Anda di halaman 1dari 29

Nama : Rosman

Npm : 1961306003

Prodi : Keuangan dan perbankan syariah

UAS FIKIH MUAMALAH II

BAB 1 SISTEM MUAMALAH DALAM ISLAM

KONSEP DASAR FIQH MUAMALAH

• Hukum asal dalam muamalah adalah mubah (diperbolehkan)

• Konsep Fiqh Muamalah untuk mewujudkan kemaslahatan

• Menetapkan harga yang kompetitif

• Meninggalkan intervensi yang dilarang

• Menghindari eksploitasi

• Memberikan kelenturan dan toleransi

• Jujur dan amanah

Prinsip Muamalah

1. Bolehnya segala bentuk usaha

2. Haramnya segala kezaliman dengan memakan harta secara bathil, seperti : riba, ghasab,
korupsi, monopoli, penimbunan , dll

3. Jujur dan saling menasehati

4. Asas manfaat yang diakui syara’ dalam setiap akad

5. Tidak ada penipuan & manipulasi, MAGHRIB ( Maysir, Ghoror, Riba )

6. Tidak melalaikan dan meninggalkan kewajiban atau bertentangan dengan manhaj Allah

7. Asas akuntabilitas

BAB 2 FIKIH AKAD

(Tasharruf)

Tahsorruf menurut pengertian istilah fiqh adalah:

“Segala tindakan yang dilakukan seseorang

atas kehendaknya dan berdampak hukum

lahirnya berbagai hak”.


• Catatan :

Tasharruf lebih umum dibandingkan akad.

Karena tasharruf dapat berupa akad dan

dapat pula berupa bukan akad.

• Tasharruf (tindakan) yang berkaitan dengan perbuatan (‫ )التصرف الفعلي‬yaitu setiap tindakan
yang dilakukan seseorang, baik perbuatan itu benar atau salah.

• Tasharruf (tindakan) yang berkaitan dengan ungkapan atau perkataan (‫)التصرف القولي‬.
Tasharruf seperti ini terbagi dalam dua bentuk:

• Tasharruf qouli yang bersifat “akad” yaitu ungkapan yang berdasar pada persetujuan dua
belah pihak yang melahirkan konsekwensi hukum sebuah akad, seperti jual beli, ijarah (sewa)
syirkah (kongsi) dll.

• 2. Tasharruf qouli yang tidak memiliki sifat akad, yaitu ungkapan yang tidak melahirkan
konsekwensi hukum sebuah akad, seperti pernyataan yang melahirkan hak misalnya: wakaf,
atau ungkapan yang menyebabkan berakhirnya sebuah akad seperti ungkapan talak.

• Secara bahasa, akad berarti: ikatan, sambungan dan perjanjian.

• Menurut istilah,

 Akad adalah perikatan ijab dengan qabul yang dibenarkan syariat dan
menetapkan keridhaan kedua belah pihak.

 TM. Hasbi Ash Shiddieqy,

“Akad ialah Perikatan ijab dengan qabul dng cara yang disyari’atkan yang mempunyai
dampak pada yang diakadkan itu”

 Menurut Musthafa Ahmad az-Zarqa’: Akad adalah ikatan secara hukum yang
dilakukan oleh dua atau beberapa pihak yang sama-sama berkeinginan untuk
mengikatkan diri.

Wa’ad (Janji)

 Janji (promise) antara satu pihak kepada pihak lainnya (hanya mengikat satu pihak)􀃆 one-
way.

 Terms & Condition-nya tidak well-defined; atau blum ditetapkan scr rinci dan spesifik.

 Belum ada kewajiban yang ditunaikan oleh pihak manapun, walaupun terms & condition-nya
sudah well-defined

AKAD
 Mengikat kedua belah pihak yang saling bersepakat, yakni masing-masing pihak terikat
untuk melaksanakan kewajiban mereka masing-masing yang telah disepakati terlebih dahulu

 Terms and Condition-nya sudah ditetapkan secara rinci dan spesifik (sudah well-defined).

Bila salah satu atau kedua pihak yang terikat dalam kontrak itu tidak dapat memenuhi kewajibannya,
maka ia/mereka menerima sanksi seperti yang sudah di sepakati dalam akad

Tadlis (Penipuan)

Tadlis adalah transaksi yang mengandung suatu hal yang tidak diketahui oleh salah satu pihak
( unknown to one party)

“Setiap transaksi dalam Islam harus didasarkan pada prinsip kerelaan antara kedua belah pihak,
mereka harus mempunyai informasi yang sama (complete information) sehingga tidak ada pihak
yang merasa ditipu/dicurangi karena ada sesuatu yang tak diketahui olehsalah satu pihak.

Ada 4 (empat) hal dalam transaksi Tadlis, yaitu :

Kuantitas : mengurangi takaran

Kualitas : menyembunyikan kecacatan barang

Harga : memanfaatkan ketidaktahuan pembeli akan harga pasar

Waktu : menyanggupi delivery time yang disadari tidak akan sanggup memenuhinya

Jika ada salah satu unsur dari 4 unsur tersebut maka itu termasuk jual beli yang mengandung tadlis.

Taghrir adalah transaksi pertukaran yang mengandung ketidakpastian bagi kedua belah pihak
(uncertainty to both parties).

Uncertainty to both parties dapat terjadi dalam 4 (empat) hal yaitu,

Kuantitas : Jual beli Ijon

Kualitas : Jual beli anak sapi yg.masih dalam perut induknya (belum terdeteksi
hidup atau matinya anak sapi tsb)

Harga : Ada dua harga dalam satu akad, ex:jual beli kredit

Waktu : Jual beli sesuatu yang hilang (delivery time tidak pasti bagi kedua belah pihak)
ex: si A menjual

kepada si B atas motornya yang hilang.

• Bai’ Najasy (manipulasi demand) adalah upaya mengambil keuntungan di atas keuntungan
normal dengan menciptakan permintaan palsu.

• Example: seperti menyebarkan isu, melakukan order pembelian fiktif, melakukan pembelian
pancingan agar tercipta sentimen pasar untuk beramai2 membeli saham, sehingga diharapkan
memperoleh keuntungan yang besar.
• Menjual minyak goreng dengan mengambil keuntungan diatas keuntungan normal
dikarenakan banyaknya permintaan pasar (padahal permintaan di pasar stabil)

Ihtikar adalah upaya mengambil keuntungan di atas keuntungan normal dengan menjual lebih
sedikit untuk harga yang lebih tinggi.

Contoh:

1. Mengupayakan adanya kelangkaan barang dengan cara menimbun.

2. Menjual dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan harga sebelum muncul kelangkaan
barang.

3. Mengambil keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan keuntungan sebelum poin 1 & 2
dilakukan.

BAB 3 RIBA

“Riba” dari segi istilah bahasa sama dengan “Ziyadah” artinya tambahan. Sedangkan menurut
istilah teknis, riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok (modal) secara bathil.

Pertukaran sesama barang ribawi dengan kadar yang berbeda melahirkan riba.

Terdapat perbedaan pendapat dalam menjelaskan riba. Secara umum Riba adalah penambahan
terhadap hutang. Maknanya: Setiap penambahan pada hutang baik kwalitas ataupun kwantitas, baik
banyak ataupun sedikit, adalah riba yang diharamkan.

Landasannya Al Quran Surat An-Nisa ( 4 ) ayat 29 yang berarti :

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan
yang bathil”.

Adapun yang dimaksud dengan jalan yang bathil dalam hal ini yaitu pengambilan tambahan dari
modal pokok tanpa ada imbalan pengganti (kompensasi) yang dapat dibenarkan oleh Syar’ie.

– Tahap Pertama, menolak anggapan bahwa pinjaman riba pada zahirnya menolong
mereka yang memerlukan sebagai suatu perbuatan mendekati atau taqarrub kepada
Allah SWT.

QS. AR-RUUM: 39 (TAHAP 1: Wacana)

ْ ‫اس َفاَل َي ْر ُبوا ِع ْن َد هَّللا ِ َو َما آ َت ْي ُت ْم مِنْ َز َكا ٍة ُت ِريدُونَ َو ْج َه هَّللا ِ َفأ ُ ْولَئِ َك ُه ْم ا ْل ُم‬
َ‫ض ِعفُون‬ ِ ‫َو َما آ َت ْي ُت ْم مِنْ ِر ًبا لِ َي ْر ُب َوا فِي أَ ْم َو‬
ِ ‫ال ال َّن‬
“DAN, SESUATU RIBA (TAMBAHAN) YANG KAMU BERIKAN AGAR HARTA PADA MANUSIA
BERTAMBAH, MAKA RIBA ITU TIDAK BERTAMBAH PADA SISI ALLAH. DAN APA YANG KAMU BERIKAN
BERUPA ZAKAT YANG KAMU MAKSUDKAN UNTUK MENCAPAI KERIDOAN ALLAH, MAKA (YANG
BERBUAT DEMIKIAN) ITULAH ORANG-ORANG YANG MELIPATGANDAKAN
– Tahap kedua, riba digambarkan sebagai suatu yang buruk dan balasan yang keras
kepada orang Yahudi yang memakan riba.

