NIM: 105611123119
MAKALAH PERILAKU ORGANISASI
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Organisasi yang berhasil mewujudkan perubahan memiliki ciri-ciri mampu bergerak
lebih cepat, sadar tentang pentingnya komitmen pada peningkatan mutu produk,
peningkatan keterlibatan para anggota organisasi, orientasi pada pelanggan, serta
organisasi yang strukturnya menjurus pada bentuk yang semakin datar dan bukan
piramidal. Organisasi membutuhkan perencanaan strategis yang tepat, agar
keberhasilan tersebut dapat tercapai.
Tercapai tidaknya tujuan organisasi sangat ditentukan oleh perilaku orangorang yang
ada dalam organisasi. Tiap orang memiliki tugas dan tanggung jawab yang ditujukan
untuk mencapai sasaran-sasaran pelaksanaan fungsi-fungsi dalam organisasi. Tiap
orang dalam organisasi dituntut untuk memiliki komitmen agar fungsi-fungsi
organisasi berjalan sebagaimana yang diharapkan agar sasaran-sasaran yang
direncanakan dapat dicapai. Perilaku-perilaku pekerja secara konseptual dibedakan
sebagai in-role (task dependent behavior) dan extra-role (perilaku individu yang
melebihi standar perilaku yang diharapkan). Kartz menekankan bahwa perilaku-
perilaku kooperatif dan saling membantu yang berada diluar persyaratan formal sangat
penting bagi berfungsinya organisasi. Perilaku tambahan diluar diskripsi pekerjaan
dalam organisasi sering disebut sebagai perilaku kewarganegaraan dalam organisasi
atau Organizational citizenship behavior (OCB).
Organizational Citizenship Behavior (OCB) yaitu aturan tidak resmi yang bersifat
sukarela. Dengan adanya OCB diharapkan karyawan pada organisasi dapat lebih
menyatu dengan lingkungan kerjanya. Organizational Citizenship Behavior (OCB)
adalah perilaku yang dilakukan oleh karyawan yang meningkatkan keefektifan
organisasi, tetapi bukan merupakan tanggung jawab formal orang tersebut. Hanson &
Borman, 2006 . Seringkali disebut juga dengan kinerja kontekstual, OCB dapat berupa
perilaku datang lebih awal, pulang lebih akhir dan membantu kolega mengerjakan
tugas. Sedangkan Bowler (2006) (dalam Hilmi, 2011), menyatakan bahwa setiap sistem
sosial yang hanya mengandalkan diri pada rancangan baku suatu bentuk perilaku
tertentu akan menjadi sangat rentan dan menyarankan perlunya suatu perilaku ekstra
untuk menjamin kemampuan bertahan dan keberhasilan sistem sosial tersebut. Dengan
demikian, bukan hanya organisasi bisnis, seluruh sistem sosial akan mendapat manfaat
yang sangat tinggi dari usaha-usaha ekstra yang diberikan oleh individu-individu
dalam suatu sistem sosial. Kepatuhan dan partisipasi karyawan terhadap organisasi
atau instansi dapat menentukan tinggi rendahnya OCB pada karyawan.
BAB II
Perilaku atau peranan yang dilakukan oleh karyawan sangat oenting bagi suatu
perusahaan. Berbagai pendapat yang mengemukakan tentang pentingnya perilaku
karyawan yang mau bekerja melebihi deskripsi jabatan yang ada antara lain seperti
dikemukakan oleh Robbins (2001) yang menyatakan bahwa organsasi yang sukses
membutuhkan karyawan yang akan melakukan lebih dari sekedar tugas formal mereka
dan mau memberikan kinerja yang melebihi harapan. Dalam dunia kerja yang dinamis
seperti saat ini, dimana tugas makin sering dikerjakan dalam tim, fleksibilitas sangatlah
penting. Organisasi menginginkan keryawan yang bersedia melakukan tugas yang
tidak tercantum dalm deskripsi mereka (Robbins, 2001). Menurut Robbins dan Judge
(2008), fakta menunjukan bahwa organisasi yang mempunyai karyawan yang memiliki
OCB yang baik, akan memiliki kinerja yang lebih baik dari organisasi lain.
Dari beberapa defenisi tokoh dapat menyimpulkan bahwa OCB merupakan perilaku
yang bersifat sukarela bukan merupakan tindakan yang terpaksa terhadap hal hal yang
mengedapankan kepentingan organisasi. Perilaku individu sebagai wujud dari
kepuasan berdasarkan performance, tidak diperintahkan secara formal.
Podsakoff et al. (2000) membagi OCB menjadi tujuh dimensi :
Perilaku membantu
Yaitu perilaku membantu teman kerja secara sukarela dan mencegah terjadinya
masalah yang berhubungan dengan pekerjaan. Dimensi ini merupakan komponen
utama dari OCB. Organ (1998) menggambarkan dimensi ini sebagai perilaku altruism,
pembuat/ penjaga ketenangan dan menyemangati teman kerja. Dimensi ini serupa
dengan konsep fastilitas interpersonal, perilaku membantu interpersonal, OCB
terhadap individu (OCB-I) dan perilaku membantu orang lain.
Kepatuhan terhadap organisasi
Yaitu perilaku yang melakukan prosedur dan kebijakan perusahaan melebihi harapan
minimum perusahaan. Karyawan yang menginternalisasikan peraturan perusahaan
secara sadar akakn mengikutinya meskipun pada saat sedang diawasi. Dimensi ini
serupa dengan konsep kepatuhan umum dan menaati peraturan perusahaan.
