Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH FIQH ZAKAT DAN WAKAF

Fiqh Zakat dan Wakaf

Rosman

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS WIDYA GAMA MAHAKAM


SAMARINDA

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah yang maha esa, karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyusun makalah ini
dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas
mengenai FIQH ZAKAT DAN WAKAF.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas silabus mata kuliah
FIQH ZAKAT DAN WAKAF dan yang memberi kami tugas yaitu Bapak Dosen
IBNU HASNUL. Kami telah melakukakan beberapa observasi pada beberapa
sumber rujukan dan kami mendapatkan hasil yang cukup.

Terima kasih kepada para orang tua kami yang telah mendidik kami dari
kecil hingga sekarang, dan terima kasih pula untuk para guru yang telah mendidik
kami juga sehingga mengganggap kami sebagai anak sendiri dan untuk semua
pihak yang telah membantu kami dalam penyelesaian makalah ini.

Kami berharap makalah ini akan bermanfaat bagi teman-teman dan kami
menerima kritik dan saran apabila ada kesalahan dalam pembuatan makalah ini.
Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................
I. Pengertian Fiqh Zakat dan Wakaf.........................................................................2
II. Dasar Hukum Zakat dan Wakaf............................................................................4

III. Sejarah Zakat dan Wakaf......................................................................................9


IV. Harta yang wajib dizakati....................................................................................15
V. Perspektif Fiqh Zakat dan Wakaf dalam Ekonomi Islam...................................17

BAB III PENUTUP.....................................................................................................


I. Kesimpulan..........................................................................................................19
II. Saran...................................................................................................................19
Daftar Pustaka.........................................................................................................20

I. Latar Belakang ................................................................................................. 1


II. Rumusan Masalah ............................................................................................ 1
III. Tujuan Masalah................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
ii
BAB I PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Zakat dan Wakaf adalah sesuatu yang tidak asing lagi di telinga umat muslim,
karena ini sudah ada sejak zaman nabi Muhammad Saw, sebagai harta yang
diberikan untuk saling menolong antara sesama manusia dan ini masih
berlangsung hingga kini.

Alhamdulilah makalah ini akan membahas Pemahaman tentang Fiqh Zakat dan
yang akan membantu kita untuk lebih memahami tentang Fiqh Zakat dan Wakaf.

II. Rumusan Masalah

A. Apa Pengertian Fiqh Zakat dan Wakaf?


B. Apa Dasar Hukum Zakat dan Wakaf?
C. Apa Sejarah Zakat dan Wakaf?
D. Apa Perspektif Fiqh Zakat dan Wakaf dalam Ekonomi Islam?
E. Apa Harta yang wajib dizakatkan?

III. Tujuan Penulisan

A. Dapat Memahami Pengertian Fiqh Zakat dan Wakaf.


B. Dapat memahami Dasar Hukum Zakat dan Wakaf.
C. Dapat memahami Sejarah Zakat dan Wakaf.
D. Dapat Memahami Perspektif Fiqh Zakat dan Wakaf dalam Ekonomi Islam.
E. Dapat Memahami Harta yang wajib dizakatkan.
1

BAB II

PEMBAHASAN

I. Pengertian Fiqh Zakat dan Wakaf

A. Fiqh

Secara etimologis fiqh mempunyai arti al-fahmu (paham), sedangkan secara


defenitif fiqh berarti “Ilmu tentang hukum-hukum syar’I yang bersifat
amaliah yang digali dan ditemukan dari dalil-dalil yang tafsili (khusus,
terinci dan jelas).

Menurut Ibnu Subhi yang dikutif Prof. Dr. Satria Efendi M. Zein, Fiqh yaitu

pengetahuan tentang hukum syara’ yang berhubungan dengan amal

perbuatan yang digali satu persatu dalilnya. Pendapat yang menarik yang
perlu dikaji adalah pernyataan Imam Haramain bahwa fiqh merupakan
pengetahuan hukum syara’ dengan jalan ijtihad.

Pengetahuan hukum yang tidak melalui ijtihad (kajian), tetapi bersifat


dharuri,seperti shalat lima waktu, zina haram, dan masalah-masalah qath’I
lainnya tidak termasuk fiqh.