QS. AN-NISAA: 160-161 (TAHAP 2: Dampak Riba))

ِ ‫الر َبا َو َقدْ ُن ُهوا َع ْن ُه َوأَ ْكلِ ِه ْم أَ ْم َوال َ ال َّن‬


‫اس‬ ً ‫يل هَّللا ِ َكث‬
ِّ ‫ِيرا َوأَ ْخ ِذ ِه ْم‬ َ ‫ت أ ُ ِحلَّتْ لَ ُه ْم َو ِب‬
َ ْ‫صدِّ ِه ْم عَن‬
ِ ‫س ِب‬ ٍ ‫َف ِب ُظ ْل ٍم مِنْ الَّذِينَ هَادُوا َح َّر ْم َنا َعلَ ْي ِه ْم َط ِّي َبا‬
‫ِبا ْل َباطِ ِل َوأَ ْع َتدْ َنا لِ ْل َكاف ِِرينَ ِم ْن ُه ْم َع َذا ًبا أَلِي ًما‬

“MAKA DISEBABKAN KEZALIMAN ORANG-ORANG YAHUDI, KAMI HARAMKAN ATAS MEREKA


(MEMAKAN MAKANAN) YANG BAIK-BAIK (YANG DAHULUNYA) DIHALALKAN BAGI MEREKA, DAN
KARENA MEREKA BANYAK MENGHALANGI (MANUSIA) DARI JALAN ALLAH, DAN DISEBABKAN
MEREKA MEMAKAN RIBA, PADAHAL SESUNGGUHNYA MEREKA TELAH DILARANG DARINYA, DAN
KARENA MEREKA MEMAKAN HARTA ORANG DENGAN JALAN BATIL. KAMI TELAH MENYEDIAKAN
UNTUK ORANG-ORANG YANG KAFIR DI

– Tahap ketiga, riba itu diharamkan dengan dikaitkan kepada suatu tambahan yang
berlipat ganda.

QS. ALI IMRAN: 130 (TAHAP 3: Larangan Riba Berlipat Ganda)

َ‫ضا َع َف ًة َوا َّتقُوا هَّللا َ لَ َع َّل ُك ْم ُت ْفلِحُون‬ ْ َ‫الر َبا أ‬


َ ‫ض َعا ًفا ُم‬ ِّ ‫َياأَ ُّي َها الَّذِينَ آ َم ُنوا اَل َتأْ ُكلُوا‬
“HAI ORANG-ORANG YANG BERIMAN, JANGANLAH KAMU MEMAKAN RIBA DENGAN BERLIPAT
GANDA DAN BERTAQWALAH KAU KEPADA ALLAH SUPAYA KAMU MENDAPAT KEBERUNTUNGAN”

Ahli-ahli tafsir Islam berpendapat bahwa berkaitan demikian disebabkan riba jenis tersebut
adalah suatu yang banyak berlaku pada masa itu.

– Tahap akhir sekali, ayat riba diturunkan oleh Allah SWT. Yang dengan jelas sekali
mengharamkan segala macam jenis tambahan yang diambil daripada pinjaman.

– QS. AL-BAQARAH: 278-279 (TAHAP TERAKHIR: Larangan semua Riba)

ُ ‫ب مِنْ هَّللا ِ َو َر‬


ُ ‫سولِ ِه َوإِنْ ُت ْب ُت ْم َفلَ ُك ْم ُر ُء‬
‫وس‬ ِّ ْ‫َياأَ ُّي َها الَّذِينَ آ َم ُنوا ا َّتقُوا هَّللا َ َو َذ ُروا َما َبق َِي مِن‬
ٍ ‫ َفإِنْ َل ْم َت ْف َعلُوا َفأْ َذ ُنوا ِب َح ْر‬. َ‫الر َبا إِنْ ُكن ُت ْم ُم ْؤ ِمنِين‬
َ‫أَ ْم َوالِ ُك ْم اَل َت ْظلِمُونَ َواَل ُت ْظلَمُون‬

“HAI ORANG-ORANG YANG BERIMAN, BERTAKWALAH KEPADA ALLAH DAN TINGGALKAN SISA RIBA
(YANG BELUM DIPUNGUT) JIKA KAMU ORANG-ORANG YANG BERIMAN. MAKA JIKA KAMU TIDAK
MENGERJAKAN (MENINGGALKAN SISA RIBA) MAKA KETAHUILAH BAHWA ALLAH DAN RASULNYA
AKAN MEMERANGIMU. DAN JIKA KAMU BERTOBAT (DARI PENGAMBILAN RIBA) MAKA BAGIMU
POKOK

Menurut Ibnu al- Arabi (Ahkamul Al-quran) dalam kaitannya dengan pengertian al-bathil dalam
surah an-nisa’ (4): 29

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan
yang batil” ‫ والربا في اللغة هو الزيادة في االية كل زيادة لم يقابلها عواض‬Pengertian riba secara bahasa adalah
tambahan, namun yang dimaksud riba dalam ayat al-quran yaitu setiap penambahan yang diambil
tanpa adanya suatu transaksi pengganti atau penyeimbang yang dibenarkan syariah

Secara garis besar Riba terbagi kepada dua bagian, yaitu: Riba Hutang Piutang dan Riba Jual Beli.
1. Riba Hutang Piutang

a. Riba Qord ‫القرض ربا‬

Suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang disyaratkan terhadap yang berhutang
(Muqtaridh)

a. Riba Jahiliyyah ‫الجاهلية ربا‬

Hutang dibayar lebih dari pokoknya, karena si peminjam tidak mampu membayar hutangnya
pada waktu yang ditetapkan

BAB 4 JUAL BELI

rosman-Jelaskan kenapa ulama indonesia dan timur tengah berbeda pendapat mengenai haram,
makruh nya rokok?

Karena merokok dapat menjerumuskan dalam kebinasaan, yaitu merusak seluruh sistem tubuh
(menimbulkan penyakit kanker, penyakit pernafasan, penyakit jantung, penyakit pencernaan, berefek
buruk bagi janin, dan merusak sistem reproduksi), dari alasan ini sangat jelas rokok terlarang atau
haram.

Pendapat makruh ada dalil yang mengatakan:

Dia-lah Allah, yang telah menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu“. (QS. Al Baqarah: 29).

Ayat ini menjelaskan bahwa segala sesuatu yang diciptakan Allah di atas bumi ini halal untuk
manusia termasuk tembakau yang digunakan untuk bahan baku rokok.

Akan tetapi dalil ini tidak kuat, karena segala sesuatu yang diciptakan Allah hukumnya halal bila
tidak mengandung hal-hal yang merusak. Sedangkan tembakau mengandung nikotin yang secara
ilmiah telah terbukti merusak kesehatan dan membunuh penggunanya secara perlahan.

Sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa merokok hukumnya makruh, karena orang yang
merokok mengeluarkan bau tidak sedap. Hukum ini diqiyaskan dengan memakan bawang putih
mentah yang mengeluarkan bau yang tidak sedap.

Dalil ini juga tidak kuat, karena dampak negatif dari rokok bukan hanya sekedar bau tidak sedap,
lebih dari itu menyebabkan berbagai penyakit berbahaya di antaranya kanker paru-paru.

IDA- Bagaimana pandangan islam terkait jual beli online yang kasusnya harga barang tidak sesuai
dengan kualitas barangnya?

Jual beli diperbolehkan selama barang yang diperjual belikan sesuai dengan ciri-ciri yang telah
ditentukan, atau telah diketahui jenis dan sifat barang yang akan dibelinya. Dalam kasus jual beli
online, penyerahan barangtidak diberikan secara langsung dari penjual kepada pembeli,
namundiwakilkan kepada orang lain atau melalui kurir. Menurut madzhab ini jual beli bisa
diwakilkan, baik untuk berjualan atau membeli suatu barang, yang dinamakan jual beli dengan
wakalah (diwakilkan).

Disyaratkan juga ketika melakukan transaksi elektronik hendaknya para pelaku memperhatikan
prinsip kehati-hatian, transparansi, akuntabilitas dan kewajaran.

