Anda di halaman 1dari 10

SISTEM DAN KOMPONEN KEBIJAKAN

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2

WIDYA ANNISA HAQMI 173313010011


SURI KUSUMA PUTRI 173313010018
CHRISTHIN ESTER SIREGAR 173313010019
CHRISTINE 173313010031

FAKULTAS S1 KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sistem kebijakan adalah pola kelembagaan secara menyeluruh, yang


melibatkan berbagai komponen kebijakan yang saling bergantung dan berhubungan,
tatanan kelembagaan yang berperan atau merupakan wahana dalam penyelenggaraan
sebagian atau keseluruhan proses kebijakan (formulasi, implementasi, dan evaluasi
kinerja kebijakan) yang mengakomodasikan kegiatan teknis (technical process)
maupun sosiopolitis (sociopolitical process). Kebijakan sangat penting karena sektor
kesehatan merupakan bagian dari ekonomi. Kebijakan kesehatan adalah tujuan dan
sasaran, sebagai instrumen, proses dan gaya dari suatu keputusan oleh pengambil
keputusan, termasuk implementasi, penilaian serta bagian dari institusi, kekuatan dari
aspek politik yang memengaruhi masyarakat pada tingkat lokal, nasional dan dunia.
Kebijakan itu adalah tentang proses dan power. Kebijakan kesehatan efektif apabila
pada tingkatan maksimal dapat diimplementasikan dengan biaya yang rendah.
Efisiensi dalam hal ini karena pemerintah memiliki keterbatasan dalam investasi
untuk memantapkan status kesehatan. Jadi,sangat penting untuk untuk
mengalokasikan sumber daya itu kepada masyarakat

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari Sistem?
2. Apa-apa saja yang termasuk Komponen Kebijakan ?
3. Apa itu Isi Kebijakan ?
4. Apa itu Faktor atau Pemangku Kepentingan Kebijakan?
5. Apa itu Lingkungan Kebijakan ?
C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian dari Sistem

2. Untuk mengetahui Komponen Kebijakan

3. Untuk mengetahui Isi Kebijakan


4. Untuk mengetahui Faktor atau Pemangku Kepentingan Kebijakan
5. Untuk mengetahui Lingkungan Kebijakan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem
Sistem adalah serangkaian bagian saling berhubungan dan bergantung dan diatur
dalam aturan tertentu untuk menghasilkan satu kesatuan. Contohnya, sistem kesehatan
yang didalamnya terdapat bagian yang saling berhubungan seperti tenaga kesehatan,
infrastruktur kesehatan, pembiayaan, dan sebagainya. Untuk membuat sebuah
kebijakan adalah penting terlebih dahulu memahami apa dan siapa saja yang
dipengaruhi maupun mempengaruhi sistem tersebut.
Menurut Dunn (1994), sistem kebijakan (policy system) mencakup hubungan
timbal balik dari tiga unsur yaitu kebijakan public, pelaku kebijakan, dan lingkungan
kebijakan. Hubungan timbal balik antara ketiga komponen sistem kebijakan tersebut
digambarkan sebagai berikut:

Aktor
Kebijakan

Lingkungan Kebijakan Kebijakan Publik

Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa sebagai suatu sistem, sistem kebijakan
merupakan suatu rangkaian dari beberapa komponen yang saling terkait, dan bukan
komponen yang berdiri sendiri.
Segitiga sistem kebijakan menjelaskan adanya aktor kebijakan yang
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kebijakan publik. Kesemuanya juga tidak luput
dari pengaruh lingkungan kebijakan.
Ketiga komponen tersebut selanjutnya dikenal sebagai sistem kebijakan, yaitu
tatanan kelembagaan yang berperan dalam penyelenggaraan kebijakan publik yang
mengakomodasi aspek teknis, sosio politik maupun interaksi antara unsur kebijakan.
Contoh yang menunjukkan interaksi antara ketiga komponen dalam sistem
kebijakan publik tersebut misalnya dapat dilihat dari kebijakan Jaminan Kesehatan
Masyarakat (Jamkesmas), yaitu sebuah kebijakan pembiayaan kesehatan yang
ditujukan bagi masyarakat tidak mampu. Kebijakan ini dipicu oleh lingkungan sosial
dengan terus meningkatnya jumlah masyarakat miskin sehingga jumlah pasien yang
membutuhkan pelayanan kesehatan gratis pun meningkat. Sementara itu, lingkungan
politik yang berkembang turut memengaruhi kebijakan ini. Tingginya desakan
masyarakat bersama-sama Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) mendorong pemerintah untuk memberikan jaminan
pembiayaan kesehatan kepada masyarakat menengah ke bawah tersebut sehingga
lahirlah kebijakan Jamkesmas.
Selain itu, desakan dari aktor lainnya, yaitu presiden, yang meminta menteri
kesehatan untuk segera menyelesaikan permasalahan angka kematian ibu memicu
terbentuknya kebijakan penjaminan persalinan (Jampersal) kelas III di seluruh rumah
sakit pemerintah dengan skema pembiayaan melalui Jamkesmas.

