Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENGERTIAN TARBIYAH DALAM ALQURAN

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah

TAFSIR AYAT PENDIDIKAN

Dosen Pengampu:

Ustad Munawir S.Ud, MM.

Oleh:
Kelompok 1
Abdullah 2021.9.IT.003
Andre. 2021.9.It.009
Ahmad Abdur Rofik. 2021.9.IT.004
Zabal Fatra 2021.9.IT.112

KELAS 4B EXTENSION
PROGRAM STUDI USHULUDDIN
UNIVERSITAS SEKOLAH TINGGI ILMU QUR'AN DAN TAFSIR
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa
ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak Munawir) sebagai dosen
pengampu mata kuliah Tafsir Ayat Pendidikan) yang telah membantu memberikan
arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Batam, 4 Februari

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

Hlm
COVER…………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR……………………………………………………. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………… iii
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………
1.4 Tujuan Penulisan …………………………………………………..........
BAB II: PEMBAHASAN
Materi Pertama…………………..............................................................
Materi Kedua……………………………..………………………….......
Materi Ketiga……………………………………………………………
BAB III: PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………...
3.2 Saran…………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sumber dasar Ajaran Islam yaitu Al-qur`an dan Hadis, tidak saja mengandung
doktrin-doktrin teologis tentang keimanan kepada Allah swt, tetapi juga berisikan
tentang hal-hal terkait dengan isyarat ilmiah tentang pendidikan. Membicarakan
konsep dasar pendidikan persfektif Islam, tentunya harus merujuk kepada informasi
dalam Al-Quran dan hadis.

Dalam makna yang luas dengan analisis mendalam, maka ada tiga term yang ada
dalam Al-quran dan hadis tentang konsep pendidikan Islam, dan tiga term itu adalah
tarbiyah, ta’lim dan ta’dib. Walaupun tiga term ini mempunya dasar arti yang sama,
akan tetapi pada hakikatnya mempunya perbedaan yang sangat mendasar. Untuk
memaknai ini tentunya perlu memahami dan mengetahuinya secara rinci.

Makalah ini akan membahas secara detail mengenai Konsep dan Pengertian Tarbiyah
dalam pendidikan Islam dan tentunya melalui sumber rujukan yang terpercaya
1.2 Rumusan Masalah
a.Tafsir ayat ke 2 surat AlFatihah
b.Tafsir ayat ke 24 surat al-Isra
c.Tafsir ayat ke 16 surat alSyu'ara

1.3 Tujuan Penulisan


Untuk mengetahui tentang Pengertian Tarbiyah dalam Al-Qur'an

4
BAB II
PEMBAHASAN

istilah tarbiyah paling banyak digunakan dan dirujuk dalam konteks pendidikan.

Satu hal yang perlu digarisbawahi adalah bahwa istilah tarbiyah untuk
menggambarkan pendidikan Islam merupakan hal yang baru. Istilah ini, demikian
kata Muhammad Munir Mursa dalam al-Tarbiyah al-Islamiyah: Ushuluha wa
Tathawwuruha fi al-Bilad al-Arabiyah.
Istilah tarbiyah muncul berkaitan dengan gerakan tajdid (pembaharuan) pendidikan di
dunia Arab pada perempat kedua abad ke-20. Oleh karenanya, penggunaannya dalam
konteks pendidikan dewasa ini tidak ditemukan dalam referensi-referensi klasik.
Yang ditemukan adalah istilah-istilah seperti ta’lim, ‘ilm, ta’dib dan tahdzib.
Terminologi Tarbiyah dalam Al-Quran

Mengutip Ahmad Munir dalam Tafsir Tarbawi; Mengungkap Pesan Al-Quran


Tentang Pendidikan, bahwa kata tarbiyah dengan berbagai derivasinya di dalam Al-
Quran terulang sebanyak 952 kali yang terbagi menjadi dua bentuk sebagai berikut.

