Rosman
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah yang maha esa, karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyusun makalah ini
dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas
mengenai FIQH ZAKAT DAN WAKAF.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas silabus mata kuliah
FIQH ZAKAT DAN WAKAF dan yang memberi kami tugas yaitu Bapak Dosen
IBNU HASNUL. Kami telah melakukakan beberapa observasi pada beberapa
sumber rujukan dan kami mendapatkan hasil yang cukup.
Terima kasih kepada para orang tua kami yang telah mendidik kami dari
kecil hingga sekarang, dan terima kasih pula untuk para guru yang telah mendidik
kami juga sehingga mengganggap kami sebagai anak sendiri dan untuk semua
pihak yang telah membantu kami dalam penyelesaian makalah ini.
Kami berharap makalah ini akan bermanfaat bagi teman-teman dan kami
menerima kritik dan saran apabila ada kesalahan dalam pembuatan makalah ini.
Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................
I. Pengertian Fiqh Zakat dan Wakaf.........................................................................2
II. Dasar Hukum Zakat dan Wakaf............................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
ii
BAB I PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Zakat dan Wakaf adalah sesuatu yang tidak asing lagi di telinga umat muslim,
karena ini sudah ada sejak zaman nabi Muhammad Saw, sebagai harta yang
diberikan untuk saling menolong antara sesama manusia dan ini masih
berlangsung hingga kini.
Alhamdulilah makalah ini akan membahas Pemahaman tentang Fiqh Zakat dan
yang akan membantu kita untuk lebih memahami tentang Fiqh Zakat dan Wakaf.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Fiqh
Menurut Ibnu Subhi yang dikutif Prof. Dr. Satria Efendi M. Zein, Fiqh yaitu
perbuatan yang digali satu persatu dalilnya. Pendapat yang menarik yang
perlu dikaji adalah pernyataan Imam Haramain bahwa fiqh merupakan
pengetahuan hukum syara’ dengan jalan ijtihad.
Hal ini menunjukkan bahwa fiqh bersifat ijtihadi atau dzanni. Pada
perkembangan selanjutnya, istilah fiqh sering dirangkaikan dengan kata
alIslami sehingga terangkai al-fiqh al-islami, yang sering diterjemahkan
hukum Islam yang memiliki cakupan yang sangat luas.1
B. Zakat
1 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah, Cetakan Kedua, Kencana Prenadamedia Group,
Jakarta, 2013, hlm. 1.
2
henrisa.blogspot.com
https://i.instagram.com/henrisaputra1 3
/ https://facebook.com/henrisaputra
@HenriSaputra0
Secara kebahasaan zakat berasal dari kata zaka yang berarti tumbuh dan
berkembang. Bisa juga zakat itu berarti suci, bertambah, berkah dan terpuji.
Secara terminologi zakat berarti: Sejumlah harta tertentu yang diwajibkan
Allah untuk diserahkan kepada orang-orang yang berhak, di samping berarti
mengeluarkan jumlah tertentu itu sendiri.
Zakat merupakan sarana paling tepat dan paling utama untuk meminimalisir
kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin sebagai satu bentuk sikap
saling membantu (takaful) dan solidaritas di dalam Islam.
C. Wakaf
2 Abdullah Nashih Ulwan, Zakat menurut 4 Madzhab, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta Timur, 2008,
hlm. xi-xiii.
henrisa.blogspot.com
https://i.instagram.com/henrisaputra1 4
/ https://facebook.com/henrisaputra
@HenriSaputra0
(penggolongan) dalam penjagaannya atas Mushrif (pengelola) yang
dibolehkan adanya.
ii. Imam Taqiy al-Din Abi Bakr bin Muhammad al-Husaeni dalam kitab
Kifayat al-Akhyar berpendapat bahwa yang dimaksud dengan wakaf
adalah:
iii. Ahmad Azhar Basyir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan wakaf
ialah menahan harta yang dapat diambil manfaatnya tidak musnah
seketika, dan untuk penggunaan yang dibolehkan, serta dimaksudkan
untuk mendapat ridha Allah.
iv. Idris Ahmad berpendapat bahwa yang dimaksud dengan wakaf ialah,
menahan harta yang mungkin dapat diambil orang manfaatnya, kekal
zat (‘ain)-nya dan menyerahkannya ke tempat-tempat yang telah
ditentukan syara’, serta dilarang leluasa pada benda-benda
dimanfaatkannya.
