Jenis budaya formalisasi tinggi, sentralisasi tinggi yaitu memiliki ciri-ciri birokrasi yang
tinggi, dikelola secara ilmiah dan memiliki disiplin tinggi. Semua pekerjaan sudah diatur
secara sistematis melalui berbagai macam prosedur, bahkan kalau perlu dengan time and
motion study yang cermat. Porsi pekerjaan seseorang sudah ditetapkan dan bersifat rutin. Hal
ini dinamakan budaya Apollo yang diambil dari nama Dewa Yunani (Harisson, 1972).
Jenis budaya formalisasi rendah, sentralisasi tinggi yaitu bercirikan hubungan lisan yang kuat
dan intuitif. Kekuasaan tertinggi ada di tangan satu orang atau sebuah kelompok dari pusat,
seperti seekor laba-laba yang berada di tengah jaringnya. Jenis budaya ini dikenal dengan
istilah Zeus atau budaya Kuasa.
Jenis formalisasi tinggi, sentralisasi rendah yaitu jenis budaya tugas atau matriks. Dalam
budaya ini orang-orang terkumpul dari berbagai latar belakang ilmu dan keterampilan yang
berbeda (interdisipliner) namun mereka terfokus pada tugas yang sama. Cara kerja masing-
masing elemen ini sangat independen namun terikat oleh berbagai prosedur yang ketat. Jenis
ini dinamakan sebagai budaya Athena (Handy, 1978).
Jenis budaya formalisasi rendah, sentralisasi rendah yaitu suasana afeksi, saling menghargai,
dan keceriaan. Jenis budaya ini informal dan sangat desentralisasi. Anggotanya mempunyai
tujuan atau kepentingan yang sama tetapi masih menikmati kebebasan individu yang tinggi.
Jenis ini dinamakan budaya Dionysius yaitu nama Dewa Anggur (Handy, 1978).
7. Harapan dan teori atribusi ?
Teori Atribusi adalah teori yang membahas tentang penyebab perilaku seseorang atau diri
kita sendiri, yang mana nantinya akan membentuk suatu kesan. Kesan yang dibentuk akan
ditarik kesimpulan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku orang lain.