Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“Tafsir Ayat Al-Quran tentang Subyek Pendidikan Guru/Pendidik”

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stuktur

Mata Kuliah Tafsir Tarbawi II

Dosen Pengampu: Dede Darisman, M.Pd.I.

DISUSUN OLEH :

Anas Nasrulloh

Dian Hidayat

Esa Kurniawati

INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM (IAID) CIAMIS


FAKULTAS TARBIYYAH PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

Jl. Kiyai Ahmad Fadil No.8 Ciamis 46276


Tlp./Fax. : (0265)774376; email : darussalam@gmail.com
Homepage : www.iaid.ac.id

I
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur mari kita panjatkan ke hadirat Allah SWT.,
karena atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
sebagai salah satu tugas stuktur mata kuliah Tafsir Tarbawi II.
Sholawat beserta salam semoga selamanya tercurah limpahkan
kepada baginda alam yakni Nabi Muhammad SAW., beserta para
keluarganya, para sahabatnya, para tabi‟in dan tabi‟atnya serta sampai
kepada kita selaku umatnya. Mudah-mudahan di yaumil akhir, kita semua
mendapat syafaat darinya. Aamiin.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dede Darisman, M.Pd.I.


Selaku dosen mata kuliah Tafsir Tarbawi II yang telah mengajar dan
membimbing penulis bersama dengan mahasiswa/i lainnya sehingga dapat
memahami saat pembelajaran dilaksanakan.

Penulis memahami bahwa dalam pembuatan makalah ini masih


terdapat kekurangan. Untuk itu, penulis meminta maaf apabila terdapat
kekurangan dalam pembuatan makalah ini, baik dari segi tata cara
pembuatannya, segi materinya maupun hal lainnya. Mudah-mudahan
makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis pribadi dan
umumnya bagi semua orang yang membaca makalah ini serta dapat
dijadikan referensi untuk pembuatan makalah lainnya di masa yang akan
datang.

Ciamis, Oktober 2022

Penulis.

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................... I


DAFTAR ISI ....................................................................................... II
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ........................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................... 2
A. Subyek Pendidikan ...................................................................... 2
B. Q.S. Ar-Rahman 1-4 ................................................................... 3
C. Q.S. An-Najm 5-6 ....................................................................... 7
BAB III PENUTUP ............................................................................ 11
A. Kesimpulan ................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 12

III
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan adalah suatu usaha memperlakukan manusia untuk mencapai


suatu tujuan. Perlakuan itu akan manusiawi bila mempertimbangkan kapasitas dan
potensi yang ada pada manusia. Suatu usaha yang tidak memiliki tujuan tidak
akan ada artinya. Ibarat orang yang melakukan perjalanan tanpa mengetahui arah,
hasilnya tidak lebih dari pengalaman selama perjalanan.

Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan jelas
mempunyai tujuan. Sehingga diharapkan dalam penerapannya tidak kehilangan
arah dan pijakan. Dalam perkembangannya, teori-teori tentang tujuan pendidikan
Islam mendapat perhatian yang cukup besar dari para ahli pendidikan.

Banyak sekali ayat Al-Qur'an yang membahas dan menjelaskan Subyek


Pendidikan. Sebagai contoh beberapa ayat yang akan dibahas dalam tulisan ini.

B. RUMUSAN MASALAH

a. Apa Subyek Pendidikan Menurut Q.S. Ar-Rahman 1-4 ?


b. Apa Subyek Pendidikan Menurut Q.S. An-Najm 5-6 ?