Dari definisi-definisi yang telah dijelaskan oleh para ulama di atas, kiranya
dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan wakaf adalah menahan
sesuatu benda yang kekal zatnya, dan memungkinkan untuk diambil
manfaatnya guna diberikan di jalan kebaikan.3
3 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Cetakan Ketujuh, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm.
239-240.
henrisa.blogspot.com
https://i.instagram.com/henrisaputra1 5
/ https://facebook.com/henrisaputra
@HenriSaputra0
Zakat adalah salah satu rukun dari lima rukun Islam dan salah satu
kewajiban dari sekian kewajiban dalam Islam. Ia merupakan hak syariah
dari sekian hak para hamba. Sesuai dengan firman,
19. dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta
dan orang miskin yang tidak mendapat bagian[1417]. (Qs. Adz-Dzariyat:19)
[1417] Orang miskin yang tidak mendapat bagian Maksudnya ialah orang
miskin yang tidak meminta-minta.5
https://i.instagram.com/henrisaputra1 6
/ https://facebook.com/henrisaputra
@HenriSaputra0
https://i.instagram.com/henrisaputra1 7
/ https://facebook.com/henrisaputra
@HenriSaputra0
103. ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan[658] dan mensucikan[659] mereka dan mendoalah untuk
mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi
mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (Qs. AtTaubah:
103)
[658] Maksudnya: zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta
yang berlebih-lebihan kepada harta benda
Dan firman Allah yang berupa ancaman bagi yang menentang adanya zakat
Allah Swt.
5 Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Paradigma Baru di Indonesia, Departemen Agama RI, Jakarta,
2007, hlm. 28-29.
henrisa.blogspot.com
https://i.instagram.com/henrisaputra1 8
/ https://facebook.com/henrisaputra
@HenriSaputra0
Dalam Hadits Nabi ditetapkan bahwa zakat merupakan rukun Islam yang
wajib ditunaikan. Imam Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa
Rasulullah bersabda, “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga
mereka bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa sesungguhnya
Muhammad adalah utusan Allah. Mendirikan shalat, menunaikan zakat. Jika
mereka melakukan itu maka mereka telah melindungi darah dan hartanya
kecuali dalam Islam dengan hak, perhitungannya hanya ada pada Allah”
Imam Al- Bukhari dan Muslim juga meriwayatkan bahwa sesungguhnya
Rasulullah bersabda, “Tidaklah ada seorang pemilik emas atau perak yang
tidak menunaikan haknya-yakni zakatnya-kecuali akan dibentangkan
padanya bentangan dari neraka kemudian dia dipanggang di neraka
Jahannam dan kemudian distrika badan bagian samping dan punggungnya.
Setiap kali menjadi dingin, akan dikembalikan lagi dalam hitungan hari
yang lamanya adalah lima puluh tahun hingga akhirnya akan diadili di
antara manusia, apakah dia dimasukkan ke surga atau ke neraka.”
6 Abdul Al-Hamid Mahmud Al-Ba’ly, Ekonomi Zakat, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2006, hlm.
1.
henrisa.blogspot.com
https://i.instagram.com/henrisaputra1 9
/ https://facebook.com/henrisaputra
@HenriSaputra0
Imam Ibnu Majah, An-Nasa’I dan lainnya meriwayatkan bahwa
sesungguhnya Rasulullah bersabda “Barang siapa yang membayarkan zakat
agak akhir maka dia akan mendapatkan pahalanya dan barang siapa yang
tidak membayarkannya maka sesungguhnya kami akan mengambilnya
dengan paksa dan hartanya dibagi dua sebagai bentuk dari perintah Tuhan
kita”.7
Adapun yang dinyatakan sebagai dasar hukum wakaf oleh para ulama,
Alquran surat Al-Hajj:77:
https://i.instagram.com/henrisaputra1 10
/ https://facebook.com/henrisaputra
@HenriSaputra0
henrisa.blogspot.com
https://i.instagram.com/henrisaputra1 11
/ https://facebook.com/henrisaputra
@HenriSaputra0
92. kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),
sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa
saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya.
