Anda di halaman 1dari 15

“Perilaku Individu dan Kelompok dalam Organisasi”

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Kelas - B


Dosen Pengampu: Dr. H. Muhammad Fakhri Husein, S.E., M.Si.

Disusun Oleh:

Chandra Maulana: 20103080040

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2021

1
BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Membahas perilaku otoritatif berarti memeriksa perilaku manusia. Orang adalah


sekutu utama dari asosiasi mana pun yang tidak terlalu memperhatikan strukturnya.
Tingkah laku manusia dalam suatu perkumpulan atau perkumpulan merupakan awal
dari tingkah laku yang berwibawa. Tandan sangat penting bagi keberadaan manusia.
Secara konsisten orang akan terlibat dengan banyak latihan. Demikian juga, tandan
sangat penting untuk kehidupan yang berwibawa. Biasanya, orang-orang yang
merupakan individu dari kelompok besar atau kecil memiliki kecenderungan yang
sangat kuat untuk mencari kedekatan dalam pertemuan tertentu. Berawal dari
kesamaan tugas pekerjaan, kedekatan lingkungan kerja, kebersamaan yang tak henti-
hentinya, keceriaan bersama yang biasa, kemudian, pada titik itulah, kedekatan satu
sama lain muncul. Mulai mereka dalam tandan di asosiasi.

Perilaku dalam pergaulan berasal dari dua sumber, yaitu orang dan perkumpulan.
Tingkah laku berkelompok adalah setiap jenis gerakan yang dilakukan oleh setidaknya
dua orang yang bergaul dan mempengaruhi satu sama lain dan mengandalkan satu
sama lain untuk memberikan pencapaian positif baik untuk jangka panjang maupun
pengembangan diri.

Pelatihan pada dasarnya adalah tindakan sadar dan sadar dengan tanggung jawab
penuh yang dilakukan oleh orang dewasa hingga anak-anak sehingga muncul asosiasi
dari keduanya sehingga anak mencapai perkembangan ideal yang dilakukan secara
bertahap secara konsisten dalam setiap iklim korelatif (keluarga, sekolah, jaringan). .
Komponen sosial adalah sudut pandang individu yang khas yang telah ada sejak
manusia dikandung. Langeveld mengatakan "setiap anak yang dikandung dihormati
dengan potensi sosialitas atau kapasitas untuk hidup berdampingan, berbicara satu
sama lain yang pada dasarnya mengandung komponen memberi dan mendapatkan satu
sama lain". Latihan sosial tercermin dalam hubungan sehari-hari, ketika asosiasi sosial
terjadi antara orang satu sama lain atau di antara orang-orang dan pertemuan, seperti
di antara pertemuan.

2
Berbicara tentang pendidikan tentunya tidak hanya sebatas proses yang terjadi di
dalam lembaga sekolah semata, tetapi dalam skala yang lebih luas sekolah sebagai
lembaga sosial merupakan bagian dari proses pendidikan sebagai proses
pemberdayaan. Dengan demikian, proses pendidikan hanya dapat diketahui apabila kita
menempatkannya dalam lingkungan kebudayaan suatu masyarakat.

Pendidikan dalam konteks di atas (kebudayaan) meliputi masalah-masalah yang


pelik seperti konsep kekuasaan (power). Sebab, pada hakikatnya kebudayaan mengatur
kelangsungan hidup suatu kelompok masyarakat, yang berati hakikatnya juga
mempertahankan kekuasaan tertentu.

Dalam pembahasan kali ini pemakalah akan menjelaskan tentang perilaku


individu dan kelompok dalam organisasi serta kekuasaan dan politik dalam lembaga
pendidikan.

B.       Rumusan Masalah

1.      Bagaimana perilaku individu dalam oganisasi?

2.      Bagaimana perilaku kelompok dalam organisasi?

3.      Bagaimana perilaku organisasi yang dapat diperankan kepala sekolah sebagai


pimpinan pendidikan?

4.      Bagaimana kekuasaan dan politik dalam lembaga pendidikan?

C.      Tujuan

1.      Untuk mengetahui dan memahami perilaku individu dalam organisasi.

2.      Untuk mengetahui dan memahami perilaku kelompok dalam organisasi.

3.      Untuk mengetahui dan memahami perilaku organisasi yang dapat diperankan


kepala sekolah sebagai pimpinan pendidikan.

4.      Untuk mengetahui dan memahami kekuasaan dan politik dalam lembaga


pendidikan.

