau benjolan, tidak
ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada nyeri tekan
4. Punggung dan tulang belakang: Tidak ada perubahan bentuk tulang belakang
lordosis (-), kifosis (-), dan scoliosis (-) maupun fraktur pada tulang belakang, tidak
ada nyeri tekan
5. Abdomen : Tidak ada memar pada perut, tidak tampak kemerahan, dan tidak ada
keluarnya cairan, tidak teraba masa, distensi otot abdomen (-), nyeri tekan (-),
pembesaran hepar (-), asites (-)
6. Genetalia dan anus: Tidak terkaji
7. Ekstremitas
• Atas : Bentuk simetris, tidak ada kelainan bentuk, terpasang infus pada
tangan kanan, bisa bergerak mandiri
• Bawah : Bentuk simetris, tidak ada kelainan bentuk, bisa bergerak mandiri
8. System neurologi: GCS E4V5M6 Reflek fisiologis +/+ Reflek patologis -/-
9. Kulit dan kuku: akral hangat, CRT <2 detik, tampak pucat pada wajah dan bibir (+)

T. Hasil Pemeriksaan Penunjang Darah Lengkap


Tanggal pemeriksaan: 09 Mei 2021
Jenis Hasil Satuan Nilai Normal
Hitung Jenis
Neutrofil 81.8 (H) % 32-52
Limfosit 13.0 (L) % 30-60
Eosinophil 0.1 (L) % 1-3
Jumlah Neutrofil 9.9 (H) 10ᶺ3/µL 1.5-7.0
Rasio Neutrofil : 6.188 (H) <3.13
Limfosit
SE
Natrium (Na) 130 (L) mEq/L 135-145
Kalium (K) 3.48 (L) mEq/L 3.50-5.50

U. Terapi
IVFD C 1.4 (D5% in 0,225% NaCl) 1000 cc/24 jam, 13 tpm
Santagesik 3x120 mg
Phenitoin 3x20 mg
Ceftriaxone 1x500 mg
Sanmol 3x120 mg
Lacto-B 2x1
Zinc 1x1

Kategori dan Subkategori Data Subjektif dan Objektif

Fisiologis Respirasi

Sirkulasi

Nutrisi dan Cairan DS:


1. Ibu pasien mengatakan pasien masih demam dan
diare. Pada hari pengkajian pasien sudah BAB
dua kali dengan konsistensi lembek sedikit cair
warna hitam saat pagi dan hijau saat agak siang
2. Ibu juga mengatakan selama di rumah sakit nafsu
Kategori dan Subkategori Data Subjektif dan Objektif

makan anak sangat berkurang, padahal saat di


rumah sangat suka makan dan tidak pilih-pilih
makanan
DO:
1. Pasien terpasang infus C1.4
2. Skrining gizi Strong-Kidz menunjukkan risiko
sedang
3. BB anak 11 kg, TB anak 80 cm
4. Pola makan di rumah sakit menurun
5. Nadi 150 x/menit, suhu 37.5°C, RR 22 x/menit,
SPO2 98%
6. Mukosa sedikit kering dan pucat
7. Natrium 130 mEq/L (Low), Kalium 3.48 mEq/L
(Low)
Eliminasi

Aktivitas
dan Istirahat
Neurosensori
Reproduksi
dan Seksualitas
Psikologis Nyeri dan
Kenyamanan
Integritas Ego

Pertumbuhan
dan
Perkembangan
Perilaku Kebersihan Diri
Penyuluhan
dan
Pembelajaran
Relasional Interaksi Sosial
Kategori dan Subkategori Data Subjektif dan Objektif

Lingkungan Keamanan dan DS:


