C. Konsep Underwriting
Pada tahap proses penerimaan risiko (underwriting) terdapat tiga konsep penting yang menjadi
dasar bagi perusahaan asuransi untuk menerima atau menolak suatu penutupan risiko. Pertama,
kemungkinan menderita kerugian (chance of loss)/probabilitas berdasarkan kejadian di masa lalu. Kedua,
tingkat risiko (degree of risk) yaitu ketidakpastian atas kerugian dimasa datang yang sulit diramalkan.
Ketiga, hukum bilangan besar (law of large number) yaitu makin banyak objek yang mempunyai risiko
yang sama/hampir sama semakin baik bagi perusahaan.
Dalam proses penerimaan calon nasabah, underwriter dapat menerima calon nasabah sepanjang
memenuhi persyaratan underwriting yang ditetapkan perusahaan.Namun ketika underwriter menolak
suatu risiko, maka dasar pertimbangannya, yaitu bahwa underwriter merasa hazard yang berhubungan
dengan risiko terlalu tinggi sehingga tarif yang nantinya akan dikenakan juga akan terlalu tinggi.
Sebelum menetapkan suatu kondisi underwriting terhadap calon tertanggung, underwriter harus
mempertimbangkannya dari segi pengaruh risiko dan jenis polis yang diinginkan calon tertanggung. Jenis-
jenis risiko yang mempengaruhi penetapan underwriting adalah :
1) Increasing risk (risiko menarik). Ada beberapa penyakit tertentu, missal besarnya akan
bertambah berat sesuai kenaikan umur calon tertanggung.
2) Risiko yang tinggi dialami pada tahun-tahun pertama polis. Makin lama polis berjalan,
risikonya semakin menurun.
3) Constant extra risk (risiko ekstra yang menetap). Pada jenis ini, risiko tambahan berada pada
tingkat yang tetap selama masa pertanggungan.
Ada dua hal yang harus diwaspadai underwriter, yaitu karakteristik risiko fisik harus di
a) Field Underwriting
Kegiatan-kegiatan prospecting dan penjualan dari para agen menggambarkan
permulaan proses seleksi risiko. Proses ini sering disebut sebagai field underwriting
karena proses ini meliputi screening dan seleksi yang banyak sekali, seperti
underwriting kantor pusat. Field underwriting terjadi bila seorang agen mengumpulkan
informasi mengenai calon tertanggung dan mencatatkan informasi tersebut dalam
permohonan asuransi. Permohonan tersebut kemudian menjadi suatu faktor penting
dalam keputusan seleksi risiko.
b) Jet Screening
Tidak sedikit perusahaan mempunyai staf underwriting yang khusus menangani jet screening
yaitu penyelesaian suatu kasus segera mungkin. Jika permohonan asuransi menemukan
kriteria yang lengkap maka staf jet screening, atau jet unit, dapat menyetujui, permohonan
tersebut dan meminta agar polis segera diterbitkan. Jika permohonan asuransi tidak
mempunyai kriteria-kriteria tersebut, maka filenya segera diteruskan kepada seorang
underwriter untuk dievaluasi. Jet screening secara khusus tidak dibenarkan menolak atau
menentukan tarif premi untuk suatu permohonan asuransi. Walaupun demikian dalam
beberapa perusahaan, jet unit dibolehkan menetapkan tarif premi untuk polis risiko aviasi,
avokasi, dan okupasi.