Disusun Oleh:
YOGYAKARTA
2021
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perilaku dalam pergaulan berasal dari dua sumber, yaitu orang dan perkumpulan.
Tingkah laku berkelompok adalah setiap jenis gerakan yang dilakukan oleh setidaknya
dua orang yang bergaul dan mempengaruhi satu sama lain dan mengandalkan satu
sama lain untuk memberikan pencapaian positif baik untuk jangka panjang maupun
pengembangan diri.
Pelatihan pada dasarnya adalah tindakan sadar dan sadar dengan tanggung jawab
penuh yang dilakukan oleh orang dewasa hingga anak-anak sehingga muncul asosiasi
dari keduanya sehingga anak mencapai perkembangan ideal yang dilakukan secara
bertahap secara konsisten dalam setiap iklim korelatif (keluarga, sekolah, jaringan). .
Komponen sosial adalah sudut pandang individu yang khas yang telah ada sejak
manusia dikandung. Langeveld mengatakan "setiap anak yang dikandung dihormati
dengan potensi sosialitas atau kapasitas untuk hidup berdampingan, berbicara satu
sama lain yang pada dasarnya mengandung komponen memberi dan mendapatkan satu
sama lain". Latihan sosial tercermin dalam hubungan sehari-hari, ketika asosiasi sosial
terjadi antara orang satu sama lain atau di antara orang-orang dan pertemuan, seperti
di antara pertemuan.
2
Berbicara tentang pendidikan tentunya tidak hanya sebatas proses yang terjadi di
dalam lembaga sekolah semata, tetapi dalam skala yang lebih luas sekolah sebagai
lembaga sosial merupakan bagian dari proses pendidikan sebagai proses
pemberdayaan. Dengan demikian, proses pendidikan hanya dapat diketahui apabila kita
menempatkannya dalam lingkungan kebudayaan suatu masyarakat.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
3
4
BAB II
PEMBAHASAN
Sesuai dengan referensi kata bahasa Indonesia, individu adalah individu, individu,
entitas organik yang hidup sendiri. Sementara perilaku adalah perilaku, reaksi individu
terhadap iklim. Sepanjang garis ini, perilaku individu adalah perilaku hari demi hari
individu dalam hidupnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku individu adalah
karakter, wawasan, mentalitas, kapasitas dan kemampuan, landasan keluarga,
kebenaran hidup, pengalaman dan batas belajar.
1) Ciri-ciri biografis, yaitu ciri -ciri yang melekat pada individu. Antara lain.
a. Umur
b. Jenis kelamin
c. Status perkawinan
e. Masa kerja
2) Kepribadian
karakter sebagai asosiasi yang kuat dari kerangka psikofisik dalam diri seseorang yang
memutuskan perubahannya sesuai dengan keadaannya saat ini.
3) Kemampuan
5
Kemampuan adalah kapasitas seseorang untuk melaksanakan beberapa kegiatan dalam
satu pekerjaan. Kategori kemampuan dikelompokkan menjadi dua yaitu kemampuan
intelektual dan kemampuan fisik.
4) Persepsi
5) Sikap (Attitude)
Sikap adalah status psikologis atau antusias dalam beberapa jenis aktivitas dalam
keadaan yang tepat. Disposisi adalah elemen yang harus dirasakan untuk memahami
perilaku orang lain. Dengan melihat satu sama lain, pergaulan akan benar-benar ingin
diawasi dengan baik.
1. Orang bertindak berlawanan dengan alasan bahwa kapasitas mereka tidak setara.
Perasaan yang berbeda memperjelas alasan untuk perbedaan ini, misalnya, beberapa
orang berpikir bahwa itu adalah alasan bahwa orang-orang dibawa ke dunia dengan
kapasitas yang tidak konsisten, beberapa mengatakan itu karena perbedaan dalam
kapasitas untuk mengasimilasi data dari manifestasi, beberapa berpikir. itu karena
campuran keduanya.
