OLEH :
Kadek Sarna
I Ketut Suardita
Putu Edgar Tanaya
I Gusti Ngurah Wairocana
I Wayan Parsa
Made Gde Subha Karma Resen
Cokorda Dalem Dahana
Pt. Gd. Arya Sumerthayasa
Cok. Istri Anom Pemayun
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang maha Kuasa karena atas berkat dan
Rachma-Nyalah diktat ini dapat direvisi sesuai dengan waktu yang direncanakan. Adapun
Diktat ini nantinya dapat dipakai sebagai bahan acuan yang dapat membantu mahasiswa
Fakultas hukum Universitas Udayana yang mengambil mata kuliah pilihan “Ilmu Administrasi
Negara”, yang nantinya akan dijadikan dasar dalam mengembangkan ilmunya pada
konsentrasi hukum pemerintahan.
Penulis menyadari bahwa Diktat ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu kritik dan
saran yang sifatnya membangun sngat kami harapkan demi kesempurnaan Diktat ini. Pada
kesempata ini kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang yang telah
membantu dalam proses revisi Diktat ini yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Besar harapan kami semoga Diktat ini bisamemberikan manfaat bagi setiap orang yang
membacanya, khususnya bagi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Udayana yang
mengambil mata kuliah Ilmu Administrasi Negara, dan sebagai akhir kata tidak lupa
mengucapkan terima kasih.
Tim Penulis
i
DAFTAR TABEL
ii
DAFTAR ISI
PRAKATA ............................................................................................................ i
DAFTAR TABEL ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
IDENTITAS MATA KULIAH ............................................................................. viii
iii
4.4. Hubungan Administrasi dengan Sosiologi ........................................ 26
4.5. Hubungan Administrasi dengan Psikologi ........................................ 26
4.6. Hubungan Administrasi dengan Ilmu Hukum ................................... 27
4.7. Hubungan Administrasi dengan Ilmu Ekonomi ................................ 27
4.8. Hubungan Adminstrasi dengan Ilmu Politik ..................................... 28
iv
9.4. Tipe Ideal Birokrasi ........................................................................... 65
9.5. Peranan Birokrasi ............................................................................... 66
9.6. Kelemahan Birokrasi ......................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA
v
IDENTITAS MATA KULIAH
Nama Mata Kuliah : Ilmu Administrasi Negara
Kode Mata Kuliah : NN1205
SKS :2
Prasyarat :-
Semester :I
Status Mata Kuliah : Pilihan
Tim Pengajar :I Ketut Suardita, SH.,MH.
Kadek Sarna, SH., M.Kn.
Prof. Dr. I Gusti Ngurah Wairocana, SH.,MH
Prof. Dr. I Wayan Parsa, SH., M.Hum.
Putu Edgar Tanaya, SH.,MH.
Dr. Made Gde Subha Karma Resen, SH.,M.Kn.
Cokorda Dalem Dahana, SH.,M.Kn.
Dr. Pt. Gd. Arya Sumerthayasa, SH.,MH.
Cok. Istri Anom Pemayun, SH.,MH.
DESKRIPSI SUBSTANSI PERKULIAHAN
Mata kuliah ini dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan dan wawasan kepada
mahasiswa pengertian dasar administrasi negara, sejarah perkembangan administrasi negara,
perkembangan paradigma administrasi negara, hubungan administrasi negara dengan ilmu-
ilmu yang lain, karakteristik administrasi negara, arti penting administrasi negara, organisasi,
manajemen, birokrasi,dan etika dalam administrasi negara
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu untuk menjelaskan dan memahami fenomena ilmu administrasi
negara pada akhir perkuliahan.
MANFAAT MATA KULIAH
Berdasarkan Keputusan Rektor Universitas Udayana Nomor: 980/UN14.1.11/PP/2013
tentang Buku Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas Udayana Tahun 2013 mata
kuliah ilmu administrasi negara merupakan mata kuliah pilihan yang tergabung dalam
kelompok mata kuliah penguasaan ilmu dan keterampilan. Mata kuliah ini bahan kajiannya
vi
bersifat teoritis, manfaat teoritis bagi mahasiswa adalah dapat menjelaskan dan memahami
fenomena ilmu administrasi negara.
