DISUSUN OLEH :
Anas Nasrulloh
Dian Hidayat
Esa Kurniawati
I
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur mari kita panjatkan ke hadirat Allah SWT.,
karena atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
sebagai salah satu tugas stuktur mata kuliah Tafsir Tarbawi II.
Sholawat beserta salam semoga selamanya tercurah limpahkan
kepada baginda alam yakni Nabi Muhammad SAW., beserta para
keluarganya, para sahabatnya, para tabi‟in dan tabi‟atnya serta sampai
kepada kita selaku umatnya. Mudah-mudahan di yaumil akhir, kita semua
mendapat syafaat darinya. Aamiin.
Penulis.
II
DAFTAR ISI
III
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan jelas
mempunyai tujuan. Sehingga diharapkan dalam penerapannya tidak kehilangan
arah dan pijakan. Dalam perkembangannya, teori-teori tentang tujuan pendidikan
Islam mendapat perhatian yang cukup besar dari para ahli pendidikan.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN MASALAH
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Subyek Pendidikan
1. Pengertian subyek pendidikan
Subjek pendidikan adalah orang ataupun kelompok yang bertanggung jawab
dalam memberikan pendidikan, sehingga materi yang diajarkan atau yang
disampaikan dapat dipahami oleh objek pendidikan.
Subjek pendidikan sangat berpengaruh sekali kepada keberhasilan atau
gagalnya pendidikan. Subjek pendidikan adalah orang ataupun kelompok yang
bertanggung jawab dalam memberikan pendidikan, sehingga materi yang
diajarkan atau yang disampaikan dapat dipahami oleh objek pendidikan. Subjek
pendidikan yang dipahami kebanyakan para ahli pendidikan adalah Orang tua,
guru-guru di institusi formal (disekolah) maupun non formal dan lingkungan
masyarakat, sedangkan pendidikan pertama ( tarbiyatul awwal) yang kita pahami
selama ini adalah rumah tangga (orang tua). Sebagai seorang muslim kita harus
menyatakan bahwa pendidik pertama manusia adalah Allah yang kedua adalah
Rasulullah. Sebagaimana dapat kita lihat dalam surat al-„Alaq : 4-5 : "Yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya."
Dari penjelasan di atas kita dapat menarik kesimpulan bahwa subjek
pendidikan adalah seseorang atau sesuatu yang telah mengajarkan kita ilmu.
Seseorang ini bukan hanya seorang guru tapi siapapun atau apapun yang dapat
mengajari kita. Pendidikan yang pertama kali terjadi dalam ruang lingkup yang
sangat sederhana yaitu keluarga. Subjek pendidikannya adalah orang tua, terutama
ibu. Kita dapat memperoleh ilmu dari mana saja, seperti lingkungan, masyarakat,
alam, dan semua ciptaan Allah SWT. Kita dapat membedakan pendidik itu
menjadi dua kategori yaitu:
1) Pendidik menurut kodrat, yaitu orang tua
Orang tua sebagai pendidik menurut kodrat adalah pendidik pertama dan
utama, karena secara kodrat anak manusia dilahirkan oleh orang tuanya (ibunya)
dalam keadaan tidak berdayam hanya dengan pertolongan dan layanan orang tua
2
(terutama ibu) bayi (anak manusia) itu dapat hidup dan berkembang semakin
dewasa.
Hubungan orang tua dengan anaknya dalam hubungan edukatif,
mengandung dua unsur dasar, yaitu:
a. Unsur kasih sayang pendidik terhadap anak
b. Unsur kesadaran dan tanggung jawab dari pendidik untuk menuntun
perkembangan anak.
2) Pendidik menurut jabatan
Guru adalah pendidik kedua setelah orang tua. Mereka tidak bisa disebut
secara wajar dan alamiah menjadi pendidik, karena mereka mendapat tugas dari
orang tua, sebagai pengganti orang tua. Mereka menjadi pendidik karena
profesinya menjadi pendidik, guru di sekolah misalnya. Dalam Undang-undang
Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, guru adalah pendidk profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai dan mengevaluasi peserta didik, pada pendidikan anak usia dini, jalur
pendidikan formanl, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru berfungsi
sebagai pendidik di samping sebagai pengajar. Guru membentuk sikap siswa,
bahwa guru menjadi contoh atau teladan bagi siswa-siswanya. Hal itu tidak
mungkin kalau guru hanya bertuigas mengajar saja
B. Q.S Ar-Rahman Ayat 1-4
﴾٤﴿ َ﴾ َعلَّ َمهُ ا ْلبَيَان٣﴿ َاْلوسَان
ِْ قَ َ﴾ َخل٢﴿ َ﴾ َعلَّ َم ا ْلقُرْ آن١﴿ ُالرَّحْ َمه
1) (Tuhan) Yang Maha Pemurah,
2) Yang telah mengajarkan Al Qur'an.
