Anda di halaman 1dari 6

Hubungan Komunikasi dan Sikap dengan Implementasi Kebijakan Pajak

Reklame di Kawasan Simpang Lima Semarang


Oleh :
Supriyanto, Hartuti Purnaweni, Nina Widowati

Jurusan Administrasi Publik


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Diponegoro
Jalan Prof. H. Sudarto, SH, Tembalang, Semarang, Kotak Pos 1269
Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465405
Laman : http://www.fisip.undip.ac.id email fisip@undip.ac.id

ABSTRACT
Advertisement tax is one of the Regencial / Municipal tax. to help in increasing
enabel the goverment tax manage earning to execute development and enable the
goverment tax manage its own area. However, in reality implementation of this policy
implementation has not brought yet resulted well enaugh.
The results of this research proved that There is a significant relationship between
attitude and communication forward policy implementation as evidenced from the results
Concordance Kendall Coefficient (W) which shows the rate of 0,893 W and 𝑋 2 test of
significance produce 𝑋 2 value of 85.72. This then consulted with 𝑋 2 tables with
significance level of 5% = 55.75 indicates that the observation 𝑋 2 = 85.72 > 𝑋 2 =
55.75% Table 5 so that it can be concluded that the hypothesis can be accepted.

PENDAHULUAN kepentingan pembiayaan rumah tangga


A. Latar belakang pemerintah daerah tersebut (Mardiasmo,
Pendapatan Asli Daerah (PAD) sangat 2003:148).
penting sebagai sumber pembiayaan Menurut Perda Kota Semarang
pemerintah daerah karena merupakan tolak Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Pajak
ukur dalam pelaksanaan otonomi daerah, Reklame. Pajak Reklame adalah pajak atas
dimana proporsi PAD terhadap total penyelenggaraan reklame. Reklame adalah
penerimaan merupakan indikasi “Derajat benda, alat, perbuatan atau media yang
Kemandirian” keuangan suatu pemerintah menurut bentuk dan corak ragamnya untuk
daerah. Sumber-sumber PAD sebenarnya tujuan komersial, dipergunakan untuk
sangatlah diharapkan dapat menjadi salah memperkenalkan, menganjurkan atau
satu solusi bagi pendanaan daerah dan memujikan suatu barang, jasa atau orang,
diharapkan dapat menjadi penyangga atau pun untuk menarik perhatian umum
utama dalam membiayai kegiatan-kegiatan kepada suatu barang, jasa atau orang yang
daerahnya. Semakin banyak kebutuhan ditempatkan atau dapat dilihat, dibaca,
daerah yang dapat dibiayai dengan PAD, dan/atau didengar dari suatu tempat oleh
maka akan semakin tinggi kualitas umum kecuali yang dilakukan oleh
otonominya. Pemerintah.
Komponen Pendapatan Asli Daerah yang
mempunyai kontribusi dan potensi terbesar Dalam melaksanakan kebijakan
di Kota Semarang adalah pajak daerah. pajak reklame di kawasan Simpang Lima
Pajak Daerah merupakan sumber Semarang komunikasi dan sikap aparat
pendapatan yang dapat dikembangkan pemerintah sangat berpengaruh terhadap
berdasarkan peraturan-peraturan pajak kinerja kebijakan. Komunikasi sangat
yang diterapkan oleh daerah untuk menentukan keberhasilan pencapaian
tujuan dari implementasi kebiajakan

