Anda di halaman 1dari 2

Memahami Akuntabilitas dalam Perspektif Konvensional

Akuntabilitas merupakan pertanggung jawaban manajemen atau penerima amanah


kepada pemberi amanah atas pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya baik
secara vertikal maupun secara horizontal. Dimana, akuntabilitas vertikal adalah
akuntabilitas yang berupa tanggung jawab seorang atasan dengan bawahnnya. Sedangkan,
akuntabilitas horizontal merupakan akuntabilitas yang berupa tanggung jawab oleh orang
ataupun lembaga yang setara.

Dalam praktiknya, akuntabilitas konvensional telah menghilangkan manifestasi


pertanggungjawaban manajemen atau penerima amanah kepada pemberi amanah. Konsep
akuntabilitas dalam dunia kapitalisme telah dimasuki oleh nilai-nilai rasionalitas. Dunia
kapitalisme mengalami krisis manajemen karena setiap hari terdapat permasalahan
perusahaan, di mana para pemimpin mengkhianati rakyat mereka sendiri dan berusaha untuk
mencari keuntungan duniawi. Pemimpin perusahaan akan melakukan berbagai tindakan
untuk mencapai target maksimum keuntungan serta memuaskan para pemegang saham, juga
telah melupakan hubungan manusia dan sosial, yang kemudian memperoleh kesuksesan bagi
perusahaan.

Krisis manajemen yang terjadi di perusahaan akan mengkhianati pegawai dan


berusaha untuk mencari keuntungan duniawi. Mereka hanya peduli tentang kepuasan
pemegang saham dan melupakan kewajiban moral serta etika lainnya untuk organisasi dan
masyarakat pada umumnya. Hal ini menyebabkan sistem kapitalis yang memiliki nilai
materialis dan egois ini berkembang biak pada akuntabilitas konvensional. Jika konsep
akuntabilitas kapitalis ini diterapkan pada lingkungan masyarakat yang berbeda secara
filosofis dan konsepsional maka akan muncul inkonsistensi nilai yang akhirnya akan
menimbulkan inkonsistensi persepsi dan perilaku. Artinya, akuntabilitas konvensional
tidak dapat menyelesaikan masalah sosial yang muncul dalam praktik akuntabilitas seperti
penerapan yang asing dari nilai-nilai Islam dengan menjadikan materi sebagai pusat
kepentingan sehingga hanya mengabdi kepada para pemilik modal saja.

Akuntabilitas konvensional pada organisasi non profit hingga saat ini masih di
dominasi oleh rasionalisasi hubungan principal (pemilik modal) dan agent (pengelola modal)
dengan memperlihatkan bahwa agent sebagai pihak ketiga diberi wewenang oleh principal
untuk mengelola organisasi dan berpihak pada kepentingan principal. Hubungan tersebut
timbul karena adanya pemisahan antara pemilik modal (principal) dan pengelolaan modal
(agent). Pemisahan ini memicu adanya konflik kepentingan antara principal dan agent, hal ini
disebabkan karena manusia memiliki kecenderungan untuk mengutamakan kepentingan
pribadi (egois).

Salah satu persoalan penting dalam akuntabilitas konvensional yaitu memiliki


konsekuensi terhadap peradaban karena ketika sebuah praktik pada akuntansi konvensional
tersebut berhasil dengan jangka waktu panjang, maka terbentuklah akuntansi dengan
jenis-jenis yang berbeda sesuai dengan kebutuhan dan pada akhirnya membentuk realitas
pula. Ekonomi yang bersifat rasional lebih mengutamakan kepada materialisme serta
keuntungan yang berasal dari filosofi materialitas barat. Ciri dari filsafat materialisme ini
adalah penekanan pada sisi material, begitu pula halnya pada ekonomi yang bersifat rasional.
Sisi persaingan, egoisme serta rasionalisme yang berlebihan merupakan sisi ekonomi
tersebut, kemudian membentuk realitas dan menjadikan ekonomi yang bersifat rasional itu
termasuk ke dalam akuntabilitas konvensional.

DAFTAR PUSTAKA

Riyanti. (2020). DEKONSTRUKSI AKUNTABILITAS KONVENSIONAL : SEBUAH


KRITIK YANG DIBANGUN DARI AKUNTABILITAS MASJID. 16-18.

Anda mungkin juga menyukai