3) Dia menciptakan manusia,
4) Mengajarnya pandai berbicara. (Q.S Ar-Rahman : 1-4)[1]
1. Mufradat (Kosa Kata) Q.S Ar-Rahman Ayat 1-4.
haru eaYa aM gnaY : الرَّحْ َمه
haru QMlaY Mruaaanear al tgnnar : ََعلَّ َم ا ْلقُرْ آن
َ ََخل
eMratpQaear : ق
ِْ
eargnta : َاْلوسَان
eMruaaanr a parpat jMnjtaana : ََعلَّ َمهُ ا ْلبَيَان
2. Penafsiran Q.S Ar-Rahman Ayat 1-4
3
a. Tafsir Ar – Rahman Ayat 1
Dalam penafsiran Surat Ar – Rahman ayat 1 ( )الرحمهar-Rahman secara
panjang lebar telah dikemukakan oleh penulis antaralain ketika menafsirkan surat
al-Fatihah dan al-Furqan. Rujukan ke sana! Dalam konteks ayat ini dapat
ditambahkan bahwa kaum musyrikin mekah tidak mengenal siapa ar-Rahman
sebagaimana pengakuan mereka yang direkam oleh Qs. Al-Furqon [25] : 60.
Dimulainya surat ini dengan kata tersebut bertujuan juga mengundang rasa ingin
tahu mereka dengan harapan akan tergugah untuk mengakuan nikmat-nikmat dan
beriman kepada-Nya.Di sisi lain, penggunaan kata rerbut di sini
sambilmenguraikan nikmat-nikmat-Nya, merupakan juga bantahan terhadap
merka yang enggan mengakui-Nya itu.
Kata ( عَلَّ َمTelah mengajarakan) memerlukan dua objek. Banyak ulama yang
menyebutkan objeknya adalah kata ( )اْلوسانmanusia yang diisyaratkan oleh ayat
berikutnya. Thabathabai menambahkan bahwa jin juga trmasuk, kerena surat
tersebut ditunjukan kepada manusia dan jin. Menurut Penulis, bisa saja objeknya
mencakup selain kedua jenis tersebut. Melaikt jibrilyang menerima dari Allah
wahyu-wahyu al-Qur‟an untuk disampaikan kepada Rasul Saw., termasuk yang
4
diajarnya, karena bagaimana mungkin malaikat itu dapat menyampaikan bahkan
mengajarkan firman Allah itu kepad Nabi Muhhammad Saw. Kalau malaikat itu
sendiri tidak memperoleh pengajaran Allah SWT, disisilain, tidak disebutkannya
objek kedua dari kata tersebut, mengisyaratkan bahwa ia bersifat umum dan
mencakup segala sesuatu yang dapatr dijangkau oleh pengajaran-Nya.
papa a aQ trt Mraae ) (ا ْْل ْو َسىاaru eMratpQaear eargnta( gaQa( ق ْاْل ْو َسه
َ ََخل
nM ga aMrtn argnta nMaae apa Ytruua aeYnt aa ar. Penciptaan manusia pun
satu diantara tanda Rahman Tuhan kepada alam ini. Sebab dantara bagitu banyak
makluk Ilahi didalam alam, mausia satu-satunya makhluk paling mulia.
d. Tafsir ar-Rahman ayat 4.
Sedangkan dalam Tafsir al-Misbah kata al-bayar pada mulanya berarti jelas.
Kata tersebut di sini dipahami oleh Thabathaba‟i dalam arti “potensi
mengungkap” yakni kalam/ucapan yang dengannya dapat terungkap apa yang
terdapat dalam benak. Lebih lanjut ulama ini menyatkan bahwa kalam bukan
skedar mewujudkan suara dengan menggunakan rongga dada, tali suara dan
kerongkongan. Bukan juga hanya dalam keanekaragaman suara yang keluar dari
kerongkongan karena perbedaan makharij al-hrurf dari mulut, tetapi juga bahwa
Allah yang maha Esa menjadikan manusia dengan mengilhaminya mampu
memahami makna suara yang keluar itu, yang dengannya dia dapat menghadirkan
5
sesuatu dari alam nyata ini, berapapun besar atau kecilnya yang wujud yang
berkaitan dengan masa laumpau atau datang, dan menghadirkan dalam benaknya
hal-hal yang abstrak yang dapat dijangkau oleh manusia dengan pikirannya walau
tidak dijangkau dengan indra.