3
4
BAB II

PEMBAHASAN

1.        Perilaku Individu dalam Organisasi

A.       Pengertian Perilaku Individu

Sesuai dengan referensi kata bahasa Indonesia, individu adalah individu, individu,
entitas organik yang hidup sendiri. Sementara perilaku adalah perilaku, reaksi individu
terhadap iklim. Sepanjang garis ini, perilaku individu adalah perilaku hari demi hari
individu dalam hidupnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku individu adalah
karakter, wawasan, mentalitas, kapasitas dan kemampuan, landasan keluarga,
kebenaran hidup, pengalaman dan batas belajar.

Perilaku individu juga dapat dirasakan dengan berkonsentrasi pada atribut


individu. Seperti yang ditunjukkan oleh Nimran, atribut bawaan pada manusia terdiri
dari karakteristik anekdot, karakter, kapasitas, penegasan dan perspektif. Berikutnya
adalah klarifikasi dari setiap kualitas ini.

1)      Ciri-ciri biografis, yaitu ciri -ciri yang melekat pada individu. Antara lain.

a.       Umur

b.      Jenis kelamin

c.       Status perkawinan

d.      Jumlah atau banyaknya tanggungan

e.       Masa kerja

2)      Kepribadian

karakter sebagai asosiasi yang kuat dari kerangka psikofisik dalam diri seseorang yang
memutuskan perubahannya sesuai dengan keadaannya saat ini.

3)      Kemampuan

5
Kemampuan adalah kapasitas seseorang untuk melaksanakan beberapa kegiatan dalam
satu pekerjaan. Kategori kemampuan dikelompokkan menjadi dua yaitu kemampuan
intelektual dan kemampuan fisik.

4)      Persepsi

Persepsi sebagai suatu proses memperhatikan dan menyeleksi, mengorganisasikan, dan


menafsirkan stimulus lingkungan. Dia menambahkan bahwa ada sejumlah faktor yang
mempengaruhi persepsi.

5)      Sikap (Attitude)

Sikap adalah status psikologis atau antusias dalam beberapa jenis aktivitas dalam
keadaan yang tepat. Disposisi adalah elemen yang harus dirasakan untuk memahami
perilaku orang lain. Dengan melihat satu sama lain, pergaulan akan benar-benar ingin
diawasi dengan baik.

B.       Memahami Perilaku Manusia

Menurut Thoha, perbedaan perilaku manusia beberapa aspek mendasar sebagai


berikut:

1. Orang bertindak berlawanan dengan alasan bahwa kapasitas mereka tidak setara.
Perasaan yang berbeda memperjelas alasan untuk perbedaan ini, misalnya, beberapa
orang berpikir bahwa itu adalah alasan bahwa orang-orang dibawa ke dunia dengan
kapasitas yang tidak konsisten, beberapa mengatakan itu karena perbedaan dalam
kapasitas untuk mengasimilasi data dari manifestasi, beberapa berpikir. itu karena
campuran keduanya.

2. Orang memiliki berbagai kebutuhan. Perilaku pada umumnya ditentukan oleh


serangkaian kebutuhan, khususnya beberapa pernyataan dalam diri seseorang (interior
express) yang menjadikan demonstrasi individu untuk mencapainya sebagai sebuah
artikel atau hasil. Individu merenungkan masa depan, dan memutuskan keputusan
mengenai perilaku yang dapat diterima.

C.       Kinerja Individu

Perilaku individu dapat dipengaruhi oleh effort (usaha), ability (kemampuan) dan


situasi lingkungan.

6
1.         Effort

Usaha individu diwujudkan dalam bentuk motivasi. Motivasi adalah suatu proses untuk
menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi
kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang
mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.

2.         Ability

Ability seorang individu diwujudkan dalam bentuk kompeten. Individu yang kompeten


memiliki pengetahuan dan keahlian. Sejak dilahirkan setiap individu dianugerahi Tuhan
dengan bakat dan kemampuan. Bakat adalah kecerdasan alami yang bersifat bawaan.
Kemampuan adalah kecerdasan individu yang diperoleh malalui belajar.

2.        Perilaku Kelompok dalam Organisasi

A.       Pengertian Perilaku Kelompok

Perilaku adalah komponen komunikasi di antara orang-orang dan keadaan


mereka saat ini. Sementara pertemuan itu setidaknya dua orang yang berinteraksi dan
mengandalkan satu sama lain, bergabung untuk mencapai tujuan tertentu. Perilaku
adalah semua yang dilakukan individu. Jenis tingkah laku seseorang adalah segala
macam gerak, kegiatan dan penampilan diri selama hidupnya. Jenis perilaku manusia
adalah tindakan orang-orang dengan koneksi mereka dalam keadaan mereka saat ini.

