KOMITMEN ORGANISASI
Disusun Oleh:
1. Cindy Clara (2061201155)
2. Sheryn Khonelia (1821054)
3. Vincent Andy Darmawan (1821064)
4. Budi Saputra (1821059)
5. Metta Sutana (1821063)
6. Rosa Sartika (1821062)
7. Alvin Shanaga Tandria (1821039)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Komitmen organisasi adalah sikap atau bentuk perilaku seseorang terhadap organisasi
dalam bentuk loyalitas dan pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi. Seseorang dikatakan
memiliki komitmen yang tinggi terhadap organisasi, dapat dikenali dengan ciri-ciri antara lain
kepercayaan dan penerimaan yang kuat terhadap tujuan dan nilai-nilai organisasi, kemauan yang
kuat untuk bekerja demi organisasi dan keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota
organisasi
Komitmen adalah sesuatu yang membuat seseorang membulatkan hati, bertekad berjerih
payah, berkorban dan bertanggung jawab demi mencapai tujuan dirinya dan tujuan organisasi
atau perusahaan yang telah disepakati atau ditentukan sebelumnya.
Komitmen memiliki peranan penting terutama pada kinerja seseorang ketika bekerja, hal
ini disebabkan oleh adanya komitmen yang menjadi acuan serta dorongan yang membuat
mereka lebih bertanggung jawab terhadap kewajibannya.
Namun kenyataannya banyak organisasi atau perusahaan yang kurang memperhatikan
mengenai komitmen/ loyalitas karyawannya/ Anggotanya sehingga kinerja mereka kurang
maksimal.
Seharusnya organisasi atau perusahaan ketika melakukan perekrutan hendaknya mereka
memilih calon–calon yang komitmennya tinggi pada perusahaan, ini dimaksudkan untuk
mendeteksi sejak dini pekerja yang kurang maksimal sehingga tidak terjadi hal yang dapat
merugikan organisasi atau perusahaan.
Melihat begitu pentingnya komitmen, maka kami akan membahas lebih jauh mengenai
komitmen dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Bendasarkan latar belakang masalah diatas, penulis menentukan rumusan masalah
sebagai berikut :
a) Untuk mengetahui pengertian komitmen?
b) Untuk mengetahui bentuk – bentuk komitmen?
c) Untuk mengetahui proses terjadinya komitmen?
d) Untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi komitmen?
e) Untuk mengetahui aspek-aspek komitmen organisasi
f) Untuk mengetahui strategi komitmen organisasi
g) Tujuan pembuatan makalah?
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Beberapa pendapat para ahli mengenai komitmen
1. Komitmen berasal dari kata Latin “Committer” yang berarti menggabungkan, menyatukan,
mempercayai dan mengerjakannya (Snyder; 1994:97).
2. Komitmen merupakan “ikatan psikologis” dengan sebuah organisasi (Gruen cs. 2000) dalam
Bansal et. al 2004 Komitmen juga merupakan sikap yang menuntun atau menengahi respon
nyata seseorang atau niat perilaku seseorang terhadap suatu benda.
3. Komitmen adalah sesuatu yang membuat seseorang membulatkan hati,bertekad berjerih payah,
berkorban dan bertanggung jawab demi mencapai tujuan.
4. Robbins (2001) menyebutkan Komitmen adalah tingkatan di mana seseorang
mengidentifikasikan diri dengan organisasi dan tujuantujuannyua dan berkeinginan untuk
memelihara keanggotaannya dalam organisasi.
5. Bansal, Irving dan Taylor (2004) mendefenisikan komitmen sebagai kekuatan yang mengikat
seseorang pada suatu tindakan yang memiliki relevansi dengan satu atau lebih sasaran.
Jadi pengertian komitmen lebih dari sekedar menjadi anggota saja, tetapi lebih dari itu
orang akan bersedia untuk mengusahakan pada derajat upaya yang tinggi bagi kepentingan
organisasi, demi memperlancar mencapai tujuan organisasi.
B. DIMENSI PEMIKIRAN
Dimensi Komitmen Dalam Berorganisasi
Meyer dan Allen (1991) merumuskan tiga dimensi komitmen dalam berorganisasi, yaitu:
affective, continuance, dan normative. Ketiga hal ini lebih tepat dinyatakan sebagai komponen
atau dimensi dari komitmen berorganisasi, dari pada jenis-jenis komitmen berorganisasi. Hal ini
disebabkan hubungan anggota organisasi dengan organisasi mencerminkan perbedaan derajat
ketiga dimensi tersebut.
a) Affective commitment
Affective commitment berkaitan dengan hubungan emosional anggota terhadap
organisasinya, identifikasi dengan organisasi, dan keterlibatan anggota dengan kegiatan di
organisasi. Anggota organisasi dengan affective commitment yang tinggi akan terus menjadi
anggota dalam organisasi karena memang memiliki keinginan untuk itu (Allen & Meyer, 1997).