C. TUJUAN MASALAH

a. Untuk mengetahui Subyek Pendidikan Menurut Q.S. Ar-Rahman 1-4


b. Untuk mengetahui Subyek Pendidikan Menurut Q.S. An-Najm 5-6

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Subyek Pendidikan
1. Pengertian subyek pendidikan
Subjek pendidikan adalah orang ataupun kelompok yang bertanggung jawab
dalam memberikan pendidikan, sehingga materi yang diajarkan atau yang
disampaikan dapat dipahami oleh objek pendidikan.
Subjek pendidikan sangat berpengaruh sekali kepada keberhasilan atau
gagalnya pendidikan. Subjek pendidikan adalah orang ataupun kelompok yang
bertanggung jawab dalam memberikan pendidikan, sehingga materi yang
diajarkan atau yang disampaikan dapat dipahami oleh objek pendidikan. Subjek
pendidikan yang dipahami kebanyakan para ahli pendidikan adalah Orang tua,
guru-guru di institusi formal (disekolah) maupun non formal dan lingkungan
masyarakat, sedangkan pendidikan pertama ( tarbiyatul awwal) yang kita pahami
selama ini adalah rumah tangga (orang tua). Sebagai seorang muslim kita harus
menyatakan bahwa pendidik pertama manusia adalah Allah yang kedua adalah
Rasulullah. Sebagaimana dapat kita lihat dalam surat al-„Alaq : 4-5 : "Yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya."
Dari penjelasan di atas kita dapat menarik kesimpulan bahwa subjek
pendidikan adalah seseorang atau sesuatu yang telah mengajarkan kita ilmu.
Seseorang ini bukan hanya seorang guru tapi siapapun atau apapun yang dapat
mengajari kita. Pendidikan yang pertama kali terjadi dalam ruang lingkup yang
sangat sederhana yaitu keluarga. Subjek pendidikannya adalah orang tua, terutama
ibu. Kita dapat memperoleh ilmu dari mana saja, seperti lingkungan, masyarakat,
alam, dan semua ciptaan Allah SWT. Kita dapat membedakan pendidik itu
menjadi dua kategori yaitu:
1) Pendidik menurut kodrat, yaitu orang tua
Orang tua sebagai pendidik menurut kodrat adalah pendidik pertama dan
utama, karena secara kodrat anak manusia dilahirkan oleh orang tuanya (ibunya)
dalam keadaan tidak berdayam hanya dengan pertolongan dan layanan orang tua

2
(terutama ibu) bayi (anak manusia) itu dapat hidup dan berkembang semakin
dewasa.
Hubungan orang tua dengan anaknya dalam hubungan edukatif,
mengandung dua unsur dasar, yaitu:
a. Unsur kasih sayang pendidik terhadap anak
b. Unsur kesadaran dan tanggung jawab dari pendidik untuk menuntun
perkembangan anak.
2) Pendidik menurut jabatan
Guru adalah pendidik kedua setelah orang tua. Mereka tidak bisa disebut
secara wajar dan alamiah menjadi pendidik, karena mereka mendapat tugas dari
orang tua, sebagai pengganti orang tua. Mereka menjadi pendidik karena
profesinya menjadi pendidik, guru di sekolah misalnya. Dalam Undang-undang
Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, guru adalah pendidk profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai dan mengevaluasi peserta didik, pada pendidikan anak usia dini, jalur
pendidikan formanl, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru berfungsi
sebagai pendidik di samping sebagai pengajar. Guru membentuk sikap siswa,
bahwa guru menjadi contoh atau teladan bagi siswa-siswanya. Hal itu tidak
mungkin kalau guru hanya bertuigas mengajar saja
B. Q.S Ar-Rahman Ayat 1-4
﴾٤﴿ َ‫﴾ َعلَّ َمهُ ا ْلبَيَان‬٣﴿ َ‫اْلوسَان‬
ِْ ‫ق‬َ َ‫﴾ َخل‬٢﴿ َ‫﴾ َعلَّ َم ا ْلقُرْ آن‬١﴿ ُ‫الرَّحْ َمه‬
1) (Tuhan) Yang Maha Pemurah,
2) Yang telah mengajarkan Al Qur'an.
3) Dia menciptakan manusia,
4) Mengajarnya pandai berbicara. (Q.S Ar-Rahman : 1-4)[1]
1. Mufradat (Kosa Kata) Q.S Ar-Rahman Ayat 1-4.
haru eaYa aM gnaY : ‫الرَّحْ َمه‬
haru QMlaY Mruaaanear al tgnnar : َ‫َعلَّ َم ا ْلقُرْ آن‬
َ َ‫َخل‬
eMratpQaear : ‫ق‬
ِْ
eargnta : َ‫اْلوسَان‬
eMruaaanr a parpat jMnjtaana : َ‫َعلَّ َمهُ ا ْلبَيَان‬
2. Penafsiran Q.S Ar-Rahman Ayat 1-4

