NIM : 030117854
Prodi : Akuntansi Khusus
1. Sumber dana yang digunakan dari ketiga perusahaan tersebut yaitu berasal dari
Kas/Modal sendiri dan Pinjaman.
Analisis yang digunakan dalam sumber dana dan penggunaan dana yaitu dengan
menganalisis arus kas. Kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi, dari
aktivitas investasi dan pendanaan. Kemudian dengan membandingkan aktiva dan
pasiva di neraca.
Dari ketiga perusahaan tersebut sumber kas berasal dari pengurangan aktiva
selain kas seperti pembayaran piutang, penambahan pasiva seperti penambahan
hutang. Penambahan aktiva selain kas seperti penambahan piutang. Pengurangan
pasiva seperti pembayaran hutang.
- Quick Rasio
Jadi dilihat dari tahun 2016-2017 PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk sudah
mampu melunasi utang jangka pendeknya. Namun jika dilihat dari angka
rasionya tahun 2017 mengalami penurunan sebesar 15%, hal ini disebabkan
karena pada tahun 2017 persediaan mengalami peningkatan sebesar 8%
dibandingkan tahun 2016. Sedangkan pada tahun 2018 perusahaan belum
mampu melunasi utang jangka pendeknya, karena pada tahun 2018 total utang
lancar mengalami peningkatan sebesar 2%, hal ini disebabkan karena naik dan
turunnya beberapa akun. Seperti naiknya akun utang lain-lain, beban yang
masih harus dibayar, pinjaman jangka panjang dan menurunnya akun utang
pihak berelasi, dan pendapatan diterima dimuka.
- Cash Rasio
Jadi dilihat dari cash rationya perusahaan selama tiga tahun Utang Lancar
lebih besar dari pada Kas & Setara Kasnya sehinnga perusahaan belum
mampu melunasi utang jangka pendeknya. Karena pada tahun 2017 kas &
setara kas mengalami penurunan sebesar 16% dibandingkan tahun 2016 hal
ini disebabkan karena piutang pihak ketiga meningkat sebanyak 19% dan
persediaan meningkat sebesar 8%. Pada tahun 2018 pun kas & setara
mengalami penurunan sebesar 41% dibandingkan tahun 2016 hal ini
disebabkan karena piutang lain-lain, piutang pihak berelasi meningkat sampai
138% dibandingkan tahun 2016, persediaan meningkat dan aset lancar lainnya
meningkat.
- Quick Rasio
Jadi dilihat dari tahun 2016-2018 PT. Indosat Tbk belum mampu melunasi
utang jangka pendeknya, karena total utang lancar mengalami peningkatan.
hal ini disebabkan karena meningkatnya beberapa akun seperti utang pihak
ketiga, sukuk, dan kewajiban sewa pembiayaan.
- Cash Rasio
Jadi dilihat dari cash rationya perusahaan selama tiga tahun Utang Lancar
lebih besar dari Kas & Setara Kasnya. Hal ini disebabkan karena terus
menurunnya kas & setara kas, bahkan pada tahun 2018 mengalami penurunan
sebesar 44%. Sehinnga perusahaan belum mampu melunasi utang jangka
pendeknya.
- Quick Rasio
Jadi dilihat dari tahun 2016-2018 PT. XL Axiata Tbk belum mampu melunasi
utang jangka pendeknya, karena total utang lancar terus mengalami
peningkatan. Hal ini disebabkan karena meningkatnya beberapa akun seperti
utang usaha pihak ketiga, liabilitas sewa, liabilitas imbalan kerja.
- Cash Rasio
Jadi dilihat dari cash rationya perusahaan selama tiga tahun Utang Lancar
lebih besar dari pada Kas & Setara Kasnya. Karena pada tahun 2017 dan 2018
total utang lancar terus mengalami peningkatan dari 105% menjadi 109%, hal
ini disebabkan karena meningkatnya beberapa akun seperti utang usaha pihak
ketiga, liabilitas sewa, liabilitas imbalan kerja. Sehinnga perusahaan belum
mampu melunasi utang jangka pendeknya.
