DISUSUN OLEH :
NAMA : ROSMAN
NPM :1961306003
• BAB II
• ISI
•
• SISTEMATIKA DAN AKUNTANSI KEUANNGAN MURABAHAH
• PENGERTIAN MURABAHAH
• Kata Murabahah diambil dari bahasa Arab dari bahasa Arab ar-ribhu yang berarti kelebihan
dan tambahan (keuntungan). Sedangkan menurut istilah murabahah adalah salah satu bentuk
jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang di sapakati. Dalam
pengertian lain, Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Sedangkan
menurut Fatwa Dewan Syariah, murabahah yaitu menjual suatu barang dengan menegaskan
harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai
laba.
• KONSEP DASAR TRANSAKSI MURABAHAH
• Perbedaan yang nampak pada jual beli murabahah adalah penjual harus
mengungkapkan harga perolehan barang dan kemudian terjadi negoisasi
keuntungan yang akhrnya disepakati kedua belah pihak. Pada perjanjian
murabahah, pihak penjual membiayai pembelian barang yang
dibutuhkan oleh pembeli. Sebagai contoh, transaksi murabahah yang
dilakukan di Bank Syariah, Bank akan membelikan barang yang
dibutuhkan nasabah dari pemasok (supplier) dan kemudian menjualnya
kepada nasabah dengan harga yang ditambah keuntungan atau mark-up.
• Sri Nurhayati,Akutansi Syariah Indonesia,Salemba,Jakarta : 2007,Hal 106
• FATWA DSN TENTANG MURABAHAH
• Fatwa DSN No: 04/DSN-MUI/IV/2000 TENTANG MURABAHAH
• Beberapa ketentuan yang diatur dalamfatwa ini, antara lain sebagai berikut:
• Pertama : Ketentuan Umum Murabahah dalam Bank Syariah:
• Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.
• Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh Syariah Islam.
• Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang disepakati kualifikasinya.
• Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini
harus sah dan bebas riba.
• Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika
pembelian dilakukan secara hutang.
• Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga jual senialai harga beli
plus keuntungannya. Bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah
berikut biaya yang diperlukan.
• Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu
yang telah disepakati.
• Pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah untuk mencegah terjadinya
penyalahgunaan atau kerusakan akad.
• Fatwa DSN No: 13/DSN-MUI/IX/2000 TENTANG UANG MUKA DALAM
MURABAHAH
• Beberapa ketentuan yang diatur dalam fatwa ini, antara lain:
• Pertama : Ketentuan Umum Uang Muka:
• Dalam akad murabahah, Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dibolehkan untuk meminta uang muka
bila kedua belah pihak sepakat.