3
a. Tafsir Ar – Rahman Ayat 1
Dalam penafsiran Surat Ar – Rahman ayat 1 ( ‫ )الرحمه‬ar-Rahman secara
panjang lebar telah dikemukakan oleh penulis antaralain ketika menafsirkan surat
al-Fatihah dan al-Furqan. Rujukan ke sana! Dalam konteks ayat ini dapat
ditambahkan bahwa kaum musyrikin mekah tidak mengenal siapa ar-Rahman
sebagaimana pengakuan mereka yang direkam oleh Qs. Al-Furqon [25] : 60.
Dimulainya surat ini dengan kata tersebut bertujuan juga mengundang rasa ingin
tahu mereka dengan harapan akan tergugah untuk mengakuan nikmat-nikmat dan
beriman kepada-Nya.Di sisi lain, penggunaan kata rerbut di sini
sambilmenguraikan nikmat-nikmat-Nya, merupakan juga bantahan terhadap
merka yang enggan mengakui-Nya itu.

Arti Ar-Rahman adala amat luas. Kalimat dalam pengambilannya ialah


Rahmat. Yang berarti kasih, sayang, cinta pemurah. Dia meliputi kepada segala
segi dari kehidupan manusia dan terbentang di dalam segala makhluk yang wujud
dalam dunia ini. Didalam ayat-ayat al-Qur‟an kita akan bertemu dengan ayat-ayat
yang menyebutkan Ragmat Allah, tidak kurang daripada 60 kali, rahim sampai
100.

Maka apabila kita perhatikan al-Qur‟an dengan seksama,kita akan bertemu


hampir pada tiap-tiap halaman, kalimat-kalimat Rahman, Rahim, Rahmat,
Rahmati, Rahimi, Ruhamaak, Arhaman, al-Arhaam, yang semuanya itu
mengandung arti akan kasih, sayang, pemurah, kesetiaan dan lain-lain. Artinya
pada sifat-sifat yang lain, misalnya sifat santun, sifat Afuwwun (pemaaf), sifat
Ghoffur (pengampun) dan lain-lain, didalamnya kalu kita renungkan, akan
bertemu kasih-sayang tuhan, kemurahan tuhan, dermawan Tuhan.

b. Tafsir Ar- Rahman ayat 2

Kata ‫( عَلَّ َم‬Telah mengajarakan) memerlukan dua objek. Banyak ulama yang
menyebutkan objeknya adalah kata (‫ )اْلوسان‬manusia yang diisyaratkan oleh ayat
berikutnya. Thabathabai menambahkan bahwa jin juga trmasuk, kerena surat
tersebut ditunjukan kepada manusia dan jin. Menurut Penulis, bisa saja objeknya
mencakup selain kedua jenis tersebut. Melaikt jibrilyang menerima dari Allah
wahyu-wahyu al-Qur‟an untuk disampaikan kepada Rasul Saw., termasuk yang

4
diajarnya, karena bagaimana mungkin malaikat itu dapat menyampaikan bahkan
mengajarkan firman Allah itu kepad Nabi Muhhammad Saw. Kalau malaikat itu
sendiri tidak memperoleh pengajaran Allah SWT, disisilain, tidak disebutkannya
objek kedua dari kata tersebut, mengisyaratkan bahwa ia bersifat umum dan
mencakup segala sesuatu yang dapatr dijangkau oleh pengajaran-Nya.

