Komitmen organisasional adalah sebagai suatu keadaan dimana seseorang karyawan memihak
organisasi tertentu serta tujuan tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan keanggotaan
dalam organisasi tersebut (Robbins dan Judge, 2009:100).
Tidak jauh berbeda, Yulk (2006) dalam Priansa (2014:233) menyatakan komitmen organisasional
merupakan persetujuan pegawai terhadap keputusan atau permintaan organisasi dan melakukan
usaha yang serius untuk menjalankan permintaan atau menerapkan keputusan tersebut sesuai
dengan kepentingan organisasi.
Lima prinsip kunci dalam membangun komitmen organisasional menurut Priansa (2014:234) oleh
pimpinan adalah:
Robbins (2008:101) mengemukakan bahwa ada tiga bentuk atau dimensi terpisah dalam komitmen
organisasional, yaitu antara lain :
Komitmen afektif adalah tingkat keterikatan secara emosional dengan organisasi berdasarkan
seberapa baik perasaan mengenai organisasi. Komitmen jenis ini muncul dan berkembang oleh
dorongan adanya kenyamanan, keamanan, dan manfaat lain yang dirasakan dalam suatu organisasi
yang tidak diperolehnya dari tempat atau organisasi yang lain.
Komitmen Berkelanjutan dapat didefinisikan sebagai keterikatan anggota secara psikologis pada
organisasi karena biaya yang dia tanggung sebagai konsekuensi keluar organisasi. Komponen
normatif berkembang sebagai hasil dari pengalaman sosialisasi, tergantung dari sejauh apa perasaan
kewajiban yang dimiliki karyawan.
Komitmen Normatif (Normative Commitment)
Komitmen Normatif adalah keterikatan anggota secara psikologis dengan organisasi karena
kewajiban moral untuk memelihara hubungan dengan organisasi. Dalam kaitan ini sesuatu yang
mendorong anggota untuk tetap berada dan memberikan sumbangan pada keberadaan suatu
organisasi, baik materi maupun non materi, adalah adanya kewajiban moral, yang mana seseorang
akan merasa tidak nyaman dan bersalah jika tidak melakukan sesuatu.
Dampak komitmen organisasional menurut Sopiah (2008) dalam Priansa (2014:236) dapat ditinjau
dari dua sudut yaitu:
Bila komitmen organisasi seorang karyawan tinggi maka akan memberikan sumbangan terhadap
organisasi dalam hal stabilitas tenaga kerja. Sedangkan Bila komitmen organisasi seorang karyawan
rendah maka akan berdampak pada turn over yang mengakibatkan reputasi perusahaan menurun,
kehilangan kepercayaan dari klien dan menurunnya laba perusahaan.
Bila komitmen organisasi seorang karyawan tinggi maka akan berpengaruh terhadap perkembangan
karirnya di perusahaan, lebih puas dengan pekerjaannya dan tinggkat absensinya menurun dan
bersikap loyal terhadap perusahaan. Sedangkan Bila komitmen organisasi seorang karyawan rendah
maka kinerja karyawan menurun, prestasi kerja rendah, tingginya absensi, bermalas-malasan dalam
bekerja.
Ada beberapa penelitian mengenai antecedents dari affective commitment. Berdasarkan penelitian
tersebut didapatkan tiga kategori besar. Ketiga kategori tersebut yaitu Karakterisitik Organisasi,
Karakteristik Individu, Pengalaman Kerja
Continuance commitment dapat berkembang karena adanya berbagai tindakan atau kejadian yang
dapat meningkatkan kerugian jika meninggalkan organisasi. Beberapa tindakan atau kejadian ini
dapat dibagi ke dalam dua variable, yaitu investasi dan alternative
Wiener (Allen & Meyer, 1997) menyatakan normative commitment terhadap organisasi dapat
berkembang dari sejumlah tekanan yang dirasakan individu selama proses sosialisasi (dari keluarga
atau budaya) dan selama sosialisasi saat individu baru masuk ke dalam organisasi.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komitmen Organisasional
Komitmen karyawan pada organisasi tidak terjadi begitu saja, tetapi melalui proses yang cukup
panjang dan bertahap. Komitmen karyawan pada organisasi juga ditentukan oleh sejumlah faktor.
Menurut Minner (dalam Sopiah, 2008) mengemukaan empat faktor yang mempengaruhi komitmen
karyawan antara lain :
1. Faktor personal
2. Karakteristik pekerjaan
3. Karakteristik struktur
4. Pengalaman kerja
Mowday et.al (dalam Spector dan Wiley (1998) mengembangkan suatu skala yang disebut Self
Report Scales untuk mengukur komitmen karyawan terhadap organisasial, yang merupakan
penjabaran dan tiga aspek komitmen, yaitu Penerimaan terhadap tujuan organisasi, Keinginan untuk
bekerja keras, dan hasrat untuk bertahan menjadi bagian dari organisasi.
Menurut Organ, Podsakoff, & MacKenzie (2006) mendefinisikan OCB sebagai perilaku individu yang
tidak dipengaruhi oleh reward secara formal baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
tujuan meraih fungsi organisasi yang efektif dan efisien. Karakteristik perilaku OCB dapat ditandai
dengan bantuan yang diberikan bukan merupakan bagian dari tugas, dilakukan secara spontan dan
tidak diminta dan dengan membantu rekan kerja tidak akan menjadikan karyawan memperoleh
reward.
Aspek-aspek OCB menurut Organ, Podsakoff, & MacKenzie (2006) terbagi menjadi lima aspek yaitu,