OLEH :
A. Latar Belakang
munculnya sejumlah tuntutan yang tidak bisa ditawar bagi para pelaku ekonomi
maupun industri. Dengan adanya globalisasi maka dunia usaha mau tidak mau
didorong untuk mencapai suatu organisasi yang efektif dan efisien. Keefektifan
dan keefesienan dalam suatu perusahaan sangat diperlukan agar memiliki daya
saing maupun keunggulan lebih dari para pesaing, sehingga perusahaan dapat
kualitas sumber daya sehingga terjadi peningkatan kinerja karyawan dan sekaligus
kondisi internal ini juga dapat memperkuat diri dan meningkatkan daya tahan dalam
bahasa dan tinjauan dari sudut pandang yang berbeda-beda, namun makna yang
terkandung pada hakekatnya sama, yaitu kinerja adalah catatan outcome yang
dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan atau kegiatan tertentu selama suatu periode
waktu tertentu.
Tugas dari organisasi adalah berusaha untuk mengoptimalkan kinerja
efisiensi, efektivitas dan kepuasan kerja. Untuk melihat apakah sumber daya
manusia yang ada dalam suatu organisasi telah menunjukan kinerja yang baik atau
kinerja perusahaan. Kinerja yang dimiliki oleh karyawan tidak lepas dari
yang tinggi akan menganggap bahwa tujuan pribadi dan tujuan perusahaan
perusahaan sehingga berdampak pada hasil kerja yang baik secara kualitas
ataupun kuantitas.
Dalam penulisan makalah ini, Penulis membahas bagian-bagian yang,
sebagai keinginan kuat untuk selalu menjadi bagian dari organisasi tertentu,
keinginan untuk bekerja keras mencapai tujuan organisasi, dan keyakinan dan
kesadaran untuk menerima nilai dan tujuan organisasi. Dengan kata lain, komitmen
organisasi, merasa terlibat dengan tugas-tugas organisasi, merasa loyal dan cinta
tujuan organisasi.
organisasional oleh beberapa pakar seperti Dessler (2019), Luthans dan Doh
(2020), Griffin, Philips, dan Gully (2017), Mathis, Jackson, Meglich, dan Valentine
(2021), Allen dan Meyer (2013) dapat diperoleh kesamaan pengertian bahwa
keterlibatan dengan tugas tugas, keyakiannya atas nilainilai dan tujuan organisasi,
dan rendahnya tingkat perputaran (turn over) individu atau karyawan. Di samping
itu, terdapat perbedaan di mana Griffin, Philips, dan Gully (2017) lebih menekankan
organisasional yaitu:
hanya faktor dari dalam organisasi melaikan faktor dari luar organisasi dan faktor
personal.
sebagai berikut:
1. Komitmen Afektif
2. Komitmen Berkelanjutan
3. Komitmen Normatif
indikator yaitu:
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada 3 dimensi dan indikator
usaha yang lebih dengan harapan akan imbalan), komitmen normatif (keinginan
yang kuat untuk tetap berada di organisasi). Dimana ketiganya dapat membangun
lain. Keluarnya seorang pegawai dari suatu organisasi dapat dilakukan secara
yang memiliki komitmen yang kuat maka dia akan bertahan untuk anggota
organisasi.
tingkat pergantian pegawai rendah dan tingkat ketidak hadiran yang rendah.
Selain itu juga akan menghasilkan hal lain yang diinginkan yaitu iklim organisasi
yang hangat, mendukung menjadi anggota tim yang baik dan siap membantu
komitmen pegawai juga dapat menciptakan iklim organisasi yang hangat serta
organisasi yaitu:
Kinerja yang tinggi dapat dicapai jika semua aspek desain organisasi selaras
Menyukai visi dan nilai – nilai organisasi merupakan karakteristik sentral dari
perubahan)
Capacity for learning and change (kapasitas untuk pembelajaran dan perubahan).
F. MEMBANGUN KOMITMEN ORGANISASIONAL
Identifikasi mencapai nilai tertinggi ketika pekerja yakin nilai – nilai mereka sesuai
3. Trust (kepercayaan)
Pekerja merasa bahwa mereka menjadi bagian dari organisasi apabila mereka
yaitu sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Kinerja adalah tentang melakukan
Menurut Kasmir (2016:182), kinerja adalah hasil kerja dan perilaku kerja
yang telah di capai dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawab yang
adalah suatu hasil kerja atau prestasi kerja dari seseorang atau kelompok orang
jawabnya untuk mendapatkan hasil sesuai dengan tujuan organisasi dalam suatu
periode tertentu yang diliputi dengan 5 indikator yaitu: Kualitas Kerja, Kuantitas
Menurut Armstrong dan Baron dalam Wibowo (2017:84), yaitu sebagai berikut:
3. Faktor tim (team factors), ditunjukkan oleh kualitas dukungan yang diberikan oleh
rekan sekerja.