BAB 5 BA I MURABAHAH

RESUME PERTANYAAN
1. Lilis Trisnawati
Tolong jelaskan apa yang di maksud dengan murabahah modal kerja??
Jawab :
Murabahah Modal Kerja (MMK), yang diperuntukkan untuk pembelian barang-barang
yang akan digunakan sebagai modal kerja. Modal kerja adalah jenis pembiayaan yang
diperlukan oleh perusahaan untuk operasi sehari-hari. Penerapan murabahah untuk modal
kerja membutuhkan kehati-hatian, terutama bila obyek yang akan diperjualbelikan terdiri
dari banyak jenis, sehingga dikhawatirkan akan mengalami kesulitan terutama dalam
menentukan harga pokok masing-masing barang.

2. Devi Khairiah Putri


Bisa tolong jelaskan apa itu murabahah konsumsi, serta pembiayaan konsumsi itu sendiri
biasa nya untuk membiayai apa?
Jawab :
Murabahah Konsumsi (MK), adalah pembiayaan perorangan untuk tujuan nonbisnis,
termasuk pembiayaan pemilikan rumah, mobil. Pembiayaan konsumsi biasanya digunakan
untuk membiayai pembelian barang konsumsi dan barang tahan lama lainnya. Jaminan yang
digunakan biasanya berwujud obyek yang dibiayai, tanah dan bangunan tempat tinggal.

3. Aliffia Al Zahra
Apa saja contoh Murabahah dalam kehidupan sehari-hari?
Jawaban :
Misalnya, seorang pedagang yang memerlukan modal untuk berdagang dapat mengajukan
permohonan untuk pembiayaan bagi hasil seperti mudharabah, dimana bank bertindak
selaku shahibul maal dan nasabah selaku mudharib. Caranya adalah dengan menghitung
dulu perkiraan pendapatan yang akan diperoleh nasabah dari proyek yang bersangkutan.
misalnya, dari modal Rp30.000.000,00 diperoleh pendapatan sebesar Rp5.000.00,00 per
bulan. Dari pendapatan ini harus disishkan terlebih dahulu untuk tabungan pengembalian
modal, misalnya Rp2.000.000,00. selebihnya dibagi antara bank dengan nasabah dengan
kesepakatan di muka, misalnya 60% untuk nasabah 40% untuk bank.

BAB 6 BA I SALAM DAN BA I ISTISNA

Vemmy Mayditry
Apa saja keuntungan dan manfaat akad bai’ salam?
Jawaban :
1. Jaminan untuk mendapatkan barang sesuai dengan yang ia butuhkan.
2. Penjualan mendapatkan modal untuk mendapatkan usaha dengan cara yang halal.
3. Penjual memiliki keleluasaan dalam memenuhi permintaan pembeli.

Aliffiah Al-Zahra
Bagaimana jika salah satu syarat dan rukun dari bai’ istishna tidak terpenuhi?
Jawaban :
Menurut kalangan khanafiah untuk ketiga syarat, apabila salah satunya tidak terpenuhi akad
tersebut dianggap rusak atau batal. Untuk rukunya sendiri ada pihak pertama dan kedua, objek
dan ada ijab. Nah jika salah satu dari ketiga itu tidak ada itu tidak bisa juga, contohnya objek nya
tidak ada, kita tidak mungkin melakukan akad tampa objek tersebut kan maupun untuk ijab dan
pihak pertama dan kedua. Jadi untuk rukunya juga wajib ada.

Lilis Trisnawati
Contoh bai’ salam dan bai’ istishna dalam kehidupan sehari-hari?
Jawaban :
Bai’ salam : produk pertanian atau barang-barang industri atau kebutuhan rumah tangga, seperti
padi, gandum dan lain-lain.
Bai’ istishna : industri pembuatan, teknologi, pembuatan kapal, gedung apartemen, sekolah
maupun rumah sakit.
BAB 7 AL IJARAH
1. Lilis Trisnawati, Jelaskan apa manfaat dari al-ijarah?
Jawab: Obyek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan/atau jasa. Manfaat barang
atau jasa harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak. Manfaat barang atau jasa
harus yang bersifat dibolehkan (tidak diharamkan). Kesanggupan memenuhi manfaat harus
nyata dan sesuai dengan syari'ah

2. Vemmy Mayditri, Jelaskan pengertian dari syarat al-inqad, dan syarat lazim?
Jawab:
Syarat Al-Inqad: Sebagaimana telah dijelaskan dalam jual beli, menurut ulama Hanafiyah, ‘aqid
(orang yang melakukann akad diisyaratkan harus berakal dan mumayyiz) minimal 7tahun, serta
tidak diisyaratkan harus baligh. Akan tetapi, jika bukan barang miliknya sendiri, akad ijarah anak
mumayyiz dipandang sahbila telah diizinkan walinya.
Syarat Lazim: Barang sewaan yang terhindar dari cacat. Jika terdapat cacat pada ma’qud alaih
(barang sewaan), penyewa boleh memilih antara meneruskan dengan membayar penuh atau
membatalkannya.

3. Rosman, Semua ulama fikih sepakat ijarah adalah syariat dalam islam tapi ada sebagian
yang tidak sepakat, yang saya tanyakan apa dasar atau dalil2 yang mendasar perbedaan
antara kedua ulama fikih?
Jawab:
Mohon maaf saya belum bisa menjawab dan masih mencari jawaban tersebut

AL-IJARAH AL-MUNTAHIYAH BI AL-TAMLIK

Dewan Syariah Nasional setelah, Menimbang : a. bahwa dewasa ini dalam masyarakat telah umum
dilakukan praktik sewa-beli, yaitu perjanjian sewa-menyewa yang disertai dengan opsi pemindahan hak
milik atas benda yang disewa, kepada penyewa, setelah selesai masa sewa; b. bahwa dalam rangka
memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut, Lembaga Keuangan Syariah (LKS) memerlukan akad sewa-
beli yang sesuai dengan syari'ah; c. bahwa oleh karena itu, Dewan Syari'ah Nasional (DSN) memandang
perlu menetapkan fatwa tentang sewa-beli yang sesuai dengan syari'ah, yaitu akad al-ijarah
almuntahiyah bi al-tamlik (‫( بالتمليك المنتهية اإلجارة‬atau al-ijarah wa al-iqtina’ (‫( واإلقتناء اإلجارة‬untuk dijadikan
pedoman

MEMUTUSKAN Menetapkan : FATWA TENTANG AL-IJARAH AL-MUNTAHIYAH BI AL-TAMLIK Pertama :


Ketentuan Umum: Akad al-Ijarah al-Muntahiyah bi al-Tamlik boleh dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut: 1. Semua rukun dan syarat yang berlaku dalam akad Ijarah (Fatwa DSN nomor: 09/DSN-
MUI/IV/2000) berlaku pula dalam akad al-Ijarah al-Muntahiyah bi al-Tamlik. 2. Perjanjian untuk
melakukan akad al-Ijarah al-Muntahiyah bi al-Tamlik harus disepakati ketika akad Ijarah ditandatangani.
3. Hak dan kewajiban setiap pihak harus dijelaskan dalam akad. Kedua : Ketentuan tentang al-Ijarah al-
Muntahiyah bi al-Tamlik 1. Pihak yang melakukan al-Ijarah al-Muntahiah bi al-Tamlik harus
melaksanakan akad Ijarah terlebih dahulu. Akad pemindahan kepemilikan, baik dengan jual beli atau
pemberian, hanya dapat dilakukan setelah masa Ijarah selesai. 2. Janji pemindahan kepemilikan yang
disepakati di awal akad Ijarah adalah wa'd (‫ الوعد‬,(yang hukumnya tidak mengikat. Apabila janji itu ingin
dilaksanakan, maka harus ada akad pemindahan kepemilikan yang dilakukan setelah masa Ijarah selesai.
Ketiga : 1. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara
kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari'ah setelah tidak
tercapai kesepakatan melalui musyawarah. 2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan
ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan
sebagaimana mestinya. 27 Al

BAB 8 MUSYARAKAH DAN MUDHARABAH

A. Musyarakah
Secara bahasa musyarakah sering pula disebut dengan syirkah yang bermakna ihktilath
(pencampuran), yakni bercampurnya salah satu dari dua harta dengan harta lainnya tanpa
dapat dibedakan diantara keduanya. Musyarakah juga bisa berarti seseorang mencampur
hartanya dengan harta orang lain dengan mana salah satu pihak tidak menceraikan dari
yang lainnya.Secara terminologi, musyarakah berarti akad di antara dua orang atau lebih
untuk berserikat dalam modal dan keuntungan. Musyarakah adalah akad kerjasama yang
terjadi di antara para pemilik modal (mitra musyarakah) untuk menggabungkan modal
dan melakukan usaha secara bersama dalam suatu kemitraan, dengan nisbah pembagian
hasil sesuai dengan kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung secara proporsional
sesuai dengan kontribusi modal.
Dasar Hukum

Musyarakah adalah akad yang diperbolehkan berdasarkan Al-Quran, Hadist dan Ijma‟
Al-Quran Q.S. An Nisa Ayat 12

“Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam
yang sepertiga itu”

Q.S. Shaad Ayat 24:


“Dari sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka
berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal yang shaleh; dan amat sedikitlah mereka ini”.