Al-Qur‟an adalah firman-firman Allah yang disampaikan oleh malaikat


Jibril kepada Nabi Muhammad saw. Dengan lafal dan maknanya yang beribadah
siapa yang membacanya, dan menjadi bukti kebenaran mukjizat Nabi Muhammad
saw. Dan inilah salah satu dari Rahman, atau kasih sayang dari Allah kepad
manusia,yaitu diajarkan kepada manusia itu al-Qur‟an

c. Tafsir Ayat 3 Surat Ar-Rahman

papa a aQ trt Mraae )‫ (ا ْْل ْو َسىا‬aru eMratpQaear eargnta( gaQa( ‫ق ْاْل ْو َسه‬
َ َ‫َخل‬
nM ga aMrtn argnta nMaae apa Ytruua aeYnt aa ar. Penciptaan manusia pun
satu diantara tanda Rahman Tuhan kepada alam ini. Sebab dantara bagitu banyak
makluk Ilahi didalam alam, mausia satu-satunya makhluk paling mulia.
d. Tafsir ar-Rahman ayat 4.

َ‫( َعلَّ َمهُ ا ْل َبيَان‬mengajarnya berbicara), Al-Hasam mengatakan, “yang dimaksud


dengan dengan albayan ialah pengujaran, yaitu membaca al-Qur‟an. Pembacaan
itu dengan memudahkan pengujaran kepada hamba-hambaNya dan memudahkan
dalam mengartikulasikan huruf-huruf dari daerah-daerah artikulator, yaitu
tenggorakan, lidah, dan bibir sesuai dengan keragaman artikulasi dan jenis huruf.

Sedangkan dalam Tafsir al-Misbah kata al-bayar pada mulanya berarti jelas.
Kata tersebut di sini dipahami oleh Thabathaba‟i dalam arti “potensi
mengungkap” yakni kalam/ucapan yang dengannya dapat terungkap apa yang
terdapat dalam benak. Lebih lanjut ulama ini menyatkan bahwa kalam bukan
skedar mewujudkan suara dengan menggunakan rongga dada, tali suara dan
kerongkongan. Bukan juga hanya dalam keanekaragaman suara yang keluar dari
kerongkongan karena perbedaan makharij al-hrurf dari mulut, tetapi juga bahwa
Allah yang maha Esa menjadikan manusia dengan mengilhaminya mampu
memahami makna suara yang keluar itu, yang dengannya dia dapat menghadirkan

5
sesuatu dari alam nyata ini, berapapun besar atau kecilnya yang wujud yang
berkaitan dengan masa laumpau atau datang, dan menghadirkan dalam benaknya
hal-hal yang abstrak yang dapat dijangkau oleh manusia dengan pikirannya walau
tidak dijangkau dengan indra.
3. Keterkaitan dengan Kependidikan
Kandungan Hukum dalam Surat ar-Rahman ayat 1-4 , dari ayat pertama (
‫ )الرحمه‬ar-Rahman, yang memiliki arti pengasih kepada makhluknya tanpa
keterkecuali baik kepada yang beriman maupun yang mengingkarinya, disini jika
dikaitkan dengan pendidikan adalah kita sebagai pendidik harus memilik sifat
yang pengasih tanpa pengecualian baik kepada yang pintar, pendiam, dan yang
nakal. Kita harus menyayanginya tanpa pandang bulu.

Ini menunjukan bahwa seorang guru harus terlebih dahulu mempersiapkan


Qur‟an, dalam konteks ini qur‟an diterjemahkan dengan materi pelajaran, sebelum
guru berada dihadapan siswa. guru harus terlebih dahulu mempersiapkan dalam
artian menguasai, memahami materi yang akan disampaikan kepada siswa.
sehingga seorang guru dapat maksimal mentransfer ilmunya kepada siswa.