4. Faktor sistem (system factors), ditunjukkan oleh adanya sistem kerja dan fasilitas
kinerja pegawai bukan hanya keterampilan, kompetensi yang dimiliki, motivasi, dan
komitmen individu pegawai melaikan faktor dukungan team leader, rekan kerja,
sistem dan fasilitas kerja, tekanan dari internal dan eksternal juga dapat
1. Kualitas Kerja
waktu sehingga efisiensi dan efektivitas dapat terlaksana sesuai dengan tujuan
perusahaan.
3. Tanggung jawab
4. Kerja Sama
Kesediaan pegawai untuk berpartisipasi dengan pegawai lain secara vertikal dan
horizontal baik di dalam maupun di luar pekerjaan sehingga hasil pekerjaan akan
semakin baik.
5. Inisiatif
Inisiatif dari dalam diri anggota perusahaan untuk melakukan pekerjaan serta
mengatasi masalah dalam pekerjaan tanpa menunggu perintah dari atasan atau
karyawan.
kerja, tanggungjawab, kerja sama, inisiatif dapat dikatakan sebagai indikator kinerja
karena saling berkaitan dan secara keseluruhan mencakup kinerja pegawai yang
diperlukan organisasi.
D. TUJUAN PENILAIAN KINERJA
2. Keputusan penempatan
Bagi karyawan yang telah dinilai kinerjanya ternyata kurang mampu untuk
lainnya. Sebaliknya bagi mereka yang memiliki kinerja yang baik perlu
Artinya bagi mereka yang mengalami peningkatan kinerja maka akan dilakukan
Demikian pula sebaliknya bagi karyawan yang hasil penilaian kinerjanya terus
Artinya bagi karyawan yang memiliki kemampuan atau keahlian yang kurang,
Artinya bagi mereka yang kinerjanya meningkat maka akan ada penyesuaian
Artinya dengan adanya penilaian kinerja maka seluruh karyawan merasa diberi
membuktikan bahwa tidak ada perbedaan penilaian antara satu dengan yang
Artinya dengan ada penilaian kinerja maka akan terciptanya budaya yang
akan tetapi harus berusaha meningkatkan kinerjanya. Dengan kata lain kinerja
Kinerja juga merupakan sarana untuk memberikan hukuman atau sanksi atas
tujuan agar seluruh karyawan dapat menyadari bahwa bagi mereka yang tidak
mampu memenuhi standar kerja, maka ada sanksi yang akan diperolehnya. Di
lain pihak guna memacu karyawan untuk bekerja lebih baik guna terhindar dari
Menurut Sager (dalam Muhadi, 2007) kinerja dipengaruhi oleh beberapa factor
yaitu pendidikan, ketrampilan, disiplin, sikap dan etika kerja, motifasi, kesehatan,
Dari sekian banyak faktor yang memengaruhi kinerja, maka penulis memilih
dan Abodunde, 2014). Ini didukung oleh Irefin dan Mechanic (2014) bahwa semakin
terdapat hubungan yang sangat tinggi antara komitmen organisasi dan kinerja
organisasi. Hal ini juga diungkapkan Memari, Machdich dan Marnani (2013) bahwa
ada hubungan yang positif antara komitmen organisasi dan kinerja karyawan. Khan,
Ziauddin, Jam dan Ramay (2010) menyebutkan bahwa ada hubungan yang positif
antara komitmen organisasi dan kinerja karyawan. Yeh, Chjien dan Hong (2012)
mengungkapkan adanya afek yang positif signifikan antara komitmen organisasi dan
kinerja. Thamrin (2013) menyatakan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan
Selain itu ada juga beberapa penelitian yang menyatakan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara komitmen organisasi dan kinerja, seperti yang
dilakukan oleh Fujianti (2012), melalui hasil penelitiannya terhadap kinerja akuntan
kinerja akuntan pendidik. Hal ini juga diungkapkan oleh Subejo, Troena, Thoyib &
Aisjah (2013) bahwa komitmen organisasi tidak memiliki signifikansi dengan kinerja
pada karyawan.
Komitmen Organisasional dan Kinerja ada yang berpengaruh dan ada juga
yang tidak memiliki pengaruh. Hal tersebut dipengaruh oleh beberapa factor
seperti yang dikemukakan oleh Van Dyne, Graham dan Dienesche (1994).
karyawan, yaitu:
organisasional.
organisasinya.
a. Nilai (value) tempat kerja. Nilai-nilai yang dapat dibagikan adalah suatu
antar pribadi.
komitmen organisasional.
a. Masa kerja yang lama akan semakin membuat karyawan komit, hal ini