3. Analisis struktur modal yang digunakan adalah Long Term Debt to Equity Ratio
(LTDER) dan Weighted Average Cost of Capital (WACC)
- PT. Indosat
LTDER dari ketiga tahun tersebut mengalami kenaikan 9% ditahun 2017 dan
32% ditahun 2018. Utang jangka panjangnya lebih besar daripada modal
sendirinya. Dengan lebih besarnya utang jangka panjang menyebabkan
perusahaan tersebut lebih beresiko.
WACC pada tahun 2016 adalah 3% dan di tahun 2017 tidak mengalami
kenaikan ataupun penurunan dan di tahun 2018 mengalami kenaikan sebesar
1%. Hal ini terlihat dari tingkat modal yang tinggi. Sehingga perusahaan ini
dikatakan memiliki struktur modal yang baik.
- PT . Xl Axiata
LTDER PT. Xl Axiata selama tahun 2016 dan 2017 modalnya lebih besar
daripada utang jangka panjangnya. Artinya perusahaan selama 2 tahun
dikatakan memiliki struktur modal yang baik. Sedangkan pada tahun 2018
utang jangka panjangnya lebih besar daripada modal sendirinya. Hal ini bisa
menyebabkan perusahaan lebih beresiko.
Jadi WACC pada tahun 2016 adalah 1% dan di tahun 2017 tidak mengalami
kenaikan ataupun penurunan dan di tahun 2018 mengalami keniakan sebesar
5%. Hal ini terlihat dari tingkat modal yang tinggi. Sehingga perusahaan ini
dikatakan memiliki struktur modal yang baik.
4. Analisis yang digunakan dalam mengetahu kondisi pasar yaitu dengan melihat
informasi saham ditahun 2016-2018 dan membandingkannya dengan harga saham
saat ini. Dengan melihat harga tertinggi, harga terendah, harga penutupan, volume
perdagangan, kapitalisasi pasar dan jumlah saham yang beredar.
Kondisi pasar Perusahaan apabila dilihat dari informasi saham yang telah di
analisis sebelumnya yaitu :
- PT. Indosat
Jika dilihat dari harga saham PT. Indosat Tbk tahun sekarang harga saham nya
mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Pada
tahun 2018 juga harga saham mengalami penurunan dibandingkan tahun 2016
dan 2017. Jika dilihat dari harga saham yang sekarang lebih rendah
kemungkinan laba yang didapatkan akan lebih rendah.
- PT. Xl Axiata
Di tahun sekarang harga saham PT. XL Axiata Tbk tidak terlalu mengalami
penurunan dibandingkan perusahaan lainnya. Jika dilihat dari harga saham
yang sekarang lebih rendah kemungkinan laba yang didapatkan akan lebih
rendah.
- PT. Indosat setelah dianalisis menggunakan Altman Z-Score pada tahun 2016
dan 2017 nilai Z-Scorenya dibawah 2,70 artinya perusahan selama dua tahun
berturut-turut memiliki kemungkinan mengalami financial distress.
Sedangkan pada tahun 2018 nilai Z-Score sebesar 0,78 artinya Z-Score PT.
Indosat berada dibawah 1,80. Hal ini menunjukkan bahwa PT. Indosat pada
tahun 2018 berpotensi kuat mengalami kebangkrutan.
Dari ketiga perusahaan tersebut dapat dilihat PBV terendah yaitu pada PT. Xl
Axiata Tbk artinya saham ini lebih murah dibandingkan dari perusahaan lainnya,
namun pada tahun 2018 PT. Indosat Tbk juga PBV nya sangat rendah artinya
pada tahun 2018 saham PT. Indosat Tbk lebih murah dibandingkan dari tahun-
tahun sebelumnya. Sedangkan jika dilihat dari EPS dari ketiga tahun tersebut EPS
PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk lebih besar, artinya perusahaan tersebut
menghasilkan laba per lembar saham yang lebih besar dibandingkan perusahaan
lainnya. Dan jika dilihat dari PER dari ketiga tahun tersebut PER PT. Xl Axiata
Tbk lebih besar, artinya semakin tinggi nilai PER nya maka harga saham tersebut
semakin mahal dibandingkan perusahaan lainnya.