Khalaqal Insan Menciptakan Manusia. Menilik tujuan utama dari


pendidikan adalah mencetak manusia yang sempurna, yang berpengetahuan,
berakhlak dan beradab. tentu tidak ada manusia yang sempurna, namun berusaha
menjadi manusia yang sempurana adalah suatu kewajiban. Seorang guru apapun
materi yang ia ajarkan hendaknya mengarahkan siswanya menjadi manusia yang
berpengetahuan, beradab dan bermartabat yang berujung kepada ketaqwaan
kepada Yang Maha Esa. bukan hanya mengarahkan pada aspek prestasi saja.

Allamahul Bayan Mengajarkan Dengan Jelas. Ayat ini kaitannya dengan


proses pendidikan adalah seorang guru apapun pelajaran yang disampaikan,
sampaikanlah dengan sejelas-jelasnya, sampai pada tahap seorang siswa benar-
benar faham. jangan sampai seorang siswa belum betul-betul faham pada materi
yang diajarkan sudah pindah kemateri yang lain. banyak kasus di negeri ini, demi
mengejar target pencapaian kurikulum,prinsip memberi kefahaman diabaikan,
efeknya kita tahu semua.

6
C. Surat An-Najm 5-6
﴾٦﴿ ‫﴾ ُذو ِم َّر ٍة فَا ْستَ َوى‬٥﴿ ‫َعلَّ َمهُ َش ِدي ُد ا ْلقُ َوى‬

"Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat. Yang mempunyai
keteguhan, maka (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli (rupa yang
bagus dan perkasa)." (QS. An-Najm 5-6)

1. Penafsiran
a. Allah SWT Secara tidak langsung, bahwasannya Allah SWT sebagai Subyek
pendidik yang paling utama, dengan alasan, bahwasannya malaikat jibril
tidaklah akan mempunyai jiwa dan fisik yang kuat serta akal yang cerdas
tanpa ada yang memberi kemampuan. Sifat seperti itu hanya dimiliki oleh
Dzat yang maha sempurna yaitu Allah SWT. Menurut hemat kami,
bahwasannya tidaklah mungkin jibril memiliki hal tersebut, sebelum
mendapatkan pengajaran terlebih dahulu dari Allah SWT.
b. Malaikat Jibril Dengan jelas ayat diatas menyatakan bahwa, malaikat jibril
merupakan subyek (perantara) dalam menyampaikan wahyu yang dibawanya
dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW, dengan dibekali jiwa yang
kuat serta akal yang cerdas, sehingga mampu bukan hanya menyampaikan
wahyu, tetapi juga mengajarkannya kepada Nabi SAW.
c. Manusia (Nabi Muhammad)
Rasullullah sebagai subyek pendidik, karena dalam hal ini Rasulullah
bertindak sebagai penerima wahyu (Al-Qur‟an), sekaligus bertugas untuk
menyampaikan petunjuk-petunjuk tersebut, menyucikan dan mengajarkan
manusia menuju arah yang benar sesuai dengan Syari‟at yang dibawanya,
yaitu Islam.
Kata (‫„ )علّمه‬allamahu/ diajarkan kepadanya bukan berarti bahwa wahyu
tersebut bersumber dari malaikat jibril. Seorang yang mengajar tidak mutlak
mengajarkan sesuatu yang bersumber dari sang pengajar. Bukankah kita mengajar
anak kita membaca, padahal sering kali bacaan yang diajarkan itu bukan karya
kita. Menyampaikan atau menjelaskan sesuatu secara baik dan benar adalah salah
satu bentuk pengajaran. Malaikat menerima wahyu dari Allah dengan tugas
menyampaikannya secara baik dan benar kepada Nabi saw., dan itulah yang
dimaksud dengan pengajaran disini.