Komitmen ini mengacu pada hubungan emosional anggota terhadap organisasi. Orang-
orang ingin terus bekerja untuk organisasi tersebut karena mereka sependapat dengan tujuan dan
nilai dalam organisasi tersebut. Orang-orang dengan tingkat komitmen afektif yang tinggi
memiliki keinginan untuk tetap berada di organisasi karena mereka mendukung tujuan dari
organisasi tersebut dan bersedia membantu untuk mencapai tujuan tersebut
b) Continuance commitment
Continuance commitment berkaitan dengan kesadaran anggota organisasi akan
mengalami kerugian jika meninggalkan organisasi. Anggota organisasi dengan continuance
commitment yang tinggi akan terus menjadi anggota dalam organisasi karena mereka memiliki
kebutuhan untuk menjadi anggota organisasi tersebut (Allen & Meyer, 1997).
Komitmen ini mengacu pada keinginan karyawan untuk tetap tinggal di organisasi
tersebut karena adanya perhitungan atau analisis tentang untung dan rugi dimana nilai ekonomi
yang dirasa dari bertahan dalam suatu organisasi dibandingkan dengan meninggalkan organisasi
tersebut. Semakin lama karyawan tinggal dengan organisasi mereka, semakin mereka takut
kehilangan apa yang telah mereka investasikan di dalam organisasi selama ini.
c) Normative commitment
Normative commitment menggambarkan perasaan keterikatan untuk terus berada dalam
organisasi. Anggota organisasi dengan normative commitment yang tinggi akan terus menjadi
anggota dalam organisasi karena merasa dirinya harus berada dalam organisasi tersebut (Allen &
Meyer, 1997).
Komitmen ini mengacu pada perasaan karyawan dimana mereka diwajibkan untuk tetap
berada di organisasinya karena adanya tekanan dari yang lain. Karyawan yang memiliki tingkat
komitmen normatif yang tinggi akan sangat memperhatikan apa yang dikatakan orang lain
tentang mereka jika mereka meninggalkan organisasi tersebut. Mereka tidak ingin
mengecewakan atasan mereka dan khawatir jika rekan kerja mereka berpikir buruk terhadap
mereka karena pengunduran diri tersebut
C. PEMBENTUKAN KOMITMEN
Komitmen dalam berorganisasi dapat terbentuk karena adanya beberapa faktor, baik dari
organisasi, maupun dari individu sendiri. Dalam perkembangannya affective commitment,
continuance commitment, dan normative commitment, masing-masing memiliki pola
perkembangan tersendiri (Allen & Meyer, 1997).
1. Proses terbentuknya Affective commitment
Ada beberapa penelitian mengenai antecedents dari affective commitment. Berdasarkan
penelitian tersebut didapatkan tiga kategori besar. Ketiga kategori tersebut yaitu :
Karakterisitik Organisasi. Karakteristik organisasi yang mempengaruhi perkembangan
affective commitment adalah sistem desentralisasi (bateman & Strasser, 1984; Morris & Steers,
1980), adanya kebijakan organisasi yang adil, dan cara menyampaikan kebijakan organisasi
kepada individu (Allen & Meyer, 1997). Dalam penelitian ini karakteristik organisasi
kepemudaan yang dilihat adalah aliran organisasi yang digunakan, bagaimana praktek kelompok
sel dalam organisasi tersebut dan bagaimana kedudukan kelompok sel sebagai strategi
organisasi.
Karakteristik Individu. Ada beberapa penelitian yang menyatakan bahwa gender
mempengaruhi affective commitment, namun ada pula yang menyatakan tidak demikian (Aven,
Parker, & McEvoy; Mathieu &Zajac dalam Allen & Meyer, 1997). Selain itu usia juga
mempengaruhi proses terbentuknya affective commitment, meskipun tergantung dari beberapa
kondisi individu sendiri (Allen & Meyer, 1993), organizational tenure (Cohen; Mathieu & Zajac
dalam Allen & Meyer, 1997), status pernikahan, tingkat pendidikan, kebutuhan untuk
berprestasi, etos kerja, dan persepsi individu mengenai kompetensinya (Allen & Meyer, 1997)
Pengalaman Kerja. Pengalaman kerja individu yang mempengaruhi proses terbentuknya
affective commitment antara lain Job scope, yaitu beberapa karakteristik yang menunjukkan
kepuasan dan motivasi individu (Hackman & Oldham, 1980 dalam Allen & Meyer, 1997). Hal
ini mencakup tantangan dalam pekerjaan, tingkat otonomi individu, dan variasi kemampuan
yang digunakan individu. Selain itu peran individu dalam organisasi tersebut (Mathieu & Zajac,
1990 dalam Allen & Meyer, 1997) dan hubungannya dengan atasan. Pengalaman berorganisasi
individu didapatkan dari pelayanan yang dilakukannya dalam organisasi tersebut dan juga
interaksinya dengan anggota organisasi lain seperti pemimpinnya.