Proteksi 1. Ibu pasien mengatakan pasien mengalami kejang
selama ± 1 jam, sempat tidak sadar selama ± 2
menit,
dan demam tinggi lebih dari 40°C pada tanggal 08
Mei 2021
2. Ibu pasien mengatakan pasien masih demam dan
diare
3. Saat kejang Ibu mengatakan kakak dan pengasuh
pasien membiarkan pasien miring seperti biasa di
kasur dan menepuk paha pasien
4. Ibu mengatakan An. E baru saja jatuh 2 minggu yang
lalu saat berlari
DO:
1. Pasien berada pada masa perkembangan senang
berlari dan bermain
2. Pasien terpasang infus C1.4
3. Skrining Humpty Dumpty 14 (risiko tinggi jatuh)
4. Akral hangat
5. Nadi 150 x/menit, suhu 37.5°C, RR 22 x/menit, SPO2
98%
6. Mukosa sedikit kering dan pucat
7. Neutrofil 81.8% (H), Limfosit 13.0% (L), Eosinofil
0.1% (L)
8. Natrium 130 mEq/L (Low), Kalium 3.48 mEq/L
(Low)
ANALISIS DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

KEPERAWATAN

1. DS: Pelepasan muatan listrik Hipertermia


- Ibu pasien semakin meluas ke seluruh
mengatakan pasien sel maupun membran sel
mengalami kejang sekitarnya dengan bantuan
selama ± 1 jam, sempat neurotransmiter
tidak sadar selama ± 2
menit,dan demam tinggi Kejang
lebih dari 40°C pada
tanggal 08 Mei 2021 Susunan saraf pusat
- Ibu pasien terganggu
mengatakan pasien
masih demam. Hambatan pada pusat
- Ibu mengatakan An. E pernafasan
baru saja jatuh 2 minggu
yang lalu saat berlari Kejang lebih dari 15 menit
DO:
- Suhu awal (tanggal 8): Kontraksi otot meningkat

40 C
Metabolisme meningkat
-Suhu: 37,5 C
-HR: 150 x/mnt,
Suhu tubuh meningkat

Hipertermia
2. DS: Faktor makanan Diare
- Ibu pasien
mengatakan pasien Usus tidak mampu
masih diare. Pada hari memetabolisme
pengkajian pasien
sudah BAB dua kali Hiperperistaltik
dengan konsistensi
lembek sedikit cair BAB sering
warna hitam saat pagi
dan hijau saat agak
siang Diare
- Ayah pasien
mengatakan An. E suka
minta jajan ke kakaknya

DO:

- Frekuensi BAB di RS 3-
4 kali, konsistensi cair,
warna hitam atau hjau
bau khas feses
- Terpasang infus C 1.4
- Tampak pucat pada
wajah dan bibir
TTV:
-Suhu: 37,5 C
-HR: 150 x/mnt,
- RR: 22x/menit
3. Dengan faktor risiko: Faktor makanan Risiko

-Ketidakseimbangan ketidakseimbangan
Usus tidak mampu
cairan elektrolit
memetabolisme
- Diare
Hiperperistaltik
DS:
- Ibu pasien
Diare
mengatakan pasien
masih diare. Pada hari
BAB sering
pengkajian pasien
sudah BAB dua kali
Kadar elektrolit menurun
dengan konsistensi
lembek sedikit cair (hiponatremia,

warna hitam saat pagi hipokalemia)

dan hijau saat agak


siang Risiko ketidakseimbangan

- Ayah pasien elektrolit

mengatakan An. E suka


minta jajan ke kakaknya
DO:

- Frekuensi BAB di RS 3-
4 kali, konsistensi cair,
warna hitam atau hjau
bau khas feses
- Terpasang infus C 1.4
- Tampak pucat pada
wajah dan bibir
TTV:
-Suhu: 37,5 C
-HR: 150 x/mnt,
- RR: 22x/menit

- Natrium 130 mEq/L

- Kalium 3.48 mEq/L

4. Dengan faktor risiko: Kondisi Pasien yang Risiko defisit nutrisi


-Peningkatan kebutuhan mengalami diare dan
metabolisme demam
- Faktor psikologis (nafsu
makan menurun) Nafsu makan menurun

