OLEH Dr. SULISTIYANI, M.M Komitmen menurut Kreitner dan Kinicki dalam Wibowo (2014) adalah kesepakatan untuk melakukan sesuatu untuk diri sendiri, individu lain, kelompok atau organisasi.
komitmen organisasional mencerminkan tingkatan keadaan dimana
individu mengidentifikasikan dirinya dengan organisasi dan terikat pada tujuannya.Gibson, dkk.
Wibowo (2014) komitmen organisasional
sebagai perasaan identifikasi, loyalitas, dan pelibatan dinyatakan oleh pekerja terhadap organisasi atau unit dalam organisasi. Tipe Komitmen Organisasional Schermerhorn, Hunt, Osborn dan Uhl-Bien dalam Wibowo (2014) Ada tiga tipe komitmen organisasional, 1.Rational Commitment dan Emotional Commitment.Rational commitment mencerminkan perasaan bahwa pekerjaan memenuhi kepentingan finansialnya, pengembangan, dan profesionalnya.
2. Emotional Commitment mencerminkan perasaan bahwa apa yang dilakukan adalah
penting, berharga dan memberi manfaat pada orang lain
3. Normative Commitment mencerminkan perasaan sebagai kewajiban untuk
melanjutkan kesempatan kerja. Pekerja dengan normative commitment tingkat tinggi merasa bahwa mereka harus tetap dengan organisas. Kreitner dan Kinicki dalam Wibowo (2014) Ada 2 komponen komitmen organisasional, bersumber dari pendapat Mayer dan Allen, 1.Affective Commitment, mencerminkan ketertarikan emosional pekerja pada, identifikasi dengan, dan keterlibatan dalam organisasi. Pekerja dengan affective commitment kuat melanjutkan bekerja dengan organisasi karena mereka ingin melakukannya.
2.Continuance commitment mencerminkan pada kepedulian terhadap biaya
berkaitan dengan apabila meninggalkan organisasi. Pekerja yang terutama terkait pada organisasi didasarkan pada continuance commitment tetap berada dalam organisasi karena mereka perlu melakukannya. Cara untuk membangun komitmen organisasional:
Justice and support (keadilan dan dukungan).
Affective commitment lebih tinggi pada organisasi yang memenuhi
kewajibannya pada pekerja seperti kejujuran, kehormatan, kemauan memaafkan dan integritas moral.Shared values (nilai bersama) Affective commitment menunjukkan identitas orang pada organisasi, dan identifikasi mencapai tingkat tertinggi ketika pekerja yakin nilai-nilai mereka sesuai dengan nilai-nilai dominan organisasi. Komitmen menurun atau meningkat karena faktor-faktor sebagai berikut:
Inhibiting factors (faktor penghambat) menyalahkan secara berlebihan,
mengucapkan terima kasih tidak tulus, kegagalan meneruskan, ketidakkonsistenan dan ketidaksesuaian, meningkatnya ego dan gangguan.
Stimulating factors (faktor perangsang): kejelasan aturan dan
kebijakan, investasi pada pekerja berupa pelatihan, penghargaan dan apresiasi atas usaha, partisipasi dan otonomi pekerja, membuat pekerja merasa dihargai. Mengukur Komitmen :Orang memberi perhatian pada prestasi kerja ketika mereka mempunyai komitmen untuk melakukan tindakan. Adalah penting untuk dilakukan observasi terhadap tingkat antusiasme dan komitmen yang ditunjukkan pekerja terhadap terhadap kesepakatan sasaran dan tingkat kinerja. Sebagai contoh adalah, mereka mengelaborasi rencana untuk mencapai sasaran atau mulai mengajukan pertanyaan tentang implementasi dan siapa yang harus diberitahu tentang sasaran. Ini merupakan tanda komitmen positif. komitmen positif, pekerja menunjukkan antusiasme, menyelesaikan masalah, melaporkan kemajuan, dan menunjukkan inisiatif. Sedangkan sebagai tanda buruknya komitmen adalah mengajukan pengunduran diri, mengabaikan masalah, bersikap diam dan kurangnya inisiatif (Langdon dan Osborne dalam Wibowo, 2014). Beer dalam Wibowo (2014) organisasi yang mempunyai komitmen tinggi akan memberikan kinerja berkelanjutan dengan mengembangkan 3 pilar organisasi, yaitu 1.performance alignment, 2.psychological alignment dan 3. capacity for training and change.Performance Alignment, Penyelarasan Kinerja Kinerja tinggi tidak dapat dicapai kecuali semua aspek desain organisasi selaras atau sesuai dan pada gilirannya selaras dengan atau sesuai dengan tugas strategis organisasi. Psychological Alignment, Penyelarasan psikologis ditunjukkan oleh kenyataan bahwa pekerja menyukai bekerja di dalamnya dan merupakan tipe ketertarikan emosional. Menyukai visi dan nilai-nilai organisasi kapasitas untuk pembelajaran dan perubahan. Kita hidup dalam era perubahan. Kompetisi global dan perubahan cepat dalam teknologi dan pasar memerlukan organisasi adaptif dan mampu melakukan transformasi. Kapasitas untuk pembelajaran dan perubahan adalah menanamkan kapasitas untuk perubahan dalam organisasi dalam jangka panjang. Organisasi dengan High Commitment High Performance mempunyai karakteristik yang memungkinkan manajemen senior dan tingkat di bawahnya akan terikat dalam kejujuran, kolektif dan pembicaraan masalah berdasarkan fakta tentang realitas organisasional. Karakteristik tersebut antara lain: a. Caring about customers and performance. Dalam organisasi High Commitment High Performance, pekerja pada semua tingkat dari atas sampai ke bawah peduli terhadap pelanggan, kinerja dan sukses organisasi. b. Mutual respect. Orang dipilih atas kualitas kemanusiaan dan hubungan antar manusia, seperti menghargai orang lain dan kapasitas menyuarakan pandangannya secara terbuka dan jujur. Variasi mekanisme mendorong dan menggunakan kualitas ini. c. Egalitarian culture. Organisasi High Commitment High Performance cenderung kurang hierarkis dan birokratis. Mereka mempunyai budaya egaliter, bahwa semua orang sama derajatnya, diciptakan melalui pengurangan simbol status seperti kantor, parkir khusus dan gelar. Tugas Komitmen yang tinggi terhadap organisasi akan memiliki sikap yang profesional dan menjunjung tinggi nilai-nilai yang telah disepakati dalam organisasi (Alwi,2008, h.56). Pendapat lain dikemukakan oleh Luthans (2002, h.241) yang menyatakan bahwa baik penelitian masa lalu maupun penelitian terakhir mendukung pengaruh komitmen organisasi terhadap hasil yang diinginkan, yaitu kinerja Berdasarkan pendapat di atas, bahwa komitmen berhubungan dengan kinerja pegawai.. (Porter et.al dalam RivD¶L 2000) 1. Carilah artikel yang menyatakan bahwa komitmen berpengaruh pada kinerja dengan 3 jurnal 2. Bagaimana hasil penelitian dari artikel tersebut, berpengaruh positif atau negatif