Anda di halaman 1dari 10

Komitmen Organisasi

Komitmen organisasi adalah sikap atau bentuk perilaku seseorang terhadap organisasi
dalam bentuk loyalitas dan pencapaian visi, misi, nilai dan tujuan organisasi. Seseorang
dikatakan memiliki komitmen yang tinggi terhadap organisasi, dapat dikenali dengan ciri-ciri
antara lain kepercayaan dan penerimaan yang kuat terhadap tujuan dan nilai-nilai
organisasi, kemauan yang kuat untuk bekerja demi organisasi dan keinginan yang kuat untuk
tetap menjadi anggota organisasi.

Berikut ini beberapa pengertian komitmen organisasi dari beberapa sumber buku:

Menurut Greenberg dan Baron (2003:160), komitmen organisasi adalah derajat dimana
karyawan terlibat dalam organisasinya dan berkeinginan untuk tetap menjadi anggotanya,
dimana didalamnya mengandung sikap kesetiaan dan kesediaan karyawan untuk bekerja
secara maksimal bagi organisasi tempat karyawan tersebut bekerja.

Menurut Allen dan Meyer, komitmen organisasi merupakan kelekatan emosi, identifikasi
dan keterlibatan individu dengan organisasi serta keinginan untuk tetap menjadi anggota
organisasi (Dunham dkk, 1994).

Menurut Steers dan Porter (1983:442), komitmen organisasi adalah suatu sikap dimana
individu mengidentifikasikan dirinya terhadap tujuan-tujuan dan harapan-harapan
organisasi tempat ia bekerja serta berusaha menjaga keanggotaan dalam organisasi untuk
mewujudkan tujuan organisasi tersebut.

Menurut Luthans (2006), komitmen organisasi adalah keinginan kuat untuk tetap sebagai
anggota organisasi tertentu, keinginan untuk berusaha keras sesuai dengan keinginan
organisasi dan keyakinan tertentu juga penerimaan nilai dan tujuan organisasi.

Menurut McShane dan Von Glinow (2008:119), komitmen organisasi merupakan pengaruh
yang paling kuat, dimana orang mengidentifikasi terhadap permintaan dan sangat
termotivasi untuk melaksanakannya, bahkan ketika sumber motivasi tidak lagi hadir.

Dari beberapa pengertian komitmen organisasi diatas dapat disimpulkan bahwa komitmen
organisasi adalah “sikap loyalitas karyawan terhadap organisasi, dengan cara tetap bertahan
dalam organisasi, membantu mencapai tujuan organisasi dan tidak memiliki keinginan untuk
meninggalkan organisasi dengan alasan apapun”.
Dimensi Komitmen Organisasi
Terdapat tiga bentuk dimensi komitmen organisasi seseorang, yaitu (Allen dan Meyer,
1991):

a. Komitmen afektif (Affective commitment)

Komitmen ini mengacu pada hubungan emosional anggota terhadap organisasi. Orang-
orang ingin terus bekerja untuk organisasi tersebut karena mereka sependapat dengan
tujuan dan nilai dalam organisasi tersebut. Orang-orang dengan tingkat komitmen afektif
yang tinggi memiliki keinginan untuk tetap berada di organisasi karena mereka mendukung
tujuan dari organisasi tersebut dan bersedia membantu untuk mencapai tujuan tersebut.

b. Komitmen berkelanjutan (Continuance commitment)

Komitmen ini mengacu pada keinginan karyawan untuk tetap tinggal di organisasi tersebut
karena adanya perhitungan atau analisis tentang untung dan rugi dimana nilai ekonomi yang
dirasa dari bertahan dalam suatu organisasi dibandingkan dengan meninggalkan organisasi
tersebut. Semakin lama karyawan tinggal dengan organisasi mereka, semakin mereka takut
kehilangan apa yang telah mereka investasikan di dalam organisasi selama ini.

c. Komitmen normatif (Normative commitment)

Komitmen ini mengacu pada perasaan karyawan dimana mereka diwajibkan untuk tetap
berada di organisasinya karena adanya tekanan dari yang lain. Karyawan yang memiliki
tingkat komitmen normatif yang tinggi akan sangat memperhatikan apa yang dikatakan
orang lain tentang mereka jika mereka meninggalkan organisasi tersebut. Mereka tidak
ingin mengecewakan atasan mereka dan khawatir jika rekan kerja mereka berpikir buruk
terhadap mereka karena pengunduran diri tersebut.