Hadits

Berikut adalah hadist-hadist tentang musyarakah :

“Allah swt, berfirman: Aku adalah pihak ketiga dari orang yang berserikat selama satu pihak
tidak mengkhianati pihak yang lain.”

“Jika sala satu pihak telah berkhianat, aku keluar dari mereka. (HR. Abu Daud dari Abu Hurairah)

Ijma

B. Mudharabah
Secara bahasa mudharabah diambil dari kata al-dharb fi al-Ardh, yang berarti perjalanan
untuk berniaga. Pengambilan kata ini disebabkan amil dan mudharib meletakan
mudharabah untuk bekerja dengan cara berniaga (tijarah) dan mencari keuntungan
dengan permintaan dari pemilik modal (rab al-mal).
Secara istilah, mudharabah berarti seorang malik atau pemilik modal menyerahkan modal
kepada seorang amil untuk berniaga dengan modal tersebut, dimana keuntungan dibagi
diantara keduanya dengan porsi bagian sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam akad.
Jadi. Mudharabah adalah akad kerja sama pemilik modal dan pengelola modal dimana
keuntungan dan kerugian dibagi berdasarkan kesepakatan oleh beberapa pihak yang
terlibat.
Dasar Hukum

Mudharabah merupakan akad yang diperboleh berdasarkan :


Al-Quran:
“…Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari
Tuhanmu”. (Q.s. Al-Baqarah Ayat 198)
“Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah banyak- banyak supaya kamu beruntung”. (Q.s Al-
Jumu‟ah Ayat 10)
Hadits:
“Diceritakan kepada kami Hasan bin Ali al-Khallal, diceritakan kepada kami Bisri bin
Tsabit al-Bazzar, diceritakan kepada kami Nashr bin al-Qasim dari Abdurrahman bin
Daud, dari Shalih bin Shuhaib r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Tiga hal yang
didalamnya terdapat keberkahan yaitu jual beli secara tangguh, muqaradhah
(mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah,
bukan untuk dijual.” (HR Ibnu Majah no.
2280, kitab at-Tijarah).

Ijma:
Diriwayatkan oleh sejumlah sahabat menyerahkan (kepada orang, mudharib) harta anak
yatim sebagai mudharabah dan tidak seorangpun mengingkari mereka. Karenannya, hal
itu dipandang sebagai ijma‟.
Rukun dan Syarat

Rukun adalah segala sesuatu yang menyebabka suatu akad dapat dilaksa- nakan, karena
rukun adalah bagian integral yang tidak terpisahkan sehingga akad tersebut tidak rusak/batal
(fasad) dalam pelaksanaannya

. Rukun Mudharabah

1) Pelaku (pemilik modal maupun pelaksana usaha)

Jelaslah bahwa rukun dalam akad mudharabah sama dengan rukun dalam jual-beli
ditambah satu faktor tambahan, yakni nisbah keuntungan. Faktor pertama pelaku, dalam akad
mudharabah, minimal harus ada dua pelaku. Pihak pertama bertindak sebagai pemilik modal
(shohibul al-maal), sedang pihak kedua bertindak sebagai pelaksana usaha (mudharib atau
„amil),
tanpa dua pelaku ini maka akad mudharabah tidak akan ada.

2) Obyek mudharabah (modal dan kerja).

Faktor kedua obyek mudharabah yang merupakan konsekuensi logis dari tindakan yang
dilakukan oleh para pelaku. Pemilik modal menyerahkan modalnya sebagai obyek
mudharabah, sedang pelaksana usaha menyerahkan kerjanya (keahliannya) sebagai obyek
mudharabah.

3) Persetujuan kedua belah pihak (ijab-qabul).

Faktor ketiga, yakni persetujuan kedua belak pihak. Merupakan konsekuensi dari prinsip an-
taroddin minkum (sama- sama rela). Disini kedua belah pihak harus sama-sama secara rela
sepakat untuk mengikatkan diri dalam akad mudharabah. Si pemilik dana setuju dengan
perannya untuk mengkontribusikan dana, sedang si pelaksana usaha setuju dengan perannya
untuk mengkontribusikan kerja (keahlian).

4) Nisbah keuntungan.

Faktor yang keempat yakni nisbah, yang merupakan rukun yang khas dalam pada mudharabah,
yang tidak ada dalam akad jual beli. Nisbah ini mencerminkan imbalan yang berhak diterima
oleh kedua pihak yang bermudharabah. Pemodal mendapat imbalan atas penyertaan
modalnya sedang mudharib mendapat imbalan atas kerjanya. Nisbah inilah yang akan
mencegah terjadinya perselisihan antara kedua belah pihak mengenai cara pembagian
keuntungan. Dalam penentuan nisbah keuntungan dapat ditentukan dengan perbandingan
atau prosentase, misal,

50:50, 70:30 atau 60:40 atau bahkan 99:1. Tetapi, Nisbah tidak boleh 100:0, karena para ahli
fiqih sepakat berpendapat bahwa mudharabah tidak sah apabila shahibul almaal dan mudharib
membuat syarat agar keuntungan hanya untuk salah satu pihak saja.

Syarat Mudharabah
1) Masing-masing pihak memenuhi persyaratan kecakapan wakalah.

2) Modal (ra‟s al-mal) harus jelas jumlahnya, berupa tsaman (harga tukar) tidak berupa barang
dagangan, dan harus tunai dan diserahkan seluruhnya kepada pengusaha.

3) Presentase keuntungan dan periode pembagian keuntungan harus dinyatakan secara jelas
berdasarkan kesepakatan bersama. Sebelum dilakukan pembagian seluruh keuntungan milik
bersama.

4) Pengusaha berhak sepenuhnya atas pengelolaan modal tanpa campur tangan pihak
pemodal. Sekalipun demikian pada awal transaksi pihak pemodal berhak menetapkan garis-garis
besar kebijakan pengelolaan modal.

5) Kerugian atas modal ditanggung sepenuhnya oleh pihak pemodal.

Sedangkan pihak pekerja atau pengusaha sama sekali tidak menanggungnya, melainkan ia
menanggung kerugian pekerjaan

RESUME

Penanya Karmila

1. Apa perbedaan musyarakah dan mudharabah serta contohnya?

Jawaban : kita memulai dari mudharabah yang perlu kita ketahui mudharabah akadnya adalah
jual beli sementara musyarakah akadnya adalah kepemilikan.contoh dari mudharabah jika
seseorang membeli rumah di bank syariah dengan menggunakan akad mudharabah,maka
rumah tersebut akan menjadi milik nasabah dan nasabah mempunyai utang ke bank,sedangkan
jika menggunakan contoh akad musyarakah maka rumah itu menjadi kepemilikan bersama yang
membedakan adalah porsinya atau tanggung jawabnya

Penanya Siti Nur sa'idah

2. Bagaimana sistem bagi hasil mudharabah?

Jawaban : Bagi Hasil


1. Keuntungan yang di peroleh merupakan hasil dari pengelolaan dana pembiayaan
Mudharabah yang di berikan.

2. Besaran pembagian keuntungan dinyatakan dalam bentuk nisbah yang di sepakati

3. Mudharib harus membayar bagian keuntungan yang menjadi hak bank secara berkala sesuai
dengan periode yang disepakati.

4. Bank tidak akan menerima pembagian keuntungan bila terjadi kegagalan atau wanprestasi
yang terjadi bukan karena kelalaian mudharib.

5. Bila terjadi kegagalan usaha yang mengakibatkan kerugian yang di sebabkan oleh kelalaian
mudharib,maka kerugian tersebut harus di tanggung oleh mudharib (menjadi piutang bank).

Penanya Alifia Al-Zahra

3. Seperti apa objek pada akad mudharabah?

Jawaban : Objek (modal & kerja)

Objek mudharabah merupakan konsekuensi dari tindakan yang dilakukan oleh para pelaku.
Shahibul mal akan menyerahkan modalnya sebagai objek mudharabah,

sedangkan mudharib menyerahkan kerjanya. Modal yang diserahkan bias berupa uang ataupun
barang yang dapat dirinci berapa nomial uangnya, sedangkan kerja yang

diberikan bias berbentuk keterampilan, keahlian, dan banyak lainnya. Jika 2 obyek ini tidak ada,
akad mudharabah juga

tidak bisa terjadi.