Dalam salah satu hadis yang diriwayatkan oleh Imam jama’ah kecuali
Bukhari dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah r.a. sesungguhnya Nabi Saw.
bersabda: “Apabila mati seorang manusia, maka terputuslah (terhenti)
pahala perbuatannya, kecuali tiga perkara: (a) shadaqah zariah (wakaf), (b)
ilmu yang dimanfaatkan, baik dengan cara mengajar maupun dengan
karangan dan (c) anak yang shaleh yang mendoakan orang tuannya.”8
Sejarah zakat mal atau zakat harta benda, telah difadlukan Allah sejak
permulaan Islam, sebelum Nabi Saw. berhijrah ke kota madinah. Pada
awalnya zakat difardlukan tanpa ditentukan kadarnya dan tanpa pula
diterangkan dengan jelas harta-harta yang dikenakan zakatnya. Syara’ hanya
menyuruh mengeluarkan zakat. Banyak sedikitnya terserah kepada kemauan
dan kebaikan para penzakat sendiri. Hal itu berjalan hingga tahun kedua
Hijrah. Mereka yang menerima pada masa itu, dua golongan saja, yaitu:
fakir dan miskin.
Pada tahun kedua Hijrah bersamaan dengan tahun 623 Masehi, barulah
Syara’ menentukan harta-harta yang dizakatkan, serta kadarnya
masingmasing. Setengah ulama berpendapat: “Sesungguhnya zakat itu
difadlukan sejak dari tahun kedua Hijrah”. Yang menerimanya, masih dua
golongan saja yakni; golongan fuqara dan masakin, belum dibagi kepada
tujuh atau delapan bagian.
https://i.instagram.com/henrisaputra1 12
/ https://facebook.com/henrisaputra
@HenriSaputra0
Ketetapan pembagian ini, yakni pembagian kepada fakir miskin saja, kita
istinbathkan dari firman Allah Swt:
https://i.instagram.com/henrisaputra1 13
/ https://facebook.com/henrisaputra
@HenriSaputra0
(dosanya) daripada membunuh. mereka tidak henti-hentinya memerangi
kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada
kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara
kamu dari agamanya, lalu Dia mati dalam kekafiran, Maka mereka Itulah
yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka Itulah penghuni
neraka, mereka kekal di dalamnya.
[134]Jika kita ikuti Pendapat Ar Razy, Maka terjemah ayat di atas sebagai
berikut: Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar, dan
(adalah berarti) menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah
dan (menghalangi manusia dari) Masjidilharam. tetapi mengusir
penduduknya dari Masjidilharam (Mekah) lebih besar lagi (dosanya) di sisi
Allah." Pendapat Ar Razy ini mungkin berdasarkan pertimbangan, bahwa
mengusir Nabi dan sahabat-sahabatnya dari Masjidilharam sama dengan
menumpas agama Islam.
Ayat yang tertera ini diturunkan dalam tahun yang kedua Hijrah. Dengan
memperhatikan tahun turunnya, kita mendapat kesan bahwa zakat itu,
diperintahkan pada tahun yang kedua Hijrah itu dan beberapa tahun
berikutnya.
Dari hadits yang diriwayatkan oleh Jama’ah dari Ibnu ‘Abbas bahwa Rasul
Saw bersabda kepada Mu’adz dikala junjungan mengutus Mu’adz pergi ke
Yaman guna menjadi wali negeri dan menjadi kepala pengadilan:
https://i.instagram.com/henrisaputra1 14
/ https://facebook.com/henrisaputra
@HenriSaputra0
Kita berpendapat bahwa pembagian zakat kepada kedua golongan tadi
hingga tahun kesembilan, karena ayat yang menerangkan, bahwa yang
menerima zakat, tujuh atau delapan golongan baru diturunkan pada tahun
kesembilan Hijrah.
https://i.instagram.com/henrisaputra1 15
/ https://facebook.com/henrisaputra
@HenriSaputra0
untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan
Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu
ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana.