DS: Frekuensi makan 1-2


- Ibu mengatakan selama x/hari, porsi yang
di RS makan anak sangat dihabiskan 1/2 porsi, nafsu
berkurang, padahal saat makan sedikit menurun,
di rumah sangat suka frekuensi minum 5-6x/hari,
makan dan tidak pilih-pilih jumlah minuman ± 700 cc
makanan
Penurunan asupan nutrisi
DO: pasien
- Frekuensi makan 1-2
x/hari, porsi yang Risiko defisit nutrisi
dihabiskan 1/2 porsi,
nafsu makan sedikit
menurun, frekuensi
minum 5-6x/hari, jumlah
minuman ± 700 cc
- Umur : 19 bulan
- BB : 11 kg
- TB: 80 cm
- Terpasang infus C 1.4
- Tampak pucat pada
wajah dan bibir
TTV:
-Suhu: 37,5 C
-HR: 150 x/mnt,
- RR: 22x/menit
- Strong-Kidzz: 1 (Risiko
sedang)
5. DS: Kondisi Pasien yang Risiko Cedera
- Ibu pasien mengalami diare dan
mengatakan pasien demam
masih demam dan
diare, pada hari Pasien berada di tempat
pengkajian pasien tidur
sudah BAB dua kali
Skor Barthel index: 8
DO: (Ketergantungan berat) dan
- Skor Barthel index: 8 Skor humpty dumpty: 14
(Ketergantungan berat) (Risiko tinggi)
- Skor humpty dumpty: 14
(Risiko tinggi) Riwayat kejang sebelum
- Umur: 1 tahun dibawa ke RS
- Pasien berada di tempat
tidur Risiko cedera
- Pasien terpasang infus

TTV:
-Suhu: 37,5 C
-HR: 150 x/mnt,
- RR: 22x/menit
6. Dengan faktor risiko: Faktor makanan Risiko Infeksi

-Gangguan peristaltik
Infeksi (virus, bakteri,
-Peningkatan paparan
parasit)
organisme patogen
Diare
lingkungan

Neutrofil meningkat, limfosit


DS: menurun, eosinofil
- Ibu pasien menurun
mengatakan pasien
masih demam dan Kemampuan tubuh untuk
diare, pada hari melawan infeksi terganggu
pengkajian pasien
sudah BAB dua kali Risiko infeksi

DO:
-Suhu: 37,5 C
-HR: 150 x/mnt,
- RR: 22x/menit

- Neutrofil: 81.8% (H),

-Limfosit: 13.0% (L),

-Eosinofil: 0.1% (L)

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hipertermia b.d proses penyakit, peningkatan laju metabolisme d.d suhu tubuh di

atas normal, kejang, takikardi

2. Risiko cedera d.d kejang, skor humpty dumpty: 14 (Risiko tinggi)

3. Diare b.d terpapar kontaminan d.d defekasi lebih dari tiga kali dalam 24 jam,

feses lembek atau cair

4. Risiko ketidakseimbangan elektrolit d.d ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

(hopinatremia dan hipokalemia)


5. Risiko defisit nutrisi d.d peningkatan kebutuhan metabolisme, faktor psikologis

(nafsu makan menurun)

6. Risiko infeksi d.d Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan,

gangguan peristaltik
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NO Dx Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Keperawatan

1. Hipertermia b.d proses Setelah dilakukan tindakan keperawatan Intervensi utama: Manajemen hipertermia
Observasi
penyakit, peningkatan selama 3x24 jam maka termoregulasi
1. Identifikasi penyebab hipertermia
laju metabolisme d.d membaik, dengan kriteria hasil:
2. Monitor suhu tubuh
suhu tubuh di atas - Kejang menurun 3. Monitor kadar elektrolit
Terapeutik
normal, kejang, takikardi - Takikardi menurun
1. Sediakan lingkungan yang dingin
- Suhu tubuh membaik
2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Suhu kulit membaik 3. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
4. Berikan cairan oral
5. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
6. Beri oksigen
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena

Intervensi utama: Pemantauan Manajemen kejang


Observasi
1. Monitor terjadinya kejang berulang
2. Monitor karakteristik kejang
3. Monitor status neurologis
4. Monitor tanda-tanda vital
Terapeutik
1. Baringkan pasien agar tidak jatuh
2. Berikan alas empuk di bawah kepala
3. Pertahankan kepatenan jalan nafas
4. Longgarkan pakaian, terutama bagian leher
5. Dampingi selama periode kejang
6. Jauhkan benda-benda berbahaya terutama benda tajam
7. Catat durasi kejang
8. Reorientasikan setelah periode kejang
9. Dokumentasikan periode terjadinya kejang
10. Pasang akses IV
11. Berikan oksigen