Hal ini menunjukkan bahwa fiqh bersifat ijtihadi atau dzanni. Pada
perkembangan selanjutnya, istilah fiqh sering dirangkaikan dengan kata
alIslami sehingga terangkai al-fiqh al-islami, yang sering diterjemahkan
hukum Islam yang memiliki cakupan yang sangat luas.1

B. Zakat

1 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah, Cetakan Kedua, Kencana Prenadamedia Group,
Jakarta, 2013, hlm. 1.
2
henrisa.blogspot.com

https://i.instagram.com/henrisaputra1 3

/ https://facebook.com/henrisaputra

@HenriSaputra0
Secara kebahasaan zakat berasal dari kata zaka yang berarti tumbuh dan
berkembang. Bisa juga zakat itu berarti suci, bertambah, berkah dan terpuji.
Secara terminologi zakat berarti: Sejumlah harta tertentu yang diwajibkan
Allah untuk diserahkan kepada orang-orang yang berhak, di samping berarti
mengeluarkan jumlah tertentu itu sendiri.

Zakat merupakan sarana paling tepat dan paling utama untuk meminimalisir
kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin sebagai satu bentuk sikap
saling membantu (takaful) dan solidaritas di dalam Islam.

Zakat merupakan ibadah maliyah ijtimaiyyah, yaitu ibadah di bidang harta


benda yang memiliki fungsi strategis penting dan menentukan dalam
membangun kesejahteraan masyarakat.2

C. Wakaf

Menurut bahasa wakaf berasal dari waqf yang berarti radiah

(terkembalikan), al-tahbis (tertahan), al-tasbil (tertawan) dan al-man’u


(mencegah).

Sedangkan menurut istilah (syara’) yang dimaksud dengan wakaf


sebagaimana yang didefenisikan oleh para ulama adalah sebagai berikut.

i. Muhammad al-Syarbini al-Khatib berpendapat bahwa yang dimaksud


wakaf ialah:

“Penahanan harta yang memungkinkan untuk dimanfaatkan disertai


dengan kekalnya zat benda dengan memutuskan (memotong) tasharruf

2 Abdullah Nashih Ulwan, Zakat menurut 4 Madzhab, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta Timur, 2008,
hlm. xi-xiii.
henrisa.blogspot.com

https://i.instagram.com/henrisaputra1 4

/ https://facebook.com/henrisaputra

@HenriSaputra0
(penggolongan) dalam penjagaannya atas Mushrif (pengelola) yang
dibolehkan adanya.

ii. Imam Taqiy al-Din Abi Bakr bin Muhammad al-Husaeni dalam kitab
Kifayat al-Akhyar berpendapat bahwa yang dimaksud dengan wakaf
adalah:

“Penahanan harta yang memungkinkan untuk dimanfaatkan dengan


kekalnya benda (zatnya), dilarang untuk digolongkan zatnya dan
dikelola manfaatnya dalam kebaikan untuk mendekatkan diri pada
Allah Swt.

iii. Ahmad Azhar Basyir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan wakaf
ialah menahan harta yang dapat diambil manfaatnya tidak musnah
seketika, dan untuk penggunaan yang dibolehkan, serta dimaksudkan
untuk mendapat ridha Allah.

iv. Idris Ahmad berpendapat bahwa yang dimaksud dengan wakaf ialah,
menahan harta yang mungkin dapat diambil orang manfaatnya, kekal
zat (‘ain)-nya dan menyerahkannya ke tempat-tempat yang telah
ditentukan syara’, serta dilarang leluasa pada benda-benda
dimanfaatkannya.

