Anda di halaman 1dari 9

Nama : Saskia Arumaisa Rizna

NIM : 175020307111030

Kelas : Pengauditan 2 CH

TUGAS PENGAUDITAN 2

1. Sebut dan jelaskan secara singkat beberapa prosedur awal yang bisa dilakukan oleh
Haraito agar kemudian bisa memberikan laporan rekomendasi kepada Partner
KAP apakah akan menerima atau menolak tawaran penugasan audit dari PT Mitra
Realty (hubungkan dengan standar auditing dan peraturan lain yang mungkin
terkait)!

Sebelum menerima perikatan audit, KAP harus melakukan prosedur awal untuk
mengetahui bisnis klien dan memutuskan menerima atau menolak penugasan audit.
Menurut SA 210 mengenai “Persetujuan Atas Ketentuan Perikatan Audit”, auditor harus
melakukan prakondisi suatu audit. Dalam prakondisi suatu audit, maka auditor harus:
 Menentukan apakah kerangka pelaporan keuangan yang akan diterapkan dalam
penyusunan laporan keuangan dapat diterima, dan
 Memperoleh persetujuan dari manajemen bahwa manajemen mengakui dan
memahami tanggungjawabnya.

Dalam menentukan diterimanya kerangka penyusunan laporan keuangan maka


terdapat factor-faktor relevan bagi auditor untuk menentukan diterimanya kerangka
penyusunan laporan keuangan yaitu:

 Sifat Entitas
 Tujuan Laporan Keuangan
 Sifat Laporan Keuangan
 Apakah peraturan perundang-undangan menentukan kerangka penyusunan
laporan keuangan yang harus digunakan.
Sehingga dapat disimpulkan, terdapat 6 tahapan yang harus dilakukan oleh auditor
sebelum melakukan penerimaan klien:

1. Auditor harus mengevaluasi integritas manajemen


2. Mengidentifikasi keadaan khusus dan risiko bisnis klien
3. Menentukan kompetensi Kantor Akuntan Publik
4. Mengevaluasi independensi auditor
5. Menentukan kemampuan auditor untuk memaksimalkan kemampuannya
mengaudit perusahaan klien
6. Membuat surat perikatan audit jika menerima perikatan

2. Dari beberapa data keuangan yang disajikan di lampiran, coba lakukan prosedur
analitis awal untuk mendapatkan pemahaman tentang bagaimana kinerja finansial
dari PT Mitra Realty!