7
Kata (‫ )م ّرة‬mirrah terambil dari kalimat (‫ )الحبل أمرت‬amrartu al-habla yang
berarti melilitkan tali guna menguatkan sesuatu. Kata (‫ )مرّ ة ذو‬dzu mirrah
digunakan untuk menggambarkan kekuatan nalar dan tingginya kemampuan
seseorang. Al-Baqa‟i memahaminya dalam arti ketegasan dan kekuatan yang luar
biasa untuk melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya tanpa sedikit pun
mengarah kepada tugas selainnya disertai dengan keikhlasan penuh. Ada juga
yang memahaminya dengan kekuatan fisik, akal, nalar.[2] Penjelasan lain dari
kata Dzu mirrah adalah yang mempunyai kecerdasan akal. Sifat Jibril yang
pertama menggambarkan tentang betapa kuat pikiran dan betapa nyata pengaruh-
pengaruhnya yang mengagumkan. Kesimpulannya, bahwa Jibril memiliki
kekuatan-kekuatan pikiran,dan kekuatan-kekuatan tubuh. Sebagaimana telah
diriwayatkan bahwa ia pernah mencukil kaum luth dari laut hitam yang waktu itu
berada dibawah tanah, lalu memanggulnya pada kedua sayap dan diangkatnya dari
negeri itu ke langit, kemudian dibalikkan. Pernah pula ia berteriak kepada kaum
Tsamud, sehingga mereka meti semua.

Ayat tersebut merupakan jawaban dari perkataan mereka yang mengatakan


bahwa Muhammad itu hanyalah tukang dongeng yang mendongengkan dongeng-
dongengan(legenda-legenda orang terdahulu).

Penjelasan lain tentang wahyu yang diterima nabi Muhammad Saw.adalah


bahwasannya yang mengajarkan wahyu itu kepada beliau adalah makhluk yang
sangat kuat. Ibnu katsir dalam tafsirnya bahwa yang dimaksud dengan yang
sangat kuat itu adalah malaikat Jibril. “Yang mempunyai keteguhan”(pangkal ayat
6), Mujahid, Al-Hasan dan Ibnu Zaid memberi arti: “yang mempunyai
keteguhan”. Ibnu Abbas memberi arti: “yang mempunyai rupa yang elok”.
Qatadah memberi arti: “yang mempunyai bentuk badan yang tinggi bagus.” Ibnu
katsir ketika memberi arti berkata: “tidak ada perbedaan dalam arti yang
dikemukakan itu. Karena malaikat Jibril itu memeng bagus dipandang mata dan
mempunyai kekuatan luar biasa. Lanjutan ayat ialah: fastawa, yang artinya: yang
menampakkan diri yang asli.”(ujung ayat 6)

Menurut riwayat dari Ibnu Abi Hatim yang diterimanya dari Abdullah bin
Mas‟ud, bahwasannya raulullah itu melihat rupanya yang asli itu dua kali. Yang

8
pertama adalah ketika Rasulullah Saw.meminta kepada Jibril supaya sudi
memperlihatkan diri menurut rupanya yang asli. Lalu kelihatanlah dia dalam
keasliannya itu memenuhi ufuk. Yang kedua adalah ketika dia memperlihatkan
diri dalam keadaannya yang asli itu, ketia Jibril akan menemani beliau pergi Isra‟
dan Mi‟raj. Dalam pernyataan diri dari keasliannya itu, Nabi melihatnya dengan
sayap yang sangat banyak, yakni 600 sayap.

Kaitannya dengan judul makalah kami yakni subyek pendidikan, yang


dimaksud pengajar atau yang menjadi subyek disini adalah Malaikat Jibril, bukan
berarti bahwa wahyu tersebut bersumber dari Malaikat Jibril. Seseorang yang
mengajar tidak mutlak mengajarkan sesuatu yang bersumber dari sang pengajar.
Bukankah kita mengajar seorang anak membaca, padahal bacaan itu juga bukan
merupakan karya kita? Menyampaikan sesuatu secara baik dan benar adalah satu
bentuk pengajaran. Malaikat menerima wahu dari Allah dengan tugas
menyampaikannya secara baik dan benar kepada Nabi Muhammad Saw., dan
itulah yang dimaksud pengajaran disini.