BAB 9 MUZARAAH DAN MUSAQAH

A. Pengertian Muzara’ah
Menurut bahasa, al-muzara’ah diartikan wajan ٌ‫ة‬D َ‫ ُمفَا َعل‬ dari kata  ُ‫زَرْ ع‬D ‫اَل‬ yang sama
artinya ُ
dengan ‫ات‬DDDDDDDDDDDDDDDDDDَ‫ا ِإل ْنب‬ (menumbuhkan). Muzara’ah dinamai pula
dangan mukhabarah dan muhaqalah. Oran irak memberikan istilah muzara’ah dengan
istilah al-qarah.
Dalam kamus istilah ekonomi muzara’ah ialah akad kerja sama pengelolaan
pertanian antara pemilik lahan dan penggarap, dimna apemilik lahan menyerahkan lahan
pertanian kepada si penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan tertentu
dari hasil panen yang benihnya berasal dari pemilik lahan; pemilik tanah menyerahkan
sekaligus memberikan modal untuk mengelola tanah kepada pihak lain.
Sedangkan mukharabah adalah pemilik tanah menyerahkan kepada pihak orang yang
mengelola tanah, tetapi modalnya ditanggung oleh pengelola tanah dengan
pembayaran  1/3 atau ¼ hasil panen.
B. Landasan Hukun Muzara’ah
 Hadist
Diriwayatkan dari ibnu umar bahwa rasulullah saw. Pernah memberikan
tanah khaibar kepada penduduknya (waktu itu itu mereka masih yahudi) untuk di
garap dengan imbalan pembagian hasil buah-buahan dan tanaman.
Diriwayatkan oleh bukhari dri jabir yang mengatakan bahwa bangsa arab
senantiasa mengolah tanah nya secara muzaraah denga rasio bagi hasil 1/3 : 2/3, ¼
: ¾, ½ : ½, maka rasulullah pun bersabda, “hendaklah menanami atau
menyerahkannya untuk digarap. Barang siapa tidak melakukan salah satu dari
keduanya, tahan lah tanahnya.
 Ijma’
Bukhari mengatakan bahwa telah berkata Abu Jafar, “tidak ada satu rumah
pun di madinah kecuali penghuninya mengolah tanah secara muzara’ah dengan
pembagian hasil 1/3 dan 1/4 . Hal ini telah dilakukan oleh Sayyidina Ali, Sa’ad
bin Abi Waqash, Ibnu Mas’ud, Umar bin Abdul Aziz, Qasim, Urwah, keluarga
Abu Bakar, dan keluarga Ali.”

C. Rukun dan Syarat Muzaraah

Ulama Hanafiah berpendapat bahwa rukun muzara’ah adalah ijab dan kabul yang


menujukan keridhaan diantara keduanya. Dan Secara rinci yakni:
1.   tanah,
2.   perbuatan pekerja,
3.   modal,
4.    alat-alat untuk menanam

Resume Pertanyaan
Lilis Trisnawati : Contoh muzaraah dan musaqah?

Jawab: Contoh muzaraah : misalkan lilis punya tanah kosong yg belum ditanamin, terus saya punya
benih eeee misalkan benih jagung ya.. Saya mau tanam benih jagung ini di tanahnya lilis. Nah nnti jika
sudah panen yg wajib mengeluarkan zakat itu saya karena saya yg menanam. Sedangkan contoh
musaqoh : misalkan saya punya sawah tapi saya serahkan sawah itu untuk lilis dalam arti yang mengurus
sawah itu lilis, nanti hasil panennya di bagi dua.

Vemmy Mayditri: Bagaimana sistem bagi hasil pada akad muzaraah?

Jawab : Muzaraah itu kan kerja sama antara pemilik lahan dan penggarap, dimana benih tanaman itu
berasal dari penggarap, sedangkan pemilik lahan memberikan lahannya kepada penggarap untuk
dikelola untuk hasil panennya di bagi dua sesuai kesepakatam.

Devy : bagaimana bagi hasil akad musaqah?

Jawab : Musaqah itu kan kerja sama antara pemilik kebun dan tukang kebun, dan hasil panennya akan
dibagi dua sesuai kesepakatan waktu akad

Lisa Arianti : Bagaimana jika lahan yang ditanami mengalami kerugian yang disebabkan oleh bencana
alam? Dan gana cara membagi hasilnya?

Jawab : Bisa di komunikasikan kepada pemilik lahan jelaskan alasan knpa tidak ada hasilnya. Karena kan
kita sebagai manusia tidak ada yang tau hasil akhir dari yang kita kerjakan insyaallah jika kita
berkomunikasi dengan baik si pemilik lahan pasti bakal mengerti dengan keadaannya.

BAB 1O WAKALAH DAN KAFALAH

A. Pengertian Wakalah
Wakalah berasal dari wazan wakala-yakilu-waklan yang berarti menyerahkan atau mewakilkan
urusan sedangkan wakalah adalah pekerjaan wakil

A. Konsep Dasar Wakalah


Perwakilan (wakalah atau wikalah) berarti al-tafwidh (penyerahan, pendelegasian,
atau pemberian mandat) (Ali imran 173).
Sementara menurut istilah, wakalah adalah akad pemberian kuasa (muwakkil)
kepada penerima kuasa (wakil) untuk melaksanakan suatu tugas (tawkil) atas nama
pemberi kuasa.
B. Dasar Hukum Wakalah
1. Al-Qur’an
Salah satu dasar dibolehkannya Wakalah adalah firman Allah SWT yang
berkenaan dengan kisah Ash-habul Kahfi
ْ ُ‫ض يَ ۡو ٖ ۚم قَال‬
ۡ‫وا َربُّ ُكم‬ َ ‫وا لَبِ ۡثنَا يَ ۡو ًما أَ ۡو بَ ۡع‬ْ ُ‫ل ِّم ۡنهُمۡ َكمۡ لَبِ ۡثتُمۡۖ قَال‬ٞ ِ‫ال قَٓائ‬ ْ ُ‫َو َك ٰ َذلِكَ بَ َع ۡث ٰنَهُمۡ لِيَتَ َسٓا َءل‬
َ َ‫وا بَ ۡينَهُمۡۚ ق‬
ُ‫ بِ ِر ۡز ٖق ِّم ۡنه‬D‫ر أَيُّهَٓا أَ ۡز َك ٰى طَ َع ٗاما فَ ۡليَ ۡأتِ ُكم‬Dۡ ُ‫م ٰهَ ِذ ِٓۦه إِلَى ۡٱل َم ِدينَ ِة فَ ۡليَنظ‬Dۡ‫ا أَ َح َد ُكم بِ َو ِرقِ ُك‬Dْ‫أَ ۡعلَ ُم بِ َما لَبِ ۡثتُمۡ فَ ۡٱب َعثُ ٓو‬
‫ف َواَل ي ُۡش ِع َر َّن بِ ُكمۡ أَ َحدًا‬ ۡ َّ‫َو ۡليَتَلَط‬
Artinya :

“Dan Demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di


antara mereka sendiri. berkatalah salah seorang di antara mereka: sudah berapa
lamakah kamu berada (disini ?)”. mereka menjawab: “Kita berada (disini) sehari
atau setengah hari”. berkata (yang lain lagi): “Tuhan kamu lebih mengetahui berapa
lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk
pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah Dia lihat manakah
makanan yang lebih baik, Maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan
hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu
kepada seorangpun.” (QS Al-Kahfi : 19).
Disamping pokok akidah dalam ayat tersebut juga terdapat tuntunan akhlak yakni
hendaklah kita memperhatikan (undhur) terhadap jenis makanan yang akan kita
konsumsi karena itu akan berpengaruh terhadap jasmani dan akhlak kita. Makanan
yang buruk akan membawa mafsadat tidak hanya bagi jasmani tapi juga bagi ruhani
kita. Makanan yang halal dan baik insyaAllah akan membantu kita menjadi lemah
lembut sebagaimana Allah ingatkan kepada ashabul kahfi dan dengan keumuman
lafalnya juga kepada kita agar berlaku lemah lembut. Selain dua hal diatas sebenarnya
masih ada kandungan akhlak dalam ayat tersebut seperti kaidah kepemimpinan dan
keterwakilan, amanah dan strategi.1

Dalam hal muamalah maka ayat tersebut diatas membicarakan tentang perwakilan
dalam bertransaksi, ada solusi yang bisa diambil manakala manusia mengalami
kondisi tertentu dalam mengakses atau melakukan transaki yaitu dengan jalan
wakalah, menetapkan pekerjaan wakil berupa perginya ia kepada tempat dimana
barang tersebut berada (kota), dikenalkannya alat pertukaran transaksi yaitu wariq
atau uang perak dan ketentuan (sighat) terhadap barang (taukil) yang akan diadakan
serta bolehnya diadakan non-disclossure agreement antara wakil dan muwakil.