Prosedur analitis yang harus dilakukan auditor yaitu


 Memahami bidang usaha klien
Bidang usaha klien merupakan usaha property yan berfokus pada bidang
persewaan pertokoan. Pusat kegiatan operasional perusahaan berada di Kota
Surabaya. Memiliki 6 tower pertokoan di Surabaya dan beberapa Mall/Plaza di
kota-kota lain di Jawa Timur seperti Malang, Trenggalek, dan Sidoarjo.
 Menilai kelangsungan usaha klien
Kelangsungan usaha klien mengalami penurunan saat ini dikarenakan imbas dari
merebaknya market place di Indonesia yang lebih mudah untuk dicapai oleh
konsumen tanpa perlu keluar rumah. Selama tiga tahun terakhir perusahaan tidak
mampu mencapai target laba yang diharapkan dari aktivitas operasi yang
dilakukan. Selama tiga tahun terakhir perusahaan tidak mampu mencapai target
laba yang diharapkan. Saat ini perusahaan tengah dalam proses pembukaan tower
baru ketujuhnya di Kota Madiun dan akan mulai beroperasi pada Desember 2018.
 Indikasi Kemungkinan Kesalahan
Indikasi kemungkinan kesalahan dapat dilakukan dengan membandingkan data
keuangan perusahaan pada tahun ini dan tahun sebelumnya, yaitu:
1. ROE (Return of Equity) merupakan rasio profitabilitas untuk mengukur
sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih bagi
para investor dengan menggunakan modal sendiri. ROE pada PT Mitra Realty
pada tahun 2017 sebesar 8,94% dengan rasio industri 22,10% sedangkan pada
tahun 2016 sebesar 7,10% dengan rasio industry 28,5% yang mengartikan
bahwa 1 rupiah dari ekuitas pemegang saham dapat diolah menjadi 0,08
rupiah laba bersih perusahaan. Melihat rasio perbandingan industry serta nilai
ROE menandakan bahwa perusahaan kurang efektif dalam menghasilkan laba.
2. ROA (Return on Asset) merupakan rasio profitabilitas yang menunjukkan
presentase keuntungan yang diperoleh perusahaan sehubungan dengan
keseluruhan sumber daya atau rata-rata jumlah asset. ROA pada PT Mitra
Realty pada tahun 2017 sebesar 4,5% dengan rasio industri 7,20% sedangkan
pada tahun 2016 sebesar 3,7% dengan rasio industry 8,8% yang mengartikan
bahwa walaupun nilai ROA masih dibawah rasio industry namun nilai ROA
cukup efektif mengelola asetnya untuk menghasilkan laba yang lebih besar.
3. Account receivable turnover menunjukkan berapa kali suatu perusahaan
melakukan tagihan atas piutangnya pada suatu periode. Pada PT Mitra Realty
nilai account receivable turnover adalah 14,26 dengan rasio industry sebesar
8,14 berarti dalam suatu periode perusahaan dapat melakukan pengihan
piutang selama 14x. Nilai ini mengalami kenaikan dari tahun 2016 serta lebih
tinggi dari rasio industry menunjukkan keadaan yang baik yang dapat
memperkecil kemungkinan adanya piutang tak tertagih.
4. Average collection period merupakan perputaran piutang harian untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam mengumpulkan jumlah piutang
dalam setiap jangka waktu tertentu. Pada PT Mitra Realty tahun 2017 nilai
average collection period adalah 31 hari dengan rasio industrysebesar 44 hari
mengalami kenaikan dari tahun 2016 selama 4 hari. Menunjukkan rata-rata
pengumpulan piutang sebesar 31 hari berarti baik karena dibawah rasio
industry dikarenakan semakin kecil nilainya semakin baik.
5. Inventory turnover untuk mengukur efektivitas manajemen perusahaan dalam
mengelola persediaan. Pada PT Mitra Realty tahun 2017 nilai inventory
turnover sebesar 6,16 dengan rasio industry sebesar 8,8 sedangkan pada tahun
2016 rasio nya adalah 3,8% dengan rasio industry 7,5%. Ini menunjukkan
perputaran persediaan sebesar 6,16 kali menunjukkan bahwa dana yang
tertanam dalam persediaan berputar sebanyak 6,16 kali dalam setahun. Nilai
yang diperoleh masih dibawa rasio industry karena semakin tinggi turn over
yang diperoleh, semakin efektif manejemen dalam mengelola persediaan.
6. Days in inventory adalah untuk menghitung waktu yang dibutuhkan agar
persediaan terjual. Pada PT Mitra Realty tahun 2017 menunjukkan nilai 59,16
dengan rasio industry sebesar 41,48 yang berarti membutuhkan waktu 59 hari
untuk menghabiskan persediaan yang mengalami penurunan sebesar 35 hari
dari tahun 2016.
7. Debt to equity adalah perbandingan total hutang yang dimiliki perusahaan
dengan modal sendiri (ekuitas). Pada PT Mitra Realty tahun 2017
menunjukkan nilai sebesar 0,96 dengan nilai rasio industry 2,58 yang berarti
bahwa modal perusahaan sebesar 96% dapat melunasi utang perusahaan.
Sedangkan pada tahun 2016 memiliki nilai 88% dari rasio industry sebesar
206%.
8. Time interst earned adalah rasio solvabilitas yang mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar atau menutupi beban bunga di masa depan. Pada
PT Mitra Realty tahun 2017 nilai time interest earned adalah 4,7 dengan nilai
rasio industry sebesar 1,5 yang mengalami penurunan dengan nilai 4,2 dengan
rasio industry sebesar 2,2 pada tahun 2016. Yang berarti pendapatan tersebut
4,7 kali lebih besar dari biaya beban bunga tahunannya.
9. Current ratio adalah rasio likuditas yang merupakan perbandingan antara
aktiva lancar dengan hutang lancar. Pada PT Mitra Realty tahun 2017 nilai
current rationya adalah 1,85 dengan nilai rasio industri 1,2 dan pada tahun
2016 dengan nilai 1,9 dan rasio industry sebesar 1,3. Yang berarti setiap Rp. 1
utang lancar akan di tanggung oleh Rp. 1,85 aktiva lancar. Tidak ada standar
khusus mengenai current ratio namun ratio perbandingannya lebih baik 2:1.
10. Profit margin adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan
dibandingkan dengan penjualan yang dicapai. Pada PT Mitra Realty tahun
2017 nilai profit marginnya adalah 34% dengan rasio industry sebesar 9,80%
dan pada tahun 2016 dengan nilai 33,5% dengan rasio industry sebesar 10%.
Ini menunjukkan laba yang dihasilkan PT Mitra Reality sebesar 34% lebih
besar dari harga pokok penjualannya.
11. Pada laporan posisi keuangan terjadi peningkatan yang drastic pada piutang
usaha bersih, utang dan pendapatan diterima dimuka, serta diiringi dengan
peningkatan laba ditahan dan total ekuitas pemegang saham.
12. Pada laporan laba rugi terjadi peningkatan drastic pada penjualan namun
perusahaan menyebutkan bahwa penjualan sedang menurun karena terkena
imbas market place.
 Pengurangan Pengujian Rinci
Setelah mengindikasi kemungkinan kesalahan, terdapat indikasi penyajian salah
saji yang tidak wajar dari data keuangan PT Mitra Realty. Sehingga perlu adanya
pengujian rinci pada akun persediaan, piutang, utang, dan pendapat penjualan
apakah terjadi salah saji atau tidak. Dan pada rasio keuangan banyak rasio
keuangan yang masih dibawah rasio industry dan terdapat rasio keuangan yang
melampaui jauh dari rasio industy.

