Anda di halaman 1dari 7

 

      Mengamankan profit morgin dan menjaga agar perusahaan asuransi tidak rugi.
f)       Menjaga kestabilan dana yang terhimpun agar perusahaan dapat berkembang.
g)      Menghindari anti seleksi.
h)      Underwriting juga harus memperhatikan pasar kompetetif yang ada dalam ketentuan tarif,
penyebaran resiko dan volume, dan hasil survei.[4]
Beberapa hal yang patut menjadi perhatian para underwriter pada asuransi umum, sebelum
mengambil keputusan untuk mengaksep atau tidak suatu prospek adalah sebagai berikut:
a)      Kompetisi, Disisni dituntut kematangan seorang underwriter. Underwriter yang baik adalah yang
adil.
b)      Penyebaran resiko dan volume.
c)      Survei, Survei akan memungkinkan underwriter memperoleh setiap detail kemungkinan
mengenai resiko kondisi fisik dan juga kesempatan mengamankan informasi mengenai keadaan
moral pemohon. Laporan survei meliputi sejumlah ciri-ciri berikut:
                                            i.      Deskripsi utuh terhadap resiko.

                                          ii.      Penilaian tingkat resiko.[5]

                                        iii.      Pengukuran kemungkinan kerugian maksimal.

Calon peserta harus mengisi formulir permohonan secara lengkap yang intinya antara lain
sebagai berikut:
a)      Uraian bisnis secara rinci.
b)      Perubahan bisnis yang dilakukan belakangan ini dan kemungkinan pengembangannya selama
masa keikutsertaannya asuransi syariah.
c)      Catatan perkara yang telah dialami.[6]
b.      Polis
Polis asuransi adalah surat perjanjian antara pihak yang menjadi peserta asuransi dengan
perusahaan asuransi. Polis asuransi merupakan bukti auntetik berupa akta mengenai adanya
perjanjian asuransi. Unsur-unsur yang harus ada dalam polis adalah:
a)      Deklarasi, memuat data yang berkaitan dengan peserta seperti nama, alamat, jenis dan lokasi
objek asuransi, tanggal dan jangka waktu penutupan, perhitungan dan besarnya premi serta
informasi lain yang diperlukan.
b)      Perjanjian asuransi, memuat pernyataan perusahaan asuransi menyatakan kesanggupannya
mengganti kerugian atas objek asuransi apabila terjadi kerusakan.
c)      Pernyataan polis, memuat kondisi objek, batas waktu pembayaran premi, permintaan
pembatalan polis, prosedur pengajuan klaim, asuransi ganda, subrogasi.
d)     Pengecualian, memuat penyebutan dengan jelas musibah apa saja yang tidak ditutup atau diluar
penutupan asuransi.
e)      Kondisi pertanggungan, memuat kondisi objek yang diasuransikan.
f)       Polis ditandatangani oleh perusahaan asuransi.
Dalam asuransi Islam, untuk menghindari unsur-unsur yang diharamkan di atas kontrak
asuransi, maka diberikan beberapa pilihan kontrak alternatif dalam polis asuransi tersebut.
Sebagai ilustrasi:
a)      Polis dengan akad Mudhorobah atau mudhobbah musyarakah. Pada akad Mudhorobah peserta
asuransi menyediakan modal untuk dikelola oleh operator asuransi. Sedangkan Mudhorobah
musyarakah perusahaan asuransi sebagai Mudhorib menyertkan modal atau dananya dalam
investasi bersama dana peserta. Dalam kontrak tercantum persetujuan kontribusi yang dijadikan
dana asuransi syariah dan pihak operator berhak mengelola dan mengivestasikan dana asuransi
untuk kepentingan perusahaan sesuai dengan prinsip Mudhorobah. Peserta menyetujui
kontribusinya dijadikan tabarru’ dan digunakan untuk membantu peserta lain yan tertimpa
musibah dalam bentuk hibah.
b)      Wakalah bil ujrah, yaitu pemberian kuasa dari peserta kepada perusahaan asuransi untuk
mengelola dana peserta dengan pemberian ujrah (fee). Persetujuan kontribusi yang dimasukkan
dapat dinvestasikan dan dikelola sesuai dengan prinsip syariah, persetujuan pembayaran
klaim/manfaat asuransi, provisi dan cadangan sesuai pedoman dan kebijakan otoritas.