ORGANISASI MATAKULIAH
Materi perkuliahan Ilmu Administrasi Negara terdiri dari beberapa pokok bahasan dan sub
pokok bahasan, yang dapat digambarkan secara sistematis sebagai berikut:
I. Pengertian Dasar Ilmu Administrasi Negara
1. Latar belakang
2. Pengertian
3. Istilah
4. Hakikat Administrasi Negara
II. Sejarah Perkembangan Administrasi Negara
1. Mesir Kuno
2. Cina Kuno
3. Yunani Kuno
4. Romawi Kuno
5. Abad Pertengahan
6. Prusia-Austria
7. Amerika Serikat
8. Indonesia
III. Perkembangan Paradigma Administrasi Negara
1. Pengertian
2. Perkembangan Paradigma
IV. Hubungan Administrasi Dengan Ilmu Lainnya
1. Latar Belakang
2. Hubungan Administrasi Negara dengan Ilmu Sejarah
3. Hubungan Administrasi Negara dengan Antropologi Budaya
4. Hubungan Administrasi Negara dengan Sosiologi
5. Hubungan Administrasi Negara dengan Psikologi
6. Hubungan Administrasi Negara dengan Ilmu Hukum
vii
7. Hubungan Administrasi Negara dengan Ilmu Ekonomi
8. Hubungan Administrasi Negara dengan Ilmu Politik
V. Karakteristik Administrasi Negara
1. Identifikasi Administrasi Negara
2. Kekhususan Administrasi Negara
3. Ciri-Ciri Administrasi Negara
VI. Arti Penting Studi Administrasi Negara
1. Pengantar
2. Peranan Administrasi Negara dalam Pembangunan
VII. Organisasi
1. Pengantar
2. Pengertian
3. Bentuk-bentuk Organisasi
4. Koordinasi
5. Pengendalian
VIII. Manajemen
1. Istilah dan Pengertian
2. Fungsi-fungsi Manajemen
3. Hubungan Antara Administrasi dengan Manajemen
IX. Birokrasi
1. Pengantar
2. Pengertian
3. Karakteristik Birokrasi
4. Tipe Ideal Birokrasi
5. Peranan Birokrasi
6. Kelemahan Birokrasi
X. Etika Administrasi Negara
1. Pengertian dan Ruang Lingkup
2. Pendekatan Etika Administrasi Negara
3. Relevansi Etika Administrasi dalam Mewujudkan Wibawa Birokrasi
METODE, STRATEGI, DAN PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN
viii
Metode perkuliahan yang digunakan yaitu metode pembelajaran berbasis pada masalah
yang lebih dikenal dengan sebutan Problem Based Leraning (PBL) Method. Berdasarkan
metode pembelajaran PBL, strategi pembelajaran pada pokoknya terbagi menjadi 2 (dua)
yakni berupa perkuliahan (lecturer) dan tutorial. Pelaksanaan proses pembelajaran dilakukan
dengan cara ceramah, diskusi, dan penugasan baik yang sifatnya individu maupun kelompok.
Pada awal perkuliahan dilakukan tanya jawab untuk mengetahui pengetahuan yang telah
dimiliki sebelumnya (prior knowledge) dan untuk melakukan brainstorming atas
permasalahan-permasalahan yang telah diidentifikasi. Tanya jawab juga dapat dilakukan pada
pertengahan perkuliahan maupun akhir perkuliahan. Pada saat tutorial mahasiswa berdiskusi di
dalam kelompok yang dipandu oleh pemimpin diskusi (discussion leader) dan dibantu oleh
seorang pencatat (notetaker) yang dipilih dari dan oleh mahasiswa. Diskusi dilakukan untuk
menemukan permasalah hukum atau isu-isu hukum dalam tugas-tugas yang telah diberikan
sebelumnya dan mencari penyelesaian terhadap masalah tersebut. Mahasiswa juga melakukan
selfstudy di luar kelas setelah perkuliahan untuk mengerjakan tugas-tugas.
TUGAS-TUGAS
Mahasiswa diwajibkan untuk mempersiapkan, membahas, dan mengerjakan tugas-tugas
yang ditentukan dalam perkuliahan maupun tutorial. Tugas-tugas (TT) mahasiswa terdiri dari
tugas mandiri yang dikerjakan di luar perkuliahan, tugas yang harus dikumpulkan dan tugas
yang harus dipresentasikan dalam diskusi pada saat tutorial. Tugas-tugas tutorial terdiri dari
study task, discussion task, dan problem task.
UJIAN-UJIAN DAN PENILAIAN
Ujian terdiri dari ujian tengah semester (UTS) dan ujian akhir semester (UAS). Ujian
dilakukan secara tertulis dalam bentuk esay. Ujian lisan dapat dilakukan hanya berdasarkan
kesepakatan antara dosen dan mahasiswa apabila waktu masih memungkinkan.