3. Dari prosedur analitis yang dilakukan, apakah ditemukan hal-hal yang nantinya
akan dijadikan acuan oleh KAP sebagai titik tekan pengauditan selama proses audit
berlangsung ketika seandainya KAP Henry, Bisma dan Danubrata menerima
penugasan dari PT Mitra Realty? Sebut dan Jelaskan!

Setelah melakukan prosedur analitis, terdapat hal-hal yang ditekan dalam pengauditan,
yaitu:
 Kontrol internal dari PT Mitra Realty
Menurut kasus diatas, pada PT Mitra Reality tidak adanya audit internal, karena
terjadinya penurunan penjualan sehingga audit internal dialihkan menjadi
marketing untuk mencari klien. Selain itu, terdapat double jobdesc bagi jabatan
manajer marketing dan fungsi penagihan. Serta setiap tower hanya dipegang oleh
manajer, asisten manajer, dan staff marketing yang bekerja paruh waktu.
Terjadinya kesepaktan bawah tangan antara staff marketing dan klien sehingga
menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
 Laporan posisi keuangan PT Mitra Realty
Pada laporan posisi keuangannya, terdapat peningkatan yang drastic pada piutang
usaha bersih, utang dan pendapatan diterima dimuka, serta diiringi dengan
peningkatan laba ditahan dan total ekuitas pemegang saham. Serta pada rasio
keuangan, terlihat dari rasio profit margin yang tinggi namun tidak diiringi
dengan perputaran persediaan. Serta ROE dan ROA yang masih dibawah rasio
industry namun penjualannya meningkat dan ekuitas pemegang saham meningkat
sedangkan perusahaan sedang mengalami penurunan penjualan.

4. Melihat dari kondisi bisnis dan beberapa tujuan yang dimiliki oleh PT Mitra Realty
seperti apa yang dipaparkan dalam bagian Latar Belakang Industri PT Mitra
Realty di atas, sebutkan dan jelaskan beberapa akun yang nantinya akan menjadi
area pengauditan utama oleh KAP (jika mungkin hubungkan dengan beberapa
asersi manajemen terkait)!