Jadi, pengertian dari ide arisan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh
seseorang dengan orang lain untuk mendapatkan dambaan individu, bekerjasama dari
setiap orang dan berkumpul bersama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

B.       Bentuk-bentuk Kelompok

Kelompok dapat berbentuk kelompok formal (formal group), ataupun merupakan


kelompok informal (informal group). Kelompok formal dibentuk organisasi, sedangkan
kelompok informal dibentuk oleh sekumpulan orang yang mempunyai kepentingan
bersama. Kelompok informal dibagi menjadi dua, yaitu kelompok minat dan kelompok
persahabatan. Kelompok minat (interest group) yaitu beberapa individu sengaja
berkelompok karena mempunyai kesamaan minat dan kepentingan. Sedangkan
kelompok persahabatan (friendship group) yaitu beberapa individu berkelompok

7
karena terdapat kecocokan dan itu menimbulkan kesenangan dan kegembiraan
sehingga mendorong orang untuk mengulangi dengan membuat kelompok.

C.        Tahap-tahap Perkembangan Kelompok

Pengembangan kelompok bisa berjalan dalam dua arah positif dan negatif. Kita


mempelajari perilaku kelompok ini dengan tujuan untuk dapat mengembangkan
kelompok ke arah yang positif dan menghindari arah pengembangan yang negatif.

Pengembangan kelompok juga dalam mendirikan dan membesarkan kelompok,


ada lima tahap pengembangan yang dikemukakan oleh Bruce W. Tuckman, dalam
jurnal Pycological Bulletin, June 1965, yaitu:

a.     Tahap Forming (pembentukan)

b.    Tahap Storming (keributan)

c.     Tahap Norming (pengaturan norma)

d.    Tahap Performing (melaksanakan)

e.     Tahap Adjourning (pengakhiran)

3.        Perilaku Organisasi Pendidikan

A.       Tujuan dan Fokus Perilaku Organisasi

Motivasi dibalik penyelidikan perilaku hierarkis pada dasarnya tiga kali lipat,
untuk memperjelas, meramalkan, dan mengendalikan perilaku manusia secara spesifik.
Penyelidikan perilaku otoritatif mencoba untuk memutuskan variabel yang
menyebabkan perilaku individu atau perkumpulan. Klarifikasi kekhasan dalam
administrasi penting karena membantu pimpinan atau perintis kelompok dalam
melakukan tujuan lain, khususnya mengendalikan keadaan yang menyebabkan perilaku
individu atau kelompok kerja.

Tujuan selanjutnya, yaitu untuk mengantisipasi, menyiratkan bahwa perilaku


hierarkis memprediksi kesempatan otoritatif di masa depan. Informasi tentang unsur-
unsur yang menyebabkan berkembangnya perilaku individu atau perkumpulan
membantu supervisor memperkirakan hasil dari suatu program atau susunan hierarkis.

8
Ini membantu dengan mempraktikkan perintah pencegahan atas perilaku orang dan
pertemuan di dalam asosiasi.

Kepala tingkat ketiga, khususnya mengendalikan, menyimpulkan bahwa perilaku


otoritatif menawarkan metodologi yang berbeda dalam mengoordinasikan perilaku
individu atau pertemuan. Inisiatif, inspirasi, dan prosedur kemajuan kelompok yang
berhasil adalah contoh dari mengoordinasikan perilaku individu dan
perkumpulan.Perilaku organisasi mempelajari tiga determinan perilaku dalam
organisasi, yaitu individu, kelompok, dan struktur atau organisasi. Singkatnya, perilaku
organisasi merupakan kajian terhadap apa yang dilakukan orang dalam organisasi dan
bagaimana perilaku tersebut mempengaruhi kinerja organisasi tersebut.