Pertama, berbentuk isim fa’il (rabbani). Bentuk ini terulang sebanyak 3 kali yang
kesemuanya berbentuk jama’ yaitu rabbaniyyina dan rabbaniyyuna yang juga
memiliki keterkaitan dengan term mengajar (ta’lim) dan belajar (tadris) sebagaimana
ditunjukkan dalam Q.S. Ali Imran [3]: 79,

‫هّٰللا‬
َ ‫ُكوْ نُوْ ا ِعبَادًا لِّ ْي ِم ْن ُدوْ ِن ِ َو ٰل ِك ْن ُكوْ نُوْ ا َربَّانِ ٖيّنَ بِ َما ُك ْنتُ ْم تُ َعلِّ ُموْ نَ ْال ِك ٰت‬
َ‫ب َوبِ َما ُك ْنتُ ْم تَ ْد ُرسُوْ ن‬

5
“…Jadilah kamu para penyembahku, bukan (penyembah) Allah,” tetapi (hendaknya
dia berkata), “Jadilah kamu para pengabdi Allah karena kamu selalu mengajarkan
kitab dan mempelajarinya!” (Q.S. Ali Imran [3]: 79).
Kata rabbani dalam ayat tersebut, sebagaimana penjelasan Ahmad Munir,
dinisbahkan kepada kata rabba, artinya yang mendidik manusia dengan ilmu dan
pengajaran semasa kecil. Ibn Abbas dalam tafsirnya menjelaskan kata rabbani berasal
dari kata rabbaa, yang mendapat imbuhan alif dan nun yang menunjukkan makna
mubalaghah.

Lebih dari itu, sebagian ulama berpendapat bahwa rabba bermakna tokoh ilmuwan
(arbaba al-‘ilm) yang mendidik dan memperbaiki kondisi sosial masyarakatnya. Ada
juga yang berargumen bahwa kata tersebut bermakna orang yang memiliki ekspertasi
dan mengamalkan keilmuannya secara memadai.

Kedua, berbentuk mashdar (rabban). Bentuk ini, seperti yang dipaparkan Ahmad
Munir, terulang dalam Al-Quran sebanyak 947 kali; empat kali berbentuk jama’
(arbaban) dalam Q.S. Yusuf [12]: 39, satu kali berbentuk tunggal dalam Q.S. al-
An’am [6]: 164, dan selebihnya berupa isim sebanyak 141 kali yang mayoritas
dikontekskan dengan alam, masalah nabi, manusia, sifat Allah, dan ka’bah.

Ketiga, berbentuk kata kerja (rabbaa). Bentuk ini terulang sebanyak 2 kali, yaitu
dalam Q.S. al Isra [17]: 24 dan Q.S. al-Syu’ara [26]: 18.

6
2.1 Tafsir ayat ke 2 surat AlFatihah
Ayat 2

Pada ayat di atas, Allah memulai firman-Nya dengan menyebut “Basmalah”


untuk mengajarkan kepada hamba-Nya agar memulai suatu perbuatan yang baik
dengan menyebut basmalah, sebagai pernyataan bahwa dia mengerjakan perbuatan
itu karena Allah dan kepada-Nyalah dia memohonkan pertolongan dan berkah. Maka,
pada ayat ini Allah mengajarkan kepada hamba-Nya agar selalu memuji-Nya.

Al-hamdu artinya pujian, karena kebaikan yang diberikan oleh yang dipuji,
atau karena suatu sifat keutamaan yang dimilikinya. Semua nikmat yang telah
dirasakan dan didapat di alam ini dari Allah, sebab Dialah yang menjadi sumber bagi
semua nikmat. Hanya Allah yang mempunyai sifat-sifat kesempurnaan. Karena itu
Allah sajalah yang berhak dipuji. Orang yang menyebut al-hamdu lillah bukan hanya
mengakui bahwa puji itu untuk Allah semata, melainkan dengan ucapannya itu dia
memuji Allah.