Dari definisi-definisi yang telah dijelaskan oleh para ulama di atas, kiranya
dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan wakaf adalah menahan
sesuatu benda yang kekal zatnya, dan memungkinkan untuk diambil
manfaatnya guna diberikan di jalan kebaikan.3

II. Dasar hukum Zakat, dan Wakaf


A. Dasar Hukum Zakat

3 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Cetakan Ketujuh, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm.
239-240.
henrisa.blogspot.com

https://i.instagram.com/henrisaputra1 5

/ https://facebook.com/henrisaputra

@HenriSaputra0
Zakat adalah salah satu rukun dari lima rukun Islam dan salah satu
kewajiban dari sekian kewajiban dalam Islam. Ia merupakan hak syariah
dari sekian hak para hamba. Sesuai dengan firman,

       


   

43. dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta


orangorang yang ruku'.(Qs. Al-Baqarah:43)4

Firman Allah di bawah ini untuk membuktikan tentang kewajiban zakat,

       


 

19. dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta
dan orang miskin yang tidak mendapat bagian[1417]. (Qs. Adz-Dzariyat:19)

[1417] Orang miskin yang tidak mendapat bagian Maksudnya ialah orang
miskin yang tidak meminta-minta.5

     


   

         

 

4 Abdullah Nashih Ulwan, op.cit.hlm. 7.


5
Ibid., hlm. 9.
henrisa.blogspot.com

https://i.instagram.com/henrisaputra1 6

/ https://facebook.com/henrisaputra

@HenriSaputra0

 



 

 

 

60. Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,


orangorang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk
jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai
suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi
Maha Bijaksana. (Qs. At-Taubah:60)

       

 

  

  


henrisa.blogspot.com

https://i.instagram.com/henrisaputra1 7

/ https://facebook.com/henrisaputra

@HenriSaputra0

  

 

   

103. ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan[658] dan mensucikan[659] mereka dan mendoalah untuk
mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi
mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (Qs. AtTaubah:
103)

[658] Maksudnya: zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta
yang berlebih-lebihan kepada harta benda

[659] Maksudnya: zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati


mereka dan memperkembangkan harta benda mereka.5

Dan firman Allah yang berupa ancaman bagi yang menentang adanya zakat
Allah Swt.

        


      

        

     

5 Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Paradigma Baru di Indonesia, Departemen Agama RI, Jakarta,
2007, hlm. 28-29.
henrisa.blogspot.com

https://i.instagram.com/henrisaputra1 8

/ https://facebook.com/henrisaputra

@HenriSaputra0

      

    

34. Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar dari


orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan
harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia)
dari jalan Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan
tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada
mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, (Qs.
AtTaubah:34)6

Dalam Hadits Nabi ditetapkan bahwa zakat merupakan rukun Islam yang
wajib ditunaikan. Imam Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa
Rasulullah bersabda, “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga
mereka bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa sesungguhnya
Muhammad adalah utusan Allah. Mendirikan shalat, menunaikan zakat. Jika
mereka melakukan itu maka mereka telah melindungi darah dan hartanya
kecuali dalam Islam dengan hak, perhitungannya hanya ada pada Allah”
Imam Al- Bukhari dan Muslim juga meriwayatkan bahwa sesungguhnya
Rasulullah bersabda, “Tidaklah ada seorang pemilik emas atau perak yang
tidak menunaikan haknya-yakni zakatnya-kecuali akan dibentangkan
padanya bentangan dari neraka kemudian dia dipanggang di neraka
Jahannam dan kemudian distrika badan bagian samping dan punggungnya.
Setiap kali menjadi dingin, akan dikembalikan lagi dalam hitungan hari
yang lamanya adalah lima puluh tahun hingga akhirnya akan diadili di
antara manusia, apakah dia dimasukkan ke surga atau ke neraka.”

6 Abdul Al-Hamid Mahmud Al-Ba’ly, Ekonomi Zakat, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2006, hlm.
1.
henrisa.blogspot.com

https://i.instagram.com/henrisaputra1 9

/ https://facebook.com/henrisaputra

@HenriSaputra0
Imam Ibnu Majah, An-Nasa’I dan lainnya meriwayatkan bahwa
sesungguhnya Rasulullah bersabda “Barang siapa yang membayarkan zakat
agak akhir maka dia akan mendapatkan pahalanya dan barang siapa yang
tidak membayarkannya maka sesungguhnya kami akan mengambilnya
dengan paksa dan hartanya dibagi dua sebagai bentuk dari perintah Tuhan
kita”.7

B. Dasar Hukum Wakaf

Adapun yang dinyatakan sebagai dasar hukum wakaf oleh para ulama,
Alquran surat Al-Hajj:77:

        


      

    

77. Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu,


sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat
kemenangan.