Tiga dimensi komitmen organisasional menurut robbins dan judge (2015) adalah :

1. Komitmen Afektif ( Affective Commitment ) yaitu perasaan emosional untuk


organisasi dan keyakinan dalam nilai-nilainya.
2. Komitmen berkelanjutan ( continuance commitment ) yaitu nilai ekonomi yang
dirasa dari bertahan dalam suatu organisasi bila dibandingkan dengan meninggalkan
organisasi tersebut. Seorang karyawan mungkin berkomitmen kepada seorang
pemberi kerja karena ia dibayar dan merasa bahwa pengunduran diri dari
perusahaan akan menghancurkan keluarganya.
3. Komitmen normatif ( normative commitment ) yaitu kewajiban untuk bertahan
dalam organisasi untuk alasan-alasan moral atau etis. Seseorang akan bertahan
dengan seorang pemberi kerja karena ia merasa meninggalkan seseorang dalam
keadaan yang sulit bila ia pergi.
Ada tiga aspek komitmen : (1) kommitmen organisasi afektif, (2) komitmen organisasi
keberlanjutan, dan (3) komitmen organisasi normatif (J.P.Meyer and N.J.Allen (Eliyana et
al.,2012)). Dari ketiga pendekatan tersebut kita bisa melihat komitmen sebagai kondisi
psikologis yang mencirikan hubungan anntara karyawan dan organisasi. Namun, sifat dari
kondisi psikologis untuk setiap bentuk komitmen berbeda-beda. Karyawan dengan
komitmen afektif yang kuat akan tetap berada dalam organisasi karena keperluan; karyawan
dengan komitmen keberlanjutan yang kuat akan tetap dalam organisasi karena keperluan
mereka; sementara karyawan yang memiliki komitmen normatif yang kuat tetap dalam
organisasi karena suatu keharusan.

Faktor yang mempengaruhi Komitmen Organisasi

Menurut Armstong (1992) dan Nasution (2006), ada 3 pilar besar dalam komitmen. Ketiga
pilar itu meliputi:

1. Adanya perasaan menjadi bagian dari organisasi (a sense of belonging to the


organization).
Untuk mencapai rasa memiliki tersebut, maka salah satu pihak dalam manajemen
harus mampu membuat anggota:
o Mampu mengidentifikasikan dirinya terhadap organisasi.
o Merasa yakin bahwa apa yang dilakukannya/pekerjaannya adalah berharga
bagi organisasi tersebut.
o Merasa nyaman dengan organisasi tersebut
o Merasa mendapat dukungan yang penuh dari organisasi dalam bentuk misi
yang jelas (apa yang direncanakan untuk dilakukan), nilai-nilai yang ada (apa yang
diyakini sebagai hal yang penting oleh manajemen) dan norma-norma yang berlaku
(cara-cara berperilaku yang bisa diterima oleh organisasi).
2. Adanya ketertarikan atau kegairahan terhadap pekerjaan (a sense of excitement in
the job). Perasaan seperti ini bisa dimunculkan dengan cara:
o Mengenali faktor-faktor motivasi intrinsik dalam mengatur desain pekerjaan
(job design).
o Kualitas kepemimpinan.
o Kemauan dari manajer dan supervisor untuk mengenali
bahwa motivasi dan komitmen anggotanya bisa meningkat jika ada perhatian terus
menerus, memberi delegasi atas wewenang serta memberi kesempatan serta ruang
yang cukup bagi anggota untuk menggunakan keterampilan dan keahliannya secara
maksimal (Nasution, 2006). Kurangnya komitmen terhadap organisasi dan nilai-nilai
dari organisasi adalah penyebab utama dari turn over yang tinggi (Nasution, 2006).
3. Adanya rasa memiliki terhadap organisasi (ownership) Rasa memiliki bisa muncul jika
anggota merasa bahwa mereka benar-benar diterima menjadi bagian atau kunci
penting dari organisasi. Konsep penting dari ownership akan meluas dalam bentuk
partisipasi dalam membuat keputusan-keputusan dan mengubah praktek kerja, yang
pada akhirnya akan mempengaruhi keterlibatan anggota. Jika anggota merasa
dilibatkan dalam membuat keputusankeputusan dan jika mereka merasa ide-idenya
didengar dan jika mereka merasa memberi kontribusi yang ada pada hasil yang
dicapai, maka mereka akan cenderung menerima keputusan-keputusan atau
perubahan yang dilakukan. Hal ini dikarenakan mereka merasa dilibatkan, bukan
karena dipaksa (Nasution, 2006).

Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi, yaitu (Allen dan Meyer,
1990):

1. Karakteristik pribadi individu

Karakteristik pribadi terbagi kedalam dua variabel, yaitu variabel demografis dan variabel
disposisional. Variabel demografis mencakup gender, usia, status pernikahan, tingkat
pendidikan, dan lamanya seseorang bekerja pada suatu organisasi. Sedangkan variabel
disposisional mencakup kepribadian dan nilai yang dimiliki anggota organisasi. Variabel
disposisional ini memiliki hubungan yang lebih kuat dengan komitmen berorganisasi, karena
adanya perbedaan pengalaman masin-masing anggota dalam organisasi tersebut.

2. Karakteristik organisasi

Yang termasuk dalam karakteristik organisasi itu sendiri yaitu: struktur organisasi, desain
kebijaksanaan dalam organisasi dan bagaimana kebijaksanaan organisasi tersebut
disosialisasikan.

3. Pengalaman organisasi

Sedangkan pengalaman berorganisasi tercakup ke dalam kepuasan dan motivasi anggota


organisasi selam berada dalam organisasi, perannya dalam organisasi tersebut, dan
hubungan antara anggota organisasi dengan supervisor atau pimpinannya.

Jenis-Jenis Komitmen

1. Komitmen sikap

Komitmen sikap berfokus pada proses bagaimana seseorang mulai memikirkan

mengenai hubungannya dalam organisasi atau menentukan sikapnya terhadap

organisasi. Hal ini dapat dianggap sebagai sebuah pola pikir dimana individu

memikirkan sejauh mana nilai tujuannya sendiri sesuai dengan organisasi dimana

ia berada. Komitmen sikap melibatkan pengukuran terhadap komitmen dan


variabel lain yang dianggap sebagai penyebab atau konsekuensi dari komitmen.

Tujuannya adalah untuk menunjukan bahwa komitmen yang kuat akan

membentuk tingkah laku anggota organisasi sesuai dengan yang diharapkan, dan

juga bertujuan untuk menunjukan karakteristik individu dan situasi kondisi seperti

apa yang memengaruhi perkembangan komitmen berorganisasi yang tinggi

(Buchanan & Steers Dalam Meyer & Allan,1997).

2. Komitmen perilaku

Komitmen perilaku berhubungan dengan proses dimana individu merasa terikat

kepada organisasi tertentu dan bagaimana cara mereka mengatasi setiap masalah

yang dihadapi. Komitmen perilaku, melihat anggota sebagai individu yang

berkomitmen terhadap tingkah laku tertentu, dan bukan hanya sebagai suatu

entitas saja. Sikap atau tingkah laku yang berkembang merupakan konsekuensi

komitmen terhadap tingkah laku. Tujuan dari komitmen perilaku ini adalah untuk

menentukan kondisi yang seperti apa yang membuat individu memiliki komitmen

terhadap organisasinya (Kiesler dan Salancik Dalam Meyer & Allen, 1997).

C. Faktor-Faktor Pembentuk Komitmen

Terbentuknya komitmen suatu organisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara

lain:

1. Faktor Kesadaran

Kesadaran menunjukan suatu keadaan jiwa seseorang, yang merupakan titik temu

atau equlibirium dari berbagai pertimbangan sehingga diperoleh suatu keyakinan,

ketenangan, ketetapan hati, dan kesinambungan dalam jiwa yang bersangkutan.

2. Faktor Aturan

Aturan adalah perangkat penting dalam segala tindakan dan perbuatan seseorang.

Peranan aturan sangat besar dalam hidup bermasyarakat, sehingga dengan

sendirinya aturan harus dibuat, dipatuhi, dan diawasi yang pada akhirnya dapat
tercapai sasaran manajemen sebagai pihak yang berwenang, yang mengatur segala

sesuatu yang ada di dalam organisasi kerja tersebut.

3. Faktor Organisasi

Organisasi pelayanan, contohnya pelayanan pendidikan, pada dasarnya tidak

berbeda dengan organisasi pada umumnya. Hanya terdapat sedikit perbedaan

pada penerapannya, karena sasaran pelayanan ditujukan secara khusus kepada

manusia yang memiliki watak dan kehendak yang multikompleks. Organisasi

pelayanan yang dimaksud disini adalah mengorganisir fungsi pelayanan yang baik

dalam bentuk struktur maupun mekanisme yang akan berperan dalam mutu dan

kelancaran pelayanan.