Rabb artinya pemilik, pengelola dan pemelihara. Di dalamnya terkandung arti


mendidik, yaitu menyampaikan sesuatu kepada keadaan yang sempurna dengan
berangsur-angsur.

’Alamin artinya seluruh alam, yakni semua jenis makhluk. Alam itu berjenis-
jenis, yaitu alam tumbuh-tumbuhan, alam binatang, alam manusia, alam benda, alam
makhluk halus, umpamanya malaikat, jin, dan alam yang lain. Ada mufasir

7
mengkhususkan ‘alamin pada ayat ini kepada makhluk-makhluk Allah yang berakal
yaitu manusia, malaikat dan jin. Tetapi ini mempersempit arti kata yang sebenarnya
amat luas.

Dengan demikian, Allah itu Pendidik seluruh alam, tak ada sesuatu pun dari
makhluk Allah yang terlepas dari didikan-Nya. Tuhan mendidik makhluk-Nya
dengan seluas arti kata itu. Sebagai pendidik, Dia menumbuhkan, menjaga,
memberikan daya (tenaga) dan senjata kepada makhluk itu, guna kesempurnaan
hidupnya masing-masing.

Siapa yang memperhatikan perjalanan bintang-bintang, menyelidiki


kehidupan tumbuh-tumbuhan dan binatang di laut dan di darat, mempelajari
pertumbuhan manusia sejak dari rahim ibunya sampai ke masa kanak-kanak, lalu
menjadi manusia yang sempurna, tahulah dia bahwa tidak ada sesuatu juga dari
makhluk Allah yang terlepas dari penjagaan, pemeliharaan, asuhan dan inayah-Nya.
2.2 Tafsir ayat ke 24 surat al-Isra

Surah Al-Isra Ayat 23-24: Etika dalam Merawat Orang Tua


Tuntunan Islam dalam bersikap kepada orang tua

Dalam kitab Al-Adab al-Mufrad, ada riwayat yang menyatakan, “Al-Asy’ari berkata,
“Sebagian dari menghormati Allah adalah dengan menunjukkan rasa hormat kepada
orang yang tua.” Islam menyoroti pentingnya merawat orang tua, dan bahwa ini harus
dilakukan sebagai upaya untuk membayar kembali waktu yang dihabiskan untuk
mengurus anak. Perintah untuk menyembah selain Allah diiringi dengan perintah
untuk berbakti lah kepada kedua orang tua, sebagaimana dalam ayat berikut,

8
َ ‫ َد‬w‫نً ۗا اِ َّما يَ ْبلُغ ََّن ِع ْن‬w‫ك اَاَّل تَ ْعبُد ُْٓوا آِاَّل اِيَّاهُ َوبِ ْال َوالِ َد ْي ِن اِحْ ٰس‬
‫ٓا اُفٍّ َّواَل‬ww‫لْ لَّهُ َم‬wwُ‫ا فَاَل تَق‬ww‫ ُدهُ َمٓا اَوْ ِك ٰلهُ َم‬w‫ َر اَ َح‬wَ‫ك ْال ِكب‬ ٰ َ‫َوق‬
َ ُّ‫ضى َرب‬
‫ص ِغ ْير ًۗا‬ َ ‫اخفِضْ لَهُ َما َجنَا َح ال ُّذ ِّل ِمنَ الرَّحْ َم ِة َوقُلْ رَّبِّ ارْ َح ْمهُ َما َك َما َربَّ ٰينِ ْي‬ ْ ‫تَ ْنهَرْ هُ َما َوقُلْ لَّهُ َما قَوْ اًل َك ِر ْي ًما َو‬
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau
kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau
membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan
rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah,
“Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik
aku pada waktu kecil.” Surah Al-Isra`(17): 23-24.
Ayat ini menunjukkan bahwa peran seorang anak kepada orang tua adalah salah satu
dari penghambaan. Penting untuk dicatat bahwa ayat Al-Qur’an di atas dimulai
dengan perintah dari Allah, yang menunjukkan bahwa apa pun yang harus diikuti
adalah kewajiban dari Yang Maha Tinggi. Perintah pertama adalah Syahadat yang
menjadi Pilar Utama Islam. Kalimat tauhid yang pendek itulah yang menonjolkan
keyakinan teologis umat Islam, bahwa tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa
yang menciptakan Langit dan Bumi, dan memelihara ciptaan-Nya dan Nabi
Muhammad SAW adalah utusan terakhir.