Persetujuan membayar biaya wakalah bil ujrah.
c.       Premi (Kontribusi)
Premi asuransi bagi peserta secara umum bermanfaat untuk menentukan besar tabungan
peserta asuransi, mendapatkan santunan kebajikan atau dana klaim terhadap suatu kejadian yang
mengakibatkan terjadinya klaim, menambahkan investasi pada masa yang akan datang.
Sedangkan bagi perusahaan premi berguna untuk menambah investasi pada suatu usaha untuk
dikelola. Premi yang dikumpulkan dari peserta paling tidak harus cukup untuk menutupi tiga hal,
yaitu klaim resiko yang dijamin, biaya akuisisi, dan biaya pengelolaan operasional perusahaan.
Premi dalam asuransi syariah umumnya dibagi beberapa bagian, yaitu:
1)      Premi tabungan, yaitu bagian premi yang merupakan dana tabungan pemegang polis yang
dikelola oleh perusahaan dimana pemiliknya akan mendapatkan hak sesuai dengan kesepakatan
dari pendapatan investasi bersih. Premi tabungan dan hak bagi hasil investasi akan diberikan
kepada peserta bila yang bersangkutan dinyatakan berhenti sebagai peserta.
2)      Premi tabarru’, yaitu sejumlah dana yang dihibahkan oleh pemegang polis dan digunakan untuk
tolong menolong dan menaggulangi musibah kematian yang akan disantunkan kepada ahli waris
bila peserta meninggal dunia sebelum masa asuransi berakhir.
3)      Premi biaya adalah sejumlah dana yang dibayarkan oleh peserta kepada perusahaan yang
digunakan untuk membiayai operasional perusahaan dalam rangka pengelolaan dana asuransi.
Penetapan besarnya tarif premi tidak ditentukan oleh pemerintah, karena diserahkan pada
mekanisme pasar yang berlaku. Namun pada dasarnya tarif premi menurut aturan pemerintah
harus memenuhi unsur berikut:
Penetapan tarif premi asuransi kerugian, perhitungan jumlah premi yang akan
mempengaruhi dana klaim tergantung pada beberapa hal, antara lain:
1)      Penetapan tarif premi harus dilakukan dengan memperhitungkan:
a.       Premi murni dihitung berdasarkan profil kerugian untuk jenis asuransi yang bersangkutan
sekurang-kurangnya 5 tahun terakhir.
b.      Biaya perolehan, termasuk komisi agen.
c.       Biaya administrasi dan biaya umum lainnya.
2)      Tarif premi harus ditetapkan pada tingkat yang mencukupi, tidak melebihi dan tidak ditetapkan
secara diskriminatif. Demikian pula tidak boleh terlalu berlebihan sehingga tidak sebanding
dengan manfaat yang dijanjikan.
d.      Pengeolaan dana asuransi (Premi)
Pengelolaan dana asuransi (premi) dapat dilakukan dengan akad mudharabah,
mudharabah musyarakah, atau wakalah bil ujrah. Pada akad mudhorobah, keuntungan
perusahaan asuransi syariah diperoleh dari bagian keuntungan dana dari investasi (sistem bagi
hasil). Para peserta asuransi syariah berkedudukan sebagai pemilik modal dan perusahaan
asuransi syariah berfungsi sebagai pihak yang menjalankan modal. Keuntungan yang diperoleh
dari pengembangan dana itu dibagi antara peserta dan perusahaan sesuai ketentuan yang telah
disepakati.