Dalam ayat lain yaitu surat al-‘imran:92, Allah berfirman:

         

 



7 Abdullah Nashih Ulwan, op.cit. hlm.8.


henrisa.blogspot.com

https://i.instagram.com/henrisaputra1 10

/ https://facebook.com/henrisaputra

@HenriSaputra0















 






henrisa.blogspot.com

https://i.instagram.com/henrisaputra1 11

/ https://facebook.com/henrisaputra

@HenriSaputra0
92. kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),
sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa
saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya.

Dalam salah satu hadis yang diriwayatkan oleh Imam jama’ah kecuali
Bukhari dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah r.a. sesungguhnya Nabi Saw.
bersabda: “Apabila mati seorang manusia, maka terputuslah (terhenti)
pahala perbuatannya, kecuali tiga perkara: (a) shadaqah zariah (wakaf), (b)
ilmu yang dimanfaatkan, baik dengan cara mengajar maupun dengan
karangan dan (c) anak yang shaleh yang mendoakan orang tuannya.”8

III. Sejarah zakat dan wakaf

A. Sejarah Zakat Mal (Harta Benda)

Sejarah zakat mal atau zakat harta benda, telah difadlukan Allah sejak
permulaan Islam, sebelum Nabi Saw. berhijrah ke kota madinah. Pada
awalnya zakat difardlukan tanpa ditentukan kadarnya dan tanpa pula
diterangkan dengan jelas harta-harta yang dikenakan zakatnya. Syara’ hanya
menyuruh mengeluarkan zakat. Banyak sedikitnya terserah kepada kemauan
dan kebaikan para penzakat sendiri. Hal itu berjalan hingga tahun kedua
Hijrah. Mereka yang menerima pada masa itu, dua golongan saja, yaitu:
fakir dan miskin.

Pada tahun kedua Hijrah bersamaan dengan tahun 623 Masehi, barulah
Syara’ menentukan harta-harta yang dizakatkan, serta kadarnya
masingmasing. Setengah ulama berpendapat: “Sesungguhnya zakat itu
difadlukan sejak dari tahun kedua Hijrah”. Yang menerimanya, masih dua
golongan saja yakni; golongan fuqara dan masakin, belum dibagi kepada
tujuh atau delapan bagian.

8 Mardani, op.cit. hlm. 241.


henrisa.blogspot.com

https://i.instagram.com/henrisaputra1 12

/ https://facebook.com/henrisaputra

@HenriSaputra0
Ketetapan pembagian ini, yakni pembagian kepada fakir miskin saja, kita
istinbathkan dari firman Allah Swt:

         


        

       


    

        


     


      


       

        

       

 

217. mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram.


Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi
menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi
masuk) Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih
besar (dosanya) di sisi Allah[134]. dan berbuat fitnah[135] lebih besar
henrisa.blogspot.com

https://i.instagram.com/henrisaputra1 13

/ https://facebook.com/henrisaputra

@HenriSaputra0
(dosanya) daripada membunuh. mereka tidak henti-hentinya memerangi
kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada
kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara
kamu dari agamanya, lalu Dia mati dalam kekafiran, Maka mereka Itulah
yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka Itulah penghuni
neraka, mereka kekal di dalamnya.

[134]Jika kita ikuti Pendapat Ar Razy, Maka terjemah ayat di atas sebagai
berikut: Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar, dan
(adalah berarti) menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah
dan (menghalangi manusia dari) Masjidilharam. tetapi mengusir
penduduknya dari Masjidilharam (Mekah) lebih besar lagi (dosanya) di sisi
Allah." Pendapat Ar Razy ini mungkin berdasarkan pertimbangan, bahwa
mengusir Nabi dan sahabat-sahabatnya dari Masjidilharam sama dengan
menumpas agama Islam.