Kriteria penilaian meliputi hard skill, dan soft skill. Penilaian hard skill dilakukan
melalui tugas-tugas, UTS dan UAS. Penilaian hard skill dihitung berdasarkan rumus nilai
akhir:
(UTS+TT)+2 (UAS)
2
NA= _________________
ix
3
Sumber: Buku Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas Udayana Tahun 2013
Penilaian soft skill berdasarkan pengamatan dalam tatap muka selama perkuliahan,
tutorial, diskusi, pengumpulan tugas-tugas, kehadiran dalam perkuliahan dan pelaksanaan
ujian-ujian. Penilaian dilakukan terhadap presentase kehadiran, keaktifan, ketrampilan
menyampaikan pendapat, keterampilan berargumentasi, keterampilan presentasi, dan
keterampilan memimpin. Nilai soft skill ini dikombinasikan dengan NA untuk menentukan
Nilai Hasil Studi (NHS) mahasiswa. NHS ditentukan dengan kriteria sebagai berikut:
NILAI RANGE
A 80-100
B+ 75-79
B 70-74
C+ 62-69
C 56-61
D+ 50-55
D 40-49
E 0-39
Sumber: Surat Hasil Keputusan Rapat antara Wakil Rektor Bidang Akademik dengan Para
Wakil Dekan I Nomor 534/UN14.I/PP/2017
JADWAL PERKULIAHAN
NO PERTEMUAN KEGIATAN TOPIK
x
Negara:
1. Mesir Kuno
2. Cina Kuno
3. Yunani Kuno
4. Romawi Kuno
3. Pertemuan III Perkuliahan III Sejarah Perkembangan Administrasi
Negara:
1. Abad Pertengahan
2. Prusia-Austria
3. Amerika Serikat
4. Indonesia
4. Pertemuan IV Perkuliahan IV 1. Pengertian
2. Perkembangan Paradigma
5. Pertemuan V Perkuliahan V Hubungan Administrasi dengan Ilmu
Lainnya
xi
4. Hubungan Administrasi dengan Ilmu
Politik
7. Pertemuan VII Perkuliahan VII Karakteristik Administrasi Negara:
1. Pengertian
2. Bentuk-bentuk Organisasi
11. Pertemuan XI Pertemuan X Organisasi:
1. Koordinasi
2. Pengendalian
12. Pertemuan XII Pertemuan XI Manajemen:
1. Pengertian
2. Karakteristik Birokrasi
14. Pertemuan XIV Pertemuan XIII Birokrasi:
xii
15. Pertemuan XV Pertemuan XIV Etika Administrasi Negara:
xiii
PERKULIAHAN KESATU
PENGERTIAN DASAR ILMU ADMINISTRASI NEGARA
1.2. Pengertian
Ilmu administrasi adalah ilmu yang mempelajari tentang proses dinamika
kerjasama manusia. Kerja sama merupakan gejala yang sifatnya universal dan sudah ada
dan berlangsung sejak jaman primitif sampai jaman modern. Administrasi dalam arti luas
merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dalam kerangka
kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Administrasi merupakan sesuatu
yang bersipat universal jadi ia ada dan berkembang seiring dengan perkembangan
peradaban manusia itu sendiri, hal itu disebabkan karena administrasi dapat dijumpai pada
setiap aspek kehidupan (ekonomi, sosial, politik dsb). Karena begitu luasnya bidang
1
A.W Widjaja, 2004, Etika Administrasi Negara, Bumi Aksara, Jakarta, h: 33
2
Ali Mufiz, 1988, Pengantar Administrasi Negara, Universitas Terbuka, h: 4
3
Bintoro Tjoktroamidjojo dan Mustopadidjaja, AR, 1993, Kebijaksanaan Dan Administrasi
Pembangunan, Perkembangan teori dan penerapan, Cet. 3, LP3ES, h: 15
4
Sukarna, 1989, Pengantar Ilmu Administrasi, CV. Mandar Maju, Bandung, h: 3
5
Ali Mufiz, Op. Cit, h: 3
6
Riant Nugroho D, 2003, Kebijakan Publik, Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi, PT. Elex
Media komputindo, Jakarta, h.: 9
1.3. Istilah
Administrasi dalam bahasa Inggris adalah: ”administration” yang terdiri dari dua
suku kata yakni “administ” dan “ration” yang artinya mengurus (dalam arti sempit)
namun tidak jelas maknanya apakah mengurus orang atau benda. Selain dalam bahasa
inggris ada juga dalam bahasa Belanda yaitu “Administratie” yang artinya catat-mencatat,
inipun masih sangat sederhana karena berkaitan dengan masalah surat-menyurat saja.
Sedangkan di Indonesia sering diistilahkan dengan Tata Usaha yaitu pekerjaan yang
berkaitan dengan tulis-menulis, surat menyurat ataupun pekerjaan yang bersifat “ clerical
work”, hal ini tidak terlepas dari peranan pemerintah kolonial yang tidak memberikan
jabatan pada orang pribumi untuk menduduki jabatan administratif.
Dalam bahasa latin administrasi terdiri dari dua suku kata yaitu “ad” yang artinya
intensif dan “ministrare” yang artinya to serve (melayani) yang secara etimologi
berarti melayani secara intensif yang kalau di Indonesia dikenal dengan istilah tata usaha
7
Ali Mufiz, Op.Cit, h: 7
8
Inu Kencana Syafiie dkk, 1999, Djamaludin Tanjung, Supardan Modeong , Ilmu Administrasi
Publik, Rineka Cipata, Jakarta, h: 26
9
Riant Nugroho D, Op. Cit, h: 11
10
Ulbert Silalahi, 2002, Studi tentang ilmu administrasi, konsep, teorio dan dimensi,Sinar Baru
Algesindo, Bandung, h: 5
Bahan diskusi/latihan.
1. Apakah yang yang anda ketahui tentang ilmu administrasi negara, dalam kaitanya
dengan kehidupan masyarakat.
2. Diskusikan mengenai sifat dan hakekat administrasi .
3. Mengapa istilah tata usaha sangat populer di Indonesia.
4. Mengapa administrasi dikatakan bersifat universal.
11
Sondang P. Siagian, 1986, Filsafat Administrasi, Gunung Agung, Jakarta, h: 11
12
Sukarna, Op. Cit, h: 9
13
Ali Mufiz, Op.Cit, h: 9
14
Ali Mufiz, Op. Cit, h: 16
15
Ali Mufiz, Op. Cit, h: 18
16
Sondang P. Siagian, Op.Cit, h: 14
17
Ali Mufiz, Op.Cit, h: 19
18
Ali Mufiz, Op.Cit, h: 20
2.6. Prusia-Austria
Pada jaman dikenal dengan periode kameralis yakni sekelompok profesor dan ahli
administrasi negara jerman dan Austria yang berjaya pada kurun waktu 1550 – 1700-an.