Dengan pemahaman tersebut, maka tidak dapat dipisahkan bakti kepada orang tua
setelah menyembah Allah SWT. Al-Quran dengan tegas menggunakan perintah
dalam ayat ini untuk memberi pelajaran kepada para pembaca, segera setelah
menyebutkan poin teologis yang paling penting dalam agama, yaitu memerintahkan
berlaku adil dan penuh kasih kepada orang tua. Para ulama telah menyatakan bahwa
jika orang tua telah meninggal, maka anak bertanggung jawab untuk menjaga kerabat
terdekat orang tua mereka (bibi, paman), yang lanjut usia.

9
Dari Abdullah bin Amr bin al-‘Ash: Nabi SAW berkata, “Bukan lah hgolongan kami,
orang-orang yang tidak menunjukkan belas kasihan kepada anak-anak kita dan tidak
menyadari hak-hak orang yang lebih tua” (HR. Abu Daud). Apa hak-hak orang yang
lebih tua?

Seperti yang dinyatakan oleh ayat Al-Qur’an, adalah memperlakukan mereka dengan
baik, dan sikap hormat yang sepantasnya mereka terima. Jika diperluas perhatian
kepada orang tua sebagai balasan atas yang mereka lakukan saat seseorang masih
kecil, tidak hanya berlaku bagi kerabat, tetapi juga setiap orang tua muslim yang tidak
memilki kerabat, maka mereka menjadi tanggung jawab komunitas Muslim untuk
merawatnya.

Abu Hurairah RA, berkata Nabi SAW berkata, “Semoga dia dipermalukan! Semoga
dia dipermalukan! Semoga dia dipermalukan, yang orang tuanya, salah satu atau
keduanya, mencapai usia tua selama hidupnya, dan dia tidak masuk Jannah (dengan
berbakti kepada mereka)” (HR. Muslim).

2.3 Tafsir ayat ke 16 surah Asy Syuara

َ‫فَ ۡاتِيَا فِ ۡرع َۡونَ فَقُ ۡواَل ۤ اِنَّا َرس ُۡو ُل َربِّ ۡال ٰعلَ ِم ۡي ۙن‬
Faatiyaa Fir'awna faqoolaaa innaa Rasoolu Rabbil 'aalameen
maka datanglah kamu berdua kepada Fir‘aun dan katakan, “Sesungguhnya kami
adalah rasul-rasul Tuhan seluruh alam,
Pada ayat-ayat ini, Allah menegaskan kepada Musa a.s. bahwa semua yang
dikhawatirkannya itu tidak akan terjadi. Dia tidak akan dapat dibunuh oleh Fir'aun
karena Fir'aun tidak akan dapat berlaku sewenang-wenang terhadapnya. Adapun
permintaan Musa agar saudaranya, Harun, diangkat menjadi rasul telah dikabulkan
oleh Allah. Dengan begitu, perintah untuk pergi berdakwah kepada Fir'aun dan

10
kaumnya dibebankan kepada Musa dan Harun. Di dalam ayat lain, Allah menegaskan
bahwa permintaan Musa itu dikabulkan yaitu:

Dia (Allah) berfirman, "Sungguh, telah diperkenankan permintaanmu, hai Musa!


(thaha/20: 36).