B. Komponen Kebijakan
Sistem dan komponen kebijakan publik dikemukakan pula oleh William Dunn
(1994) sebagai berikut:
1. Isi Kebijakan (Policy Content)
Terdiri dari sejumlah daftar pilihan keputusan tentang urusan publik
(termasuk keputusan untuk tidak melakukan tindakan apa-apa) yang dibuat oleh
lembaga pejabat pemerintah. Isi sebuah kebijakan merespons kehidupan mulai
dari pertahanan, keamanan energi, kesehatan, pendidikan, kesejahteraan, dan lain-
lain. Secara umum isi kebijakan dituangkan dalam bentuk dokumen tertulis yang
memiliki standar isi sebagai berikut.
a) Pernyataan tujuan: mengapa kebijakan tersebut dibuat dan apa dampak yang
diharapkan.
b) Ruang lingkup: menerangkan siapa saja yang tercakup dalam kebijakan dan
tindakan-tindakan apa yang dipengaruhi oleh kebijakan.
c) Durasi waktu yang efektif: mengindikasikan kapan kebijakan mulai
diberlakukan.
d) Bagian pertanggungjawaban: mengindikasikan siapa individu atau organisasi
mana yang bertanggung jawab dalam melaksanakan kebijakan.
e) Pernyataan kebijakan: mengindikasikan aturan-aturan khusus atau modifikasi
aturan terhadap perilaku organisasi yang membuat kebijakan tersebut.
f) Latar belakang: mengindikasikan alasan dan sejarah pembuatan kebijakan
tersebut, yang kadang-kadang disebut sebagai faktor-faktor motivasional
g) Definisi: menyediakan secara jelas dan tidak ambigu mengenai definisi bagi
istilah dan konsep dalam dokumen kebijakan.

2. Faktor atau Pemangku Kepentingan Kebijakan (Policy Stakeholder)


Pemangku kepentingan kebijakan atau aktor kebijakan adalah individu atau
kelompok yang berkaitan langsung dengan sebuah kebijakan yang dapat
mempengaruhi atau dipengaruhi oleh keputusan atau kebijakan tersebut.
Pemangku kepentingan kebijakan tersebut bias terdiri dari sekelompok warga,
organisasi buruh, pedagang kaki lima, komunitas wartawan, partai politik,
lembaga pemerintahan, dan semacamnya.

3. Lingkungan Kebijakan (Policy Environment)


Lingkungan kebijakan merupakan latar khusus di mana sebuah kebiajkan
terjadi, yang berpengaruh dan dipengaruhi oleh pemangku kebiajakan serta
kebijakan public itu sendiri.
Para ahli kebijakan kesehatan membagi kebijakan ke dalam empat komponen
(Frenk J. 1993; Buse, Walt and Gilson, 1994; May & Walt, 2005) sebagai berikut:
a) Konten
Konten kebijakan berhubungan dengan teknis dan institusi. Contoh
aspek teknis adalah penyakit diare, malaria, typus, promosi kesehatan. Aspek
insitusi adalah organisasi publik dan swasta.
Konten kebijakan memiliki empat tingkat dalam pengoperasiannya
yaitu:
 Sistemik atau menyeluruh di mana dasar dari tujuan dan prinsip-prinsip
diputuskan
 Programatik adalah prioritas-prioritas yang berupa perangkat untuk
mengintervensi dan dapat dijabarkan ke dalam petunjuk pelaksanaan
untuk pelayanan kesehatan.
 Organisasi di mana difokuskan kepada struktur dari institusi yang
bertanggung jawab terhadap implementasi kebijakan.
 Instrumen yang menfokuskan untuk mendapatkan informasi demi
meningkatkan fungsi dari sistem kesehatan.

b) Proses
Proses kebijakan adalah suatu agenda yang teratur melalui suatu proses
rancang dan implementasi. Ada perbedaaan model yang digunakan oleh
analisis kebijakan antara lain:
 Model perspektif (rational model) yaitu semua asumsi yang
mengformulasikan kebijakan yang masuk akal berdasarkan informasi
yang benar.
 Model incrementalist (prioritas pilihan) yaitu membuat kebijakan
secara pelan dan bernegosiasi dengan kelompok-kelompok yang
berminat untuk menyeleksi kebijakan yang diprioritaskan.
 Model rational (mixed scanning model) di mana penentu kebijakan
mengambil langkah mereview secara menyeluruh dan membuat suatu
negosiasi dengan kelompok-kelompok yang memprioritaskan model
kebijakan.
 Model puncuated equilibria yaitu kebijakan difokuskan kepada isu yang
menjadi pokok perhatian utama dari penentu kebijakan.