Periode kameralis terjadi pada masa pemerintahan William I dari Prusia (1713 – 1740) dan
maria Theresia dari Austria (1740 – 1780). Pada umumnya kaum kameralis diidentikan
dengan kaum markantelis di Inggris dan kaum fisiokrat di Perancis. Dimana pada masa itu
lebih memusatkan perhatiannya pada kekuatan pisik negara, disamping itu juga
memberikan perhatian yang cukup besar dibidang ekonomi serta mengadakan
pembaharuan mengenai masalah perpajakan. Adapun tokoh yang terkenal yaitu Melchoir
Von Osse dan Georg Zincke, yang mana mereka banyak melaksanakan program latihan
bagi para administrator. Yang mana semua itu tiada lain ditujukan dalam rangka
memberikan pelayanan publik.20
19
Ali Mufiz, Op.Cit, h: 21
20
Ali Mufiz, Op.Cit, h: 22
2.8. Indonesia
21
Miftah Thoha, 1997, Dimensi-dimensi Prima Ilmu Administasi Negara, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, h: 21
22
Ibid, h: 41
3.1. Pengertian
Paradigma adalah merupakan pola pikir seseorang atau sekelompok orang, dalam
hal ini tidak terlepas dari sifat ilmu pengetahuan itu sendiri yang sifatnya tidak nisbi,
walaupun salah satu syaratnya harus dapat diterima secara universal, namun dalam kurun
waktu tertentu tetap ada/memenuhi perubahan, termasuk juga ilmu –ilmu eksata. Namun
ilmu-ilmu eksata biasanya lebih lama serta tidak terpengaruh oleh situai serta kondisi dan
secara umum relative lebih pasti dibandingkan dengan ilmu-ilmu sosial.23 Administrasi
negara sebagai suatu ilmu, seperti juga ilmu-ilmu lainnya terus berkembang,
perkembangan pemikirannya dapat dilihat dalam teori maupun paradigma, baik dalam
model pemikiran , analisa, arah pemikiran serta metode yang digunakan.24
Thoman S. Kuhn, menyatakan bahwa paradigma merupakan suatu cara pandang nilai-nilai,
metode-metode, prinsip-prinsip dasar atau cara memecahkan suatu masalah yang dianut
suatu masyarakat ilmiah pada suatu masa tertentu.Kalau kita ikuti rumusan administrasi
negara maka akan diperoleh berbagai definisi. Seseorang mencoba untuk memberikan
rumusan sedangkan yang lainnya akan mencoba memberikan rumusan yang sifatnya
tandingan yang tidak kalah pentingnya. Sehingga menurut Nicholas Henry, dikatakan
mengalami krisis definisi dalam administrasi negara. Menurut beliau (Nicolas Henry),
disarankan untuk memahami lebih jauh lewat paradigma Dimana lewat paradigma akan
diketahui ciri-ciri dari administrasi negara. Paradigma dalam administrasi sangat
bermanfaat, karena dengan demikian seseorang akan mengetahui tempat dimana bidang
ini dipahami. Administrasi negara telah dikaji serta dikembangkan sebagai suatu kajian
akademis melalui lima paradigma yang saling tumpang tindih, yang mana tiap paradigma
mempunyai ciri-ciri tertentu sesuai dengan locus serta facusnya. Locus menunjukan tempat
23
Inu Kencana Syafiie dkk, Op.Cit, h: 27
24
Bintoro Tjoktroamidjojo dan Mustopadidjaja, AR, Op.Cit, h: 1
25
Miftah Toha, Op.Cit, h: 22
26
Irfan Islamy, M, 1997, Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara, Cet Kedelapan,
Jakarta, h: 3
Paradigma III
Administrasi Negara sebagai Ilmu Politik (1950 – sekarang).
Menjelang akhir tahun 30-an banyak muncul kritikan-kritikan yang tajam terhadap
administrasi negara. Kritikan yang pertama menyangkut mengenai pandangan yang
menyatakan bahwa politi dan administrasi dapat dipisahkan serta kritikan yang kedua yang
menyatakan bahwa prinsip-prinsip administrasi yang bersifat universal. Menurut” Herbert
Simon” kedua hal tersebut tidak benar. Menurut beliau bahwa politik dan administrasi
tidak dapat dipisahkan, demikian juga halnya dengan prinsip-prinsip administrasi yang
bersifat universal. Dengan adanya kritikan-kritikan tersebut maka administrasi negara
mundur kedalam disiplin induknya yaitu pada birokrasi pemerintahan (Ilmu Politik). Pada
periode ini merupakan suatu upaya untuk membangun kembali hubungan konseptual
antara administrasi negara dengan ilmu politik.
Mulai tahun 1962 – 1967, dministrasi negara mulai kehilangan kaitannya dengan
ilmu politik, dan para ahli ilmu politik kurang tertarik minatnya pada administrasi negara.
