Anda di halaman 1dari 3

D.

Dalam hal ini biasanya pihak bank akan melakukan pembayaran secara cash kepada pemasok,
kemudian nasabah akan melakukan pelunasan pembiayaan bank dengan menambah sejumlah
margin yang telah disepakati. Setelah itu pihak nasabah akan melakukan pelunasan pembiayaan
tersebut dengan cara tunai maupun dengan cara kredit.
Dalam praktiknya di lembaga keuangan syariah, jual beli murabahah biasanya disertai dengan
akad wakalah, yaitu pemberian untuk wewenang melaksanakan urusan dengan batas
kewenangan dan waktu tertentu. Penerimaan kuasa mendapat imbalan yang ditentukan dan
disepakati bersama. Akad wakalah adalah perwakilan antara dua pihak, dimana pihak pertama
mewakilkan suatu urusan kepada pihak kedua untuk bertindak atas nama pihak pertama.Terdapat
beberapa produk pembiayaan pada bank syariah salah satunya yaitu pembiayaan murabahah.
Pembiayaan ini merupakan transaksi antara pembeli (nasabah) dengan penjual (bank). Dimana
dalam transaksi ini bank syariah akan membelikan barang yang dibutuhkan oleh nasabah dan
nasabah yang akan menentukan spesifikasi dari barang tersebut, kemudian bank (penjual) akan
menjual kepada nasabah dengan menyebutkan harga pokok barang tersebut plus keuntungan
yang di ambil oleh pihak bank, maka terjadilah kesepakatan antara pihak bank dan nasabah yang
disebut dengan akad murabahah.
https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/
novidevani8894/5edb5c95097f36659b730ca4/penerapan-murabahah-dalam-lembaga-keuangan-
syariah

E. Skema Murabahah
A. Skema Murabahah Sederhana

Pada murabahah ini hanya melibatkan dua pihak yaitu penjual dan pembeli. Pada tahap
pertama si A akan menjualkan barangnya berupa motor kepada si B. Harga yang
ditetapkan si A adalah Rp12juta. Harga tersebut terdiri dari harga modal sebesar Rp10
juta dan margin sebesar Rp2 juta. A menyebutkan dua harga tersebut kepada si B.
Dikarenakan harga tersebut layak menurut B, maka ia sepakat untuk membayar motor
tersebut dengan harga total Rp12 juta.

b. Skema Murabahah pada perbankan


Praktik Murabahah pada Perbankan Syariah (Kondisi Ideal)

Bila ada yang mengatakan praktik pada perbankan konvensional dan perbankan syariah adalah
sama saja, maka itu sungguh jawaban yang sangat keliru. Karena bila bicara praktik pada
perbankan konvesnional, nasabah yang hendak meminjam sejumlah uang tertentu untuk membeli
barang atau untuk keperluan lain harus membayar kembali uang yang dipinjam pada tempo
waktu yang telah ditentukan beserta tambahan uang atau bunga yang juga harus dibayar.

Adanya tambahan uang yang harus dibayar adalah bentuk dari keuntungan yang harus diperoleh
bank dari pinjaman yang ia berikan kepada nasabah. Hal tersebut dalam Islam disebut riba dan
islam mengharamkan riba sebagaimana dalam Q.S. Al-Baqarah[2] : 275 bahwa Allah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.

Lain halnya dengan yang terjadi pada perbankan syariah. Bila bicara pada kondisi ideal, karena
sistem yang digunakan adalah jual beli murabahah maka nasabah memesan terlebih dahulu
kepada bank syariah sesuai dengan spesifikasi yang nasabah inginkan.

Kemudian bank tersebut membelikan barang yang dipesan nasabah kepada supplier secara tunai
sehingga terjadi perpindahan kepemilikan dari supplier kepada bank. Lalu, bank menjual barang
tersebut kepada nasabah dengan ditambahkan margin keuntungan dan nasabah berhak membeli
barang tersebut secara cicilan. Konsep ini lebih dikenal dengan sebutan murabahah lil amir
bisysyiraa
Praktik Murabahah pada Perbankan Syariah (Kondisi Real)

Pada kondisi ideal dapat kamu lihat skema di atas. Namum, pada praktik real  di lapangan bank
syariah tidak dapat melakukan praktik jual-beli. Hal ini disebabkan bank syariah berada dalam
regulasi bank Indonesia dan otoritas jasa keuangan yang mana pada regulasi tersebut teradapat
undang-undang yang mengatur bahwa perbankan tidak boleh melakukan praktik jual-beli.

Selain itu, bank syariah memiliki kendala apabila harus melakukan praktik jual-beli. Kendala
tersebut terdapat pada perhitungan pajak. Apabila bank syariah melakukan transaksi jual-beli
maka ia akan dikenakan dua kali perhitangan pajak yaitu antara supplier dengan bank dan antara
bank dengan nasabah.

Oleh sebab itu, bank tidak dapat melakukan praktik jual beli. Untuk mengatasi hal tersebut, bank
syariah meminta nasabah untuk membelikan dahulu barang yang ia ingin miliki secara tunai
kemudian diserahkan kepada bank dan bank tersebut menjual kembali kepada nasabah secara
cicil. Hal ini dikenaal dengan sebutan murabahah bil wakalah.

Anda mungkin juga menyukai