Bukhari.
Dalam pada itu menurut kata Al Waqidi: kepergian Mu’adz ke Yaman pada
tahun yang kedelapan atau kesembilan di ketika Nabi Saw kembali dari
Tabuk. Maka, jika kita ambil riwayat yang menerangkan bahwa Mu’adz ke
Yaman pada tahun kedelapan atau kesembilan, kita mendapat kesan bahwa,
zakat hingga tahun-tahun itu, masih dibagi kepada fakir miskin saja.
Dan jika diambil dari riwayat Bukhari dan Ibn Sa’ad, maka ia menegaskan,
bahwa zakat itu boleh diberikan kepada sesuatu shinf (golongan) dari yang
delapan itu, yaitu golongan yang dipandang lebih berhajat menurut
kemaslahatannya; dan menegaskan, bahwa ayat 60 itu bukan memastikan
zakat dibagi delapan, atau sebanyak yang ada diketika membaginya, hanya
menerangkan bahwa: yang berhak menerima zakat itu delapan bagian saja.
henrisa.blogspot.com
https://i.instagram.com/henrisaputra1 16
/ https://facebook.com/henrisaputra
@HenriSaputra0
Orang yang tidak masuk ke dalam golongan yang delapan, tidak menerima
zakat.
Pada suatu hari di tahun yang kedua Hijrah, 623 Masehi sebelum Syara’
menentukan harta-harta yang dizakatkan (Zakat mal) dan kadarnya
masingmasing, nabi Saw mengumumkan di hadapan para sahabat beberapa
kewajiban Islam. Diantara butiran tutur kata beliau pada hari itu, ialah
”Kewajiban mengeluarkan zakat nafs, (zakatul fithri) yang sangat terk enal
di dalam masyarakat kita dengan nama fithrah”.
Nabi mengumumkan hal itu dua hari sebelum hari raya puasa (‘Idul Fithri),
yang pada tahun itu baru dimulai. Pada hari itu Nabi Saw menerangkan
kewajiban dan kefardluan fithri sebelum pergi ke tempat sembahyang hari
raya (sebelum sembahyang hari raya).
Dan apabila Nabi Saw membagi zakat nafs ini kepada faqir miskin saja
juga, seperti halnya membagi zakat harta sebelum diturunkan ayat 60 surah
at-Taubah; bahkan sesudahnyapun Nabi Saw sangat mementingkan fakir
miskin, sehingga ada ulama yang mengatakan bahwa nafs ini hanya
diberikan kepada fakir miskin saja.
Dari apa yang dikerjakan Nabi Saw dapatlah diketahui, bahwa hendaklah
kita mementingkan fakir miskin dikala membagi zakat nafs, dan kita boleh
menghabiskan zakat untuk keperluan fakir miskin saja.
Kita boleh membagi zakat kepada yang selain fakir miskin, namun jangan
sampai menyebabkan kurang perhatian kita kepada fakir miskin, atau
menyebabkan kita menyamakan hak fakir miskin dengan hak bagian-bagian
lain.9
9 Teungku Muhammad Hasby ash Shiddieqy, Pedoman Zakat, Cetakan Kesebelas, Edisi Kedua,
PT Pustaka Rizki Putra, Semarang, 2006. hlm. 10-14.
henrisa.blogspot.com
https://i.instagram.com/henrisaputra1 17
/ https://facebook.com/henrisaputra
@HenriSaputra0
C. Sejarah Wakaf
Khathab. Pendapat ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan Ibnu Umar ra.
ia berkata: “Bahwa sahabat Umar ra. memperoleh sebidang tanah di
Khaibar, kemudian Umar ra. Menghadap Rasulullah SAW untuk meminta
petunjuk. Umar berkata: “Hai Rasulullah SAW., saya mendapat sebidang
tanah di Khaibar, saya belum mendapatkan harta sebaik itu, maka apakah
yang engkau perintahkan kepadaku?” Rasulullah SAW. bersabda: “Bila
engkau suka, kau tahan (pokoknya) tanah itu, dan engkau sedekahkan
(hasilnya). “Kemudian Umar mensedekahkan (tanahnya untuk dikelola),
tidak dijual, tidak dihibahkan dan tidak diwariskan. Ibnu Umar berkata:
“Umar menyedekahkannya (hasil pengelolaan tanah) kepada orang-orang
fakir, kaum kerabat, hamba sahaya, sabilillah, ibnu sabil dan tamu. Dan
tidak dilarang bagi yang mengelola (nazhir) wakaf makan dari hasilnya
henrisa.blogspot.com
https://i.instagram.com/henrisaputra1 18
/ https://facebook.com/henrisaputra
@HenriSaputra0
dengan cara yang baik (sepantasnya) atau memberi makan orang lain
dengan tidak bermaksud menumpuk harta” (HR. Muslim).
