AKAD MURABAHAH
disusun oleh:
1. Fitriah ( 030117824)
PRODI AKUNTANSI
PURWAKARTA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat dan
karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Akad Murabahah”
tepat pada waktunya. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
Akuntansi Syariah.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang berperan dalam penyusunan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………..………………......i
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………….3
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………………………...3
BAB II PEMBAHASAN
B. Saran…………………….………...…………………………………………………….22
DAFTAR PUSTAKA……………………......……………………………….………………...23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Islam adalah agama yang universal.Islam agama yang mengatur segala aspek
kehidupan manusia, secara garis besar islammengatur dua bagian pokok, yaitu ibadah
dan muamalah. Ibadah adalah Hubungan secara vertikal, Yakni mengatur manusia
dalam berhubungan kepada Allah swt sebagai tuhannya. Sedangkan muamalah ialah
hubungan secara horizontal, yakni kegiatan-kegiatan yang menyangkut hubungan
antara manusia dengan manusia yang meliputi aspek ekonomi, politik,sosial dan lain
sebagainya. Untuk kegiatan muamalah yang menyangkut aspek ekonomi seperti jual
beli, simpan pinjam, hutang piutang, usaha bersama dan lain sebagainya.
Masalah ekonomi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Iaberkaitan
dengan berbagai macam kebutuhan, seperti kebutuhan pangan,sandang dan papan,
serta kebutuhan lainnya. Untuk memenuhi kebutuhanhidup, sudah seharusnya
manusia bekerja dengan mengolah segala yang telahdisediakan di alam semesta ini,
dan dari hasil kebutuhan tersebut kebutuhanmanusia dapat terpenuhi, baik kebutuhan
primer, sekunder, dan tertier.
Dalam memenuhi kebutuhan hidup, manusia juga mempunyai hak dan
kewajiban yang sama antara satu dengan yang lainnya, seseorang tidak melecehkan
hak dan kewajiban orang lain dengan hawa nafsu, ketamakan, dan keserakahan.
Bentuk-bentuk pelecehan tersebut antara lain seperti adanya riba, penimbunan harta,
tidak memberikan upah kerja yang seyogyanya, memanipulasi harga, dan monopoli.
Dalam membimbing manusia menuju kesejahteraan, doktrin ekonomi yang
telah mendominasi dunia kapitalisme, sosialisme, komunisme, dan doktrin negara
kesejahteraan, semuanya terlalu lemah, dan dinilai telah gagal. Lain halnya dengan
Islam, dalam membimbing manusia menuju kesejahteraan Islam berupaya
1
menegakkan sistem ekonomi yang mengkombinasikan kemajuan ekonomi dan
keadilan dan menjadi standar hidup yang lebih tinggi yang disertai dengan moral
yang adil, bijak dan luhur, baik itu dalam kegiatan ekonomi mikro maupun dalam
ekonomi makro.
Akuntansi syariah yang berlandaskan nilai Al-Qur’an dan Al-Hadis
membantu manusia untuk menyelenggarakan praktik ekonomi yang berhubungan
dengan pengakuan, pengukuran dan pencatatan transaksi dan pengungkapan hak-hak
dan kewajiban-kewajiban secara adil (Wiroso, 2011). Hak dan kewajiban itu timbul
karena manusia ditugaskan oleh Allah SWT untuk mengelola bumi secara amanah.
Sehingga akuntansi sesungguhnya adalah alat pertanggungjawaban kepada Sang
Pencipta dan sesama makhluk, yang digunakan oleh manusia untuk mencapai
kodratnya sebagai khalifah.
Salah satu pembiayaan yang berlandaskan syariah adalah pembiayaan
murabahah, pembiayaan murabahah merupakan salah satu produk pembiayaan di
perbankan syariah yang paling mendominasi dan banyak diminati oleh masyarakat
indonesia. Hal ini tampak pada Statistik Perbankan Syariah Indonesia Mei 2016 yang
dipublikasikan oleh Otoritas Jasa Keuangan. Nilai transaksi murabahah berada di
peringkat pertama dengan jumlah 203,72 trilliun rupiah, kemudian disusul oleh akad
musyarakah dengan jumlah 64,52 trilliun rupiah dan mudharabah dengan jumlah
14,86 trilliun rupiah (Otoritas jasa keuangan, 2016). Statistik ini menunjukkan bahwa
masyarakat Indonesia sangat tertarik pada produk murabahah yang ditawarkan oleh
Bank Syariah di indonesia.