1
publik. Implementasi yang efektif terjadi kebijakan, (4) Karakteristik badan-
apabila para pembuat keputusan sudah badan pelaksana, (5) Kondisi ekonomi,
mengetahui apa yang akan mereka social, dan politik, (6) Sikap atau
kerjakan. Pengetahuan atas apa yang kecenderungan pelaksanaMenurut
mereka kerjakan dapat berjalan bila Edward (Winarno, 2008: 174) dalam
komunikasi berjalan dengan baik, sehingga mengkaji implementasi kebijakan
setiap keputusan kebijakan dan peraturan dimulai dengan mengajukan pertanyaan
implementasi harus dikomunikasikan mengenai prakondisi apa yang
kepada bagian personalia yang tepat. Selain diperlukan sehingga suatu implementasi
itu, kebijakan yang dikomunikasikanpun kebijakan berhasil? Dan hambatan-
harus tepat, akurat, dan konsisten. hambatan utama yang mengakibatkan
suatu implementasi kebijakan gagal?
B. Tujuan Penelitian Edward berusaha menjawabnya dengan
1. Untuk mengetahui hubungan membicarakan empat variabel yaitu
implementasi kebijakan pajak reklame komunikasi, sumber-sumber, disposisi
di kawasan Simpang Lima Semarang. dan struktur birokrasi.
2. Untuk mengetahui hubungan komuniksi 4. Komunikasi (Communication)
dan sikap terhadap implementasi Komunikasi dalam implementasi
kebijakan pajak reklame di kawasan kebijakan mencakup beberapa dimensi
Simpang Lima Semarang. penting yaitu tranformasi informasi
C. Kerangka Teori (transimisi), kejelasan informasi
1. Kebijakan publik Kebijakan menurut (clarity) dan konsistensi informasi
James E. Anderson dalam ( Islamy (consistency). Dimensi tranformasi
2001:17), yaitu : “ A purposive course of menghendaki agar informasi tidak hanya
action followed by an actor or set of disampaikan kepada pelaksana
factor in dealing with a problem or kebijakan tetapi juga kepada kelompok
matter of concern” (serangkaian sasaran dan pihak yang terkait. Dimensi
tindakan yang mempunyai tujuan kejelasan menghendaki agar informasi
tertentu yang diikuti dan dilaksanakan yang jelas dan mudah dipahami, selain
oleh seseorang pelaku atau kelompok itu untuk menghindari kesalahan
pelaku guna memecahkan suatu masalah interpretasi dari pelaksana kebijakan,
tertentu). kelompok sasaran maupun pihak yang
2. Implementasi Kebijakan Publik terkait dalam implementasi kebijakan.
Grindle (Winarno, 2008: 101) Sedangkan dimensi konsistensi
menyatakan, implementasi merupakan menghendaki agar informasi yang
proses umum tindakan administratif disampaikan harus konsisten sehingga
yang dapat diteliti pada tingkat program tidak menimbulkan kebingungan
tertentu. Sementara itu, Van Meter dan pelaksana kebijakan, kelompok sasaran
Van Horn (Winarno, 2008: 101) maupun pihak terkait.
3. Model Implementasi Kebijakan Van 5. Sikap adalah keadaan mental dan
Meter dan van Horn (Agustino, 2006: taraf dari kesiapan, yang diatur melalui
141) menawarkan suatu model dasar pengalaman yang memberikan
yang mempunyai enam variabel yang pengaruh dinamik atau terarah
membentuk kaitan (lingkage) antara terhadap respons individu pada semua
kebijakan dan kinerja (performance). objek dan situasi yang berkaitan
Variabel tersebut adalah (1) Ukuran- dengannya (Allport, 1935 : 10)
ukuran dasar dan tujuan-tujuan
Komponen sikap
kebijakan, (2) Komunikasi antar 1. Kognitif : berupa pengetahuan,
organisasi dan kegiatan-kegiatan kepercayaan/pikiran yang didasarkan
pelaksanaan, (3) Sumber-sumber