B.       Pendekatan Antardisiplin dalam Perilaku Organisasi

Menurut Robbins, perilaku otoritatif adalah ilmu terapan yang dikerjakan dengan
bantuan berbagai disiplin ilmu, seperti penelitian otak, humanisme, ilmu otak sosial,
humaniora, dan teori politik. Penelitian otak adalah ilmu yang mencoba untuk
mengukur, memperjelas, dan mengubah perilaku manusia. Komitmen utama ilmu otak
terhadap perilaku hierarkis adalah penyelidikan pembelajaran, inspirasi, karakter,
penegasan, persiapan, kecukupan administrasi, pemenuhan pekerjaan, arahan individu,
evaluasi pelaksanaan, estimasi perilaku, pilihan pekerja, rencana kerja, dan stres kerja.
Komitmen utama penelitian otak terhadap perilaku hierarkis pada dasarnya
diidentifikasikan dengan tiga hal, yaitu inspirasi spesifik, kelangsungan inisiatif, dan
tekanan kerja. Inspirasi diidentifikasi dengan persyaratan yang menggerakkan orang
tersebut.

C.       Efektifitas Kepemimpinan

Kecukupan wewenang adalah salah satu kewajiban perilaku otoritatif. Wewenang


adalah rangkaian latihan seseorang untuk menggerakkan orang lain dengan
mengarahkan, mengarahkan, mempengaruhi orang lain, untuk melakukan sesuatu
untuk mencapai hasil yang normal.

"Mindful" menunjukkan bahwa administrasi bergantung pada kesiapan dan bukan


paksaan. Ini tidak sama dengan kekuatan yang diakui sebagai dorongan. Pengakuan
akan pentingnya faktor administrasi dalam asosiasi telah menjadi dasar penelitian oleh
para ahli dari berbagai kalangan. Dari pemeriksaan terungkap pentingnya prosedur

9
administrasi yang terbentuk dalam berbagai jenis perilaku otoritas yang kuat. Hipotesis
administrasi sosial yang telah cukup lama dikenal, misalnya, melihat inisiatif yang layak
(yang memberdayakan pelaksanaan bawahan) sebagai otoritas yang berfokus pada dua
sudut pada saat yang sama: arah tugas dan arah terhadap individu.

D.       Kepemimpinan Kepala Sekolah

Kepemimpinan menunjuk pada pola keharmonisan interaksi antara pimpinan


dengan bawahan sehingga kewenangan yang dimiliki oleh seorang pemimpin
diimplementasikan dalam bentuk pembimbingan dan pengarahan terhadap bawahan.
Pola interaksi biasanya diawali dengan upaya memengaruhi bawahan agar mereka mau
digerakkan sesuai dengan tujuan organisasi.

Sedangkan Wiles dan Bondi (1986) mendefinisikan kepemimpinan sebagai “a


power relationship: the leader is percieved as having the right to prescribe behavior
patterns for other. Sources of power include referent power (liking), expert power,
coercive power and legitimate (authority), power”.

Kepala sekolah adalah pemimpin pada satu lembaga satuan pendidikan. Tanpa
kehadiran kepala sekolah proses pendidikan termasuk pembelajaran tidak akan
berjalan efektif. Kepala sekolah adalah pemimpin yang menjalankan perannya dalam
memimpin sekolah sebagai lembaga pendidikan. Ia berperan sebagai pemimpin
pendidikan.

4.        Kekuasaan dan Politik dalam Lembaga Pendidikan

A.       Konsep-konsep Kekuasaan

Masalah kekuasaan merupakan fenomena yang sangat menarik khususnya bagi


masyarakat modern. Selain hampir seluruh aspek kehidupan manusia diliputi oleh
pengaruh kekuasaan. Kekuasaan itu sendiri dalam arti ingin menguasai sesuatu
merupakan sifat dasar manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, kekuasaan mungkin
hanya diidentikkan dengan kekuasaan politik, padahal itu hanya sebahagian dari apa
yang disebut kekuasaan sosial (social Power).

Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat dipahami bahwa kekuasan merupakan
karakter khas manusia untuk bisa berbuat sesuatu yang lain dari pada yang lain dalam

10
proses interaksinya terhadap alam dan lingkungan sosial, yang pada gilirannya dapat
menaikkan kelas manusia tersebut untuk bisa mendominasi.

B.       Hubungan Kekuasaan dan Pendidikan

Ketika membahas hubungan antara kekuasaan dan sekolah, ada kecurigaan yang
berkembang bahwa keduanya adalah bagian yang independen, dan tidak memiliki
hubungan satu sama lain, meskipun faktanya keduanya (kekuasaan dan pengajaran)
adalah dua komponen penting dalam kerangka sosial-politik di Indonesia. masing-
masing negara, baik negara agraris maupun negara berkembang. Ke atas. Keduanya
bekerja tak terpisahkan selama waktu yang dihabiskan untuk membentuk kualitas
masyarakat di suatu negara. Ada hubungan yang erat dan dinamis antara instruksi dan
isu-isu pemerintahan di setiap negara, yang keduanya merupakan sumber perubahan
sosial dalam budaya masa kini.