2
mengukur kinerja penyajian dan pengungkapan laporan keuangan dan berguna untuk
pengambilan keputusan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas. maka tujuan dari
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui definisi akad mudharabah
3
2. Untuk mengetahui jenis – jenis akad murabahah
3. Untuk mengetahui dasar syariah akad murabahah
4. Untuk mengetahui perlakuan akuntansi murabahah menurut PSAK 102
4
BAB II
PEMBAHASAN
Secara luas jual beli dapat diartikan sebagai pertukaran harta atas dasar saling
rela,menurut (sabiq 2008) jual beli adalah memindahkan milik dengan ganti (iwad)
yang dapat dibenarkan (sesuai syariah). Pertukaran dapat dilakukan antara uang
dengan barang, barang dengan barang (barter) atau pertukaran uang dengan uang
misalnya pertukaran nilai mata uang dengan yen.
Muslim harus mengetahui jual beli yang diperbolehkan dalam syariah, agar
harta yang dimiliki halal dan baik. Seperti kita ketahui, jual beli adalah salah satu
aspek dalam muamalah (hubungan manusia dengan manusia), dengan kaidah dasar
semua boleh kecuali ada dalil yang melarang. Kalau belum tahu mana yang di
bolehkan dalam syariah, atau belum mengetahui suatu ilmu tertentu, kita wajib
mencari tahu sebagaimana sabda rasulullah:“Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi
setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah).
Kata al-Murabahah diambil dari bahasa Arab dari kata ar-ribhu yang berarti
kelebihan dan tambahan (keuntungan), atau murabahah juga berarti Al-Irbaah karena
salah satu dari dua orang yang bertransaksi memberikan keuntungan kepada yang
lainnya (Ibnu Al-Mandzur., hal. 443.). sedangkan secara istilah, Bai’ul murabahah
adalah jual beli dengan harga awal disertai dengan tambahan keuntungan (Azzuhaili,
1997., hal. 3765). Menurut PSAK 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah paragraf
52 dijelaskan bahwa murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan
harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.
5
Menurut Para ahli hukum Islam mendefinisikan bai’ al-murabahah sebagai berikut :
Ibn Rusyd filosof dan ahli hukum Maliki mendefinisikannya sebagai jual-beli di
mana penjual menjelaskan kepada pembeli harga pokok barang yang dibelinya dan
meminta suatu margin keuntungan kepada pembeli.
Dalam murabahah jenis ini, penjual melakukan pembelian barang setelah ada
pesanan dari pembeli. Pada bank syariah, bank baru akan melakukan transaksi
murabahah atau jual beli apa bila ada nasabah yang memesan barang sehingga
penyediaan barang baru di lakukan jika ada pesanan. Pada murabahah ini, pengadaan
barang sangat tergantung atau terkait langsung dengan pesanan atau pembelian
barang tersebut. Murabahah dengan pesanan dapat bersifat mengikat dan tidak
mengikat pembeli untuk membeli barang pesananya , kalau bersifat mengikat maka
pembeli harus membeli barang pesanannya dan tidak dapat membatalkan pesananya .
6
jika aset murabahah yang telah dibeli oleh penjual dalam murabahah pesanan
mengikat, mangalami penurunan nilai sebelum diserahkankepada pembeli maka
penurunannilai tersebut menjadi beban penjual dan akan mengurangi nilai akad.
Keterangan :
Murabahah jenis ini bersifat tidak mengikat, dimana pembeli langsung membeli
barang dagang yang telah tersedia untuk dijual oleh si penjual. Pada bank syariah
Barang yang di sediakan oleh pihak bank adalah merupakan menjadi tanggung jawab
dari pihak bank itu sendiri sebagai penjual.
Dimana bank syariah menyediakan barang ataupun persediaan barang yang akan
diperjual belikan dilakukan tanpa memperhatikan ada nasabah yang membeli atau
7
tidak. Sehingga proses pengadaan barang dilakukan sebelum transaksi jual beli
murabahah dilakukan.
