Anda di halaman 1dari 5

Nama : Chandra Maulana

NIM : 20103080040
Kelas : B

Pelecehan Seksual di KPI

A. Kronologi Kasus
Kasus pelecehan seksual dan perundungan di KPI dialami MSA selaku korban dan
dilakukan oleh 8 orang rekan kerjanya yang berinisial RM alias O, TS, SG, RT, FP,
EO, CL,TK. Kasus ini telah berlangsung selama rentang waktu kurang lebih 9 tahun
dari tahun 2011 sampai 2020. Adapun peran dari para pelaku dalam kasus ini adalah
sebagai berikut;
1. RM alias O diduga selama 2 tahun mulai 2012-2014, kerap memaksa korban
membelikan makanan seolah budak, kerap memaki dan menghina bernuansa
suku, agama, ras dan antargolongan (SARA), serta memimpin pelecehan
seksual.
2. TS diduga sepanjang 2012-2015 melakukan perundungan dan memaki korban.
3. SG diduga sepanjang 2012-2015 melakukan perundungan dan memaki
korban.
4. RT pada 2015, berperan memegangi tangan dan kaki kiri korban lalu bersama-
sama menelanjangi korban di kantor KPI pusat. Dia juga menendang bangku
korban saat sedang beristirahat. Pelaku juga terlibat melempar korban ke
kolam renang di Resort Prima Cipayung, Bogor, pada 2017.
5. FP pada 2015, berperan memegangi tangan dan kaki kanan korban lalu
bersama-sama menelanjangi korban di kantor KPI pusat. Pelaku juga pernah
memukul kepala korban dan memaki dengan kalimat kotor di grup percakapan
kantor.
6. EO pada 2015, berperan mencoret kelamin korban dengan spidol setelah
korban dalam keadaan telanjang dan dikeroyok tak berdaya.
7. CL pada 2015, berperan memotret kelamin korban yang sudah dicoret dan
menyimpan gambar tersebut.
8. TK pada 2019, berperan membuang tas korban keluar ruangan kantor dan
menyingkirkan bangku kerja korban keluar ruangan. Pelaku juga menulis
"bangku ini tidak ada orangnya!"
1
Adapun kronologi yang dialami menurut keterangan korban sebagai berikut:

MS diterima sebagai pegawai KPI Pusat pada tahun 2011. Menurut pengakuannya,
sejak saat itu, berjalan hingga tahun 2014 dia kerap dirisak, diintimidasi, dicaci,
dihina, dan diminta membelikan makan oleh senior-seniornya di kantor. Dan berlanjut
di tahun 2015 korban mendapat kekerasan dan pelecehan seksual dari pelaku.
Sempat jatuh sakit akibat mental down dan trauma berkepanjangan. Korban mengadu
ke Komnas HAM melalui surel di tahun 2017, tetapi dia diarahkan untuk melaporkan
ke kepolisian karena peristiwa yang dialaminya dinilai masuk ranah pidana. Pada
2019 MS mengadu ke Polsek Gambir, namun polisi justru menganjurkan
menyelesaikan secara internal kantor lebih dulu. Hingga akhirnya kasus ini viral di
media sosial pada awal September tahun 2021 kemarin.

B. Analisis Kasus
1. Kesesuaian dengan asas-asas hukum pidana
 Asas Legalitas
Perbuatan para pelaku telah memenuhi asas legalitas, termuat dalam
pasal 289 KUHP dan atau 281 KUHP juncto pasal 335 KUHP. Pasal
itu berisi tentang tindakan cabul dan atau kejahatan terhadap
kesopanan disertai ancaman atau dengan kekerasan.
 Asas Teritorial
Tindak pidana yang dilakuan oleh para pelaku terjadi di wilayah
Indonesia, maka dari itu menurut asas teritorial aturan yang digunakan
untuk menangani kasus ini adalah hukum pidana Indonesia.
 Asas Tiada Pidana Tanpa Kesalahan
Kasus pelecehan yang terjadi di KPI ini mengandung unsur kesalahan
yang dilakukan oleh para pelaku kepada korban, oleh karena itu para
pelaku harus dijatuhi pidana.
 Asas tersangka atau terdakwa berhak menerima bantuan hukum
Para pelaku dalam kasus ini sebagai tersangka pelecehan seksual
kepada korban MS berhak untuk mendapatkan bantuan hukum dalam
proses pengadilan, sementara ini belum ada kabar terkait bantuan
hukum yang didapat para pelaku karena proses hukum kasus ini belum
berlanjut ke tahap pengadilan.
2. Dasar Hukum
2
Dasar hukum kasus pelecehan seksual ini dapat menggunakan pasal 281
juncto pasal 335 KUHP atau pasal 289 KUHP, yang berbunyi:
 Pasal 281:
1) barang siapa dengan sengaja dan terbuka melanggar kesusilaan;
2) barang siapa dengan sengaja dan di depan orang lain yang ada di situ
bertentangan dengan kehendaknya, melanggar kesusilaan.”
“Diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan
bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah”.
 Juncto pasal 335:
1) Dihukum penjara selama-lamanya satu tahun atau denda sebanyak-
banyaknya Rp. 4.500,– :
1e. barangsiapa dengan melawan hak memaksa orang lain untuk
melakukan, tiada melakukan atau membiarkan barang sesuatu apa
dengan kekerasan, dengan sesuatu perbuatan lain ataupun dengan
perbuatan yang ta’ menyenangkan atau dengan ancaman kekerasan,
ancaman dengan sesuatu perbuatan lain, ataupun ancaman dengan
perbuatan yang tak menyenangkan, akan melakukan sesuatu itu, baik
terhadap orang itu, maupun terhadap orang lain.
 Pasal 289:
Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa
seseorang melakukan atau membiarkan dilakukan pada dirinya
perbuatan cabul, dihukum karena merusakkan kesopanan dengan
hukuman penjara selama-lamanya sembilan tahun.
3. Keterpenuhinya Unsur-Unsur Pasal:
Pemenuhan unsur pasal 281 KUHP terhadap kasus pelecehan KPI, sebagai
berikut:
Ayat (1)
Dalam pasal disebutkan subjek barang siapa yang dapat bermakna orang atau
badan hukum, dalam kasus ini subjek yang dimaksud adalah para pelaku
pelecehan. Dengan sengaja adalah perbuatan yang dilandasi dengan kesadaran
tanpa pengaruh dari luar dirinya melakukan perbuatan tersebut, para pelaku
pelecehan KPI melakukan pelecean pun dengan sengaja dan kesadaran diri
mereka. Terbuka yang dimaksudkan kata terbuka adalah dapat dilihat orang

