Anda di halaman 1dari 2

Pada makalah dijelaskan bahwa autisme merupakan gangguan perkembangan pervasif yang

secara menyeluruh mengganggu fungsi kognitif, emosi dan psikomotorik pada anak, sehingga
mengganggu dalam berinteraksi secara sosial, berkomunikasi dan berbahasa maupun dalam
perilaku. Menurut kelompok bagaimana anak dengan autisme ini tetap bisa berinteraksi dan
berkomunikasi dengan baik bersama teman sebayanya sehingga anak tersebut bisa merasakan
hal yang sama seperti anak lainnya?
Pada makalah dijelaskan bahwa autisme merupakan gangguan perkembangan pervasif yang
secara menyeluruh mengganggu fungsi kognitif, emosi dan psikomotorik pada anak, sehingga
mengganggu dalam berinteraksi secara sosial, berkomunikasi dan berbahasa maupun dalam
perilaku. Menurut kelompok bagaimana teknik atau cara dalam mendidik anak dengan
autisme ini agar anak tetap bisa berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik bersama teman
sebayanya sehingga anak tersebut tidak merasa berbeda dan bisa merasakan hal yang sama
seperti anak lainnya?

Ayu Purnama_1911212004
Anak dengan autisme memang juga perlu diajari untuk bersosialisasi agar mudah bergaul
dengan anak-anak sebayanya. Menurut saya cara anak autism ini agar tetap bisa berinteraksi
dan berkomunikasi dengan baik bersama teman sebayanya adalah: Peran Orang Tua/Pola
Komunikasi Ortu
Keluarga merupakan lembaga pertama dan utama bagi anak dalam proses pertumbuhan dan
perkembangannya bahkan dalam usaha pendidikan dan pembinaan untuk menjadi manusia
dewasa yang sehat jasmani, rohani dan sosial. Didalam keluarga orang tua (ayah-ibu)
mempunyai tugas, fungsi dan peran yang sangat penting dalam menuntun dan mengarahkan
proses pertumbuhan dan perkembangan emosi,berpikir dan sosial psikologis serta rohani
anak menuju kematangan/kedewasaan yang cerdas, terampil dan berbudi pekerti yang luhur.
Perlu dipahami bahwa anak autis dapat mencapai pertumbuhan yang optimal jika didukung
dengan penanganan yang baik. Penanganan yang baik ini membutuhkan keterbukaan dari
orangtua untuk mengkomunikasikan kondisi anak mereka secara jujur pada dokter jiwa anak,
dokter anak, terapis, psikolog, guru di sekolah, termasuk saudara-saudara di dalam keluarga
besar. Jadi bekerjasamalah dengan mereka.
 Ajarkan dia berkomunikasi layaknya anak-anak
Terapi berbicara untuk anak-anak autis memang terbilang penting. Jadi, selain melakukan
terapi berbicara, sebagai orang tuapun wajib mengajarkan cara berkomunikasi layaknya anak-
anak. Misalnya, ketika anak diberi mainan oleh temannya. Ketimbang merespons dengan
kalimat “Terima kasih banyak atas hadiahnya yang indah”, lebih baik ucapkan “Wah! Ini
keren, makasih ya!”.
 Ajarkan dia untuk bermain bersama
Anak dengan autisme memang lebih suka bermain sendiri ketimbang bergabung dengan
temannya. Ketika anak lain suka bermain rumah-rumahan dan memberikan makan boneka
mereka, anak autis akan lebih suka bermain lego sendiri atau bermain teka-teki yang sama
berulang kali. Tidak mengapa memang, tetapi ada kalanya juga mesti mengajak anak dengan
autisme untuk bermain secara tim atau membangun lego bersama. Tujuannya, agar dia
terbiasa berinteraksi dengan orang banyak (belajar bergantian).
 Ajaklah ke taman bermain
Jangan terlalu sering membiarkan anak bermain sendiri di rumah. Sesekali, ajaklah bermain
di luar, terutama taman bermain. Saat anak dengan autisme bermain di playground, sebagai
orang tua bisa mengajarkannya cara berjalan di garis lurus, belajar mengantre atau bergantian
dengan anak-anak yang lain, belajar mengayun, belajar meluncur, belajar melompat, serta
belajar memanjat atau meluncur yang aman. Dalam kondisi itu, ajari juga anak autis untuk
meminta pertolongan kepada orang dewasa andai kata mereka membutuhkan bantuan.
 Kenalkan dengan olahraga
Tak cuma diperkenalkan dengan permainan asah otak yang bikin pintar, kitapun mesti
memperkenalkan anak autis dengan olahraga. Olahraga merupakan sesi yang paling seru dan
mengasyikkan, terutama bagi anak laki-laki. Nah, dengan memperkenalkannya kepada
olahraga (tidak perlu olahraga tim dulu), seperti berenang, anak dengan autisme akan mulai
terbiasa dengan aktivitas fisik yang pasti akan dijumpainya nanti ketika bersekolah.
 Tonton tayangan anak-anak
Tak selamanya acara di televisi itu buruk. Bila ada kartun-kartun tertentu yang sedang
populer di kalangan anak-anak, tak ada salahnya orang tua dan si anak menonton program
tersebut. Gunanya, agar anak dengan spektrum austime memiliki “bahan obrolan” ketika
hendak berinteraksi dengan teman sebayanya. Dengan begitu, suasana canggung pun akan
mencair karena ada topik spesifik yang dibicarakan. Mengajarkan cara berinteraksi kepada
anak-anak autis memang susah-susah gampang. Butuh kesabaran dan kreativitas ekstra agar
mereka mau terjun ke dunia sosial bersama teman-teman sebayanya. Meski begitu, anak
dengan autisme pandai meniru orang di sekitarnya.

Anda mungkin juga menyukai