Keterangan :
8
b) Al – Hadis
Dari Abu Sa‘id Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya jual
beli itu harus dilakukan suka sama suka.” (HR. Al Baihaqi, Ibnu Majah, dan shahih
menurut Ibnu Hibban).
Rasulullah saw bersabda, ” Ada tiga hal yang mengandung keberkahan: jual beli
secara tangguh, muqaradhah (mudharabah) dan mencampur gandum dengan tepung
untuk keperluan rumah tangga bukan untuk dijual.” (HR.Ibnu Majah dari Shuhaib).
” Allah mengasihi orang yang memberikan kemudahan bila ia menjual dan membeli
serta di dalam menagih haknya” (Dari Abu Hurairah).
” orang yang melepaskan seorang muslim dari kesulitannya di dunia, Allah akan
melepaskan kesulitannya di hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong hamba Nya
selama ia (suka) menolong saudaranya.” (HR Muslim).
c) Al-Ijma
Transaksi ini sudah dipraktekkan di berbagai kurun dan tempat tanpa ada yang
mengingkarinya, ini berarti para ulama menyetujuinya (Ash-Shawy, 1990., hal. 200).
9
“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya.”
1. Pelaku
Pelaku cakap hukum dan baligh (berakal dan dapat membedakan), sehingga
jual beli dengan orang gila menjadi tidak sah sedangkan jual beli dengan anak kecil
dianggap sah, apabila seizin walinya.
Maka semua barang yang diharamkan oleh Allah, tidak dapat di jadikan
sebagai objek jual beli, kareana barang tersebut dapat menyebabkan manusia
bermaksiat/melanggar larangan Allah. Hal ini sesuai dengan hadis
berikut:“Sesungguhnya Allah apabila mengharamkan sesuatu juga mengharamkan
harganya.” (HR. Bukhari Muslim).
b. Barang yang diperjualbelikan harus dapat diambil manfaatnya atau memiliki nilai,
dan bukan merupakan barang-barang yang dilarang di perjualbelikan, misalnya: jual
beli barang yang kadaluwarsa.
Jual beli atas barang yang tidak di mkiliki oleh penjual adalah tidak sah
karena bagaimana mungkin ia dapat menyerahkan kepemilikan barang kepada orang
lain atas barang yang bukan miliknya.
10
Jual beli oleh bukan pemilik barang seperti ini, baru akan sah apabila
mendapat izin dari pemilik barang.Misalnya: seorang suami menjual harta milik
istrinya, sepanjang si istri mengizinkan maka sah akadnya. Contoh lain, jual beli
barang curian adalah tidak sah karena status kepemilikan barang tersebut tetap pada si
pemilik harta.
“Tidak sah jual beli selain mengenai barang yang dimiliki.” (HR. Abu daud
dan Tirmizi).
Barang yang tidak jelas waktu penyerahannya adalah tidak sah, karena dapat
menimbulkan ketidakpastian (gharar), yang pada gilirannya dapat merugikan salah
satu pihak yang bertransaksi dan dapat menimbulkan pearsengketaan.
Misalnya: saya jual mobil avanzaku yang hilang dengan harga Rp. 40.000.000
si pembeli berharap mobil itu akan ditemukan. Demikian juga jual beli atas barang
yang sedang di gadaikan atau telah diwakafkan.
e. Barang tersebut harus diketahui secara spesifik dan dapat diidentifikasikan oleh
pembeli sehingga tidak ada gharar (ketidakpastian).
f. Barang tersebut dapat diketahui kuantitas dan kualitasnsysa dengan jelas, sehingga
tidak ada gharar.
Harga atas barang yang diperjualbelikan diketahui oleh pembeli dan penjual berikut
cara pembayarannya tunai atau tangguh(tidak tunai) sehingga jelas.
11
3. Ijab kabul
Apabila jual beli telah dilakukan sesuai dengan ketentuan syariah maka
kepemilikannya, pembayarannya dan pemanfaatan atas barang yang diperjualbelikan
menjadi halal. Para ulama fiqh sepakat menyatakan bahwa unsur utama dari jual beli
kerelaan kedua belah pihak. Kerelaan kedua belah pihak dapat dilihat dari ijab dan
qabul yang dilangsungkan.