Para sarjana administrasi negara merasa terabaikan serta tidak dianggap bagian dari ilmu
politik dan bahkan dinomor uakan (warganegara kelas dua).28
Paradigma IV
27
Ibid, h: 4
28
Ibid, h: 6
Paradigma V
Administrasi Negara sebagai Administrasi Negara (1970 – sekarang).
Walaupun belum menemukan kata sepakat mengenai locus maupun focus dari
administrasi negara, menurut pemikiran Herbert Simon tentang perlunya dua aspek yang
perlu dikembangkan dalam disiplin administrasi negara yakni :
29
Ibid, h: 7
Bahan diskusi/latihan.
1. Diskusikan mengenai perkembangan Paradigma dalam Administrasi
Negara.
2. Menjelaskan mengenai paradigma dalam administrasi negara, dari
paradigma 1 s/d paradigma 5.
3. Menjelaskan mengenai locus maupun facus dari masing-masing paradigma.
30
Ibid
31
Ali Mufiz, Op. Cit, h: 4
32
Ulbert Silalahi, Op.Cit., h: 90
33
Ali Mufiz, Op.Cit., h:93
34
Ulbert Silalahi, Op.Cit., h: 89
35
Ulbert Silalahi, Op.cit., h:85.
36
Ali Mufiz, Op.Cit., h:100
Walaupun adanya opemisahan antara fungsi politik dengan administrasi, namun dalam
prakteknya antara keduanya tidak dapat dipisahkan, serta tidak ada benang merah yang
menjadi pembatas. Antara keduanya terangkaim suatu jalinan sulit dipisahkan. Suatu
kebijaksanaan publik yang dirumuskan oleh politik tida akan mampu menyajikan
perbaikan selama tidak memperoleh masukan dari administrasi. Misalnya ada keputusan
politik untuk mengambil kebijaksanaan menaikkan harga bahan bakar minyak,
kebijaksanaan ini dirumuskan setelah administrasi menyajikan pelbagai pertimbangan yang
membimbing tercapainya kesimpulan, bahwa program-proram pembangunan tidak akan
sampai ke tujuan, kecuali dengan mengurangi subsidi yang telkah dilimpahkan kepada
sektor bahan bakar minyak. Dari uraian tersebut diatas jelaslah bahwa administrasi negara
dengan politik mempunyai hubungan yang sangat erat, bahkan diantara keduanya tidak ada
pemisahan yang tegas
Bahan diskusi/latihan.
1. mengapa dikatakan sejarah dapat memberikan perspektif masa depan dalam
perkembangan administrasi negara
2. bagaimana pengaruh perilaku seseorang terhadap setiap keputusan yang akan
diambil dalam pelaksanaan administrasi negara
3. diskusikan mengenai hubungan antara administrasi negara dengan politik
37
Ali Mufiz, Op.Cit, h: 64
38
Inu Kencana Syafiie,dkk, Op.Cit, h: 27
Disisi lain proses yang khusus itu tetap memerlukan hal yang bersifat umum
ataupun universal, seperti misalnya mengenai kepemimpinan, komunikasi delegasi
perencanaan kerja sama pengawasan dan lain sebagainya. Dengan demikian dapat dilihat
disini bahwa ilmu manajemen memperlakukan manajemen secara universal serta
memperkecil perbedaan antara organisasi publik dengan organisasi privat.
3. Mempunyai Prioritas
Mengingat begitu banyaknya kegiatan yang dilakukan oleh administrasi negara, maka
diperlukan adanya prioritas, sebab tidak mungkin semua kegiatan tersebut diborong
sekaligus tanpa memperhitungkan mana yang harus didahulukan. Prioritas sangat
diperlukan untuk mengatur pelayanan terhadap masyarakat, sebab kalau tidak dilakukan
prioritas maka kegiatan tersebut tidak akan mencapai hasil yang optimal. Seperti misalnya
untuk pembangunan lima tahun ke depan, kegiatan apa yang mendapat prioritas, apa itu
dibidang pendidikan, kesehatan, keamanan, kesejahteraan dan sebagainya. Hal ini sangat
tergantung dari keperluan masing-masing bidang kegiatan tersebut. Maka dari itu prioritas
sangat diperlukan dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat.
6.1. Pengantar
Walaupun administrasi negara telah dikenal sejak jaman dahulu, namun wajah
modernya baru mulai nampak pada akhir abad ke 19 atau awal abad ke 20. Bila
dibandingkan dengan ilmu sosial yan lainnya seperti sosiologi, ilmu politik maupun
ilmusosial yang lainnya dapat dikatakan bahwa administrasi negara tergolong ilmu yang
masih baru. Sebagai sesuatu yang baru sudah barang tentu ada paktor yang menjadi
penyebabnya, yaitu paktor yang lekat dengan kebutuhan serta tuntutan masyarakat.
Dalam dunia keilmuan sering administrasi negara dipandang dengan rasa takjub, karena
sumbangannya yang begitu besar terhadap proses kemajuan serta peradaban manusia.
Bahkan ada seseorang yang mengatakan bahwa adanya peradaban tergantung dari ada atau
tiadanya administrasi.