C. Kinerja Individu
6
1. Effort
Usaha individu diwujudkan dalam bentuk motivasi. Motivasi adalah suatu proses untuk
menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi
kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang
mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
2. Ability
Jadi, pengertian dari ide arisan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh
seseorang dengan orang lain untuk mendapatkan dambaan individu, bekerjasama dari
setiap orang dan berkumpul bersama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
B. Bentuk-bentuk Kelompok
7
karena terdapat kecocokan dan itu menimbulkan kesenangan dan kegembiraan
sehingga mendorong orang untuk mengulangi dengan membuat kelompok.
a. Tahap Forming (pembentukan)
b. Tahap Storming (keributan)
d. Tahap Performing (melaksanakan)
e. Tahap Adjourning (pengakhiran)
Motivasi dibalik penyelidikan perilaku hierarkis pada dasarnya tiga kali lipat,
untuk memperjelas, meramalkan, dan mengendalikan perilaku manusia secara spesifik.
Penyelidikan perilaku otoritatif mencoba untuk memutuskan variabel yang
menyebabkan perilaku individu atau perkumpulan. Klarifikasi kekhasan dalam
administrasi penting karena membantu pimpinan atau perintis kelompok dalam
melakukan tujuan lain, khususnya mengendalikan keadaan yang menyebabkan perilaku
individu atau kelompok kerja.
8
Ini membantu dengan mempraktikkan perintah pencegahan atas perilaku orang dan
pertemuan di dalam asosiasi.
Menurut Robbins, perilaku otoritatif adalah ilmu terapan yang dikerjakan dengan
bantuan berbagai disiplin ilmu, seperti penelitian otak, humanisme, ilmu otak sosial,
humaniora, dan teori politik. Penelitian otak adalah ilmu yang mencoba untuk
mengukur, memperjelas, dan mengubah perilaku manusia. Komitmen utama ilmu otak
terhadap perilaku hierarkis adalah penyelidikan pembelajaran, inspirasi, karakter,
penegasan, persiapan, kecukupan administrasi, pemenuhan pekerjaan, arahan individu,
evaluasi pelaksanaan, estimasi perilaku, pilihan pekerja, rencana kerja, dan stres kerja.
Komitmen utama penelitian otak terhadap perilaku hierarkis pada dasarnya
diidentifikasikan dengan tiga hal, yaitu inspirasi spesifik, kelangsungan inisiatif, dan
tekanan kerja. Inspirasi diidentifikasi dengan persyaratan yang menggerakkan orang
tersebut.
C. Efektifitas Kepemimpinan
9
administrasi yang terbentuk dalam berbagai jenis perilaku otoritas yang kuat. Hipotesis
administrasi sosial yang telah cukup lama dikenal, misalnya, melihat inisiatif yang layak
(yang memberdayakan pelaksanaan bawahan) sebagai otoritas yang berfokus pada dua
sudut pada saat yang sama: arah tugas dan arah terhadap individu.
Kepala sekolah adalah pemimpin pada satu lembaga satuan pendidikan. Tanpa
kehadiran kepala sekolah proses pendidikan termasuk pembelajaran tidak akan
berjalan efektif. Kepala sekolah adalah pemimpin yang menjalankan perannya dalam
memimpin sekolah sebagai lembaga pendidikan. Ia berperan sebagai pemimpin
pendidikan.
A. Konsep-konsep Kekuasaan
Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat dipahami bahwa kekuasan merupakan
karakter khas manusia untuk bisa berbuat sesuatu yang lain dari pada yang lain dalam
10
proses interaksinya terhadap alam dan lingkungan sosial, yang pada gilirannya dapat
menaikkan kelas manusia tersebut untuk bisa mendominasi.
Ketika membahas hubungan antara kekuasaan dan sekolah, ada kecurigaan yang
berkembang bahwa keduanya adalah bagian yang independen, dan tidak memiliki
hubungan satu sama lain, meskipun faktanya keduanya (kekuasaan dan pengajaran)
adalah dua komponen penting dalam kerangka sosial-politik di Indonesia. masing-
masing negara, baik negara agraris maupun negara berkembang. Ke atas. Keduanya
bekerja tak terpisahkan selama waktu yang dihabiskan untuk membentuk kualitas
masyarakat di suatu negara. Ada hubungan yang erat dan dinamis antara instruksi dan
isu-isu pemerintahan di setiap negara, yang keduanya merupakan sumber perubahan
sosial dalam budaya masa kini.