2
pada informasi yang berhubungan Data digunakan dalam penelitian ini
dengan objek. digolongkan menjadi 2 jenis yaitu:
2. Afektif : menunjuk pada dimensi 1. Data kuantitatif adalah data yang berupa
emosional dari sikap, yaitu emosi yang angaka-angka yang diperoleh dari sumber-
berhubungan dengan objek. Objek sumber tertulis baik formal mauun
disini dirasakan sebagai menyenangkan informal.
atau tidak menyenangkan. 2. Data kualitatif adalah data yang berupa
3. Behavior/konatif : melibatkan salah satu bahan-bahan yang tidak tertulis dan
predisposisi untuk bertindak terhadap diperoleh dari hasil wawancara dan hasil
objek pengamatan.
D. Hipotesis 5. Sumber Data
Hipotesis penelitian ini adalah: Sumber data berasal dari sumber data
1. Ada hubungan antara variabel primer, yaitu diperoleh langsung dari
komunikasi dengan implementasi sumbernya dan data sekunder, yaitu
kebijakan pajak reklame diperoleh tidak langsung dari sumbernya.
2. Ada hubungan antara variabel sikap 6. Teknik Pengumpulan Data
dengan implementasi kebijakan pajak Teknik pengumpulan data yang digunakan
reklame adalah wawancara terstruktur,
. dokumentasi, observasi non partisipatif,
E. Metode Penelitian dan studi kepustakaan.
1. Tipe Penelitian 7. Analisis dan Interpretasi Data
Penelitian Eksplanatori, yaitu penelitian Teknik analisis data yang digunakan dalam
yang bertujuan untuk mengetahui besar penelitian ini adalah teknik analisis
kecilnya hubungan dan pengaruh dari satu taksonomik. Proses yang dilalui (Sugiyono,
variabel terhadap variabel lainnya, untuk 2009: 244) terdiri dari reduksi data,
menguji hipotesis yang diajukan (diterima penyajian data, dan conclusion drawing/
atau ditolak). Jadi dalam penelitian ini verification.
sudah ada hipotesisnya. PEMBAHASAN
A. Implementasi Kebijakan (Y)
2. Situs Penelitian Rekapitulasi implementasi kebijakan
Fokus tentang implementasi kebijakan memperlihatkan ada sebanyak 60 %
pajak reklame dengan lokus di kawasan responden pegawai DPKAD Kota
Simpang Lima Semarang, Semarang yang menyatakan bahwa
3. Populasi dan Sample implementasi kebijakan yang dilakukan
1. Populasi atau universe adalah jumlah sudah baik dan sebanyak 32 % responden
keseluruhan dari satuan-satuan atau menyatakan kurang baik, adapun yang
individu-individu yang karakteristiknya menyatakan tidak baik yaitu sebanyak 6,7
hendak diteliti. Dan satuan-satuan tersebut % responden dan sebanyak 1,3 %
dinamakan unit analisis, dan dapat berupa responden menyatakan sangat baik. Dengan
orang-orang, institusi-institusi, benda- begitu dapat disimpulkan bahwa
benda, dan lain sebagainya. implementasi kebijakan pajak reklame di
2. Sampel atau contoh adalah sebagian dari kawasan Simpang Lima Semarang
populasi yang karakteristiknya hendak tergolong baik.
diteliti (Sugiono, 2009:67). Sampel yang
B. Komunikasi (X1)
baik, yang kesimpulannya dapat dikenakan
pada populasi, adalah sampel yang bersifat rekapitulasi komunikasi di atas
representatif atau yang dapat memperlihatkan ada sebanyak 44 %
menggambarkan karakteristik populasi. responden yang menyatakan tingkat
4. Jenis Data komunikasi yang kurang baik, dan
sebanyak 33,3 % responden yang