Perkembanan kehidupan masyarakat semakin hari semakin bertambah. Hal ini
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam hal ini manusia
sebagai anggota masyarakat kebutuhannyapun semakin bertambah pula. Hal ini akan
menimbulkan suatu persoalan tatkala pemenuhan kebutuhanya tidak sebanding dengan apa
yang akan dibutuhkan. Ini merupakan persoalan hidup manusia, jika persoalan itu terus
berkembang akan menjadi persoalan masyarakat, dan jika persoalan itu mengkristal akan
menjadi persoalan negara, barulah orang akan sadar bahwa persoalan tersebut memerlukan
pengaturan serta dalam pelaksanaannya perlu adanya pengawasan.
Menurut Gerald E. Caiden,39 membayangkan bahwa duania ini ibarat “binatang
jalang” bila tidak ada hal-hal yang bersifat publik, yang sebenarnya dimaksudkan untuk
melindungi keselamatan serta kenyamanan individu dari segala macam ancaman. Bila kita
mengambil suatu contoh, maka sebuah kota harus memiliki fasilitas-fasilitas yang bersifat
publik, seperti misalnya dengan pengadaan sekolah, perpustakaan, museum, sarana
dibidang kesehatan taman kota dan lain sebagainya. Jadi disini segala bentuk kegiatan
yang ditujukan untuk kepentingan umum itulah yang menjadi cakupan dari administrasi
negara. Berkaitan dengan hal tersebut maka administrasi negara erat kaitannya dengan soal
pemberian barang dan jasa yang bersifat publik.
39
Ali Mufiz, Op.Cit,h: 48
40
Ali Mufiz, Op.Cit,h: 51
7.1. Pengantar
Bahwa kehidupan manusia tidak bisa lepas dari adanya organisasi, bahkan
dewasa ini organisasi dapat dikatakan sebagai suatu penomena sosial yang paling menonjol
yang bersifat semesta, yang dirasakan sebagai suatu kebutuhan mutlak bagi manusia
modern. Setiap individu akan selalu berhubungan dengan bermacam-macam orang yang
begitu kompleks dan bersangkutan dengan kebutuhan baik dari segi ekonomi, sosial,
rekreasi, pendidikan dan lain sebagainya. Disadari atau tidak disadari, sengaja atau tidak
sengaja, setiap individu akan selalu berada , dibesarkan dalam lingkungan organisasi (di
Bali misalnya anda menjadi anggota Banjar, Desa, subak dan sebagainya). Ini berlangsung
sejak manusia lahir sampai meninggal dunia.
Hidup seseorang banyak bergantung serta dipengaruhi oleh organisasi, sebab
sebagian besar kebutuhan hidup manusia tidak dapat dipenuhi secara individu-individu.
Apa yang anda pakai, apa yang anda makan, naik apa anda pergi dan lain sebagainya,
semuanya itu merupakan produk atau output dari organisasi. Jelasnya seseorang masuk
atau membentuk suatu organisasi adalah untuk memuaskan kebutuhannya.41
Mengapa organisasi diperlukan ?. Organisasi diperlukan karena manusia sadar
bahwa suatu gagasan atau ide tidak mungkin dapat atau bisa melembagakan dirinya
sendiri, namun perlu adanya suatu institusi yang digunakan sebagai wadah untuk dapat
menyalurkan ide tersebut., salah satunya adalah melalui oranisasi. Dengan organisasi
segala sesuatu akan lebih mudah dicapai, karena organisasi dapat dijadikan wadah atau
sarana dalam mencapai tujuan.
7.2. Pengertian
Apakah sebenarnya organisasi tersebut.? Mengenai perumusan organisasi
sebenarnya sangat tergantung dari kontek dan perspektif dari seseorang yang
merumuskannya. Seperti misalnya rumusan dari ThomsonVictor yang menyataka bahwa
suatu organisasi adalah suatu integrasi dari sejumlah spasialis-spesialis yang bekerja sama
sangat rasional dan impersonal untuk mencapai beberapa tujuan yang spasiik yang telah
diumumkansebelumnya.42
41
Ulbert Silalahi, Op.Cit, h : 121
42
Miftah Toha, Op.Cit,h: 124
43
Ali Mufiz, Op.Cit, h: 135
44
AW. Widjaja, Op.Cit, h: 39
45
Ulbert Silalahi, Op.Cit, h: 125
7.4. Koordinasi
Seperti telah disebutkan diatas, bahwa kualifikasi suatu kelompok untuk dapat
dikatakan sebagai suatu organisasi adalah : Spasialisasi, Koordinasi, dan Tujuan.
Koordinasi menurut James D. Mooney dan Alan C. Reiley, adalah pengaturansecara tertib
usaha kelompok, untuk memberikan kesatuan tindakan dalam mengejar satu tujuan
tertentu.47
46
Ali Mufiz, Op.Cit,h: 136
47
Ali Mufiz, Op.Cit, h: 139
Untuk menghidari hal tersebut diatas sebagai sesuatu yang tidak diinginkan, maka
beliau (Pariata westra), mengemukakan beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk
mengefektifkan fungsi koordinasi yaitu :
1. Pembagian kerja yang jelas
2. Pegembangan semangat kerjasama yang benar
3. Tersedia fasilitas kontak serta tata hubungan bagi semua piak dalam
organisasi
4. Menciptakan tahap kegiatan, dan mempertahankannya sebagai satu konsep
yang kontinyu.