3
lain, hal ini pun sesuai dengan tindakan para pelaku yang melakukan
pelecehan di kantor KPI sebagai tempat umum yang tentunya kejadian
tersebut disadari dapat dilihat oleh orang lain. Melanggar kesusilaan
dimaksudkan adalah melanggar kesopanan dan kesusilaan seperti tindakan
para pelaku yang telah melecehkan MS merupakan bentuk melanggar
kesusilaan.
Ayat (2)
Unsur barang siapa dalam hal ini dimaksudkan kepada para pelaku pelecehan,
dengan sengaja yaitu dilandasi kesadaran dan tanpa paksaan melakukan
perbuatan tersebut sesuai dengan tindakan para pelaku pelecehan yang
melakukan pelecehan dengan sengaja. Di depan orang lain dimaksudkan
adalah perbuatan tersebut dilakukan di depan orang lain atau tempat umum
juga serupa dengan tindaan para pelaku yang dilakukan di kantor KPI yang
notabene adalah tempat umum. Bertentangan dengan kehendaknya adalah
perbuatan yang tidak dikehendaki oleh korban namun dipaksakan oleh para
pelaku kejahatan kepada korban, kasus ini memenuhi unsur pasal tersebut
karena perbuatan pelecehan yang dilakukan bukan kehendak dari korban dan
korban telah dipaksa untuk melakukan perbuatan yang bukan kehendaknya.
Melanggar kesusilaan yaitu melakukan perbuatan yang menyalahi norma-
norma kesusilaan, dalam kasus ini norma yang dilanggar adalah kesusilaan
dengaan perbuatan melecehkan orang lain.
Pemenuhan unsur pasal 335 KUHP terhadap kasus pelecehan KPI, sebagai
berikut:
Barang siapa ditujukan kepada subjek hukum yang dalam kasus ini adalah
para pelaku pelecehan dan perundungan, dengan melawan hak memaksa
orang lain untuk melakukan unsur melawan hak telah terpenuhi karena hak
dari korban adalah hak untuk hidup aman telah direnggut para pelaku dengan
intimidasi, unsur memaksa orang lain untuk melakukan dilakukan para pelaku
pelecehan dengan cara memaksa korban untuk dilakukan pelecehan kepada
korban. Dengan kekerasan unsur dengan kekerasan dalam kasus ini korban
diintimidasi dengan pukulan apabila melawan para pelaku sehingga korban
tidak berdaya untuk melawan.
Pemenuhan unsur pasal 289 KUHP terhadap kasus pelecehan KPI, sebagai
berikut:

4
Unsur Barangsiapa dalam pasal ini ditujukan kepada para pelaku sebagai
orang yang melakukan pelecehan dan perundungan. Dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan adalah unsur yang dilakukan para pelaku pelecehan di
KPI ketika mereka melakukan perbuatannya dengan memegangi korban
bersama-sama dan memukul korban jika melawan. Memaksa seseorang
membiarkan dilakukan pada dirinya perbuatan cabul, unsur memaksa dalam
pasal ini sesuai dengan perbuatan para pelaku yang memaksa korban untuk
dilakukan padanya pelecehan, unsur perbuatan cabul ditujukan kepada
perbuatan keji dan kotor, perbuatan yang tidak senonoh, melanggar kesopanan
dan kesusilaan. Perbuatan para pelaku pelecehan ini telah memenuhi unsur
perbuatan cabul yang dimaksud dalam pasal tersebut.
4. Sanksi yang Diterima
Mengingat kasus pelecehan dan perundungan yang dialami oleh korban MS
adalah kasus yang berlangsung lama sejak 2011, hingga puncak kejahatan
yang diterima MS pada tahun 2015 dimana 8 orang pelaku melakukan
pelecehan seksual kepada MS dengan memaksa MS dengan kekerasan,
memeganginya, menelanjangi, mencoret-coret kelamin MS, dan
mendokumentasikan kejahatan tersebut.
Menimbang kasus ini adalah kejahatan serius, yang mengakibatkan MS
mengalami sakit fisik selama berbulan-bulan dan beban trauma yang tidak
dapat dilupakan seumur hidupnya. Maka dari itu para pelaku layak
mendapatkan pidana yang setimpal dengan kejahatan yang dilakukannya.
Mengingat kasus ini adalah kasus pelecehan dalam kategori pencabulan
disertai kekerasan dan ancaman kekerasan dalam hal ini pasal yang dapat
digunakan untuk menjerat pelaku adalah pasal 289 KUHP dengan pidana
penjara paling lama 9 tahun.

Anda mungkin juga menyukai