Untuk itu, para ulama fiqh mengemukakan bahwa syarat ijab dan qabul itu
adalah sebagai berikut:
a. Qabul sesuai dengan ijab. Misalnya, penjual mengatakan: "Saya jual buku ini
seharga Rp. 15.000,-".
b. Ijab dan qabul itu dilakukan dalam satu majelis. Artinya kedua belah pihak yang
melakukan jual beli hadir dan membicarakan topik yang sama.
1.Pada saat perolehan, aset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar biaya
perolehan
12
(D) Aset Murabahah xxx
(K) Kas xxx
13
(d) pendapatan operasi lain, jika terjadi setelah akad murabahah dan tidak
diperjanjikan dalam akad
(D) Kas xxx
(K) Pendapatan Operasional lain xxx
14
1.) keuntungan diakui saat penyerahan aset murabahah dengan syarat apabila
resiko penagihannya kecil, maka dicatat dengan cara yang sama pada butir a.
2.) keutungan diakui secara proporsional dengan besaran kas yang berhasil
ditagih dari piutang murabahah, metode ini digunakan untuk transaksi
murabahah tangguh dimana ada resiko piutang tidak tertagih relatif besar dan /
beban untuk mengelolah dan menagih piutang yang re;latif besar, maka
jurnalnya:
(D) Piutang Murabahah xxx
(K) aset murabahah xxx
(K) Keuntungan tangguhan xxx
Pada saat penerimaan angsuran:
(D) Kas xxx
(K) Piutang Murabahah xxx
(D) Keuntungan tangguhan xxx
(K) Keuntungan xxx
3.) Keuntungan diakui saat seluruh piutang murabahah berhasil ditagih, metode
ini digunakan untuk transaksi murabahah tangguh dimana resiko piutang tidak
tertagih dan beban pengelolaan piutang serta penagihannya cukup besar.
Pencatatanya sama dengan poin 2, hanya saja jurnal pengakuan keuntungan
dibuat saat seluruh piutang telah salesai ditagih.
6. Pada saat akad murabahah piutang diakui sebesar biaya perolehan ditambah
dengan keuntungan yang disepakati. Pada akhir periode laporan keuangan,
piutang murabahah dinilai sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi sama
dengan akuntansi konvensional, Yaitu: saldo piutang – penyisihan kerugian
piutang. Jurnal untuk penyisihan piutang tak tertagih:
(D) Beban Piutang tak tertagih xxx
(K) Penyisihan piutang tak tertagih xxx
15
7. Potongan pelunasan piutang murabahah diberikan pada saat pelunasan, diakui
sebagai pengurang keuntungan murabahah dan dapat dilakukan dengan cara:
(a) Diberikan pada saat pelunasan, jurnal:
(D) Kas xxx
(D) Keuntungan Ditangguhkan xxx
(K) Piutang Murabahah xxx
(K) Keuntungan murabahah xxx
(net setelah dikurangi potongan pelunasan)
(b) memberikan setelah pelunasan (penjual menerima pelunasan dan
membayarkan potongan kepada pembeli). Jurnal:
Pada saat penerimaan piutang dari pembeli:
(D) Kas xxx
(D) Keuntungan Ditangguhkan xxx
(K) Piutang Murabahah xxx
(K) Keuntungan murabahah xxx
Pada saat pengembalian kepada pembeli:
(D) Keuntungan murabahah xxx
(K) Kas xxx
(c) Jika potongan diberikan karena adanya penurunan kemampuan pembayaran
pembeli diakui sebagai beban.
(D) Kas xxx
(D) Keuntungan Ditangguhkan xxx
(D) Beban xxx
(K) Piutang Murabahah xxx
(K) Keuntungan Murabahah xxx
8. Denda dikenakan jika pembeli lalai dalam melakukan kewajibannya, dan denda
yang diterima diakui sebagai bagian dana kebajikan.
16
(D) Dana Kebajikan-Kas xxx
(K) Dana Kebajikan-
Pendapatan denda xxx
10. Pesanan dibatalkan, jika uang muka yang dibayarkan oleh calon pembeli lebih
besar daripada biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual dalam rangka
memenuhi permintaan calon pembeli maka selisihnya dikembalikan pada calon
pembeli.