7.5. Pengendalian
Pengendalian merupakan segala aktivitas yang dilakukan untuk membuat kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh unit-unit kerja organisasi sesuai dengan rencananya. Dengan
48
Ulbert Silalahi, Op.Cit, h: 135
49
Ulbert Silalahi, Op.Cit, h: 137
50
Ali Mufiz, Op.Cit, h: 144
2. Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian adalah aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengn penyusunan
struktur yang di rancang untuk membantu dalam pencapaian tujuan. Secara khusus
perencanaan merupakan suatu proses yang mengorganisasikan orang-orang untuk
melaksanakan misi utama mereka. Dalam administrasi negara, oranisasi dan personalia
merupakan dua factor utama yang siap untuk melakukan tugas-tugas dan juga perubahan-
perubahan yang diperlukan. Oleh karena itu suatu struktur organisasi yang baik akan
memungkinkan untuk melaksanakan tugas-tugas dengan baik, namun apabila
personalianya tidak termotivasi untuk itu maka yang kena getahnya adalah organisasi itu
sendiri. Namun apabila pengorganisasiannya baik maka apa yang telah direncanakan
niscaya akan mencapai sasaran seperti yang diinginkannya.
4. Pengarahan (Directing)
Walaupun struktur atau bangun yang menetapkan pembagian tugas bagi setiap
individu dalam suatu organisasi, namun tidak dengan sendirinya organisasi tersebut dapat
bekerja. Akan tetapi harus ada pembuatan keputusan-keputusan serta yang menyatukan
mereka melaui instruksi-instruksi. Kegiatan semacam inilah yang dikatakan sebagai
pengarahan.
Untuk dapat melaksanakan apa yang telah digariskan dalam perencanaan, maka
perlu adanya orang yang mampu untuk mengarahkan atau mengendalikan setiap anggota
suatu organisasi untuk melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya masing masing dalam
rangka pencapaian suatu tujuan. Disinilah masalah kepemimpinan, komunikasi, motivasi
akan memegang peranan yang sangat besar, karena seorang pemimpin akan dituntut untuk
membuat suatu pilihan dari beberapa alternative yang ada.
5. Pengkoordinasian (Coordinating)
Menurut Luther Gullick, pengkoordinasian dimaksudkan untuk mempertalikan
atau menyatupadukan bagian-bagian pekerjaan dalam suatu organisasi. Koordinasi
menurut James D. Mooney dan Alan C. Reiley, adalah pengaturansecara tertib usaha
kelompok, untuk memberikan kesatuan tindakan dalam mengejar satu tujuan tertentu.51
Dikalangan ahli, koordinasi dikatakan sebagai konsekuensi dari spesialisasi yang
dilakukan dalam suatu organisasi. Setiap anggota organisasi akan mendapat satu status
dan peran formal tertentu, yang berbeda satu sama lainnya. Untuk dapat menyatu padukan
masing masing peran tersebut, untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkannya maka
perlu adanya koordinasi.
Dalam manajemen koordinasi itu adalah sangat penting, agar segala sesuatu
kegiatan dapat dilakukan serempak dan terarah kepada tujuan yang dikehendaki
6. Pelaporan (Reporting)
51
Ali Mufiz, Op.Cit, h: 139
7. Penganggaran (Budgeting)
Fungsi ini berkaitan dengan masalah perencanaan fiskal serta akuntansi. Segala
urusan keuangan dalam pemerintahan diarahkan pada pelaksanaan kebijaksanaan-
kebijaksanaan dan program-program yang telah ditetapkan. Dalam hal ini masalah
penganggaran merupakan suatu yang sangat penting, sebab dengan d kalkuasi mengenai
anggaran akan dapat memberikan suatu gambaran mengenai kegiatan apa yang dapat
dilaksanakan dengan dana yang ada. Namun disisi lain masalah penganggaran sudah
diperhitungkan dalam perencanaan, sehingga dari penyusunan perencanaan sudah
diperhitungkan masalah anggaran yang diperlukan termasuk juga antisifasi terhadap
kenaikan harga barang dalam jangka waktu berjalan. Adapun penganggaran merupakan
penyusunan dan penetapan anggaran belanja yang diperlukan untuk pelaksanaan planning.
Planning tanpa budgeting tidak mungkin dapat dilaksanakan, sehingga planning akan gagal
apabila anggaran yang disediakan tidak dapat mencukupi biaya yang diperlukan dalam
melaksanakan suatu kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Disamping fungsi-fungsi manajemen seperti yang dikemukakan oleh Luther Gulick
masih ada fungsi-fungsi manajemen ayang dikemukakan oleh orang lain, sebagaimana
dikemukakan oleh : GR Terry, Henri Fayol, Maupun oleh Koontz dan Donnell.
Berikut ini adalah perbandingan antara fungsi-fungsi manajemen yang dikemukakan
oleh ke empat sarjana tersebut adalah52 :
Tabel 2
G.R Terry Henri Fayol Koontz & Donnell Luther
Gulick
Planning Planning Planning Planning
Organizing Organizing Organizing Organizing
52
Sukarna,Op.Cit, h: 80
9.1. Pengantar
Pada umumnya pengertian birokrasi dalam masyarakat luas senantiasa dikaitkan
dengan segala sesuatu yang serba lamban, berbelit-belit dan seba formalitas didalam
penyelesaian urusan-urusan birokrasi.