Sportmanship
Yaitu tidak melakukan complain mengenai ketidaknyamanan bekerja,
Mempertahankan sikap positif ketika tidak dapat memenuhi keinginan pribadi,
mengizinkan seseorang untuk mengambil tindakan demi kebaikan kelompok (Organ,
1990). Dimensi ini serupa dengan konsep menghargai perusahaan dan tidak mengeluh.
Loyalitas terhadap organisasi
Didefinisikan sebagai loyalitas terhadap organisasi, meletakkan perusahaan diatas diri
sendiri, mencegah dan menjaga perusahaan dari ancaman eksternal, serta
mempromosikan reputasi organisasi (Van Dyne,et al.,1994)
Inisiatif Individual
Sama dengan apa yang disebut Organ (1988) sebagai kesadaran (conscientiousness),
merupakan derajat antusiasme dan komitmen ekstra pada kinerja melebihi kinerja
maksimal yang diharapkan. Dimensi ini serupa dengan konsep kerja pribadi dan
sukarela mengerjakan tugas.
Kualitas Sosial
Dijelaskan sebagai tindakan keterlibatan yang bertanggung jawab dan konstruktif
dalam proses politik organisasi, bukan hanya mengekspresikan pendapat mengenai
suatu pemberian, tetapi mengikuti rapat, dan tetap mengetahui isu yang melibatkan
organisasi (Organ, 1998)
Perkembangan Diri
Meliputi keterlibatan dalam aktivitas untuk meningkatkan kemampuan dan
pengalaman seseorang sebagai keuntungan bagi organisasi.
Berdasarkan uraian di atas, dimensi yang digunakan pada pelatihan ni adalah dimensi
menurut Podsakoff yaitu perilaku menolong, kepatuhan terhadap organisasi,
sportsmanship, loyalitas terhadap organisasi, inisiatif individual, kualitas social,
perkembangan diri.
Dalam bidang psikologi industri, yang mengkaji khusus perilaku manusia dalam
sebuah organisasi, perilaku karyawan seperti ini dapat diistilahkan dengan nama
Organizational Citizenship Behavior (OCB). Jika diartikan secara sederhana, OCB
merupakan perilaku karyawan yang secara sukarela mengerjakan pekerjaan yang
melebihi dari standar tugas yang diberikan kepadanya, demi membantu
keberlangsungan perusahaan dalam mencapai tujuannya.
Karyawan dengan tingkat OCB yang tinggi, merupakan aset bagi sebuah organisasi.
Karena karyawan yang seperti ini akan sangat mudah sekali menaati perintah yang
diberikan atasannya. Mereka akan melakukan perintah tanpa banyak berfikir “nanti
saya dapat apa” dan lain sebagainya.
Dalam konsep psikologi, OCB merupakan atribut psikologis yang bersifat kontinum
bukan tipologi. OCB bisa diibaratkan seperti sebuah penggaris 30 cm, yang bergerak
dari angka 0 cm – 30 cm. Maka seperti penggaris, spektrum OCB juga bergerak dari
paling rendah hingga ke paling tinggi. Ada karyawan dengan OCB tinggi, namun juga
ada karyawan dengan OCB yang rendah.
Berbagai teori psikologi membahas bahwa perilaku sukarela ini didasari atas motif
yang bermacam-macam. Salah satunya adalah atas dasar rasa memiliki terhadap
organisasi, merasa menjadi bagian terdekat dari organisasi, atau merasa menjadi orang
yang bertanggung jawab dalam pencapaian tujuan organisasi. Oleh sebab itu, perilaku
ini dilabeli “Citizenship”.
Bagi anggota organisasi yang baru, atau karyawan baru. Rasa memiliki terhadap
organisasi dapat mendorong munculnya perilaku OCB. Oleh sebab itu, karyawan lama
yang ada di unit anda mungkin banyak yang menyambut anda dengan hangat.
Menyambut dengan kata-kata “selamat bergabung, anggap saja anda saat ini sedang
berada di rumah sendiri”.
BAB III
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah peneliti kemukakan sebelumnya, maka
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Hubungan antara kepemimpinan transformasional dengan Organizational
Citizenship Behavior (OCB)
2. Tingkat persepsi karyawan terhadap kepemimpinan transformasional
3. Tingkat Organizational Citizenship Behavior
4. Seberapa besar sumbangan efektif kepemimpinan transformasional terhadap
Organizational Citizenship Behavior (OCB)
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Manfaat Teoritis: Dapat memberikan wawasan dan menambah khasanah keilmuan,
khususnya psikologi industri dan organisasi.
2. Manfaat Praktis:
a. Bagi Karyawan Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi dan
pengetahuan tentang hubungan antara kepemimpinan transformasional dengan
Organizational Citizenship Behavior (OCB) sehingga karyawan dapat meningkatkan
OCB didalam organisasi.
b. Bagi Instansi dan Pimpinan Universitas Penelitian ini juga diharapkan dapat
memberikan gambaran atau informasi kepada instansi dan pimpinan tentang
kepemimpinan transformasional untuk meningkatkan OCB dalam kaitannya dengan
tujuan organisasi.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
dan perbandingan penelitian selanjutnya.