2. Proses terbentuknya Continuance commitment
Continuance commitment dapat berkembang karena adanya berbagai tindakan atau
kejadian yang dapat meningkatkan kerugian jika meninggalkan organisasi. Beberapa tindakan
atau kejadian ini dapat dibagi ke dalam dua variable, yaitu investasi dan alternatif. Selain itu
proses pertimbangan juga dapat mempengaruhi individu (Allen & Meyer, 1997).
Investasi termasuk sesuatu yang berharga, termasuk waktu, usaha ataupun uang, yang
harus individu lepaskan jika meninggalkan organisasi. Sedangkan alternatif adalah kemungkinan
untuk masuk ke organisasi lain. Proses pertimbangan adalah saat di mana individu mencapai
kesadaran akan investasi dan alternatif, dan bagaimana dampaknya bagi mereka sendiri (Allen &
Meyer, 1997).
Investasi dan alternatif yang dialami individu dalam organisasi organisasi berbeda dengan
organisasi lain. Investasi dan alternatif yang terjadi lebih terkait dengan kegiatan-kegiatan khas
organisasi dibandingkan keuntungan materi atau kedudukan yang bisa didapat dari organisasi
profit biasa.
3. Proses terbentuknya Normative commitment
Wiener (Allen & Meyer, 1997) menyatakan normative commitment terhadap organisasi
dapat berkembang dari sejumlah tekanan yang dirasakan individu selama proses sosialisasi (dari
keluarga atau budaya) dan selama sosialisasi saat individu baru masuk ke dalam organisasi.
Selain itu normative commitment juga berkembang karena organisasi memberikan sesuatu yang
sangat berharga bagi individu yang tidak dapat dibalas kembali (Allen & Meyer; Scholl dalam
Allen & Meyer, 1997). Faktor lainnya adalah adanya kontrak psikologis antara anggota dengan
organisasinya (Argyris; Rousseau; Schein dalam Allen & Meyer, 1997). Kontrak psikologis
adalah kepercayaan dari masing-masing pihak bahwa masing-masing akan timbal balik memberi.
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
Faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen dalam berorganisasi karakteristik pribadi
individu, karakteristik organisasi, dan pengalaman selama berorganisasi (Allen & Meyer, 1997).
Yang termasuk ke dalam karakteristik organisasi adalah struktur organisasi, desain
kebijaksanaan dalam organisasi, dan bagaimana kebijaksanaan organisasi tersebut
disosialisasikan. Karakteristik pribadi terbagi ke dalam dua variabel, yaitu variabel demografis;
dan variabel disposisional. Variabel demografis mencakup gender, usia, status pernikahan,
tingkat pendidikan, dan lamanya seseorang bekerja pada suatu organisasi. Dalam beberapa
penelitian ditemukan adanya hubungan antara variabel demografis tersebut dan komitmen
berorganisasi, namun ada pula beberapa penelitian yang menyatakan bahwa hubungan tersebut
tidak terlalu kuat (Aven Parker, & McEvoy; Mathieu & Zajac dalam Allen & Meyer, 1997).
Variabel disposisional mencakup kepribadian dan nilai yang dimiliki anggota organisasi
(Allen & Meyer, 1997). Hal-hal lain yang tercakup ke dalam variabel disposisional ini adalah
kebutuhan untuk berprestasi dan etos kerja yang baik (Buchanan dalam Allen & Meyer, 1997).
Selain itu kebutuhan untuk berafiliasi dan persepsi individu mengenai kompetensinya sendiri
juga tercakup ke dalam variabel ini. Variabel disposisional ini memiliki hubungan yang lebih
kuat dengan komitmen berorganisasi, karena adanya perbedaan pengalaman masing-masing
anggota dalam organisasi tersebut (Allen & Meyer, 1997).