2. Al-Hadits
Hadits yang dapat dijadikan landasan keabsahan Wakalah diantaranya:
a. “Bahwasanya Rasulullah mewakilkan kepada Abu Rafi’ dan seorang  Anshar untuk
mewakilkannya mengawini Maimunah binti Al Harits”. (HR. Malik dalam al-
Muwaththa’)
b. “Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram, dan kaum muslimin
terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal
atau menghalalkan yang haram” (HR Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf).

Dalam kehidupan sehari-hari, Rasulullah telah mewakilkan kepada orang lain


untuk berbagai urusan. Diantaranya membayar utang, mewakilkan penetapan had dan
membayarnya, mewakilkan pengurusan unta, membagi kandang hewan, dan lain-lain.

3. Ijma’
Para ulama pun bersepakat dengan ijma’ atas dibolehkannya wakalah. Mereka
bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan alasan bahwa hal tersebut jenis
taa’wun atau tolong menollong atas kebaikan dan taqwa.

Seperti firman Allah SWT “..Dan tolong-menolonglah kamu dalam


(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa
dan pelanggaran…” (Qs. Al-Maidah 2)

1
C. Rukun Wakalah
Rukun wakalah ada tiga yaitu :
1. Dua orang yang melakukan transaksi, yaitu orang yang mewakilkan dan yang
menjadi wakil.
2. Shighat (Ijab Kabul).
3. Muwakal fih (sesuatu yang diwakilkan).2
D. Pengertian Kafalah
Dalam pengertian bahasa kafalah berarti adh dhamman (jaminan), sedangkan
menurut pengertian syara’ kafalah adalah proses penggabungan tanggungan kafiil
menjadi tanggungan ashiil dalam tuntutan/permintaan dengan materi sama atau hutang,
atau barang atau pekerjaan.
E. Dasar Hukum Kafalah
Dalam hukum Islam, seseorang diperkenankan mendelegasikan suatu tindakan
tertentu kepada orang lain yang mana orang lain tersebut bertindak atas nama pemberi
kuasa atau yang mewakilkan sepanjang kegiatan yang didelegasikan diperkenankan oleh
agama. Dalil yang dipergunakan, antara lain adalah:3
1. Al-Qur’an
َ‫ُﺻﻮاَع ْاﻟَ ِﻤﻠِﻚ َِوﻟَ ْﻤﻦ َﺟﺎَء ِﺑِﻪ ِﺣْ ُﻤﻞ َﺑِ ْﻌﻴٍﺮ َ َوأَﻧﺎ ِﺑِﻪ َِز ْﻋﻴٌﻢ‬
َ ‫ﻗﺎ ُ ْﻟﻮا َ ْﻧﻔِﻘُﺪ‬

Artinya:

Penyeru – penyeru itu berkata : Kami kehilangan piala raja, dan siapa yang
dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan ( seberat ) beban unta
dan aku menjamin terhadapnya (QS. Yusuf : 72).

ْ ‫ﻹﺛِﻢ‬
Dِ‫َواﻟُ ْﻌﺪَوا‬ ْ ِ‫ َﻋَﻠﻰ ْا‬D‫ َ َوﻻ َﺗَﻌﺎ َ ُو ْﻧﻮا‬،‫ َﻋَﻠﻰ ْاﻟِﺒﱢﺮ َواﻟﱠ ْﺘﻘَﻮى‬D‫َوﺗَﻌﺎ َ ُو ْﻧﻮا‬

Artinya:

Tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan


janganlah tolong-menolong dalam (mengerjakan) dosa dan pelanggaran.” (QS. al-
Ma’idah : 2)

2
3
2. Al-Hadits
Hadis Nabi riwayat Bukhari:
“Telah dihadapkan kepada Rasulullah SAW jenazah seorang laki-laki untuk
disalatkan. Rasulullah saw bertanya, ‘Apakah ia mempunyai hutang?’ Sahabat
menjawab, ‘Tidak’. Maka, beliau mensalatkannya. Kemudian dihadapkan lagi
jenazah lain, Rasulullah pun bertanya, ‘Apakah ia mempunyai hutang?’ Sahabat
menjawab. ‘Ya’. Rasulullah berkata, ‘Salatkanlah temanmu itu’ (beliau sendiri tidak
mau mensalatkannya). Lalu Abu Qatadah berkata, ‘Saya menjamin hutangnya, ya
Rasulullah’. Maka Rasulullah pun menshalatkan jenazah tersebut.” (HR. Bukhari dari
Salamah bin Akwa’).
Hadits Nabi riwayat Tirmidzi dari Amr bin Auf:
“Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin, kecuali perdamaian yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin
terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal
atau menghalalkan yang haram.”
Resume
1. Assalamualaikum wr.wb, saya devi khairiah putri ingin bertanya. Jelaskan
bagaimana penggunaan akad wakalah dalam jasa perbankan syariah?
Terimakasih jawab Penggunaan akad wakala Untuk di bank syariah bisa
menggunakan tabungan giro dengan jasa perwakilan
2. Assalamu'alaikum. Saya Siti Nursa'idah ingin bertanya. Contoh wakalah
dalamnya kehidupan sehari-hari? Jawab Contoh wakalah dalam kehidupan sehari2
yaitu misalnya kita mau membeli suatu barang tapi tidak bisa karena lagi sakit, jadi
kita bisa menyuruh teman kita untuk mewakilkan untuk mengambilnya

BAB 11 Ad-Dhaman / Kafalah ( Jaminan ) dan Rahn (Gadai)

A. Ad-Dhaman
a. Pengertian Ad-Dhaman
Dhaman dari segi bahasa berarti tangungan atau jaminan.[2]Dhammandari segi istilah
adalah suatu ikrar atau lafadz yang disampaikan berupa perkataan atau perbuatan
untuk menjamin pelunasan hutang seseorang. Dengan demikian, kewajiban
membayar hutang atau tanggungan itu berpindah dari orang yang berhutang kepada
orang yang menjamin pelunasan hutangnya. hukumnya boleh dan sah dalam arti
diperbolehkan oleh syariat Islam, selama tidak menyangkut kewajiban yang berkaitan
dengan hak-hak Allah. Firman Allah Swt. QS Yusuf ayat 72
 Adapun syarat dhamman antara lain:
1. Syarat penjamin
 Dewasa (baligh)
 Berakal (tidak gila atau waras)
 Atas kemauan sendiri (tidak terpaksa)
 Orang yang diperbolehkan membelanjakan hartanya
 Mengetahui jumlah atau kadar hutang yang dijamin
2. Syarat orang yang dijamin, yaitu orang yang berdasarkan hukum
diperbolehkan untuk membelanjakan harta
3. Syarat orang yang menagih hutang, dia diketahui keberadaannya oleh orang
yang menjamin
4. Syarat harta yang dijamin antara lain:
 Diketahui jumlahnya
 Diketahui ukurannya
 Diketahui kadarnya
 Diketahui keadaannya
 Diketahui waktu jatuh tempo pembayaran.
5. Syarat lafadz (ikrar) yaitu dapat dimengerti yang menunjukkan adanya
jaminan serta pemindahan tanggung jawab dalam memenuhi kewajiban
pelunasan hutang dan jaminan ini tidak dibatasi oleh sesuatu, baik waktu atau
keadaan tertentu
B. Kafalah
a. Pengertian Kafalah
Kafalah menurut bahasa berarti menanggung.Firman Allah Swt. Dalam Q.S Al-
Maryam ayat 37 :
“Dan Dia (Allah) menjadikan Zakarya sebagai penjamin (Maryam)”
Menurut istilah arti kafalah adalah menanggung atau menjamin seseorang untuk dapat dihadirkan
dalam suatu tuntutan hukum di Pengadilan pada saat dan tempat yang ditentukan.