3. Keterkaitan dengan Kependidikan
Kandungan Hukum dalam Surat ar-Rahman ayat 1-4 , dari ayat pertama (
)الرحمهar-Rahman, yang memiliki arti pengasih kepada makhluknya tanpa
keterkecuali baik kepada yang beriman maupun yang mengingkarinya, disini jika
dikaitkan dengan pendidikan adalah kita sebagai pendidik harus memilik sifat
yang pengasih tanpa pengecualian baik kepada yang pintar, pendiam, dan yang
nakal. Kita harus menyayanginya tanpa pandang bulu.
6
C. Surat An-Najm 5-6
﴾٦﴿ ﴾ ُذو ِم َّر ٍة فَا ْستَ َوى٥﴿ َعلَّ َمهُ َش ِدي ُد ا ْلقُ َوى
"Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat. Yang mempunyai
keteguhan, maka (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli (rupa yang
bagus dan perkasa)." (QS. An-Najm 5-6)
1. Penafsiran
a. Allah SWT Secara tidak langsung, bahwasannya Allah SWT sebagai Subyek
pendidik yang paling utama, dengan alasan, bahwasannya malaikat jibril
tidaklah akan mempunyai jiwa dan fisik yang kuat serta akal yang cerdas
tanpa ada yang memberi kemampuan. Sifat seperti itu hanya dimiliki oleh
Dzat yang maha sempurna yaitu Allah SWT. Menurut hemat kami,
bahwasannya tidaklah mungkin jibril memiliki hal tersebut, sebelum
mendapatkan pengajaran terlebih dahulu dari Allah SWT.
b. Malaikat Jibril Dengan jelas ayat diatas menyatakan bahwa, malaikat jibril
merupakan subyek (perantara) dalam menyampaikan wahyu yang dibawanya
dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW, dengan dibekali jiwa yang
kuat serta akal yang cerdas, sehingga mampu bukan hanya menyampaikan
wahyu, tetapi juga mengajarkannya kepada Nabi SAW.
c. Manusia (Nabi Muhammad)
Rasullullah sebagai subyek pendidik, karena dalam hal ini Rasulullah
bertindak sebagai penerima wahyu (Al-Qur‟an), sekaligus bertugas untuk
menyampaikan petunjuk-petunjuk tersebut, menyucikan dan mengajarkan
manusia menuju arah yang benar sesuai dengan Syari‟at yang dibawanya,
yaitu Islam.
Kata („ )علّمهallamahu/ diajarkan kepadanya bukan berarti bahwa wahyu
tersebut bersumber dari malaikat jibril. Seorang yang mengajar tidak mutlak
mengajarkan sesuatu yang bersumber dari sang pengajar. Bukankah kita mengajar
anak kita membaca, padahal sering kali bacaan yang diajarkan itu bukan karya
kita. Menyampaikan atau menjelaskan sesuatu secara baik dan benar adalah salah
satu bentuk pengajaran. Malaikat menerima wahyu dari Allah dengan tugas
menyampaikannya secara baik dan benar kepada Nabi saw., dan itulah yang
dimaksud dengan pengajaran disini.
7
Kata ( )م ّرةmirrah terambil dari kalimat ( )الحبل أمرتamrartu al-habla yang
berarti melilitkan tali guna menguatkan sesuatu. Kata ( )مرّ ة ذوdzu mirrah
digunakan untuk menggambarkan kekuatan nalar dan tingginya kemampuan
seseorang. Al-Baqa‟i memahaminya dalam arti ketegasan dan kekuatan yang luar
biasa untuk melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya tanpa sedikit pun
mengarah kepada tugas selainnya disertai dengan keikhlasan penuh. Ada juga
yang memahaminya dengan kekuatan fisik, akal, nalar.[2] Penjelasan lain dari
kata Dzu mirrah adalah yang mempunyai kecerdasan akal. Sifat Jibril yang
pertama menggambarkan tentang betapa kuat pikiran dan betapa nyata pengaruh-
pengaruhnya yang mengagumkan. Kesimpulannya, bahwa Jibril memiliki
kekuatan-kekuatan pikiran,dan kekuatan-kekuatan tubuh. Sebagaimana telah
diriwayatkan bahwa ia pernah mencukil kaum luth dari laut hitam yang waktu itu
berada dibawah tanah, lalu memanggulnya pada kedua sayap dan diangkatnya dari
negeri itu ke langit, kemudian dibalikkan. Pernah pula ia berteriak kepada kaum
Tsamud, sehingga mereka meti semua.