[135]Fitnah di sini berarti penganiayaan dan segala perbuatan yang


dimaksudkan untuk menindas Islam dan muslimin.

Ayat yang tertera ini diturunkan dalam tahun yang kedua Hijrah. Dengan
memperhatikan tahun turunnya, kita mendapat kesan bahwa zakat itu,
diperintahkan pada tahun yang kedua Hijrah itu dan beberapa tahun
berikutnya.

Dari hadits yang diriwayatkan oleh Jama’ah dari Ibnu ‘Abbas bahwa Rasul
Saw bersabda kepada Mu’adz dikala junjungan mengutus Mu’adz pergi ke
Yaman guna menjadi wali negeri dan menjadi kepala pengadilan:

“Sesungguhnya Allah menfardlukan atas mereka mengeluarkan zakat yang


diambil dari orang kaya mereka, lalu diberikan kepada orang-orang fakir
mereka”.

Pembagian kepada dua golongan ini saja, berlangsung hingga tahun


kesembilan Hijrah.
henrisa.blogspot.com

https://i.instagram.com/henrisaputra1 14

/ https://facebook.com/henrisaputra

@HenriSaputra0
Kita berpendapat bahwa pembagian zakat kepada kedua golongan tadi
hingga tahun kesembilan, karena ayat yang menerangkan, bahwa yang
menerima zakat, tujuh atau delapan golongan baru diturunkan pada tahun
kesembilan Hijrah.

Pada tahun yang kesembilan Hijrah, Allah menurunkan ayat 60 surat At


Taubah, atau Al Baraah.

     


   

         

 

 



 

 

 

60. Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-


orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya,
henrisa.blogspot.com

https://i.instagram.com/henrisaputra1 15

/ https://facebook.com/henrisaputra

@HenriSaputra0
untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan
Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu
ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana.

Sesudah turun ayat 60 itu barulah tertentu bagian-bagian (mereka-mereka)


yang boleh dan berhak mengambil zakat dan menerimanya. Namun
demikian Nabi tidak juga membagi penuh delapan, hanya memberikannya
kepada bagian-bagian yang dipandang perlu menurut keperluan dari bagian
yang delapan itu.

Untuk tegasnya, perhatikan keterangan dibawah ini:

Nabi Saw mengutus Mu’adz pergi ke Yaman dengan menyuruh mengambil


zakat dari orang-orang fakir adalah pada tahun yang kesepuluh sebelum
Nabi Saw pergi mengerjakan haji Wada’. Demikian menurut keterangan Al

Bukhari.

Kata Ibnu Sa’ad dalam Thabaqatnya: “Mu’adz ke Yaman pada tahun 10


Hijrah, dibulan Rabi’ul Akhir”.

Dalam pada itu menurut kata Al Waqidi: kepergian Mu’adz ke Yaman pada
tahun yang kedelapan atau kesembilan di ketika Nabi Saw kembali dari
Tabuk. Maka, jika kita ambil riwayat yang menerangkan bahwa Mu’adz ke
Yaman pada tahun kedelapan atau kesembilan, kita mendapat kesan bahwa,
zakat hingga tahun-tahun itu, masih dibagi kepada fakir miskin saja.

Dan jika diambil dari riwayat Bukhari dan Ibn Sa’ad, maka ia menegaskan,
bahwa zakat itu boleh diberikan kepada sesuatu shinf (golongan) dari yang
delapan itu, yaitu golongan yang dipandang lebih berhajat menurut
kemaslahatannya; dan menegaskan, bahwa ayat 60 itu bukan memastikan
zakat dibagi delapan, atau sebanyak yang ada diketika membaginya, hanya
menerangkan bahwa: yang berhak menerima zakat itu delapan bagian saja.
henrisa.blogspot.com

https://i.instagram.com/henrisaputra1 16

/ https://facebook.com/henrisaputra

@HenriSaputra0
Orang yang tidak masuk ke dalam golongan yang delapan, tidak menerima
zakat.