Pada akad mudharobah musyarakah, perusahaan asuransi bertindak sebagai mudharib
yang menyertakan modal atau dananya dalam investai bersama dana para peserta. Perusahaan
dan peserta berhak memperoleh bagi hasil dari keuntungan yang diperoleh dari investasi.
Sedangkan pada akad wakalah bil ujrah, perusahaan berhak mendapatkan fee sesuai dengan
kesepakatan. Para peserta memberikan kuasa kepada perusahaan untuk mengelola dananya
dalam hal: kegiatan administrasi, pengelolaan dana, pembayaran klaim, underwriting,
pemasaran, dan investasi.[7]
Dalam mendeskripsikan tentang cara atau mekanisme kerja asuransi syariah ini, akan
dibagi kepada dua pembahasan pokok sesuai dengan pembagian asuransi syariah itu sendiri,
yakni asuransi syariah keluarga dan asuransi umum. Pembagian ini sangat penting dilakukan
mengingat mekanisme kerja dari kedua syariah itu memiliki sedikit perbedaan, yakni dalam
pengelolaan premi yang disetor kepada perusahaan asuransi syariah. Perbedaan itu muncul
disebabkan sesuatu yang diasuransikannya berbeda; kalau asuransi umum (kerugian) yang
diasuransikan itu harta atau hak milik peserta asuransi, sedangkan diasuransi keluarga (jiwa)
yang diasuransikan adalah diri peserta asuransi itu sendiri.
Selain kedua topik diatas, dalam bagian ini akan dibahas pula tentang pembayaran klaim
oleh perusahaan asuransi kepada peserta asuransi yang tertimpa musibah atau bencana.
1.      Mekanisme kerja asuransi keluarga
Mekanisme asuransi keluarga ini diawali oleh terjadinya akad atau transaksi antara
perusahaan asuransi dengan peserta asuransi. Akad tersebut dilakukan sesuai dengan produk
asuransi yang akan dimanfaatkan oleh peserta asuransi. Untuk satu produk asuransi akan
dilakukan satu akad. Pada saat akad berlangsung peserta asuransi harus sudah menentukan
produk asuransi yang akan diambil, seperti Asuransi Berjangka (10, 15, atau 20 tahun), Asuransi
dana Investasi, Asuransi Kesehatan, Asuransi Kecelakaan Diri. Setelah akad berlangsung, maka
dalam asuransi keluarga diatur menurut sebagai berikut:
a)      Peserta asuransi syariah bebas memilih salah satu jenis syariah keluarga yang ada dengan
ketentuan umur peserta antara 18 sampai dengan 50 tahun dengan masa pembayaran klaim
berakhir sebelum mencapai umur 60 tahun.
b)      Perusahaan asuransi syariah dan peserta asuransi syariah mengadakan perjanjian mudhorobah
(bagi hasil), yang sekaligus dinyatakan pula hak dan kewajiban diantara kedua belah pihak.
c)      Setiap peserta asuransi syariah menyerahkan premi asuransi yang dapat dilakukan secara
bulanan, kuartalan, setengah tahunan, atau tahunan. Premi yang diserahkan dengan kemampuan
peserta, tetapi tidak boleh kurang dari jumlah minimal yang ditetapkan perusahaan asuransi
sebagai berikut:
a.       Setiap premi yang dibayarkan peserta dibagi kedalam dua rekening, yaitu rekening peserta dan
rekening derma atau tabarru’. Presentase kedua rekening itu ditentukan sesuai kelompok umur
peserta dan jangka waktu pertanggung.
b.      Uang angsuran (premi) oleh perusahaan asuransi akan akan disatukan ke dalam “Kumpulan
Dana Peserta”, yang selanjutnya diinvestasikan dalam pembiayaan-pembiayaan proyek yang
dibenarkan syariah.
c.       Keuntungan yang diperoleh dari investasi itu akan dibagi dengan peserta sesuai dengan
perjanjian mudhorobah yang telah disepakati sebelumnya.
d.      Keuntungan bagian peserta akan dikreditkan ke dalam rekening peserta dan rekening derma atau
tabarru’ secara proposional.