Pentingnya pendidikan untuk daya tahan, tampaknya masih banyak masalah yang
sangat kacau ketika diselesaikan dengan mengandalkan kekuatan. Ada sesuatu seperti
empat masalah yang secara tegas diidentifikasi dengan pelaksanaan sekolah yang
bergantung pada kekuasaan, yaitu sebagai berikut.
2. Indoktrinasi
Sudah menjadi rahasia umum bahwa sistem pendidikan menjadi sasaran empuk bagi
penguasa untuk bisa menancapkan kukunya dalam penentuan kurikulum. Kurikulum
dari mulai taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi semuaya berada dalam
genggaman pemerintah tanpa ada kebebasan dari lembaga-lembaga pendidikan
tersebut untuk menyusun sendiri kurikulumnya. Melalui kurikulum inilah proses
indoktrinasi yaitu proses untuk mengekalkan struktur kekuasaan yang ada terjadi.
11
Dengan kondisi yang demikian, maka apa yang terjadi dalam proses pendidikan
sebenarnya adalah suatu proses mentransferkan ilmu pengetahuan secara paksa.
3. Demokrasi
Inti dari pendidikan demokrasi ialah manusia yang bebas, yaitu seseorang yang
menghadapi masalah-masalah hidup yang penuh problematic dengan alternatif-
alternatif yang dikembangkan oleh kemampuan akal budinya untuk mencari solusi yang
terbaik. Dari sini jelas bahwa tuntutan dari demokratis yaitu adanya kemungkinan-
kemungkinan yang terbuka yang dihadapkan kepada seseorang. Pendidikan demokratis
bukan hanya merupakan suatu prinsip tetapi juga merupakan suatu pengembangan
tingkah laku yang membebaskan manusia dari berbagai jenis kungkungan.
4. Integrasi Sosial
Integrasi sosial merupakan capital budaya yang sangat ampuh oleh suatu masyarakat
dalam melanjutkan kehidupannya. Masyarakat yang ketiadaan capital budaya akan
sangat rentan kepada disintegrasi pada waktu mengalami krisis. Kita bisa lihat
bagaimana Negara-negara di Asia tenggara ketika menghadapi krisis tahun 1997, akibat
kurangnya capital budaya tidak kuat menahan krisis sehingga berakibat keterpurukan
yang berlarut seperti di Indonesia. Pengalaman ini kiranya cukup mengajarkan betapa
pentingnya kekuasaan yang berakar dari bawah (grass-root) atau yang berdasarkan
kepada kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat setempat. Iniah yang
disebut tribalisme positif, yang merupakan kekuatan yang mengikat dari suatu
masyarakat.
Hal tersebut menegaskan bahwa pendidikan dan politik adalah dua hal yang
berhubungan erat dan saling mempengaruhi. Dengan kata lain, berbagai aspek
pendidikan senantiasa mengandung unsur–unsur politik. Begitu juga sebaliknya, setiap
aktivitas politik ada kaitannya dengan aspek–aspek kependidikan.
12
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Tujuan kajian perilaku organisasi pada dasarnya ada tiga, yaitu menjelaskan,
meramalkan, dan mengendalikan perilaku manusia. Perilaku organisasi berupaya
mengetahui faktor-faktor penyebab perilaku individu atau kelompok.
Berhasil atau tidaknya organisasi mencapai visi dan misinya juga dipengaruhi oleh
perilaku kepemimpinan dalam organisasi seperti “membuat keputusan, menetapkan
sasaran, memilih dan mengembangkan personalia, mengadakan komunikasi,
memberikan motivasi, dan mengawasi pelaksanaan manajemen”.
13
Berbagai aspek pendidikan selalu mengandung unsur- unsur politik, begitu juga
sebaliknya setiap aktivitas politik ada kaitanya dengan aspek- aspek kependidikan.
Oleh karena itu, saran serta kritik yang bersifat membangun dari pembaca sangat
kami perlukan guna penyempurnaan dalam tugas berikutnya dan dijadikan suatu
pertimbangan dalam setiap langkah sehingga kami terus termotivasi ke arah yang lebih
baik dan semoga makalah kami ini bermanfaat bagi kita semua.
14
DAFTAR PUSTAKA
Thoha, Miftah. 2007. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
15