Pentingnya pendidikan untuk daya tahan, tampaknya masih banyak masalah yang
sangat kacau ketika diselesaikan dengan mengandalkan kekuatan. Ada sesuatu seperti
empat masalah yang secara tegas diidentifikasi dengan pelaksanaan sekolah yang
bergantung pada kekuasaan, yaitu sebagai berikut.

1.         Proses Domestifikasi dan Stupidikasi

Proses domestifikasi (penjinakan) dan stupidikasi (pembodohan) dalam pendidikan


disebut juga imprealisme pendidikan dan kekuasaan. Artinya, peserta didik menjadi
menjadi subjek eksploitasi oleh suatu kekuasaan di luar pendidikan dan menjadikan
peserta didik sebagai budak dan alat dari penjajahan mental yang dilakukan oleh para
penguasa.

2.         Indoktrinasi

Sudah menjadi rahasia umum bahwa sistem pendidikan menjadi sasaran empuk bagi
penguasa untuk bisa menancapkan kukunya dalam penentuan kurikulum. Kurikulum
dari mulai taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi semuaya berada dalam
genggaman pemerintah tanpa ada kebebasan dari lembaga-lembaga pendidikan
tersebut untuk menyusun sendiri kurikulumnya. Melalui kurikulum inilah proses
indoktrinasi yaitu proses untuk mengekalkan struktur kekuasaan yang ada terjadi.

11
Dengan kondisi yang demikian, maka apa yang terjadi dalam proses pendidikan
sebenarnya adalah suatu proses mentransferkan ilmu pengetahuan secara paksa.

3.         Demokrasi

Inti dari pendidikan demokrasi ialah manusia yang bebas, yaitu seseorang yang
menghadapi masalah-masalah hidup yang penuh problematic dengan alternatif-
alternatif yang dikembangkan oleh kemampuan akal budinya untuk mencari solusi yang
terbaik. Dari sini jelas bahwa tuntutan dari demokratis yaitu adanya kemungkinan-
kemungkinan yang terbuka yang dihadapkan kepada seseorang. Pendidikan demokratis
bukan hanya merupakan suatu prinsip tetapi juga merupakan suatu pengembangan
tingkah laku yang membebaskan manusia dari berbagai jenis kungkungan.

4.         Integrasi Sosial

Integrasi sosial merupakan capital budaya yang sangat ampuh oleh suatu masyarakat
dalam melanjutkan kehidupannya. Masyarakat yang ketiadaan capital budaya akan
sangat rentan kepada disintegrasi pada waktu mengalami krisis. Kita bisa lihat
bagaimana Negara-negara di Asia tenggara ketika menghadapi krisis tahun 1997, akibat
kurangnya capital budaya tidak kuat menahan krisis sehingga berakibat keterpurukan
yang berlarut seperti di Indonesia. Pengalaman ini kiranya cukup mengajarkan betapa
pentingnya kekuasaan yang berakar dari bawah (grass-root) atau yang berdasarkan
kepada kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat setempat. Iniah yang
disebut tribalisme positif, yang merupakan kekuatan yang mengikat dari suatu
masyarakat.

Selanjutnya, pendidikan sering juga dijadikan media dan wadah untuk


menanamkan ideology Negara atau tulang yang menopang kerangka politik. Di Negara–
negara barat kajian tentang hubungan antara pendidikan dan politk dimulai oleh Plato
dalam bukunya Republic yang membahas hubungan antara ideology dan institusi
Negara dengan tujuan dan metode pendidikan.

Hal tersebut menegaskan bahwa pendidikan dan politik adalah dua hal yang
berhubungan erat dan saling mempengaruhi. Dengan kata lain, berbagai aspek
pendidikan senantiasa mengandung unsur–unsur politik. Begitu juga sebaliknya, setiap
aktivitas politik ada kaitannya dengan aspek–aspek kependidikan.

12
BAB III

PENUTUP

A.      Simpulan

Tujuan kajian perilaku organisasi pada dasarnya ada tiga, yaitu menjelaskan,
meramalkan, dan mengendalikan perilaku manusia. Perilaku organisasi berupaya
mengetahui faktor-faktor penyebab perilaku individu atau kelompok.