c) Konteks
Konteks kebijakan adalah lingkungan atau setting di mana kebijakan itu
dibuat dan diimplementasikan (Kitson, Ahmed, Harvey, Seers, Thompson,
1996).
Faktor-faktor yang berada di dalamnya antara lain politik, ekonomi,
sosial dan kultur dimana hal-hal tersebut sangat berpengaruh terhadap
formulasi dari proses kebijakan (Walt, 1994). Ada banyak lagi bentuk yang
dikategorikan ke dalam konteks kebijakan yaitu peran tingkat pusat yang
dominan, dukungan birokrasi dan pengaruh aktor-aktor international juga
turut berperan.

d) Aktor
Aktor adalah mereka yang berada pada pusat kerangka kebijakan
kesehatan. Aktor-aktor ini biasanya memengaruhi proses pada tingkat pusat,
provinsi dan kabupaten/kota. Mereka merupakan bagian dari jaringan,
kadang-kadang disebut juga mitra untuk mengkonsultasi dan memutuskan
kebijakan pada setiap tingkat tersebut (Walt, 1994). Hubungan dari aktor dan
peranannya (kekuasaannya) sebagai pengambil keputusan adalah sangat
tergantung kepada kompromi politik, daripada dengan hal-hal dalam debat-
debat kebijakan yang masuk diakal (Buse, Walt and Gilson, 1994).
Kebijakan itu adalah tentang proses dan power (Walt, 1994). Kebijakan
kesehatan yang efektif apabila pada tingkatan maksimal dapat
diimplementasikan dengan biaya yang rendah (Sutton& Gormley, 1999).
Efisiensi perlu dalam hal ini karena pemerintah memiliki keterbatasan dalam
investasi untuk memantapkan status kesehatan. Jadi sangat penting untuk
untuk mengalokasikan sumber daya itu kepada masyarakat yang
membutuhkan dan tentu saja berdasarkan bukti-bukti (Peabody, 1999)

Context
Content Process
Segitiga kebijakan kesehatan merupakan sebuah representasi dari kesatuan
kompleksitas hubungan antar unsur-unsur kebijakan (konten, proses, konteks, dan
aktor) yang dalam interaksinya saling member pengaruh. Salah satu unsur dari
segitiga kebijakan, yaitu aktor-aktor kebijakan (baik sebagai individu maupun
kelompok), misalnya, dipengaruhi oleh konteks dimana mereka bekerja atau
menjalankan perannya.
Konteks merupakam “rekayasa” atau hasil interkasi dinamis dari banyak
factor seperti ideologi atau kebijakan yang berubah-ubah, sejarah, dan nilai-nilai
budaya.
Proses pengembangan kebijakan bagaimana sebuah isu strategis atau masalah
publik diangkat dan menjadi penetapan agenda dalam formulasi kebijakan,
bagaimana peran, posisi, dan pengaruh aktor-aktor tersebut menjelaskan tentang
konteks dalam segitiga kebijakan publik.
Oleh karena itu, segitiga kebijakan bermanfaat untuk dapat secara sistematis
menganlisis dan mengetahui tentang berbagai faktor yang berpengaruh terhadap
kebijakan.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem adalah serangkaian bagian saling berhubungan dan bergantung dan
diatur dalam aturan tertentu untuk menghasilkan satu kesatuan. Untuk membuat
sebuah kebijakan adalah penting terlebih dahulu memahami apa dan siapa saja yang
dipengaruhi maupun mempengaruhi sistem tersebut.
Adanya segitiga sistem kesehatan dikenal sebagai suatu sistem. Segitiga
kebijakan kesehatan merupakan sebuah representasi dari kesatuan kompleksitas
hubungan antar unsur-unsur kebijakan (konten, proses, konteks, dan aktor) yang
dalam interaksinya saling member pengaruh. Salah satu unsur dari segitiga kebijakan,
yaitu aktor-aktor kebijakan (baik sebagai individu maupun kelompok), misalnya,
dipengaruhi oleh konteks dimana mereka bekerja atau menjalankan perannya. lalu
proses pengembangan kebijakan bagaimana sebuah isu strategis atau masalah publik
diangkat dan menjadi penetapan agenda dalam formulasi kebijakan, bagaimana peran,
posisi, dan pengaruh aktor-aktor tersebut menjelaskan tentang konteks dalam segitiga
kebijakan publik.
Oleh karena itu, segitiga kebijakan bermanfaat untuk dapat secara sistematis
menganlisis dan mengetahui tentang berbagai faktor yang berpengaruh terhadap
kebijakan.

B. Saran
Diharapkan dengan adanya sistem dan komponen kebijakan, maka dapat
dikembangkan dan akan terlaksana dengan adanya kebijakan dengan bukti-bukti yang
menunjang dan lengkap, mengklarifikasikannya sesuai dengan tujuan dan sasaran
yaitu untuk menangani persoalan-persoalan kesehatan demi meningkatkan status
kesehatan masyarakat.

C. Daftar Pustaka
Ayuningtyas, Dumillah . 2014. Kebijakan Kesehatan. Jakarta:PT Raja Grafindo
Persada.

Anda mungkin juga menyukai