Akun-akun yang akan menjadi area pengauditan:


 Penjualan
Akun penjualan pada PT Mitra Realty sebesar Rp 145.313 mengalami
peningkatan dari tahun 2016. Namun perusahaan menyebutkan terjadinya
penurunan penjualan akibat imbas dari market place. Berarti perlu dilihat dari
asersi manajemennya yaitu pertama mengenai asersi tentang keberadaan atau
keterjadian. Apakah memang terjadi penjualan pada PT Mitra Realty dan bukti
terjadinya penjualan pada perusahaan. Yang kedua, asersi kelengkapan yaitu
apakah semua penjualan yang terjadi sudah dilaporkan pada neraca. Yang ketiga,
asersi tentang penilaian atau alokasi yaitu bagaimana perusahaan mengakui dan
menilai harga saat terjadinya penjualan. Yang keempat, asersi mengenai
penyajian dan pengungkapan yaitu pengungkapan pendapatan pada neraca seperti
apa, mencegah terjadinya overstated pendapatan.
 Beban
Akun beban pada PT Mitra Realty sebesar Rp 105.559 mengalami peningkatan
dari tahun 2016. Kenaikan penjualan pada neraca mempengaruhi bebannya juga.
Perusahaan menyebutkan sedang membuat tower baru di daerah madiun. Berarti
perlu dilihat dari asersi manajemennya yaitu pertama mengenai asersi tentang
keberadaan atau keterjadian. Apakah memang terjadi pembelian barang yang
dibebankan pada PT Mitra Realty dan bukti terjadinya pembelian pada
perusahaan. Yang kedua, asersi kelengkapan yaitu apakah semua pembelian yang
dibebankan yang terjadi sudah dilaporkan pada neraca. Yang ketiga, asersi
tentang penilaian atau alokasi yaitu bagaimana perusahaan mengakui dan
membebankan pada pembelian barang. Yang keempat, asersi mengenai penyajian
dan pengungkapan yaitu pengungkapan beban pada neraca seperti apa, jenis
beban yang diperbolehkan di bebankan apa saja.
 Piutang
Akun piutang pada PT Mitra Realty sebesar Rp 12.434 mengalami peningkatan
dari tahun 2016. Kenaikan piutang yang drastic menimbulkan kecurigaan
dikarenakan perusahaan menyebutkan sedang terjadinya penurunan penjualan
sehingga pengeluaran perusahaan harusnya dibatasi. Dan perusahaan
menyebutkan sedang membuat tower baru di daerah madiun. Berarti perlu dilihat
dari asersi manajemennya yaitu pertama mengenai asersi tentang keberadaan atau
keterjadian. Apakah memang terjadi transaksi piutang pada PT Mitra Realty dan
bukti terjadinya transaksi piutang pada perusahaan. Yang kedua, asersi
kelengkapan yaitu apakah semua piutang yang terjadi sudah dilaporkan pada
neraca. Yang ketiga, asersi tentang hak dan kewajiban, adakah hak dan kewajiban
yang diatur pada perusahaan dan pelaku piutang. Yang keempat, asersi tentang
penilaian atau alokasi yaitu bagaimana perusahaan mengakui dan menilai piutang.
Yang kelima, asersi mengenai penyajian dan pengungkapan yaitu pengungkapan
piutang pada neraca seperti apa serta jatuh tempo piutang.
 Utang
Akun utang pada PT Mitra Realty sebesar Rp 37.557 mengalami peningkatan dari
tahun 2016. Kenaikan utang yang drastic menimbulkan kecurigaan terutama pada
akun utang usaha dan pendaptan diterima dimuka. Berarti perlu dilihat dari asersi
manajemennya yaitu pertama mengenai asersi tentang keberadaan atau
keterjadian. Apakah memang terjadi transaksi utang pada PT Mitra Realty dan
bukti terjadinya transaksi utang pada perusahaan. Yang kedua, asersi kelengkapan
yaitu apakah semua utang yang terjadi sudah dilaporkan pada neraca. Yang
ketiga, asersi tentang hak dan kewajiban, adakah hak dan kewajiban yang diatur
pada perusahaan. Permisalan jumlah sewa guna usaha (lease) yang dikapitalisasi
di neraca mencerminkan nilai perolehan hak entitas atas kekayaan yang disewa-
guna-usahakan (leased) dan utang sewa usaha yang bersangkutan mencerminkan
suatu kewajiban entitas. Yang keempat, asersi tentang penilaian atau alokasi yaitu
bagaimana perusahaan mengakui dan menilai utang dan mengakui pendapatan
diterima dimuka. Yang kelima, asersi mengenai penyajian dan pengungkapan
yaitu pengungkapan utang pada neraca seperti apa serta jatuh tempo utang.
 Persediaan
Akun persediaan pada PT Mitra Realty sebesar Rp 20.370 mengalami
peningkatan dari tahun 2016. Persediaan pada PT Mitra Realty dibagi menjadi
dua, yaitu persedian barang dalam proses dan persediaan barang jadi. Pada
persediaan dalam proses selalu muncul pada setiap tahunnya menimbulkan
kecurigaan dikarenakan perusahaan menyebutkan bahwa pembangunan tower di
Madiun terjadi pada tahun ini harusnya tidak ada persediaan dalam proses di
tahun-tahun sebelumnya. Berarti perlu dilihat dari asersi manajemennya yaitu
pertama mengenai asersi tentang keberadaan atau keterjadian. Apakah memang
terdapat persediaan pada PT Mitra Realty dan bukti persediaan dalam proses nya.
Yang kedua, asersi kelengkapan yaitu apakah semua persediaan sudah dilaporkan
pada neraca. Yang ketiga, asersi tentang penilaian atau alokasi yaitu bagaimana
perusahaan mengakui dan menilai persediaan. Yang kelima, asersi mengenai
penyajian dan pengungkapan yaitu pengungkapan persediaan pada neraca seperti
apa serta klasifikasi akun persediannya.