Allah menceritakan kepergian Musa dan Harun menyeru Fir'aun dan kaumnya kepada
agama tauhid dengan membawa mukjizat yang akan menguatkan seruannya yaitu
tongkat Musa yang dapat menjadi ular, dan tangannya bila dimasukkan ke ketiaknya
akan menjadi putih bercahaya. Untuk menghilangkan segala was-was dan
kekhawatiran dalam hati Musa dan Harun, Allah menegaskan bahwa Ia selalu akan
mendengar dan memperhatikan apa yang akan terjadi di kala keduanya telah
berhadapan dengan Fir'aun. Hal ini dengan jelas diterangkan pada ayat lain yaitu:

Dia (Allah) berfirman, "Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku


bersama kamu berdua, Aku mendengar dan melihat. (thaha/20: 46).

Allah menyuruh Musa dan Harun agar mengatakan dengan tegas kepada Fir'aun
bahwa mereka datang menghadap kepadanya untuk menyampaikan bahwa mereka
berdua adalah rasul yang diutus Allah, Tuhan semesta alam, kepadanya dan kaumnya.
Selain itu keduanya harus meminta kepada Fir'aun agar membebaskan Bani Israil
yang telah diperbudak selama ini. Keduanya ingin membawa mereka kembali ke
tanah suci Baitul Makdis, tanah tumpah darah mereka, di mana nenek moyang
mereka semenjak dahulu kala telah berdiam di sana. Hal ini bertujuan agar mereka
dapat dengan bebas memeluk agama tauhid tanpa ada tekanan atau hambatan dari
siapa pun.

11
Dalam Tafsir al-Maragi diterangkan bahwa menurut riwayat, Bani Israil yang tinggal
di Mesir diperbudak oleh Fir'aun dan kaumnya dalam waktu yang lama, yaitu selama
400 tahun. Fir'aun memang sangat berkuasa dan berbuat sewenang-wenang terhadap
rakyatnya, terutama Bani Israil. Menurut al-Qurtubi, sebagaimana dikutip oleh al-
Maragi, Musa dan Harun harus menunggu satu tahun untuk dapat menghadap Fir'aun.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Jika Allah swt mendidik MakhlukNya dengan kasih sayang, maka seharusnya
seorang pendidik juga mendidik peserta didiknya dengan kasih sayang, memberikan
pengetahuan dengan bimbingan yang baik, mengajarkan moral dan akhlak sesuai
tuntunan Islam dan tauladan yang baik, sehingga dengan demikian Peserta didik akan
terbentuk menjadi peserta didik yang berakhlakul karimah, berpotensi dalam
pengetahuan dan menjadi intelektual muslim yang beriman dan bertaqwa hanya
kepada Allah swt.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://tafsiralquran.id/tafsir-surat-al-fatihah-ayat-2-3/
https://tafsiralquran.id/surah-al-isra-ayat-23-24-etika-dalam-merawat-orang-tua/
https://tafsiralquran-id.cdn.ampproject.org/v/s/tafsiralquran.id/mengulik-makna-
tarbiyah-dalam-pendidikan-islam/amp/?
amp_gsa=1&amp_js_v=a9&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#amp_tf=Dari%20%251%24s&aoh=16755279247896&csi=1&referrer=https
%3A%2F%2Fwww.google.com&ampshare=https%3A%2F%2Ftafsiralquran.id
%2Fmengulik-makna-tarbiyah-dalam-pendidikan-islam%2F
https://www.anekamakalah.com/2014/01/pengertian.tarbiyah.dalam.pendidikan-
islam.html?m=1
https://m-kumparan-com.cdn.ampproject.org/v/s/m.kumparan.com/amp/berita-hari-
ini/pengertian-tarbiyah-berdasarkan-alquran-dan-hadist-beserta-macam-macamnya-
1wgC5dwaxwM?
amp_gsa=1&amp_js_v=a9&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#amp_tf=Dari%20%251%24s&aoh=16755279247896&csi=1&referrer=https
%3A%2F%2Fwww.google.com&ampshare=https%3A%2F%2Fkumparan.com

13
%2Fberita-hari-ini%2Fpengertian-tarbiyah-berdasarkan-alquran-dan-hadist-beserta-
macam-macamnya-1wgC5dwaxwM

14

Anda mungkin juga menyukai