3
menyatakan baik sedangkan yang kondisi semacam ini, maka dapat dikatakan
menjawab sanagat baik sebanyak 20 % bahwa sikap wajib pajak dapat dikatakan
responden dan sebanyak 2,7 % responden kurang baik. Hal ini disebabkan rendahnya
menyatakan tidak baik. Dengan demikian sikap wajib pajak baik, kognisi, afeksi, dan
dapat disimpulkan bahwa tingkat perilaku aparat terhadap kebijakan pajak
komunikasi di DPKAD Kota Semarang reklame terhadap pelaksanaan Perda No. 6
tergolong kurang baik Tahun 2011 tentang pajak reklame. Dalam
C. Sikap (X2) hal ini, upaya pemerintah Kota Semarang
Sebagian besar responden menilai sikap untuk menigkatkan PAD akan mengalami
wajib pajak yang kurang baik, yaitu kendala, khususnya dalam pencapaian
sebanyak 42,4%. Bahkan terdapat sebanyak target pajak reklame, karena tidak didukung
2,7% responden lainya menilai sikap wajib dengan sikap yang positif.
pajak yang tidak baik. Dengan adanya
B. Pengujian Hipotesis
1. Analisis Korelasi antara = (0,598)2 𝑥 100%
Komunikasi (X1) dengan
Implementasi Kebijakan Pajak = 0,3576 x 100%
Reklame (Y) = 35,76%
Sesuai dengan ketentuan dalam uji
statistik dapat diambil kesimpulanya bahwa Pada hasil penghitungan koefisien
hipotesis yang menyatakan ada hubungan determinasi (KD) tersebut dapat
antara komunikasi dengan implementasi disimpulkan bahwa besaran KD yang
kebijakan diterima, dengan penghitungan diperoleh menunjukkan bahwa pada
sebagai berikut: variabel implementasi kebijakan terjadi
𝐾𝐷 = 𝜏 2 . 100% perubahan sebesar 35,76% yang
disebabkan oleh variabel komunikasi (X1),
= (0,371)2 𝑥 100% sedangkan sisanya sebesar 64,24%
dipengaruhi oleh faktor-faktor lainya.
= 0,1376 x 100%
= 13,76% 3. Hubungan antar Variabel
Komunikasi (X1) dan Sikap (X2)
Pada hasil penghitungan koefisien dengan Implementasi Kebijakan
determinasi (KD) tersebut dapat Pajak Reklame (Y)
disimpulkan bahwa besaran KD yang
Sesuai analisis data diatas, maka
diperoleh menunjukkan bahwa pada
hipotesis yang menyatakan adanya
variabel implementasi kebijakan terjadi
hubungan antara variabel komunikasi dan
perubahan sebesar 13,76% yang
variabel sikap dengan variabel
disebabkan oleh variabel komunikasi (X1),
implementasi pajak reklame di kawasan
sedangkan sisanya sebesar 86, 23%
Simpang Lima Semarang dapat diterima
dipengaruhi oleh faktor-faktor lainya.
2. Analisis Korelasi antara Sikap Besarnya pengaruh variabel X1
(X2) dengan Implementasi dan X2 terhadap variabel Y dapat
Kebijakan Pajak Reklame (Y) diketahui melalui rumus Koefisien
Determinasi (KD) sebagai berikut :
Sesuai dengan ketentuan dalam uji
statistik dapat diambil kesimpulanya bahwa 𝐾𝐷 = 𝑊 2 . 100%
hipotesis yang menyatakan ada hubungan
antara komunikasi dengan implementasi = (0,893)2 𝑥 100%
kebijakan diterima, dengan penghitungan = 0,7974 x 100%
sebagai berikut:
= 79,74%
𝐾𝐷 = 𝜏 2 . 100%
4
Sesuai perhitungan di atas dapat pembayaran agar wajib pajak tidak
disimpulkan bahwa implementasi terlambat dalam membayar pajak
kebijakan berubah sebesar 79,74 % reklame.
sebagai akibat adanya hubungan dengan 4. Agar DPKAD lebih menigkatkan
variabel sikap dan komunikasi serta kedisiplinan bagi para petugas
pengaruh variabel lainnya sebesar 20,26 %. pemungut pajak reklame.
Oleh karena itu maka hipotesis yang DAFTAR PUSTAKA
dikemukakan sebelumnya pada kerangka
dasar pemikiran yang menyatakan bahwa Badan Pusat Statistik. Jawa Tengah dalam
variabel komunikasi (X1) dan variabel Angka berbagai edisi : Badan Pusat Statistik
sikap (X2) merupakan faktor-faktor yang Provinsi Jawa Tengah.