Edukasi
1. Anjurkan keluarga menghindari memasukkan apapun ke
dalam mulut pasien saat periode kejang
2. Anjurkan keluarga tidak menggunakan kekerasan untuk
menahan gerakan pasien
Kolaborasi
1.Kolaborasi pemberian antikonvulsan
2. Risiko cedera d.d kejang, Setelah dilakukan tindakan keperawatan Intervensi utama: Pencegahan cedera
selama 3x24 jam maka tingkat cedera Observasi
skor humpty dumpty: 14
menurun, dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi area lingkungan yang berpotensi
(Risiko tinggi)
- Toleransi aktivitas meningkat menyebabkan cedera
- Frekuensi nadi membaik 2. Identifikasi obat yang berpotensi menyebabkan cedera
- Ekspresi wajah kesakitan menurun Terapeutik
1. Sediakan pencahayaan yang memadai
2. Gunakan lampu tidur selama tidur
3. Gunakan alas lantai jika berisiko mengalami cedera serius
4. Pastikan barang-barang pribadi mudah dijangkau
Edukasi
1. Jelaskan alasan intervensi pencegahan ke pasien dan
keluarga
1. Anjurkan berganti posisi secara perlahan dan duduk
selama beberapa menit sebelum berdiri
3. Diare b.d terpapar Setelah dilakukan tindakan keperawatan Intervensi utama: Manajemen diare
Observasi
kontaminan d.d defekasi selama 3x24 jam maka eleminasi fekal,
1. Identifikasi penyebab diare
lebih dari tiga kali dalam dengan kriteria hasil:
24 jam, feses lembek - Kontrol pengeluaran feses meningkat 2. Identifikasi riwayat pemberian makan
3. Monitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja
atau cair - Konsistensi feses membaik
4. Monitor jumlah pengeluaran diare
- Frekuensi defekasi membaik
5. Monitor iritasi dan ulserasi kulit di daerah perianal
Terapeutik
1.Berikan asupan cairan oral (mis. Larutan garam gula,
oralit)
2.Pasang jalur intravena
3.Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan
elektrolit
4.Ambil sampel feses untuk kultur
Edukasi
1. Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap
2. Anjurkan menghindari makanan pembentuk gas, pedas
dan mengandung laktosa
3. Anjurkan melanjutkan pemberian ASI
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat antimotilitas
2. Kolaborasi pemberian obat antispasmodik/spasmolitik
3. Kolaborasi pemberian obat pengeras feses
4. Risiko Setelah dilakukan tindakan keperawatan Intervensi utama: Manajemen elektrolit: hiponatremia
ketidakseimbangan selama 3x24 jam maka Keseimbangan Observasi
1. Monitor tanda dan gejala penurunan kadar natrium
elektrolit d.d cairan meningkat, dengan kriteria hasil:
2. Identifikasi penyebab hiponatremia
ketidakseimbangan - Kelembaban membran mukosa meningkat
3. Periksa tanda-tanda kelebihan cairan untuk indikasi
cairan dan elektrolit retriksi cairan
4. Monitor intake dan output cairan
(hopinatremia dan Setelah dilakukan tindakan keperawatan
5. Monitor kadar natrium serum dan/atau urin
hipokalemia) selama 3x24 jam maka Keseimbangan
6. Monitor gejala kejang pada hiponatremia berat
elektrolit meningkat, dengan kriteria hasil: Terapeutik
1. Pertahankan akses intravena
- Serum kalium meningkat
2. Hitung kebutuhan natrium
- Serum kalium meningkat
3. Hindari koreksi natrium lebih dari 8 mEq dalam periode 24
jam
Edukasi
1.Anjurkan asupan makanan mengandung natrium