C. Rahn (Gadai)
a. Pengertian Rahn ( gadai )
Gadai atau al-rahn (‫ )الرهن‬secara bahasa dapat diartikan sebagai (al stubut,al habs)
yaitu penetapan dan penahanan.[1] Istilah hukum positif di indonesia rahn adalah apa
yang disebut barang jaminan, agunan, rungguhan, cagar atau cagaran, dan
tanggungan.
Azhar Basyir memaknai rahn (gadai) sebagai perbuatan menjadikan suatu
benda yang bernilai menurut pandangan syara’ sebagai tanggungan uang, dimana
adanya benda yang menjadi tanggungan itu di seluruh atau sebagian utang dapat di
terima. Dalam hukum adat gadai di artikan sebagai menyerahkan tanah untuk
menerima sejumlah uang secara tunai, dengan ketentuan si penjual (penggadai) tetap
berhak atas pengembalian tanahnya dengan jalan menebusnya kembali.[2]
Al-rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam atas pinjaman yang
diterimanya. Barang yang di tahan tersebut memiliki nilai
ekonomis. Dengan demikian pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat
mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat
dijelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminan hutang atau gadai. Pemilik barang
gadai disebut rahin dan orang yang mengutangkan yaitu orang yang mengambil
barang tersebut serta menahannya disebut murtahin, sedangkan barang yang di
gadaikan disebut rahn
b. Syarat dan Rukun gadai
Dalam melaksanakan suatu perikatan terdapat rukun dan syarat gadai yang harus
dipenuhi. Secara bahasa rukun adalah yang harus dipenuhi untuk sahnya suatu
pekerjaan. Sedangkan syarat adalah ketentuan (peraturan, petunjuk) yang harus
dipindahkan dan dilakukan. Gadai atau pinjaman dengan jaminan benda memiliki
beberapa rukun, antara lain :
1. Akad dan ijab Kabul
2. Aqid, yaitu yang menggadaikan dan yang menerima gadai.
3. Barang yang dijadikan jaminan (borg), syarat pada benda yang dijadikan jaminan
ialah keadaan barang itu tidak rusak sebelum janji utang harus dibayar.
Syarat Rahn antara lain : [5]
1. Rahin dan murtahin
Tentang pemberi dan penerima gadai disyaratkan keduanya merupakan orang
yang cakap untuk melakukan sesuatu perbuatan hukum sesuai dengan ketentuan
syari'at Islam yaitu berakal dan baligh.
2. Sighat
Ulama hanafiyah berpendapat bahwa sighat dalam rahn tidak boleh memakai
syarat atau dikaitkan dengan sesuatu. Hal ini karena sebab rahn jual beli, jika
memakai syarat tertentu, syarat tersebut batal dan rahn tetap sah
3. Marhun bih (utang)
Menyangkut adanya utang, bahwa utang tersebut disyaratkan merupakan utang
yang tetap, dengan kata lain utang tersebut bukan merupakan utang yang
bertambah-tambah atau utang yang mempunyai bunga, sebab seandainya utang
tersebut merupakan utang yang berbunga maka perjanjian tersebut sudah
merupakan perjanjian yang mengandung unsur riba, sedangkan perbuatan riba ini
bertentangan dengan ketentuan syari'at Islam.
c. Dasar hukum Rahn ( gadai )
Akad rahn diperbolehkan oleh syara’ dengan berbagai dalil Al-Qur’an ataupun Hadits
nabi SAW. Begitu juga dalam ijma’ ulama’. Diantaranya
firman Allah dalam Qs.Al-baqarah; 283
ِ َّ‫ه َو ْليَت‬Dَ‫اؤتُ ِمنَ أَ َمانَت‬
َ ‫ق هَّللا‬ ْ ‫ؤَ ِّد الَّ ِذي‬Dُ‫ا فَ ْلي‬D‫ْض‬ ً ‫ ُكم بَع‬D‫ْض‬ ُ ‫إ ِ ْن أَ ِمنَ بَع‬Dَ‫ةٌ ۖ ف‬D‫ُوض‬َ ‫َان َّم ْقب‬
ٌ ‫َوإِن ُكنتُ ْم َعلَ ٰى َسفَ ٍر َولَ ْم تَ ِجدُوا َكاتِبًا فَ ِره‬
‫ُ ربَّهُ ۗ َواَل تَ ْكتُ ُموا ال َّشهَا َدةَ ۚ َو َمن يَ ْكتُ ْمهَا فَإِنَّهُ آثِ ٌم قَ ْلبُهُ ۗ َوهَّللا ُ بِ َما تَ ْع َملُونَ َعلِيم‬
َ
Artinya: "Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah secara tidak tunai)
sedangkan kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang
tanggungan yang dipegang (oleh piutang). Akan tetapi jika sebagian kamu
mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan
amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah Tuhannya". (Al-
Baqarah 283). [3]
Diriwayatkan oleh Ahmad, Bukhari, Nasai, dan Ibnu Majah dari Anas r.a berkata:
ُ‫ لَقَ ْد َرهَنَ النَّبِ ُّى – صل هللا عليه وسلم – ِدرْ عًا لَهُ بِ ْال َم ِدينَ ِة ِع ْن َد يَهُو ِدىٍّ َوأَخَ َذ ِم ْنه‬: ‫س – رضى هللا عنه – قال‬
ٍ َ‫ع َْن أَن‬
‫ى‬ ‫َش ِعيرًا‬
Artinya: " Rasullulah SAW, telah merungguhkan baju besi beliau kepada seorang
Yahudi di Madina, sewaktu beliau menghutang syair (gandum) dari orang Yahudi itu
untuk keluarga itu untuk keluarga beliau". (HR. Ahmad, Bukhari, Nasai, dan Ibnu
Majah).
FATWA KAFALAH
Dewan Syari’ah Nasional setelah Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjalankan usahanya,
seseorang sering memerlukan penjaminan dari pihak lain melalui akad kafalah, yaitu jaminan yang
diberikan oleh penanggung (kafiil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau
yang ditanggung (makfuul ‘anhu, ashil); b. bahwa untuk memenuhi kebutuhan usaha tersebut, Lembaga
Keuangan Syariah (LKS) berkewajiban untuk menyediakan satu skema penjaminan (kafalah) yang
berdasarkan prinsip-prinsip syar’iah; c. bahwa agar kegiatan kafalah tersebut dilakukan sesuai dengan
ajaran Islam, DSN memandang perlu menetapkan fatwa tentang kafalah untuk dijadikan pedoman oleh
LKS. Mengingat : 1. Firman Allah dalam QS. Yusuf [12]: 72:: ‫ َقالُو‬‫ا ن‬‫ ْفقِد‬ ‫ص‬‫و‬‫اع‬ ‫الم‬‫و‬ ْ ِ‫لِك‬‫لِم‬‫ن‬ ‫ج‬‫ا َء ِب ِه حِم‬‫ ُل ب‬‫عِ ي‬‫ٍر‬
‫و‬‫أَن‬‫ا ِب ِه ز‬‫عِ ي‬‫م‬. “Penyeru-penyeru itu berseru: ‘Kami kehilangan piala Raja; dan barang siapa yang dapat
mengembalikannya, akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan aku menjamin
terhadapnya.” 2. Firman Allah QS. al-Ma’idah [5]: 2: ‫و‬‫ت‬‫ع‬‫او‬‫ن‬‫و‬‫ا ع‬‫لَى ْال ِبر‬ ‫و‬‫الت‬‫ ْقو‬‫ و‬،‫ى‬‫الَ ت‬‫ع‬‫او‬‫ن‬‫و‬‫ا ع‬ ‫لَى‬
‫ ْاإلِ ْث ِم و‬‫الع‬‫د‬‫و‬
ْ ‫ان‬.
ِ “Dan tolong-menolonglah dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan janganlah
tolong-menolong dalam (mengerjakan) dosa dan pelanggaran.” 3. Hadis Nabi riwayat Bukhari: ‫عن سلمة بن‬
‫األكوع أَنَّ الن‬‫ ِبي‬ ‫ص‬‫لَّى اهللاُ ع‬‫لَي‬‫ ِه و‬‫آلِ ِه و‬‫س‬‫لَّم‬ ‫أُتِي‬ ‫بج‬‫ن‬‫از‬‫ِي‬
ِ ‫ ٍة ل‬‫ص‬‫لِّي‬ ‫ع‬‫لَي‬‫ه‬‫ ه‬: ‫ َف َقا َل‬،‫ا‬‫ ْل ع‬‫لَي‬‫ ِه مِن‬ ‫د‬‫ي‬‫ن؟ َقالُو‬‫ص‬
ٍ ‫ َف‬،َ‫ ال‬: ‫ا‬
‫لَّى ع‬‫لَي‬‫ ثـم‬،ِ‫ه‬ ُ