Kemudian Syariat wakaf yang telah dilakukan oleh Umar bin Khathab
disusul oleh Abu Thalhah yang mewakafkan kebun kesayangannya, kebun
“Bairaha’”.
Selanjutnya disusul oleh sahabat Nabi SAW lainnya, seperti Abu Bakar
yang mewakafkan sebidang tanahnya di Mekkah yang diperuntukkan
kepada anak keturunannya yang datang ke Mekkah. Utsman
menyedekahkan hartanya di Khaibar. Ali bin Abi Thalib mewakafkan
tanahnya yang subur. Mu’adz bin Jabal mewakafkan rumahnya, yang populer dengan
sebutan “Dar al-Anshar”. Kemudian pelaksanaan wakaf disusul oleh Anas bin Malik,
Abdullah bin Umar, Zubair bin Awwam dan ‘Aisyah Istri Rasulullah SAW.10
Pertama: uang tunai dalam segala ragam bentuknya yang meliputi emas, perak
atau uang kertas tunai.
10 Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Fiqh Wakaf, Departemen Agama RI, Jakarta, 2006, hlm. 4-6.
11 Abdullah Nashih Ulwan, op.cit.hlm. 10.
henrisa.blogspot.com
https://i.instagram.com/henrisaputra1 19
/ https://facebook.com/henrisaputra
@HenriSaputra0
A. Zakat mal (harta): emas, perak, binatang, tumbuh-tumbuhannya
(buahbuahan dan biji-bijian) dan barang perniagaan.
B. Zakat nafs, zakat jiwa yang disebut juga “zakatul Fithrah” (zakat yang
diberikan berkenaan dengan selesainya mengerjakan shiyam (PUASA) yang
difardlukan. Di negeri kita ini, lazim disebut fithrah.
A. Zakat harta yang nyata (harta yang lahir) yang terang dilihat umum, seperti:
binatang, tumbuh-tumbuhan, buah-buahan dan barang logam.
B. Zakat harta-harta yang tidak nyata, yang dapat disembunyikan. Harta-harta
yang tidak nyata itu, ialah: emas, perak, rikaz, dan barang perniagaan.
Menurut para ulama apa sebab barang dagangan dipandang harta bathin
(tiada nyata), karena barang dagangan tidak diketahui oleh yang melihat,
apakah untuk diperdagangkan atau tidak.12
https://i.instagram.com/henrisaputra1 20
/ https://facebook.com/henrisaputra
@HenriSaputra0
iii.Zakat merupakan Tambahan dan pengembangan harta
https://i.instagram.com/henrisaputra1
/ https://facebook.com/henrisaputra
@HenriSaputra0
I. Kesimpulan
Fiqh Zakat dan Wakaf mencakup kebutuhan bagi yang hartanya cukup untuk
disedekahkan kepada yang membutuhkan. Karena bermanfaat bukan hanya
dalam segi agama juga dalam segi sosial, ekonomi, dan lain-lain. Patut kita
ketahui bahwa zakat jika dipraktekkan secara benar di Indonesia, kesenjangan
antara yang kaya dan miskin mungkin akan tidak ada.
II. Saran
19
henrisa.blogspot.com
https://i.instagram.com/henrisaputra1
/ https://facebook.com/henrisaputra
@HenriSaputra0
DAFTAR PUSTAKA
Mardani. 2013. Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah. Cetakan Kedua. Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group.
https://i.instagram.com/henrisaputra1
/ https://facebook.com/henrisaputra
@HenriSaputra0
20