(D) Utang lain-uang
muka murabahah xxx
17
(K) Pendapatan operasional xxx
(K) Kas /Utang xxx
Pesanan dibatalkan, jika uang muka yang dibayarkan oleh calon pembeli lebih
kecil daripada biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual dalam rangka memenuhi
permintaan calon pembeli, maka penjual dapat meminta pembeli untuk
membayarkan kekurangannya kekurangannya
(D) Kas/Piutang xxx
(D) Utang lain-uang
muka murabahah xxx
(K) Pendapatan operasional xxx
Pesanan dibatalkan, dan perusahaan menanggung kekurangan nya atau uang muka
sama dengan beban yang dikeluarkan:
(D) Utang lain-uang
muka murabahah xxx
(K) Pendapatan operasional xxx
11. Penyajian
Piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan: saldo
piutang murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang. Margin murabahah
tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) piutang murabahah.
12. Pengungkapan
Penjual mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi murabahah, tetapi
tidak terbatas pada:
(a) harga perolehan aset murabahah
(b) janji pemesanan dalam murabahah berdasarkan pesanansebagai kewajiban atau
bukan; dan
(c) pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang Penyajian
Laporan Keuangan Syariah
18
b. Akuntansi untuk pembeli
19
(D) Kas xxx
5. Uang muka
Pembeli membayarkan uang muka.
(D) Uang muka xxx
(K) Kas xxx
Jika sudah memberikan uang muka, maka ketika penyerahan barang jurnalnya:
(D) Aset xxx
(D) Beban murabahah tangguhan xxx
(K) Uang muka xxx
(K) Utang murabahah xxx
Jika pembeli membatalkan dan dikenakan biaya, maka diakui sebagai kerugian.
Apabila biaya yang dikenakan lebih kecil dari uang muka, maka jurnalnya:
(D) Kas xxx
(D) Kerugian xxx
20
(K) Uang muka xxx
Sedangkan biaya yang dikenakan lebih besar dari uang muka, maka jurnalnya:
(D) Kerugian xxx
(K) Uang muka xxx
(K) Kas atau uatang xxx
Pengakuan dan pengukuran urbun(uang muka) adalah sebagai berikut:
a. Urbun diakui sebagai uang muka pembeli sebesar jumlah yang diterima bank
pada saat diterima.
b. Pada saat barang jadi dibeli oleh nasabah maka urbun diakui sebagai
pembayaran piutang.
c. Jika barang batal dibeli oleh nasabah maka urbun dikembalikan kepada
nasabah setelah diperhitungkan dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh
bank.
6. Penyajian
Beban murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) utang
murabahah.
7. Pengungkapan
Pembeli mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi murabahah,
tetapitidak terbatas pada:
(a) nilai tunai aset yang diperoleh dari transaksi murabahah;
(b) jangka waktu murabahah tangguh
(c) pengungkapan yang diperlukan sesuai Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
Nomor 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
21
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Jadi berdasarkan isi makalah yang telah dipaparkan oleh penulis maka dapat
disimpulkan :
1. Berdasarkan asal kata dan beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan
bahwa akad murabahah adalah suatu bentuk jual-beli di mana penjual
memberi tahu kepada pembeli tentang harga pokok (modal) barang dan
pembeli membelinya berdasarkan harga pokok tersebut kemudian
memberikan margin keuntungan kepada penjual sesuai dengan kesepakatan.
2. Jenis – jenis akad murabahah ada 2 yaitu, murabahah dengan pesanan dan
murabahah tanpa pesanan. Murabahah dengan pesanan adalah penjual tidak
melakukan pembelian barang sebelum adanya akad murabahah. Murabahah
tanpa pesanan adalah penjual memiliki persediaan barang dagang/murabahah.
3. Dasar hukum akad murabahah terdiri dari alqur’an, as-sunnah, ijma, kaidah
syariah dan fatwa DSN MUI.
4. Perlakuan akuntansi murabahah menurut PSAK 102 adalah bagaimana proses
pencataan terhadap produk pembiayaan yang memakai sistem jual beli dari
pihak-pihak yang terkait menjadi sistem akuntansi yang dipakai di lembaga
syariah.Terdiri dari akuntansi untuk penjual dan pembeli mulai dari perolehan
sampai pada pengungkapan.
B. Saran
Demikian makalah yang penulis buat. Semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin disampaikan, silahkan sampaikan
kepada penulis.
22
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/Documents/in/kelompokakuntansi.blogspot.com
23