Menurut riwayat dari Ibnu Abi Hatim yang diterimanya dari Abdullah bin
Mas‟ud, bahwasannya raulullah itu melihat rupanya yang asli itu dua kali. Yang
8
pertama adalah ketika Rasulullah Saw.meminta kepada Jibril supaya sudi
memperlihatkan diri menurut rupanya yang asli. Lalu kelihatanlah dia dalam
keasliannya itu memenuhi ufuk. Yang kedua adalah ketika dia memperlihatkan
diri dalam keadaannya yang asli itu, ketia Jibril akan menemani beliau pergi Isra‟
dan Mi‟raj. Dalam pernyataan diri dari keasliannya itu, Nabi melihatnya dengan
sayap yang sangat banyak, yakni 600 sayap.
Sedangkan jika dikaitkan dengan pengajar atau pendidik yakni seorang guru,
maka dapat di ambil beberapa kriteria guru yakni diantaranya adalah seorang guru
itu harus mempunyai kekuatan, baik kekuatan secara jasmani maupun rohani.
Kekuatan jasmani yakni berupa totalitas dalam mengajar, penampilan dan
perilaku yang baik,karena perilaku kita akan dijadikan cerminan oleh murid-murid
kita.
2. Nilai-nilai Pendidikan
Jika ayat diatas kita kaitkan dengan nilai-nilai pendidikan, maka akan
mengandung beberapa hal, yaitu :
a. Wahyu yang dibawa oleh Jibril (Al-Qur‟an), yaitu sebagai pedoman hidup
manusia, serta menjadikannya petunjuk dan pelajaran bagi manusia, sehingga
manusia bisa menjalankan misinya dengan baik yaitu mengemban amanat
9
Allah SWT sebagai kholifah dimuka bumi. Seperti yang dijelaskan dalam
ayat 30 surat Al-Baqarah: Sesungguhnya aku hendaki menjadikan seorang
khalifah dimuka bumi, dan surat Hud ayat 61 ; Dia (Allah) Telah
menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya….
Artinya, manusia yang dijadikan khalifah itu bertugas memakmurkan atau
membangun bumi ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan oleh yang
menugaskan (Allah) yang telah tertuang dalam Al-Qur‟an.
b. Dengan jiwa yang kuat serta akal yang sehat, manusia akan bisa menjalankan
fungsinya dengan baik, baik secara fertikal maupun horisontal. Dengan
mempunyai jiwa dan akal yang cerdas maka akan bisa menghasilkan ilmu,
kesucian dan etika, sedangkan dengan kondisi yang kuat, akan menghasilkan
jasmani yang terampil. Dengan menggabungkan ketiga unsur tersebut,
terciptalah makhluk dwidimensi dalam satu keseimbangan, dunia dan akherat,
ilmu dan iman. Itu sebabnya dalam pendidikan islam dikenal istilah adab al-
din dan adab al-dunya.
c. Pelajaran untuk tidak bersifat lemah, bodoh, serta selalu mengkaji ilmu, baik
yang berhubungan dengan agama maupun yang berhubungan dengan dunia.
d. Tidaklah ada batasan ilmu yang dipelajarinya, untuk mencapai keseimbangan
yang tersebut diatas.
e. Dalam penyajian materi pendidikan, peran akal sangatlah penting untuk bisa
memahami Al-Qur‟an, sehingga manusia merasa berperan dalam menemukan
hakikat materi yang disajikan itu sehingga merasa memiliki dan bertanggung
jawab untuk membelanya.
f. Dalam mengajar disarankan untuk saling berhadap-hadapan, karena dengan
ini akan mempermudah bagi si murid untuk menerima ilmu.
10
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
11
Daftar Pustaka
Al-Maraghi, Ahmad Musthafa, Tafsir Al-Maraghi , Jilid XXVII , (Semarang: CV
Toha Putra, 1989).
Al-Maraghi, Ahmad Musthafa, Tafsir Al-Maraghi, Jilid XXVIII , (Semarang : CV
Toha Putra , 1989).
Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Jakarta : RINEKA CIPTA.
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah volume 13, Jakarta: Lentera Hati, 2007.
12