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita mendengar keluhan mengenai daya kerja
dari organ pemerintah., bahwa segala macam keburukan, kelemahan prestasi kerja organ
pemerintahan, diungkapkan dengan kata-kata seperti prosedur yang kaku, proses
penyelesaian yang bertele-tele, pelayanan yang membosankan dan segala sumpah serapah
serta caci maki tentang organ pemerintah. Dengan kata lain bahwa birokrasi merupakan
sumber dari segala kekeburukan fungsi serta aktivitas organ pemerintahan. Melihat hal
tesebut dapatlah dikatakan bahwa segala bentuk kelemahan dari birokrasi tersebut adalah
merupakan bentuk negative dari birokrasi itu sendiri, karena konsep yang sebenarnya
tidaklah demikian. Namun kalau kita mau jujur sebenarnya konsep birokrasi seperti yang
dikemukakan oleh pencetusnya yaitu Max Weber tidaklah demikian. Menurut beliau “Max
Weber” birokrasi adalah salah satu bentuk organisasi belaka, Dengan birokrasi
dimaksudkan sebagai suatu sistem otorita yang ditetapkan secara rasional oleh berbagai
peraturan. Disini Birokrasi dimaksudkan untuk mengorganisasikan secara teratur suatu
pekerjaan yang dilakukan oleh orang banyak yang mana penerapannya senantiasa
dikaitkan dengan tujuan yang hendak dicapai, yang tidak hanya berlangsung dikalangan
pemerintahan, tetapi juga berlangsung di dunia ekonomi, sosial.
9.2. Pengertian
Birokrasi di dalam webster’s New Collegiate Dictionary di beri penjelasan sebagai
berikut :
a. Suatu sistem untuk melaksanakan usaha-usaha melalui biro-biro/kantor-
kantor yang dikepalai oleh seorang kepala/ketua
b. Keresmian dalam pemerintah, sehingga menimbulkan kesan yang kaku,
aturan-aturan yang formal.
c. Jabatan-jabatan pemerintahan secara kolektif.
Menurut Advance Leaner’s Dictionary of Curent English, birokrasi diberi pengertian
sebagai berikut :
53
Sukarna, Op.Cit, h: 49
54
AW. Widjaja, Op.Cit,h: 26
55
AW. Widjaja, Op.Cit, h: 26
56
Ali Mufiz, Op.Cit, h: 171
57
AW. Widjaja, Op.Cit, h: 29
58
Ali Mufiz, Op.Cit, 184
59
Ali MUfiz, Op. Cit, h: 176
3. Otorita legal rasional, otorita ini didasarkan atas aturan-aturan yang ditetapkan
secara legal. Dalam hal ini kesetiaan, kepatuhan hanya dengan legalitas formal
dari pemimpinnya, serta hanya terbatas urusan-urusan yang bersifat formal, yang
terikat oleh aturan-atuan yang berlaku.
60
Ali Mufiz, Op. Ciut, h: 192
61
William K. Frankena, Ethics, Prentice-Hall, New Delhi, 1982, h: 4-11.
62
H. De Vos dalam Wahyudi Kumorotomo, 2014, Etika Administrasi Negara, PT. Rajagrafindo
Perdasa, Jakarta, h: 9.
63
Tri Widodo W Utomo, 2000, Etika dan Hukum Administrasi Publik, Lembaga Administrasi
Negara Perwakilan Jawa Barat, h:5.
64
Poedjawijatna. 1986. Etika: Filsafat Tingkah Laku. Jakarta: Bina Aksara, h: 139.
65
Edwin, Flippo. 1983. Administrative Responsibility dalam Felix A. Nigro & Lloyd G. Nigro,
Modern Public Administration, terjemahan DS. Widodo. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, h:188.
Berbeda dengan amerika Serikat yang pada tahun 1989 sudah mempunyai kode etik
administrasi publik sebagaimana yang disebut dengan ASPA (America Society for Public
Administration), di Indonesia sendiri etika adminstrasi dalam bentuk kode etik smpai saat
ini belum ada, namun dalam pelaksanaan kinerjanya bikrokrasi pemerintahan berpedoman
pada Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, Peraturan
Pemerintah No.53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil serta Undang-
Undang No.30 Tahun 2014 tentang Adminstrasi Pemerintahan. Walaupun telah terdapat
pengaturan hukum mengenai aparatur birokrasi, kodifikasi kode etik masih tetap
diperlukan sebagai kesatuan gerak/ keseragaman dalam pelaksanaan kinerja khususnya
dalam mewujudkan pelayan prima administrasi pemerintahan.
Sebenarnya tindakan Mal-administrasi yang mengarah pada prilaku yang
menyimpang seperti Korupsi Kolusi dan Nepotisme dapat dicegah apabila etika
administrasi disadari dan dilaksanakan dengan konsekuen oleh para birokrat.
Bagaimanapun juga etika administrasi adalah pakem atau kerangka acuan prilaku kinerja
sekaligus standar dalam menilai akuntabilitas kinerja dari para birokrat. Apabila etika telah
66
Tri Widodo W Utomo, op.cit, h: 264-267.