4. Faktor Pendapatan

Pendapatan ialah penerimaan seseorang sebagai imbalan atas tenaga/pikiran yang

telah dicurahkan untuk orang lain atau badan organisasi, baik dalam bentuk uang,

fasilitas dalam jangka waktu tertentu. Pada dasarnya pendapatan harus dapat

memenuhi kebutuhan hidup baik untuk dirinya dan keluarga.

5. Faktor Kemampuan Keterampilan

Kemampuan berasal dari kata mampu yang memiliki arti dapat melakukan

tugas/pekerjaan sehingga menghasilkan barang atau jasa sesuai dengan yang

diharapkan. Kemampuan dapat diartikan sebagai sifat/ keadaan yang ditunjukan

oleh keadaan seseorang yang dapat melaksanakan tugas atas dasar ketentuanketentuan
yang ada. Keterampilan adalah kemampuan melakukan pekerjaan

dengan menggunakan anggota badan dan peralatan yang tersedia.

6. Faktor Sarana Pelayanan

Sarana pelayanan adalah segala jenis perlengkapan kerja dan fasilitas lain yang

berfungsi sebagai alat utama/pembantu dalam pelaksanaan pekerjaan, dan juga

berfungsi sosial dalam rangka untuk memenuhi kepentingan orang-orang yang


sedang berhubungan dengan organisasi kerja itu.

Mowday,et.al (Stroh & Greogy B.Northcraft,2002) menyarankan sejumlah faktor yang dapt
meningkatkan tingkat komitmen yaitu :

1. Faktor pribadi ; kecenderungan karyawan untuk mengembangkan keterikatan yang


stabil untuk organisasi. terdiri dari ekspektasi pekerjaan kontrak psikologi, faktor
pemilihan pekerjaan, dan karakteristik personal yang lain yang membentuk
komitmen inisial.
2. Faktor organisasi ; karakteristik organisasi seperti kepedulian terhadap kepentingan
karyawan atau kepemilikan karyawan. meliputi pengalaman insial kerja, cakupan
pekerjaan, supervision, dan tujuan konsistensi organisasional yang kesemuanya
membentuk perasaan tanggung jawab.
3. Faktor non-organisasional ; yaitu ketersediaan pekerjaan alternatif setelah pilihan
awal untuk bergabung dengan organisasi. Komitmen akan terjadi apabila karyawan
(a) memiliki justifikasi eksternal cukup untuk pilihan awal mereka dan (b) pandangan
pilihan sebagai relatif tidak dapat dibatalkan : yaitu, mereka percaya bahwa mereka
tidak memiliki kesempatan berikutnya yang akan menjamin mereka mengubah
pikiran mereka.

Cara Membangun Komitmen Organisasi

Menurut Gary Dessler terdapat beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk membangun
atau menumbuhkan komitmen organisasi seseorang, yaitu sebagai berikut (Sopiah,
2008:159):