1) Menciptakan rasa kepemilikan terhadap organisasi, untuk menciptakan kondisi ini orang harus
mengidentifikasi dirinya dalam organisasi untuk mempercayai bahwa ada guna dan manfaatnya
bekerja di organisasi, merasakan kenyamanan didalamnya, mendukung nilai-nilai, visi, dan misi
organisasi dalam mencapai tujuannya. Salah satu faktor penting dalam menciptakan rasa
kepemilikan ini adalah meningkatkan perasaan seluruh anggota organisasi bahwa perusahaan
(organisasi) adalah benar-benar merupakan “milik” mereka. Kepemilikan ini tidak sekedar dalam
bentuk kepemilikan saham saja, namun lebih berupa meningkatkan kepercayaan di seluruh
anggota organisasi bahwa mereka benar-benar diterima oleh manajemen sebagai bagian dari
organisasi. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk itu, mengajak mereka anggota organisasi
untuk terlibat memutuskan penciptaan dan pengembangan produk baru, terlibat memutuskan
perubahan rancangan kerja dan sebagainya. Bila mereka anggota organisasi merasa terlibat dan
semua idenya dipertimbangkan maka muncul perasaan kalau mereka ikut berkontribusi terhadap
pencapaian hasil. Apalagi ditambah dengan kepercayaan kalau hasil yang diperoleh organisasi
akan kembali pada kesejahteraan mereka pula.
2) Menciptakan semangat dalam bekerja, cara ini dapat dilakukan dengan lebih
mengkonsentrasikan pada pengelolaan faktor-faktor motivasi instrinsik dan menggunakan
berbagai cara perancangan pekerjaan. Menciptakan semangat kerja bawahan bisa dengan cara
membuat kualitas kepemimpinan yaitu menumbuhkan kemauan manajer dan supervisor untuk
memperhatikan sepenuhnya motivasi dan komitmen bawahan melalui pemberian delegasi
tanggung jawab dan pendayagunaan ketrampilan bawahan.
3) Keyakinan dalam manajemen, cara ini mampu dilakukan manakala organisasi benar-benar telah
menunjukkan dan mempertahankan kesuksesan. Manajemen yang sukses menunjukkan kepada
bawahan bahwa manajemen tahu benar kemana organisasi ini akan dibawa, tahu dengan benar
bagaimana cara membawa organisasi mencapai keberhasilannya, bahkan sampai pada
kemampuan menterjemahkan rencana ke dalam realitas. Pada konteks ini karyawan akan melihat
bagaimana ketegaran dan kekuatan perusahaan dalam mencapai tujuan hingga sukses,
kesuksesan inilah yang membawa dampak kebanggaan pada diri karyawan. Apalagi mereka
sadar bahwa keterlibatan mereka dalam mencapai kesuksesan itu cukup besar dan sangat
dihargai oleh manajemen.
BAB III
PENUTUP
Komitmen sangatlah penting dalam suatu organisasi demi menunjang tercapainya
tujuan dari organisasi tersebut. Gambaran atau wujud dari komitmen sering diidentikan dengan
ikrar atau ikatan atas suatu tindakan yang tertentu. Komitmen memiliki berbagai macam bentuk.
Yang pertama adalah komitmen pada tugas, yang kedua komitmen pada karir, yang ketiga
komitmen pada organisasi. Komitmen individu terhadap organisasi bersifat sukarela dan pribadi,
sehingga tidak dapat dipaksakan, dan karena itu setiap individu anggota organisasi dapat secara
bebas menarik kembali komitmennya. Komitmen dan motivasi sangat dipengaruhi oleh nilai-
nilai budaya yang ada di dalam suatu perusahaan.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Partina, Anna. Menjaga Komitmen Organisasional Pada Saat Downsizing. Dalam Jurnal
Telaah Bisnis Vol 6.2005.
Behavior Organizations, Gibson, et. al, 1995.
Allen, N.J., & Meyer, J.P. The measurement and antecedents of affective,
continuance, and normative commitment to organization. Journal of occupational
psychology, 63, 1990.
Martono, Ilma. Hubungan antara iklim organisasi dengan keterikatan terhadap
organisasi: Studi pada karyawan perusahaan “X”. Skripsi Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia, Depok. 1997.
Rachmayati, Vera. Faktor-faktor yang mempengaruhi peramalan terhadap
keikatan organisasi pada karyawan perusahaan “X” di Jakarta. Skripsi Fakultas
Psikologi Universitas Indonesia, Depok. 1994
Kumpulan jurnal dan makalah komitmen organisasi yang berasal dari web berikut
https://juniarari.blogspot.com/2011/11/komitmen-organisasi.html