B. Sejarah zakat nafs

Pada suatu hari di tahun yang kedua Hijrah, 623 Masehi sebelum Syara’
menentukan harta-harta yang dizakatkan (Zakat mal) dan kadarnya
masingmasing, nabi Saw mengumumkan di hadapan para sahabat beberapa
kewajiban Islam. Diantara butiran tutur kata beliau pada hari itu, ialah

”Kewajiban mengeluarkan zakat nafs, (zakatul fithri) yang sangat terk enal
di dalam masyarakat kita dengan nama fithrah”.

Nabi mengumumkan hal itu dua hari sebelum hari raya puasa (‘Idul Fithri),
yang pada tahun itu baru dimulai. Pada hari itu Nabi Saw menerangkan
kewajiban dan kefardluan fithri sebelum pergi ke tempat sembahyang hari
raya (sebelum sembahyang hari raya).

Dan apabila Nabi Saw membagi zakat nafs ini kepada faqir miskin saja
juga, seperti halnya membagi zakat harta sebelum diturunkan ayat 60 surah
at-Taubah; bahkan sesudahnyapun Nabi Saw sangat mementingkan fakir
miskin, sehingga ada ulama yang mengatakan bahwa nafs ini hanya
diberikan kepada fakir miskin saja.

Dari apa yang dikerjakan Nabi Saw dapatlah diketahui, bahwa hendaklah
kita mementingkan fakir miskin dikala membagi zakat nafs, dan kita boleh
menghabiskan zakat untuk keperluan fakir miskin saja.

Kita boleh membagi zakat kepada yang selain fakir miskin, namun jangan
sampai menyebabkan kurang perhatian kita kepada fakir miskin, atau
menyebabkan kita menyamakan hak fakir miskin dengan hak bagian-bagian
lain.9

9 Teungku Muhammad Hasby ash Shiddieqy, Pedoman Zakat, Cetakan Kesebelas, Edisi Kedua,
PT Pustaka Rizki Putra, Semarang, 2006. hlm. 10-14.
henrisa.blogspot.com

https://i.instagram.com/henrisaputra1 17

/ https://facebook.com/henrisaputra

@HenriSaputra0
C. Sejarah Wakaf

Dalam sejarah Islam, Wakaf dikenal sejak masa Rasulullah SAW


karena wakaf disyariatkan setelah Nabi SAW berhijrah ke Madinah, pada
tahun kedua Hijriyah. Ada dua pendapat yang berkembang di kalangan ahli
yurisprudensi Islam (fuqaha’) tentang siapa yang pertama kali
melaksanakan
Syariat wakaf. Menurut sebagian pendapat ulama mengatakan bahwa yang
pertama kali melaksanakan wakaf adalah Rasulullah SAW ialah wakaf
tanah milik Nabi SAW untuk dibangun masjid. Pendapat ini berdasarkan
hadits yang diriwayatkan oleh Umar bin Syabah dari ‘Amr bin Sa’ad bin
Mu’ad berkata : “Kami bertanya tentang mula-mula wakaf dalam Islam?
Orang Muhajirin mengatakan adalah wakaf Umar, sedangkan orang-orang
Ansor mengatakan adalah wakaf Rasulullah SAW. (Asy-Syaukani: 129).

Rasulullah SAW pada tahun ketiga Hijriyah pernah mewakafkan tujuh


kebun Kurma di Madinah; di antaranya ialah kebon A’raf, Shafiyah, Dalal,
Barqah dan kebon lainnya. Menurut pendapat sebagian ulama mengatakan
bahwa yang pertama kali melaksanakan Syariat wakaf adalah Umar bin

Khathab. Pendapat ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan Ibnu Umar ra.
ia berkata: “Bahwa sahabat Umar ra. memperoleh sebidang tanah di
Khaibar, kemudian Umar ra. Menghadap Rasulullah SAW untuk meminta
petunjuk. Umar berkata: “Hai Rasulullah SAW., saya mendapat sebidang
tanah di Khaibar, saya belum mendapatkan harta sebaik itu, maka apakah
yang engkau perintahkan kepadaku?” Rasulullah SAW. bersabda: “Bila
engkau suka, kau tahan (pokoknya) tanah itu, dan engkau sedekahkan
(hasilnya). “Kemudian Umar mensedekahkan (tanahnya untuk dikelola),
tidak dijual, tidak dihibahkan dan tidak diwariskan. Ibnu Umar berkata:
“Umar menyedekahkannya (hasil pengelolaan tanah) kepada orang-orang
fakir, kaum kerabat, hamba sahaya, sabilillah, ibnu sabil dan tamu. Dan
tidak dilarang bagi yang mengelola (nazhir) wakaf makan dari hasilnya
henrisa.blogspot.com