Pertama, penjelasan terhadap suatu fenomena dalam manajemen merupakan hal


penting karena membantu para manajer atau pemimpin tim dalam melakukan sasaran
lain yaitu mengendalikan situasi penyebab perilaku individu atau kelompok kerja
tersebut.

Kedua, yaitu meramalkan berarti perilaku organisasi membantu memprediksi


kejadian organisasi di masa mendatang. Pengetahuan terhadap faktor-faktor penyebab
munculnya perilaku individu atau kelompok membantu manajer meramalkan akibat-
akibat dari suatu program atau kebijakan organisasi. Hal ini membantu melakukan
pengendalian preventif terhadap perilaku individu dan kelompok dalam organisasi.

Ketiga, yaitu mengendalikan mengandung arti bahwa perilaku organisasi


menawarkan berbagai strategi dalam mengarahkan perilaku individu atau kelompok.
Berbagai strategi kepemimpinan, motivasi, dan pengembangan tim kerja yang efektif
merupakan contoh-contoh dalam mengarahkan perilaku individu dan kelompok.

Berhasil atau tidaknya organisasi mencapai visi dan misinya juga dipengaruhi oleh
perilaku kepemimpinan dalam organisasi seperti “membuat keputusan, menetapkan
sasaran, memilih dan mengembangkan personalia, mengadakan komunikasi,
memberikan motivasi, dan mengawasi pelaksanaan manajemen”.

Kemudian, pendidikan adalah suatu tindakan sosial yang pelaksanaanya


dimungkinkan melalui suatu jaringan hubungan- hubungan kemanusiaan. Jaringan-
jaringan inilah bersama dengan hubungan-hubungan dan peranan-peranan individu
yang menentukan watak pendidikan di suatu masyarakat. Politik adalah bagian dari
paket kehidupan lembaga- lembaga pendidikan. Hal ini menegaskan bahwa pendidikan
dan politik adalah dua hal yang saling berhubungan erat dan saling mempengaruhi.

13
Berbagai aspek pendidikan selalu mengandung unsur- unsur politik, begitu juga
sebaliknya setiap aktivitas politik ada kaitanya dengan aspek- aspek kependidikan.

B.       Kritik dan Saran

Alhamdulillah kami panjatkan sebagai implementasi rasa syukur kami atas


selesainya makalah Organisasi Kepemimpinan Pendidikan tentang Perilaku Individu
dan Kelompok dalam Organisasi serta Kekuasaan dan Politik dalam Lembaga
Pendidikan ini. Namun, dengan selesainya bukan berarti telah sempurna, karena kami
sebagai manusia, sadar bahwa dalam diri kami tersimpan berbagai sifat kekurangan
dan ketidak sempurnaan yang tentunya sangat mempengaruhi terhadap kinerja kami.

Oleh karena itu, saran serta kritik yang bersifat membangun dari pembaca sangat
kami perlukan guna penyempurnaan dalam tugas berikutnya dan dijadikan suatu
pertimbangan dalam setiap langkah sehingga kami terus termotivasi ke arah yang lebih
baik dan semoga makalah kami ini bermanfaat bagi kita semua.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Idochi. Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan. Jakarta:


Rajawali Pers.

Badrudin. 2015. Dasar-dasar Manajemen. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Danim, Sudarwan dan Khairil. 2010. Psikologi Pendidikan: Dalam Perspektif Baru.


Bandung: Penerbit Alfabeta.

Djaali. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Fida. 2011. Aspek-aspek Sosial dalam Pendidikan.


Palembang: http://pandidikan.blogspot.co.id/2011/04/aspek-aspek-sosial-dalam-
pendidikan.html. diakses pada tanggal 1 April 2016 pukul 19.00.

Maulana, Rizky. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Penerbit Lima Bintang.

Nawawi, Hadari. 1981. Administrasi Pendidikan. Jakarta: PT Gunung Agung.

Sofyandi, Herman dan Iwa Garniwa. 2007. Perilaku Organisasional. Yogyakarta: Graha


Ilmu.

Suharsaputra, Uhar. 2013. Administrasi Pendidikan. Bandung: Refika Aditama.

Sutrisno, Edy. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana.

Thoha, Miftah. 2007. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.

Tilaar, H.A.R. 2003. Kekuasaan dan Pendidikan. Magelang: Indonesia Tera.

Wahjono, Sentot Imam. 2010. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

15

Anda mungkin juga menyukai