Sedangkan jika dikaitkan dengan pengajar atau pendidik yakni seorang guru,
maka dapat di ambil beberapa kriteria guru yakni diantaranya adalah seorang guru
itu harus mempunyai kekuatan, baik kekuatan secara jasmani maupun rohani.
Kekuatan jasmani yakni berupa totalitas dalam mengajar, penampilan dan
perilaku yang baik,karena perilaku kita akan dijadikan cerminan oleh murid-murid
kita.

Sedangkan yang dimaksud dengan kekuatan rohani yakni cerdas aqliyah


maupun fi‟liyah, kesungguhan dalam menyampaikan mata pelajaran kepada anak
didik, serta kesabaran dalam mendidik dan menanamkan akhlakul karimah kepada
peserta didik.

2. Nilai-nilai Pendidikan
Jika ayat diatas kita kaitkan dengan nilai-nilai pendidikan, maka akan
mengandung beberapa hal, yaitu :
a. Wahyu yang dibawa oleh Jibril (Al-Qur‟an), yaitu sebagai pedoman hidup
manusia, serta menjadikannya petunjuk dan pelajaran bagi manusia, sehingga
manusia bisa menjalankan misinya dengan baik yaitu mengemban amanat

9
Allah SWT sebagai kholifah dimuka bumi. Seperti yang dijelaskan dalam
ayat 30 surat Al-Baqarah: Sesungguhnya aku hendaki menjadikan seorang
khalifah dimuka bumi, dan surat Hud ayat 61 ; Dia (Allah) Telah
menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya….
Artinya, manusia yang dijadikan khalifah itu bertugas memakmurkan atau
membangun bumi ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan oleh yang
menugaskan (Allah) yang telah tertuang dalam Al-Qur‟an.
b. Dengan jiwa yang kuat serta akal yang sehat, manusia akan bisa menjalankan
fungsinya dengan baik, baik secara fertikal maupun horisontal. Dengan
mempunyai jiwa dan akal yang cerdas maka akan bisa menghasilkan ilmu,
kesucian dan etika, sedangkan dengan kondisi yang kuat, akan menghasilkan
jasmani yang terampil. Dengan menggabungkan ketiga unsur tersebut,
terciptalah makhluk dwidimensi dalam satu keseimbangan, dunia dan akherat,
ilmu dan iman. Itu sebabnya dalam pendidikan islam dikenal istilah adab al-
din dan adab al-dunya.
c. Pelajaran untuk tidak bersifat lemah, bodoh, serta selalu mengkaji ilmu, baik
yang berhubungan dengan agama maupun yang berhubungan dengan dunia.
d. Tidaklah ada batasan ilmu yang dipelajarinya, untuk mencapai keseimbangan
yang tersebut diatas.
e. Dalam penyajian materi pendidikan, peran akal sangatlah penting untuk bisa
memahami Al-Qur‟an, sehingga manusia merasa berperan dalam menemukan
hakikat materi yang disajikan itu sehingga merasa memiliki dan bertanggung
jawab untuk membelanya.
f. Dalam mengajar disarankan untuk saling berhadap-hadapan, karena dengan
ini akan mempermudah bagi si murid untuk menerima ilmu.

10
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Subjek pendidikan adalah seseorang atau sesuatu yang telah mengajarkan


kita ilmu. Seseorang ini bukan hanya seorang guru tapi siapapun atau apapun
yang dapat mengajari kita. Pendidikan yang pertama kali terjadi dalam ruang
lingkup yang sangat sederhana yaitu keluarga. Subjek pendidikannya adalah orang
tua, terutama ibu.

11
Daftar Pustaka
Al-Maraghi, Ahmad Musthafa, Tafsir Al-Maraghi , Jilid XXVII , (Semarang: CV
Toha Putra, 1989).
Al-Maraghi, Ahmad Musthafa, Tafsir Al-Maraghi, Jilid XXVIII , (Semarang : CV
Toha Putra , 1989).
Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Jakarta : RINEKA CIPTA.
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah volume 13, Jakarta: Lentera Hati, 2007.

12

Anda mungkin juga menyukai