https://i.instagram.com/henrisaputra1 18

/ https://facebook.com/henrisaputra

@HenriSaputra0
dengan cara yang baik (sepantasnya) atau memberi makan orang lain
dengan tidak bermaksud menumpuk harta” (HR. Muslim).

Kemudian Syariat wakaf yang telah dilakukan oleh Umar bin Khathab
disusul oleh Abu Thalhah yang mewakafkan kebun kesayangannya, kebun
“Bairaha’”.

Selanjutnya disusul oleh sahabat Nabi SAW lainnya, seperti Abu Bakar
yang mewakafkan sebidang tanahnya di Mekkah yang diperuntukkan
kepada anak keturunannya yang datang ke Mekkah. Utsman
menyedekahkan hartanya di Khaibar. Ali bin Abi Thalib mewakafkan
tanahnya yang subur. Mu’adz bin Jabal mewakafkan rumahnya, yang populer dengan

sebutan “Dar al-Anshar”. Kemudian pelaksanaan wakaf disusul oleh Anas bin Malik,
Abdullah bin Umar, Zubair bin Awwam dan ‘Aisyah Istri Rasulullah SAW.10

IV. Harta-harta yang wajib dizakati

Pertama: uang tunai dalam segala ragam bentuknya yang meliputi emas, perak
atau uang kertas tunai.

Kedua : barang-barang dagangan yang meliputi semua barang yang dipersiapkan


untuk diambil untungnya oleh pedagang atau orang yang menjual dengan segala
bentuk dan macamnya.

Ketiga : binatang ternak yang meliputi unta, sapi, kambing termasuk di


dalamnya domba.

Keempat : hasil pertanian dengan segala ragamnya.

Kelima : barang tambang yang meliputi segala kekayaan tambang yang


dikeluarkan dari perut bumi seperti besi dan kuningan.11Zakat

itu, menurut garis besarnya, terbagi dua:

10 Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Fiqh Wakaf, Departemen Agama RI, Jakarta, 2006, hlm. 4-6.
11 Abdullah Nashih Ulwan, op.cit.hlm. 10.
henrisa.blogspot.com

https://i.instagram.com/henrisaputra1 19

/ https://facebook.com/henrisaputra

@HenriSaputra0
A. Zakat mal (harta): emas, perak, binatang, tumbuh-tumbuhannya
(buahbuahan dan biji-bijian) dan barang perniagaan.
B. Zakat nafs, zakat jiwa yang disebut juga “zakatul Fithrah” (zakat yang
diberikan berkenaan dengan selesainya mengerjakan shiyam (PUASA) yang
difardlukan. Di negeri kita ini, lazim disebut fithrah.

Para ulama membagi menjadi dua bagian pula :

A. Zakat harta yang nyata (harta yang lahir) yang terang dilihat umum, seperti:
binatang, tumbuh-tumbuhan, buah-buahan dan barang logam.
B. Zakat harta-harta yang tidak nyata, yang dapat disembunyikan. Harta-harta
yang tidak nyata itu, ialah: emas, perak, rikaz, dan barang perniagaan.
Menurut para ulama apa sebab barang dagangan dipandang harta bathin
(tiada nyata), karena barang dagangan tidak diketahui oleh yang melihat,
apakah untuk diperdagangkan atau tidak.12

V. Perspektif fiqh zakat dan wakaf dalam ekonomi islam

A. Zakat dalam perspektif ekonomi Islam

i. Zakat bukan riba, tetapi dasar ekonomi yang benar

Peraturan ekonomi Islam tidak berjalan berdasarkan riba, karena modal


tidak dianggap sebagai bagian terpisah dari faktor-faktor pendukung
produksi, tetapi berperan untuk saling mendukung dan saling menopang
dengan faktor-faktor lainnya. ii. Zakat merupakan sarana terpenting dalam
perbaikan fungsi mata uang

Jika zakat sebagai kewajiban yang mengeluarkan harta kepemilikan dari


sifat simpanan dan menyebabkan adanya perputaran dalam produktivitas
serta investasi, sistem zakat menyebabkan hilangnya sistem riba.