dapat mempengaruhi implementasi ________________. Semarang dalam
kebijakan (Y) dapat diterima. Hal ini Angka berbagai edisi : Badan Pusat Statistik
dapat dibuktikan melalui pengujian Provinsi Jawa Tengah.
hipotesis dalam bentuk analisis tabel Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset
silang, Koefisien Korelasi Rank Kendall, Daerah Kota Semarang. 2010. Penerimaan
Koefisien Konkordasi Kendall, dan pajak reklame tahun 2010. Dinas
Koefisien Determinan dimana hipotesis Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
dapat diterima secara signifikan. Kota Semarang. 2010
____________________. Laporan
KESIMPULAN DAN SARAN evaluasi Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kota Semarang tahun 2010. Dinas
A. Kesimpulan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Ada hubungan yang signifikan antara sikap Kota Semarang. 2010
dan komunikasi terhadap implementasi Hermawan,Hendri.www.suaramerdeka.co
kebijakan yang dibuktikan dari hasil m/pajak dan retribusi reklame/ tanggal 11
Koefisien Konkordasi Kendall (W) yang agustus 2011
menunjukkan angka W sebesar 0,893 dan Imam Ghozali, 2005. Aplikasi Analisis
uji signifikansi 𝑋 2 menghasilkan nilai 𝑋 2 Multivariet Dengan SPSS, Edisi Revisi,
sebesar 85,72. Kemudian ini Undip, Semarang
2
dikonsultasikan dengan 𝑋 tabel dengan Islamy, Irfan. 2007. Prinsip-Prinsip
taraf signifikan 5% = 55,75 menunjukkan Perumusan Kebijaksanaan Negara.
bahwa 𝑋 2 observasi = 85,72 > 𝑋 2 tabel 5% Jakarta: Bina Aksara
= 55,75 sehingga dapat disimpulkan bahwa J. Suparno, 2000. Statistik Teori dan
hipotesis dapat diterima. Aplikasi. Jakarta. Erlangga
B. Saran Kesit, Bambang Prakoso, 2005, Pajak dab
1. Memberikan penyuluhan isi dan Retribusi Daerah, Yogyakarta, UII Perss
tujuan kebijakan kepada petugas Yogyakarta.
pajak reklame agar memahami Mardiasmo, 2002, Otonomi dan
kebijakan pajak reklame dengan Menejemen Keuangan Daerah. Yogyakarta,
baik dan benar sehinga dapat ANDI OFSET.
memberikan informasi dengan Nugroho, Riant, 2009, Public Polecy,
benar pada wajib pajak. Jakarta, PT. Elex Media Komputindo
2. Lebih menigkatkan kedekatan Pemerintah Kota Semarang. 2011. LAKIP
kepada wajib pakjak reklame agar Kota Semarang Tahun 2011.
terjalin komunikasi yang lancar Peraturan Daerah Kota Semarang Nomer.
antara petugas pajak reklame 6 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame.
dengan wajib pajak. Rismawati, Ary. 2010. Implementasi Perda
3. DPKAD agar memberikan tempat No.2 Tahun 2002 tentang pajak Reklame di
pembayaran dan prosedur Kota Semarang. Fisip Undip

5
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Undang-Undang Nomor 22/1999. Tentang
Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Pemerintah Daerah. PT Aneka Ilmu.
Alfabeta Semarang
Sunarto, 2005. Pajak dan Retribusi Daerah. Undang-Undang Nomor 25/1999. Tentang
Amus Yogyakarta dsn Citra Pustaka Perimbangan Keuangan antara
Yogyakarta. Pemerintah Pusat dengan Pemerintah
Suwitri, Sri. 2008. Konsep Dasar Daerah. PT Aneka Ilmu. Semarang
Kebijakan Publik. Semarang: Badan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.
Penerbit Universitas Diponegoro Tentang Pemerintah Daerah.
Syuhada, Sofian.www.bisnis- Waluyo dan Wirawan. 2002. Perpajakan di
jateng.com/.../pendapatan-retribusi Indonesia. Salemba Empat. Jakarta
reklame/ tanggal 15 oktober 2011 Winarno, Budi. 2007. Teori dan Proses
Tachjan, 2006, Implementasi Kebijakan Kebijakan Publik, Jakarta, Media
Publik, Bandung, AIPI Bandung - Puslit Pressindo.
KP2W Lemlit Unpad.

Anda mungkin juga menyukai