F.     Pasar Asuransi Syariah Yang Semakin Kompetitif


Industri asuransi syariah di Indonesia terus berkembang. Ini ditandai dengan makin
banyaknya perusahaan asuransi syariah yang bermunculan.Asuransi jenis ini kini menjadi
alternatif lain bagi masyarakat yang menginginkan perlindungan atas diri dan keluarganya.
Prinsip syariah yang dikembangkannya menjadi kelebihan tersendiri dibandingkan asuransi
konvensional.
Melihat pasar yang masih besar tersebut, perusahaan asuransi asing pun mulai mengincar
market di dalam negeri. Ini akan membuat industri asuransi makin kompetitif. Pakar asuransi
syariah yang juga ketua umum Insurance Islamic Society (IIS), Muhammad Syakir Sula,
mengatakan setidaknya akan ada tiga asuransi asing yang membuka unit syariah pada 2009, yaitu
Manulife, Sequislife, dan Sunlife. Agar asuransi syariah lokal dapat bersaing dengan asuransi
syariah asing tersebut, kata Syakir, mereka harus mengembangkan produk-produk inovatif dari
tahun ketahun. ''Selain itu, asuransi syariah lokal juga harus lebih taat masuk ke pasar,
melakukan inovasi produk, sumber daya manusia (SDM)-nya diperbaiki dan modalnya
dikembangkan,''. Harus diakui, ketika asuransi asing membuka unit syariah, pertumbuhannya
jauh lebih baik dari asuransi lokal. Penyebabnya, perusahaan asuransi asing benar-benar serius
dalam mempersiapkan unit syariahnya. Untuk itu, asuransi lokal harus lebih serius dan optimal
dalam mempersiapkan diri saat akan membuka unit syariah, baik dalam sosialisasi, SDM, dan
modal. Meski demikian, ia meyakini saat ini adalah era kebangkitan asuransi syariah lokal.
Pasalnya, asuransi lokal secara finansial tidak terlalu terkena dampak krisis dan memiliki potensi
kuat untuk bertahan kecuali asuransi syariah yang menyimpan dananya di pasar modal.
''Sedangkan perusahaan asuransi luar negeri bisa saja terkena dampak, karena sumber mereka
adalah dari negara-negara yang terkena krisis seperti Eropa, Amerika, atau Jepang. Sedangkan
asuransi syariah lokal hanya terkena riak-riak gelombang krisis ekonomi”.
.Direktur Utama PT Asuransi Syariah Mubarakah, Salim Al Bakry, menyambut baik
adanya unit asuransi syariah asing. ''Kami senang saja karena masyarakat akan semakin
teredukasi tentang asuransi syariah, dan niat mereka juga baik untuk mengembang kan asuransi
syariah, tak hanya sekedar alasan bisnis,'' kata Salim.Direktur Syariah, PT Asuransi Allianz Life
Indonesia, Kiswati Soeryoko, mengakui potensi pasar asuransi syariah di Indonesia masih sangat
besar. Karena itulah Allianz, raksasa asuransi asal Jerman pun tertarik masuk ke bisnis asuransi
syariah di Indonesia. ''Selain potensi pasar yang sangat prospektif, Allianz juga berkomitmen
menjadi penyedia layanan asuransi yang lengkap, sesuai dengan moto Allianz 'Solusi Asuransi
dari A - Z bagi masyarakat Indonesia'. Apapun yang dibutuhkan berkaitan dengan proteksi, maka
Allianz adalah pilihan utamanya,'' tutur Kiswati Soeryoko kepada Republika beberapa waktu
lalu. Salim mengemukakan, pasar asuransi di Indonesia masih cukup luas. Pemegang polis
asuransi Indonesia termasuk terendah di Asia Tenggara yaitu kurang dari 10 persen. Untuk itu
perlu adanya kerja sama edukasi dari pelaku perusahaan dan akademisi tentang betapa
pentingnya asuransi. Hadirnya berbagai asuransi syariah asing, akan memacu Mubarakah untuk
makin memperbaiki diri. ''Kehadiran asuransi lokal akan dapat memberi efek ganda karena dana
akan tetap di Indonesia. Selain itu, juga bisa membangun sektor riil dan membuka lapangan
pekerjaan,'' kata Salim.