12 Teungku Muhammad Hasby ash Shiddieqy, op.cit. hlm. 9-10.


henrisa.blogspot.com

https://i.instagram.com/henrisaputra1 20

/ https://facebook.com/henrisaputra

@HenriSaputra0
iii.Zakat merupakan Tambahan dan pengembangan harta

Zakat adalah pengembangan, pembersih dan berkah bagi manusia.


Dikatan bahwa tanaman dianggap berkembang jika terlihat segar. Harta
akan berkembang jika diberkati oleh Allah Swt.13

B. Wakaf dalam perspektif ekonomi Islam


Syarat-syarat yang berkaitan dengan harta yang diwakafkan ialah bahwa
harta wakaf (mauquf) merupakan harta yang bernilai, milik yang
mewakafkan (waqif), dan tahan lama untuk digunakan Harta wakaf dapat
juga berupa uang yang dimodalkan, berupa saham pada perusahaan, dan
berupa apa saja yang lainnya. Hal yang penting pada harta yang berupa
modal ialah dikelola dengan sedemikian rupa (semaksimal mungkin)
sehingga mendatangkan kemaslahatan atau keuntungan.14

13 Abdul Al-Hamid Mahmud Al-Ba’ly, op.cit. hlm.19-27.


14 Hendi Suhendi, op.cit. hlm. 243.
henrisa.blogspot.com

https://i.instagram.com/henrisaputra1

/ https://facebook.com/henrisaputra

@HenriSaputra0

BAB III PENUTUP

I. Kesimpulan

Fiqh Zakat dan Wakaf mencakup kebutuhan bagi yang hartanya cukup untuk
disedekahkan kepada yang membutuhkan. Karena bermanfaat bukan hanya
dalam segi agama juga dalam segi sosial, ekonomi, dan lain-lain. Patut kita
ketahui bahwa zakat jika dipraktekkan secara benar di Indonesia, kesenjangan
antara yang kaya dan miskin mungkin akan tidak ada.

II. Saran

Keluarkanlah zakat jika mampu dan sedekahkan sebagian hartamu yang


sebenarnya milik Allah. Kritik dan saran sangat diharapkan, demi
kesempurnaan penulisan makalah di kemudian hari.

19
henrisa.blogspot.com

https://i.instagram.com/henrisaputra1

/ https://facebook.com/henrisaputra

@HenriSaputra0

DAFTAR PUSTAKA

Al-Ba’ly, Abdul Al-Hamid Mahmud. 2006. Ekonomi Zakat. Jakarta: PT


RajaGrafindo Persada.

Direktorat Pemberdayaan Wakaf. 2006. Fiqh Wakaf, Jakarta: Departemen Agama


RI.

Direktorat Pemberdayaan Wakaf. 2007. Paradigma Baru di Indonesia. Jakarta:


Departemen Agama RI.

Mardani. 2013. Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah. Cetakan Kedua. Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group.

Suhendi, Hendi. 2011. Fiqh Muamalah. Cetakan Ketujuh. Jakarta: PT


RajaGrafindo Persada.

Teungku Muhammad Hasby Ash Shiddieqy. 2006. Pedoman Zakat. Cetakan


Kesebelas. Edisi Kedua. Semarang: PT PUSTAKA Rizki Putra.

Ulwan, Abdullah Nashih. 2008. Zakat menurut 4 Madzhab. Jakarta Timur:


Pustaka Al-Kautsar.
henrisa.blogspot.com

https://i.instagram.com/henrisaputra1

/ https://facebook.com/henrisaputra

@HenriSaputra0

20

Anda mungkin juga menyukai