1. Make it charismatic. Jadikan visi dan misi organisasi sebagai sesuatu yang
kharismatik, sesuatu yang dijadikan pijakan, dasar bagi setiap karyawan dalam
berperilaku, bersikap dan bertindak.
2. Build the tradition. Segala sesuatu yang baik di organisasi jadikanlah sebagai suatu
tradisi yang terus-menerus dipelihara, dijaga oleh generasi berikutnya.
3. Have comprehensive grievance procedures. Bila ada keluhan atau komplain dari
pihak luar ataupun internal organisasi maka organisasi harus memiliki prosedur
untuk mengatasi keluhan tersebut secara menyeluruh.
4. Provide extensive two way communications. Jalinlah komunikasi dua arah di
organisasi tanpa memandang rendah bawahan.
5. Create a sense of community. Jadikan semua unsur dalam organisasi sebagai suatu
community di mana di dalamnya ada nilai-nilai kebersamaan, rasa memiliki, kerja
sama, berbagi, dll.
6. Build value homogenety. Membangun nilai-nilai yang didasarkan adanya kesamaan.
Setiap anggota organisasi memiliki kesempatan yang sama, misalnya untuk promosi
maka dasar yang digunakan untuk promosi adalah kemampuan, ketrampilan, minat,
motivasi, kinerja, tanpa ada diskriminasi.
7. Share and share alike. sebaiknya organisasi membuat kebijakan dimana antara
karyawan level bawah sampai yang paling atas tidak terlalu berbeda atau mencolok
dalam kompensasi yang diterima, gaya hidup, penampilan fisik, dll.
8. Emphasize barnraising, cross utilization, and teamwork. Organisasi sebagai suatu
community harus bekerja sama, saling berbagi, saling memberi manfaat dan
memberikan kesempatan yang sama pada organisasi. Misalnya perlu adanya rotasi
organisasi sehingga orang yang bekerja di tempat basah perlu juga ditempatkan di
tempat yang kering. Semua organisasi merupakan suatu tim kerja. Semuanya harus
memberikan kontribusi yang maksimal demi keberhasilan organisasi.
9. Get together. Adakan acara-acara yang melibatkan semua anggota organisasi
sehingga kebersamaan bisa terjalin. Misalnya, sekali-kali produksi dihentikan dan
semua karyawan terlibat dalam event rekreasi bersama keluarga, pertandingan olah
raga, seni, dll. Yang dilakukan oleh semua anggota organisasi dan keluarganya.
10. Support employee development. Hasil studi menunjukkan bahwa karyawan akan
lebih memiliki komitmen terhadap organisasi bila organisasi memperhatikan
perkembangan karir karyawan dalam jangka panjang.
11. Commit to actualizing. Setiap karyawan diberikan kesempatan yang sama untuk
mengaktualisasikan diri secara maksimal di organisasi sesuatu dengan kapasitas
masing-masing.
12. Provide first year job challenge. Karyawan masuk ke organisasi dengan membawa
mimpi, harapannya, dan kebutuhannya. Beri bantuan yang konkret bagi karyawan
untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya dan mewujudkan impiannya.
13. Enrich and empower. Ciptakan kondisi agar karyawan bekerja tidak secara monoton
karena rutinitas akan menimbulkan perasaan bosan bagi karyawan. Hal ini tidak baik
karena akan menurunkan kinerja karyawan.
14. Promote from within. Bila ada lowongan jabatan, sebaiknya kesempatan pertama
diberikan kepada pihak intern perusahaan sebelum merekrut karyawan dari luar.
15. Provide developmental activities. Bila organisasi membuat kebijakan untuk merekrut
karyawan dari dalam sebagai prioritas maka dengan sendirinya hal itu akan
memotivasi karyawan untuk terus tumbuh dan berkembang personalnya, juga
jabatannya.
16. The question of employee security. Bila karyawan merasa aman, baik fisik maupun
psikis, maka komitmen akan muncul dengan sendirinya.
17. Commit to people first values. Membangun komitmen karyawan pada organisasi
merupakan proses yang panjang dan tidak bisa dibentuk secara instan. Oleh karena
itu perusahaan harus benar-benar memberikan perlakukan yang benar pada masa
awal karyawan memasuki organisasi. Dengan demikian karyawan akan mempunyai
persepsi positif terhadap organisasi.
18. Put in writing. Data-data tentang kebijakan, visi, misi, semboyan, folosofi, sejarah,
strategi, dll. Organisasi sebaiknya dibuat dalam bentuk tulisan, bukan sekadar lisan.
19. Hire Right-Kind Managers. Bila pimpinan ingin menawarkan nilai-nilai, kebiasaan,
aturan-aturan, disiplin, dll. Pada bawahannya, sebaiknya pimpinan sendiri
memberikan teladan dalam bentuk sikap dan perilaku sehari-hari.
20. Walk the talk. Tindakan jauh lebih efektif dari sekadar kata-kata. Bila pimpinan ingin
karyawannya berbuat sesuatu maka sebaiknya pimpinan tersebut mulai berbuat
sesuatu, tidak sekedar kata-kata atau berbicara
DAFTAR PUSTAKA

Sopiah. 2008. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Andi

Yusuf,Mardiana Ria ; Syarif, Darman. Komitmen Organisasi:Definisi Dipengaruhi dan


Mempengaruhi-cet.II. Makassar: Nas Media Pustaka, 2018.

https://www.kajianpustaka.com/2017/10/dimensi-faktor-dan-membangun-komitmen-
organisasi.html

http://digilib.unila.ac.id/1430/7/BAB%20II.pdf

https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-komitmen-organisasi/14615

Anda mungkin juga menyukai