Intervensi utama: Manajemen ekeltrolit: hipokalemia


Observasi
1. Monitor tanda dan gejala penurunan kadar kalium
2. Identifikasi penyebab hipokalemia
3. Monitor intake dan output cairan
4. Monitor kadar kalium serum dan/atau urin
Terapeutik
1. Pertahankan akses intravena
4. Berikan suplemen kalium
5. Hindari pemberian KCl jika haluaran urin <0,5
mL/kgBB/jam
6. Hindari pemberian kalium secara intramuskuler
7. Hindari pemberian kalium secara bolus
Edukasi
1.Anjurkan modifikasi diet tinggi kalium
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian KCl oral, sesuai indikasi
2. Kolaborasi pemberian KCl intravena, sesuai indikasi

Intervensi utama: Manajemen cairan


Observasi
1. Monitor status hidrasi (mis. Frekuensi nadi, kekuatan nadi,
akral, pengisian kapiler, kelembapan mukosa, turgor kulit,
tekanan darah
2. Monitor berat badan harian
3. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
4. Monitor status hemodinamik
Terapeutik
1. Catat intake dan output dan hitung balance cairan
2. Berikan asupan cairan
3. Berikan cairan intravena
Kolaborasi
1.Kolaborasi pemberian diuretik
5. Risiko defisit nutrisi d.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Intervensi utama: Manajemen nurtisi
Observasi
peningkatan kebutuhan selama 3x24 jam maka Nafsu makan
1. Identifikasi status nutrisi
metabolisme, faktor membaik, dengan kriteria hasil:
2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
psikologis (nafsu makan - Keinginan makan 3. Monitor asupan makanan
4. Monitor berat badan
menurun) - Asupan makanan
5. Monitor hasil laboratorium
- Asupan cairan
Terapeutik
- Kemampuan menikmati makanan 1. Fasilitasi menentukan pedoman diet
2. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Asupan nutrisi
3. Berikan suplemen makanan, jika perlu
Edukasi
1. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1. Anjurkan pemberian medikasi sebelum makan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan

Intervensi pendukung: Pemantauan nutrisi


Observasi
1. Identifikasi faktor yang mempengaruhi asupan gizi
2. Identifikasi perubahan berat badan
3. Identifikasi kelainan pada kulit
4. Identifikasi kelainan pada rambut
5. Identifikasi pola makan
6. Monitor warna konjungtiva
7. Monitor hasil laboratorium
Terapeutik
1. Timbang berat badan
2. Ukur antropometrik komposisi tubuh
3. Hitung perubahan berat badan
4. Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
1.Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2.Informasikan hasil pemantauan
6. Risiko infeksi d.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Intervensi utama: Pencegahan infeksi
Peningkatan paparan selama 3x24 jam maka kontrol risiko
Observasi
organisme patogen meningkat, dengan kriteria hasil:
1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
lingkungan, gangguan - Kemampuan melakukan strategi kontrol
Terapeutik
peristaltik risiko 1. Berikan perawatan kulit pada area edema
2. Cuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan pasien
- Penggunaan sistem pendukung meningkat
dan lingkungan sekitar
- Pemantauan perubahan status kesehatan
3. Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi
meningkat Edukasi
2. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Kemampuan menghindari faktor risiko
3. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
meningkat
4. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
5. Anjurkan meningkatkan asupan cairan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3x24 jam maka status imun

membaik, dengan kriteria hasil:

- Suhu tubuh membaik

- Sel darah putih membaik


IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Ruang :- Tanggal Pengkajian : 9 Mei 2021


Nama Pasien : An. E Diagnosis medis : Kejang Demam Simplek dan Hiperpireksia
Tanggal Dx Kep Jam Implementasi Evaluasi
Hipertermia b.d SIKI: Manajemen hipertermia Termoregulasi membaik, dengan kriteria hasil:
Observasi
proses penyakit, - Kejang menurun
1. Identifikasi penyebab hipertermia
peningkatan laju - Takikardi menurun
2. Monitor suhu tubuh
metabolisme d.d 3. Monitor kadar elektrolit - Suhu tubuh membaik
Terapeutik
suhu tubuh di atas - Suhu kulit membaik
1. Sediakan lingkungan yang dingin
normal, kejang,
2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
takikardi 3. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
4. Berikan cairan oral
5. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
6. Beri oksigen
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena

SIKI: Pemantauan Manajemen kejang


Observasi
1. Monitor terjadinya kejang berulang
2. Monitor karakteristik kejang
3. Monitor status neurologis
4. Monitor tanda-tanda vital
Terapeutik
1. Baringkan pasien agar tidak jatuh
2. Berikan alas empuk di bawah kepala
3. Pertahankan kepatenan jalan nafas
4. Longgarkan pakaian, terutama bagian leher
5. Dampingi selama periode kejang
6. Jauhkan benda-benda berbahaya terutama
benda tajam
7. Catat durasi kejang
8. Reorientasikan setelah periode kejang
9. Dokumentasikan periode terjadinya kejang
10. Pasang akses IV
11. Berikan oksigen
Edukasi
1. Anjurkan keluarga menghindari memasukkan
apapun ke dalam mulut pasien saat periode
kejang
2. Anjurkan keluarga tidak menggunakan
kekerasan untuk menahan gerakan pasien
Kolaborasi
1.Kolaborasi pemberian antikonvulsan
Risiko cedera d.d SIKI: Pencegahan cedera Tingkat cedera menurun, dengan kriteria hasil:
Observasi - Toleransi aktivitas meningkat
kejang, skor
1. Identifikasi area lingkungan yang berpotensi - Frekuensi nadi membaik
humpty dumpty: 14
menyebabkan cedera - Ekspresi wajah kesakitan menurun
(Risiko tinggi) 2. Identifikasi obat yang berpotensi
menyebabkan cedera
Terapeutik
1. Sediakan pencahayaan yang memadai
2. Gunakan lampu tidur selama tidur
3. Gunakan alas lantai jika berisiko mengalami
cedera serius
4. Pastikan barang-barang pribadi mudah
dijangkau
Edukasi
1. Jelaskan alasan intervensi pencegahan ke
pasien dan keluarga
6. Anjurkan berganti posisi secara perlahan dan
duduk selama beberapa menit sebelum berdiri
Diare b.d terpapar SIKI: Manajemen diare Eleminasi fekal, dengan kriteria hasil:
Observasi
kontaminan d.d - Kontrol pengeluaran feses meningkat
1. Identifikasi penyebab diare
defekasi lebih dari - Konsistensi feses membaik
2. Identifikasi riwayat pemberian makan
tiga kali dalam 24 3.Monitor warna, volume, frekuensi, dan - Frekuensi defekasi membaik
konsistensi tinja
jam, feses lembek
4.Monitor jumlah pengeluaran diare
atau cair
5.Monitor iritasi dan ulserasi kulit di daerah
perianal
Terapeutik
1.Berikan asupan cairan oral (mis. Larutan
garam gula, oralit)
2.Pasang jalur intravena
3.Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah
lengkap dan elektrolit
4.Ambil sampel feses untuk kultur
Edukasi
1. Anjurkan makanan porsi kecil dan sering
secara bertahap
2. Anjurkan menghindari makanan pembentuk
gas, pedas dan mengandung laktosa
3. Anjurkan melanjutkan pemberian ASI
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat antimotilitas
2. Kolaborasi pemberian obat
antispasmodik/spasmolitik
3. Kolaborasi pemberian obat pengeras feses
Risiko SIKI: Manajemen elektrolit: hiponatremia Keseimbangan cairan meningkat, dengan
Observasi
ketidakseimbanga kriteria hasil:
1. Monitor tanda dan gejala penurunan kadar
n elektrolit d.d - Kelembaban membran mukosa meningkat
natrium
ketidakseimbanga 2. Identifikasi penyebab hiponatremia
3. Periksa tanda-tanda kelebihan cairan untuk
n cairan dan Keseimbangan elektrolit meningkat, dengan
indikasi retriksi cairan
elektrolit kriteria hasil:
4. Monitor intake dan output cairan
(hopinatremia dan 5. Monitor kadar natrium serum dan/atau urin - Serum kalium meningkat
6. Monitor gejala kejang pada hiponatremia - Serum kalium meningkat
hipokalemia)
berat
Terapeutik
1. Pertahankan akses intravena
2. Hitung kebutuhan natrium
3. Hindari koreksi natrium lebih dari 8 mEq
dalam periode 24 jam
Edukasi
1.Anjurkan asupan makanan mengandung
natrium