KAFALAH BIL UJRAH

Dewan Syari’ah Nasional, setelah: Menimbang : a. bahwa salah satu bentuk jasa Lembaga
Keuangan Syari’ah (LKS) adalah penyediaan fasilitas penjaminan transaksi perdagangan luar negeri yang
dilakukan oleh nasabah, yang dikenal dengan istilah Letter of Credit (L/C); b. bahwa untuk memenuhi
kebutuhan transaksi L/C tersebut, LKS berkewajiban untuk menyediakan skema penjaminan yang
berdasarkan prinsip-prinsip syar’iah; c. bahwa di antara prinsip syari’ah dalam menjalankan transaksi
tersebut adalah penggunaan akad kafalah; d. bahwa agar kegiatan L/C tersebut dilakukan sesuai dengan
prinsip syar’iah, DSN memandang perlu menetapkan fatwa tentang Letter Of Credit (L/C) dengan Akad
Kafalah bil Ujrah untuk dijadikan pedoman oleh LKS. Mengingat : 1. Firman Allah SWT; antara lain: a. QS.
al-Kahfi [18]: 19: ‫ َفاب‬‫ع‬‫ثو‬‫ح‬ ُ َ‫ا أ‬‫د‬‫ ُكم‬ ‫بو‬‫م‬ ُ  ‫أَي‬‫ه‬‫ا أَز‬‫ َكى َطع‬‫ام‬‫ا َف ْلي‬‫ ْأ ِت ُكم‬ ‫برز‬‫ِن‬
ِ ‫ ِرقِ ُك‬ ‫ه ِذ ِه إِلَى ْالم‬‫دِي‬‫ن‬ ‫ ِة َف ْلي‬‫ن‬‫ظر‬ ْ
ِ ِ ‫ق م‬‫ه‬
ٍ  ‫و‬‫لي‬‫ت‬
َّ َ ُ َ
‫لطف‬ ‫و‬‫الَ ي‬‫ش‬‫عِ ر‬‫نَّ ِبكم‬ ‫أح‬‫د‬١٩) :‫“ ا (الكهف‬Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan
membawa uang perakmu ini. Dan hendaklah ia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah
ia membawa makanan yang lebih baik bagimu, dan hendaklah ia berlaku lemah lembut, dan janganlah
sekali-kali menceritakan halmu kepada seseorangpun “. b. QS. al-Qashash [28]: 26: ‫قاَلَت‬ ‫اِح‬‫د‬‫اه‬‫م‬‫ا ي‬‫آ أَب‬ ‫ت‬ ِ
‫اس‬‫ت‬‫ئْ ِجر‬‫ه‬ ‫إِنَّ خ‬‫ي‬‫ر‬ ‫م‬‫ن اس‬‫ـت‬‫ج‬ ْ
‫أ‬‫ر‬‫ت‬  ‫ي‬ ‫ـو‬ َ
‫ق‬ ْ
‫ال‬ ‫ِي‬ ‫م‬ َ ‫أل‬‫ا‬ْ ‫ن‬) 57 ٢٦ ) :‫القصص‬ L/C
ِ ِ
BAB 12 QARDH DAN WADI’AH

Pengertian Qardh

Qardh adalah akad pinjaman yang wajib dikembalikan dengan jumlah yang sama pada
waktu yang disepakati. Secara teknis, pinjaman ini diberikan oleh seseorang atau lembaga
keuangan syariah pada orang lain yang kemudian digunakan untuk kebutuhan yang mendesak.
Pembayarannya bisa dilakukan dengan diangsur atau lunas sekaligus.

Dasar Hukum Qardh

Landasan hukum dari akad Qardh berasal dari Al-Baqarah [2] : 245 yang berbunyi

ْ‫ُض ِع َف ٗه َح َس ًنا َقرْ ضًا هّٰللا َ ُي ْق ِرضُ الَّذِيْ َذا َمن‬ ُ ۖ ‫ۣص‬
ٰ ‫ـًُ ۗ َك ِثي َْر ًةاَضْ َعا ًفا لَ ٗ ٓه َفي‬X ‫ط َي ْق ِبضُ َۗوُهّٰللا‬ ‫ُترْ َجع ُْو َن َو ِالَ ْي ِه َو َي ْب ُُۣـ‬

“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan
harta di jalan Allah), maka Allah melipat gandakan kepadanya dengan lipat ganda yang banyak,
dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.”

Rukun dan Syarat Qardh

Qardh dapat berlaku dengan sah jika semua pihak yang terlibat memenuhi syarat dan rukunnya.
Berikut syarat dan rukun dalam akad qardh:

 Peminjam (muqtaridh). Pihak peminjam harus seorang yang Ahliyah mu’amalah, yang
berarti harus baligh, berakal waras, dan tidak mahjur (secara syariat tidak diperkenankan
mengatur hartanya sendiri).
 Pemberi pinjaman (muqridh). Pihak pemberi pinjaman haruslah seorang Ahliyat at-
Tabarru’ (layak bersosial), dengan arti mempunyai kecakapan dalam menggunakan
hartanya secara mutlak menurut pandangan syariat. Dalam qardh, seorang muqridh
meminjamkan dananya tanpa paksaan dari pihak lain.
 Dalam perbankan syariah, qardh dijalankan sebagai fungsi sosial bank. Dananya biasa
berasal dari dana zakat, infaq, dan sadaqah yang dihimpun dari aghniya’ atau dari
sebagian keuntungan bank.
 Barang/utang (Mauqud ‘Alaih). Barang yang digunakan sebagai obyek dalam qardh
harus dapat diakad salam. Dengan bisa diakad salam, maka barang tersebut dianggap sah
untuk dihutangkan.

Ijab qabul (shighat). Ucapan dalam ijab qabul harus dilakukan dengan jelas dan dapat dipahami
oleh kedua pihak, sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman

3 (tiga) jenis akad dalam kartu kredit syariah, yakni :

 kafalah ( Penjamin Transaksi)

Dalam akad kafalah, bank sebagai penerbit kartu bertindak sebagai penjamin (kafil) bagi
pemegang kartu terhadap merchant atas semua kewajiban bayar (dayn) yang timbul dari
transaksi antara pemegang kartu dengan merchant, dan atau penarikan tunai selain bank atau
ATM bank Penerbit Kartu, dengan demikan dapat dikatakan bahwa merchant bertindak sebagai
pihak penerima jaminan dari bank berdasar prinsip kafalah. Atas pemberian kafalah ini, penerbit
kartu dapat menerima fee (ujrah) dari pemegang kartu.

 Qardh

Qardh adalah pemberian pinjaman untuk pengambilan tunai dalam akad qardh bank sebagai
penerbit kartu bertindak selaku pemberi pinjaman (muqridh) kepada pemegang kartu (muqtaridh)
melalui penarikan tunai dari bank atau ATM bank penerbit kartu.

 Ijarah

Ijarah adalah biaya keanggotaan (iuran tahunan). Dalam akad ijarah ini penerbit kartu adalah
penyedia jasa sistem pembayaran dan pelayanan terhadap pemegang kartu. Pemegangkartu
dikenakan membership fee. Semua fee yang ditetapkan pada kartu kredit syariah harus
dinyatakan jumlahnya pada saat akad aplikasi kartu secara jelas dan nilainya tetap, kecuali untuk
merchant fee.

Faktor Batalnya Wadi’ah

Wadiah dapat batal atau terputus, apabila terjadi beberapa hal dibawah ini:

 Meninggalnya orang yang menitipkan barang atau orang yang dititipkan barang.
 Adanya pengembalian barang dari orang yang dititipkan baik itu sesuai permintaan orang
yang menitipkan maupun tidak.
 Apabila salah satu pihak berada dalam kondisi koma berkepanjangan, atau hilang akal.
 Terjadi hajr atau legal restriction yang di mana hilangnya kompetensi penitip ataupun
yang dititipi mengalami kebangkrutan (pailit).
 Apabila terjadi pemindahan kepemilikan, yaitu pihak yang dititipi mentransfer hak milik
barang kepada pihak lain dengan cara dijual atau diberikan sebagai hadiah.

Resume Presentasi Qordh dan Wadi’ah


Pertanyaan Pertama : Vemmy Mayditri
Bolehkah menggunakan barang atau uang yang dititipkan dengan akad wadi’ah?
Jawaban :
Boleh, itu termasuk di Wadiah Yad Dhamanah, titipan dapat dimanfaatkan dengan seizing
pemiliknya dan menjamin untuk mngembalikan titipan tersebut secara utuh setiap saat kala si
pemiliknya menghendakinya.
Pertanyaan Kedua : Lilis Trisnawati
Contoh Wadi’ah dikehidupan sehari-hari?
Jawaban :
Seperti si A menitipkan uang kepada si B, setelah seminggu kemudian si A meminta kembali
uang yang dititipkannya pada seminggu yang lalu, si B harus mengasihkan uang tersebut.
Pertanyaan Ketiga : Siti Nur Sai’dah
Kapan akad Wadi’ah Terjadi :
Ketika ada seseorang menitipkan barang atau uang kepada pihak lain. Disitulah terjadi akad
Wadi’ah

Anda mungkin juga menyukai