5. Dengan segala analisis yang bisa dilakukan, selanjutnya menurut anda apakah
rekomendasi yang diberikan oleh Haraito kepada Partner KAP Henry, Bisma dan
Danubrata (saran untuk menerima atau menolak tawaran perikatan audit dari PT
Mitra Realty)? Untuk menjawab pertanyaan ini, kemukakan alasan yang detail
dengan juga mendasarkan pada Standar Auditing, peraturan dan Kode Etik Profesi
terkait!

Setelah melakukan analisis, saya merekomedasikan kepada KAP Henry, Bisma, dan
Danubrata untuk menolak tawaran perikatan audit dari PT Mitra Realty. Menurut SA 210
mengenai “Persetujuan Atas Ketentuan Perikatan Audit” disebutkan mengenai
“memperoleh persetujuan dari manajemen bahwa manajemen mengakui dan memahami
tanggungjawabnya.” Terlihat pada kasus diatas bahwa manajemen PT Mitra Realty ada
yang ditutupi terkait manajemen perusahaan. Selain itu, dibuktikan dengan perhitungna
rasio keuangan serta laporan keuangan PT Mitra Realty. SA 210 juga menyebutkan
bahwa auditor harus “menentukan apakah kerangka pelaporan keuangan yang akan
diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan dapat diterima”. Terlihat dari control
internal yang harus diperbaiki, mengenai staff yang terjadi kesepakatan bawah tangan,
adanya double jobdesk manajer marketing dan fungsi penagihan, serta tidak adanya audit
internal karena dialihkan ke marketing. Dari control internal ini pun, sudah terlihat
indikasi fraudulent financial reporting yang dilakukan manajemen perusahaan. Terakhir,
mengenai integritas manajemen bahwa pada KAP sebelumnya mereka menolak untuk
diberikan opini wajar dengan pengeculian karena salahnya penilaian asset pada PT Mitra
Realty, berarti menunjukkan bahwa adanya tekanan bagi auditor untuk mengeluarkan
opini wajar tanpa pengeculian. Sedangkan dalam kode etik profesi akuntan public
disebutkan bahwa akuntan public harus mematuhi prinsip dasar etika profesi yaitu
integritas, objektivitas, kompetensi professional dan cermat kehati-hatian, kerahasiaan,
perilaku professional.

Anda mungkin juga menyukai