Mubarakah pun memiliki sejumlah strategi demi mencapai target premi Rp 1,5 triliun. Di
antaranya adalah perluasan jaringan distribusi, jaringan kantor cabang dan pengembangan
produk. 'Selain itu kami juga akan meningkatkan pelayanan asuransi untuk merebut pasar.
Pengembangan SDM adalah hal penting yang harus diperhatikan oleh industri syariah Indonesia
untuk bisa bersaing dengan pemain asing adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia
(SDM). Hal ini menjadi sesuatu yang kata kunci guna mencapai pertumbuhan yang lebih tinggi
di tahun ini. Terkait dengan hal itu, Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) akan
meningkatkan pengembangan sumber daya manusia (SDM) nya. Ketua AASI, M Shaifie Zein,
mengungkapkan, SDM merupakan kunci penting di industri syariah. Karena itu kemampuan
teknis mereka harus ditingkatkan karena akan banyak pesaing global yang masuk. ''Asuransi
asing tersebut memiliki permodalan, jaringan dan portofolio yang cukup besar. Hal itu menjadi
keuntungan tersendiri bagi mereka. Untuk itu SDM asuransi syariah kita harus ditingkatkan,''
katanya baru-baru ini. Syakir Sula menambahkan, untuk meningkatkan kualitas SDM asuransi
syariah, maka diperlukan sertifikasi hingga tingkat agen. Pasalnya, menjual produk asuransi
syariah tak sama dengan asuransi konvensional.[8]
G.    Penyebab Perkembangan Asuransi Syariah Belum Sempurna
Salah satu penyebab mengapa pertumbuhan Asuransi Syariah dinilai kurang maksimal
oleh sebagian pihak adalah, belum adanya pemisahan unit usaha syariah (Spin Off) dari induk
semangnya.
Pemisahan unit usaha syariah (spin off) di perusahaan asuransi dirasa akan menjadi faktor
kuat yang dapat menstimulus pertumbuhan industri asuransi syariah. Tidak hanya itu, pemisahan
unit usaha syariah nantinya harus dimasukkan dalam undang-undang perasuransian.
Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) memberikan tanggapan tentang pemisahan
unit usaha syariah di perusahaan asuransi sebagai bentuk keharusan karena akan mendorong
industri Asuransi Syariah semakin kompetitif. ketika sudah menjadi badan usaha sendiri, kinerja
perusahaan asuransi syariah akan lebih terdorong agar sepadan dengan perusahaan lain. “Dengan
begitu, semestinya (industri asuransi syariah) akan lebih besar”.
Kendala jika aturan yang mewajibkan pemisahan unit usaha syariah adalah perlunya
waktu dalam mempertimbangkan modal dan sumber daya manusia (SDM). Kalau mau di pisah,
perusahaan harus melihat dulu apakah modal sudah mencukupi atau perlu ada penambahan.
Perlu diketahui, sedikitnya modal tambahan yang perlukan perusahaan asuransi untuk spin off
unit syariah sebesar Rp 50 miliar.
Lantaran perlu tambahan modal tak sedikit dalam spin off unit syariah, sehingga spin off
dinilai masih tergantung kebijakan perusahaan induk. Karena itu, peraturan yang mengatur
pemisahan unit usaha syariah perlu menekankan komitmen perusahaan induk terlebih dahulu.
Karena terkadang perusahaan induk memilih fokus memperbesar bisnis dulu daripada
penambahan modal.[9]

Anda mungkin juga menyukai