SIKI: Manajemen ekeltrolit: hipokalemia


Observasi
1. Monitor tanda dan gejala penurunan kadar
kalium
2. Identifikasi penyebab hipokalemia
3. Monitor intake dan output cairan
4. Monitor kadar kalium serum dan/atau urin
Terapeutik
1. Pertahankan akses intravena
2. Berikan suplemen kalium
3. Hindari pemberian KCl jika haluaran urin <0,5
mL/kgBB/jam
4. Hindari pemberian kalium secara
intramuskuler
5. Hindari pemberian kalium secara bolus
Edukasi
1.Anjurkan modifikasi diet tinggi kalium
Kolaborasi
1.Kolaborasi pemberian KCl oral, sesuai
indikasi
2.Kolaborasi pemberian KCl intravena, sesuai
indikasi

SIKI: Manajemen cairan


Observasi
1.Monitor status hidrasi (mis. Frekuensi nadi,
kekuatan nadi, akral, pengisian kapiler,
kelembapan mukosa, turgor kulit, tekanan
darah
2.Monitor berat badan harian
3.Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
4.Monitor status hemodinamik
Terapeutik
1. Catat intake dan output dan hitung balance
cairan
2. Berikan asupan cairan
3. Berikan cairan intravena
Kolaborasi
1.Kolaborasi pemberian diuretik
Risiko defisit nutrisi SIKI: Manajemen nurtisi Nafsu makan membaik, dengan kriteria hasil:
Observasi
d.d peningkatan - Keinginan makan
1. Identifikasi status nutrisi
kebutuhan - Asupan makanan
2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
metabolisme, 3. Monitor asupan makanan - Asupan cairan
4. Monitor berat badan
faktor psikologis - Kemampuan menikmati makanan
5. Monitor hasil laboratorium
(nafsu makan - Asupan nutrisi
Terapeutik
menurun) 1. Fasilitasi menentukan pedoman diet
2. Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
3. Berikan suplemen makanan, jika perlu
Edukasi
1. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1.Anjurkan pemberian medikasi sebelum
makan
2.Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan

SIKI: Pemantauan nutrisi


Observasi
1.Identifikasi faktor yang mempengaruhi
asupan gizi
2.Identifikasi perubahan berat badan
3.Identifikasi kelainan pada kulit
4.Identifikasi kelainan pada rambut
5.Identifikasi pola makan
6.Monitor warna konjungtiva
7.Monitor hasil laboratorium
Terapeutik
1. Timbang berat badan
2. Ukur antropometrik komposisi tubuh
3. Hitung perubahan berat badan
4. Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
1.Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2.Informasikan hasil pemantauan
Risiko infeksi d.d SIKI: Pencegahan infeksi Kontrol risiko meningkat, dengan kriteria hasil:
Observasi
Peningkatan - Kemampuan melakukan strategi kontrol risiko
1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
paparan - Penggunaan sistem pendukung meningkat
sistemik
organisme patogen Terapeutik - Pemantauan perubahan status kesehatan
1. Berikan perawatan kulit pada area edema
lingkungan, meningkat
2. Cuci tangan sebelum dan setelah kontak
gangguan - Kemampuan menghindari faktor risiko
dengan pasien dan lingkungan sekitar
peristaltik 3. Pertahankan teknik aseptik pada pasien meningkat
berisiko tinggi
Edukasi
Status imun membaik, dengan kriteria hasil:
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar - Suhu tubuh membaik
3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Sel darah putih membaik
4. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
DAFTAR REFERENSI

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia


(SDKI). Edisi 1, Jakarta Selatan: DPP PPNI
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).
Edisi 1, Jakarta Selatan: DPP PPNI
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI). Edisi 1, Jakarta Selatan: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai