Abdul majid
PRODI : PERBANKAN SYARIAH 3 SMT 4
NIM : 2131811113
MATKUL : AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH
AKUNTANSI MURABAHAH
1.
A. Murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga Jual sebesar biaya perolehan ditambah
keuntungan yang Disepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya Perolehan barang tersebut
kepada pembeli. Nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk Mempertukarkan suatu aset antara
pihak-pihak yang Berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam Suatu transaksi dengan
wajar Potongan murabahah adalah pengurangan kewajiban Pembeli akhir yang diberikan oleh
pihak penjual.
B. Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan. Dalam murabahah
berdasarkan pesanan, penjual melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari pembeli.
Murabahah berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat pembeli untuk
membeli barang yang dipesannya. Dalam murabahah pesanan mengikat pembeli tidak dapat
membatalkan pesanannya. Jika aset murabahah yang telah dibeli oleh penjual mengalami
penurunan nilai sebelum diserahkan kepada pembeli, maka penurunan nilai tersebut menjadi
tanggungan penjual dan akan mengurangi nilai akad. Pembayaran murabahah dapat dilakukan
secara tunai atau tangguh. Pembayaran tangguh adalah pembayaran yang dilakukan tidak pada saat
barang diserahkan kepada pembeli,tetapi pembayaran dilakukan secara angsuran atau sekaligus
pada waktu tertentu. Akad murabahah memperkenankan penawaran harga yang berbeda untuk cara
pembayaran yang berbeda sebelum akad murabahah dilakukan. Namun jika akad tersebut telah
disepakati, maka hanya ada satu harga (harga dalam akad) yang digunakan.Harga yang disepakati
dalam murabahah adalah harga jual, sedangkan biaya perolehan harus diberitahukan. Jika penjual
mendapatkan diskon sebelum akad murabahah, maka diskon itu merupakan hak pembeli.
Diskon yang terkait dengan pembelian barang, antara Lain, meliputi:
(a) Diskon dalam bentuk apapun dari pemasok atas pembelian Barang;
(b) Diskon biaya asuransi dari perusahaan asuransi dalamRangka pembelian barang
(c) Komisi dalam bentuk apapun yang diterima terkait denganPembelian barang.
Diskon atas pembelian barang yang diterima setelah Akad murabahah disepakati diperlakukan
sesuai dengan Kesepakatan dalam akad tersebut. Jika tidak diatur dalam akad, Maka diskon
tersebut menjadi hak penjual. Penjual dapat meminta pembeli menyediakan agunan Atas
piutang murabahah, antara lain, dalam bentuk barang yang Telah dibeli dari penjual dan/atau
aset lainnya. Penjual dapat meminta uang muka kepada pembeli Sebagai bukti komitmen
pembelian sebelum akad disepakati. Uang muka menjadi bagian pelunasan piutang
murabahah,Jika akad murabahah disepakati. Jika akad murabahah batal, Maka uang muka
dikembalikan kepada pembeli setelah Dikurangi kerugian riil yang ditanggung oleh penjual.
Jika uang Muka itu lebih kecil dari kerugian, maka penjual dapat meminta Tambahan dari
pembeli. Jika pembeli tidak dapat menyelesaikan piutang Murabahah sesuai dengan yang
diperjanjikan, maka penjual Dapat mengenakan denda kecuali jika dapat dibuktikan bahwa
Pembeli tidak atau belum mampu melunasi disebabkan oleh Force majeur. Denda tersebut
didasarkan pada pendekatan Ta’zir yaitu untuk membuat pembeli lebih disiplin terhadap
Kewajibannya. Besarnya denda sesuai dengan yang Diperjanjikan dalam akad dan dana yang
berasal dari denda Diperuntukkan sebagai dana kebajikan.
2. A. Berdasarkan PSAK 102 (Revisi 2016) paragraf 02, ruang lingkup PSAK 102 (Revisi 2016)
mencakup lembaga keuangan syariah dan koperasi syariah yang melakukan transaksi murabahah
baik sebagai penjual maupun pembeli dan pihak-pihak yang melakukan transaksi murabahah
dengan lembaga keuangan syariah atau koperasi syariah.
B. UNTUK PENJUAL
Pada saat perolehan, aset murabahah diakui Sebagai persediaan sebesar biaya perolehan.
Pengukuran aset murabahah setelah perolehan Adalah sebagai berikut:
(a) Jika murabahah pesanan mengikat, maka:
(i) Dinilai sebesar biaya perolehan; dan
(ii) Jika terjadi penurunan nilai aset karena usang, Rusak, atau kondisi lainnya sebelum
diserahkan Ke nasabah, penurunan nilai tersebut diakui Sebagai beban dan mengurangi
nilai aset
(b) Jika murabahah tanpa pesanan atau murabahah Pesanan tidak mengikat, maka:
(i) Dinilai berdasarkan biaya perolehan atau nilai Bersih yang dapat direalisasi, mana yang
lebih Rendah; dan
(ii) Jika nilai bersih yang dapat direalisasi lebih Rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya
Diakui sebagai kerugian.
Diskon pembelian aset murabahah diakui sebagai:
(a) pengurang biaya perolehan aset murabahah, jika terjadi sebelum akad murabahah;
b) kewajiban kepada pembeli, jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai akad yang disepakati
menjadi hak pembeli
(c) Tambahan keuntungan murabahah, jika terjadi setelah Akad murabahah dan sesuai akad
menjadi hak Penjual; atau
(d) Pendapatan operasi lain, jika terjadi setelah akad Murabahah dan tidak diperjanjikan dalam
akad Potongan pelunasan piutang murabahah yang Diberikan kepada pembeli yang melunasi
secara tepat Waktu atau lebih cepat dari waktu yang disepakati diakui Sebagai pengurang
keuntungan murabahah.
Pemberian potongan pelunasan piutang murabahah
Dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu metode Berikut:
(a) Diberikan pada saat pelunasan, yaitu penjual mengurangi Piutang murabahah dan keuntungan
murabahah; atau
(b) Diberikan setelah pelunasan, yaitu penjual menerima Pelunasan piutang dari pembeli dan
kemudian Membayarkan potongan pelunasannya kepada pembeli.
Potongan angsuran murabahah diakui sebagai Berikut:
(a) Jika disebabkan oleh pembeli yang membayar secara Tepat waktu, maka diakui sebagai
pengurangKeuntungan murabahah;
(b) Jika disebabkan oleh penurunan kemampuan Pembayaran pembeli, maka diakui sebagai beban.
Denda dikenakan jika pembeli lalai dalam Melakukan kewajibannya sesuai dengan akad, dan
denda Yang diterima diakui sebagai bagian dana kebajikan.
Pengakuan dan pengukuran uang muka adalah Sebagai berikut:
(a) Uang muka diakui sebagai uang muka pembelian Sebesar jumlah yang diterima;
(b) Jika barang jadi dibeli oleh pembeli, maka uang muka Diakui sebagai pembayaran piutang
(merupakan Bagian pokok);
(c) Jika barang batal dibeli oleh pembeli, maka uang muka Dikembalikan kepada pembeli setelah
diperhitungkan Dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh Penjual
PEMBELI.
Hutang yang timbul dari transaksi murabahah Tangguh diakui sebagai hutang murabahah sebesar
harga Beli yang disepakati (jumlah yang wajib dibayarkan).Aset yang diperoleh melalui transaksi
murabahah Diakui sebesar biaya perolehan murabahah tunai. Selisih Antara harga beli yang
disepakati dengan biaya perolehan Tunai diakui sebagai beban murabahah tangguhan. Beban
murabahah tangguhan diamortisasi secara Proporsional dengan porsi hutang murabahah. Diskon
pembelian yang diterima setelah akad Murabahah, potongan pelunasan dan potongan hutang
Murabahah diakui sebagai pengurang beban murabahah Tangguhan. Denda yang dikenakan akibat
kelalaian dalam Melakukan kewajiban sesuai dengan akad diakui sebagai Kerugian. Potongan uang
muka akibat pembeli akhir batal Membeli barang diakui sebagai kerugian Penjual mengungkapkan
hal-hal yang terkait Dengan transaksi murabahah, tetapi tidak terbatas pada:
(a) Harga perolehan aset murabahah;
(b) Janji pemesanan dalam murabahah berdasarkan Pesanan sebagai kewajiban atau bukan;
dan
(c) Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan
Syariah. Pembeli mengungkapkan hal-hal yang terkait Dengan transaksi murabahah,
tetapi tidak terbatas pada:
(a) Nilai tunai aset yang diperoleh dari transaksi Murabahah;
(b) Jangka waktu murabahah tangguh.
(c) Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
6. A.Pada produk pembiayaan murabahah di BPRS menerapkan metode perhitungan marginnya ialah
10%-18% pertahunnya, dari modal produk yang dijual. Pemberian/penetapan margin yang ditetapkan
dalam batas yang sewajarnya, namun masih ada nasabah yang komplen kepada pihak BPRS.
B. Berikut ini contoh perhitungan keuntungan secara
proporsional untuk suatu transaksi murabahah dengan biaya perolehan aset (pokok) Rp800,00 dan
keuntungan Rp200,00; serta pembayaran dilakukan secara angsuran selama 3 tahun; dimana jumlah
angsuran, pokok dan keuntungan yang diakui setiap tahun adalah sebagai berikut:
Tahun Angsuran (Rp) Pokok (Rp) Keuntungan (Rp)
1 500,00 400,00 100,00
2 300,00 240,00 60,00
3 200,00 160,00 40,00
2.MUDHARABAH
1. A. Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama
(pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana)
bertindak selaku pengelola, dan keuntungan dibagi di antara mereka sesuai kesepakatan
sedangkan kerugian finansial hanya ditanggung oleh pemilik dana.
Mudharabah muthlaqah adalah mudharabah dimana pemilik dana memberikan kebebasan
kepada pengelola Dana dalam pengelolaan investasinya.
Mudharabah muqayyadah adalah mudharabah dimana pemilik dana memberikan batasan
kepada pengelola dana, antara lain mengenai tempat, cara dan atau obyek investasi.
Mudharabah musytarakah adalah bentuk mudharabah dimana pengelola dana menyertakan
modal atau dananya dalam kerjasama investasi
B. Entitas dapat bertindak baik sebagai pemilik dana atau Pengelola dana. Mudharabah terdiri dari
mudharabah muthlaqah, Mudharabah muqayyadah, dan mudharabah musytarakah. Jika entitas
bertindak sebagai pengelola dana, maka dana yang diterima disajikan sebagai dana syirkah temporer.
Dalam mudharabah muqayadah, contoh batasan antara lain
(a) Tidak mencampurkan dana pemilik dana dengan dana lainnya;
(b) Tidak menginvestasikan dananya pada transaksi penjualan Cicilan, tanpa penjamin, atau tanpa
jaminan; atau
(c) Mengharuskan pengelola dana untuk melakukan investasi Sendiri tanpa melalui pihak ketiga.
Pada prinsipnya dalam penyaluran mudharabah tidak Ada jaminan, namun agar pengelola dana
tidak melakukan Penyimpangan maka pemilik dana dapat meminta jaminan dari Pengelola
dana atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat Dicairkan apabila pengelola dana terbukti
melakukan Pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama Dalam akad.
Pengembalian dana mudharabah dapat dilakukan Secara bertahap bersamaan dengan distribusi
bagi hasil atau Secara total pada saat akad mudharabah diakhiri.
Jika dari pengelolaan dana mudharabah menghasilkan Keuntungan, maka porsi jumlah bagi hasil untuk
pemilik dana Dan pengelola dana ditentukan berdasarkan nisbah yang Disepakati dari hasil usaha yang
diperoleh selama periode akad. Jika dari pengelolaan dana mudharabah menimbulkan Kerugian, maka
kerugian finansial menjadi tanggungan pemilik Dana.
2.A. Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (pemilik dana)
menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana) bertindak selaku pengelola, dan
keuntungan dibagi di antara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya ditanggung
oleh pemilik dana.
Mudharabah muthlaqah adalah mudharabah dimana pemilik dana memberikan kebebasan
kepada pengelola Dana dalam pengelolaan investasinya.
Mudharabah muqayyadah adalah mudharabah dimana pemilik dana memberikan batasan
kepada pengelola dana, antara lain mengenai tempat, cara dan atau obyek investasi.
Mudharabah musytarakah adalah bentuk mudharabah dimana pengelola dana menyertakan
modal atau dananya dalam kerjasama investasi
B. Dana yang diterima dari pemilik dana dalam akad mudharabah diakui sebagai dana syirkah temporer
sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset nonkas yang diterima. Pada akhir periode akuntansi, dana
syirkah temporer diukur sebesar nilai tercatatnya. Jika pengelola dana menyalurkan dana syirkah
temporer yang diterima maka pengelola dana mengakui sebagai aset sesuai ketentuan pada paragraf
Pengelola dana mengakui pendapatan atas pengaluran dana syirkah temporer secara bruto sebelum
dikurangi dengan bagian hak pemilik dana. Bagi hasil mudharabah dapat dilakukan dengan
menggunakan dua prinsip, yaitu bagi laba atau bagi hasil, Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah
temporer yang sudah diperhitungkan tetapi belum dibagikan kepada pemilik dana diakui sebagai
kewajiban sebesar bagi hasil yang menjadi porsi hak pemilik dana. Kerugian yang diakibatkan oleh
kesalahan atau kelalaian pengelola dana diakui sebagai beban pengelola dana.
4.A. Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai investasi mudharabah
pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset nonkas kepada pengelola dana.
Pengukuran investasi mudharabah adalah sebagai berikut:
(a) investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan;
(b) investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar aset nonkas pada saat
penyerahan:
(i) jika nilai wajar lebih tinggi daripada nilai tercatatnya diakui, maka selisihnya diakui sebagai
keuntungan tangguhan dan diamortisasi sesuai jangka waktu akad mudharabah.
(ii) jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatatnya, maka selisihnya diakui sebagai kerugian .
Jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai disebabkan rusak, hilang atau faktor lain
yang bukan kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dana, maka penurunan nilai tersebut diakui
sebagai kerugian dan mengurangi saldo investasi mudharabah.
Jika sebagian investasi mudharabah hilang setelah dimulainya usaha tanpa adanya kelalaian
atau kesalahan pengelola dana, maka kerugian tersebut diperhitungkan pada saat bagi
hasil.Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejak dana atau modal usaha mudharabah
diterima oleh pengelola.
B. Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejak dana atau modal usaha mudharabah
diterima oleh pengelola dana. Berdasarkan PSAK 105 disebutkan bahwa dana
mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai investasi mudharabah
pada saat pembayaran kas kepada pengelola dana. Investasi mudharabah dalam bentuk
kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan.
Contoh : tanggal 10 Agustus 20XA, BMS mencairkan pembiyaan sebesar Rp 1.450.000.000 untuk
investasi mudharabah. Tanggal Rekening Debit Kradit 05/10/XA
Db. Investasi mudharabah 1.450.000.000
Kr. Kas/Rekening nasabah 1.450.000.000
05/10/XA Db. Kewajiban komitmen administratif pembiayaan 14.500.000 Kr. Pos lawan komitmen
administratif pembiayaan 14.500.000
Dalam praktik perbankan, istilah “investasi mudharabah”, sebagai mana yang terdapat dalam PSAK
105, belum umum dipakai. Saat ini perbankan syariah di Indonesia masih menggunakan istilah
“pembiayaan mudharabah”.
5.a . Mudharabah musytarakah adalah bentuk mudharabah dimana pengelola dana menyertakan
modal atau dananya dalam kerjasama investasi.
Selanjutnya, kita mesti mengenal definisi dari mudharabah musytarakah. Mudharabah musytarakah
merupakan salah satu bentuk akad mudhabarah dimana pengelola (mudharib) turut menyertakan
modalnya dalam kerjasama investasi (Fatwa DSN MUI No: 50/DSN-MUI/III/2006). Fatwa DSN MUI
ini memberikan batasan adanya penyertaan modal dari pengelola (mudharib), sehingga pengelola juga
bertindak sebagai pemilik modal (shahibul maal). Tetapi definisi lebih luas diberikan oleh divisi fiqh
Organisasi Konferensi Islam (OKI).
Mudharabah musytarakah adalah mudharabah, dimana para pemilik dana (shahibul maal) terdiri
dari banyak pihak yang memberikan dananya untuk dikembangkan oleh pihak kedua (bank syariah
sebagai mudharib) pada bidang atau sektor yang dapat menghasilkan laba. Para pemilik dana
memberikan ijin kepada pengelola untuk menggabungkan dananya menjadi satu, termasuk dana
pengelola. Pengelola memberikan ijin kepada para pemilik dana untuk menarik seluruh dana
mereka atau sebagiannnya berdasarkan persyaratan tertentu. Selanjutnya, gabungan para investor
adalah shahibul mal, hubungan mereka satu dengan lainnya termasuk pengelola (jika
menggabungkan dananya juga) adalah musyarakah. Pihak yang bertanggung jawab
mengembangkan dana adalah pengelola (mudharib) bisa perorangan atau perseroan seperti bank
dan lembaga keuangan syariah, hubungan antara mudharib dan shahibul maal adalah mudharabah.
Pihak pengelola dipercaya oleh pemilik untuk mengambil kebijakan serta mengatur investasi.
Apabila mudharib mempercayakan kepada pihak ketiga untuk mengembangkan dana maka
kebijakan tersebut merupakan mudharabah kedua antara mudharib pertama (bank) dan pihak ketiga
dan status bank bukan sebagai perantara antara pihak ketiga dan pemilik dana.
B. Perbedaan yang essensial dari musyarakah dan mudharabah terletak pada besarnya kontribusi
atas manajemen dan keuangan atau salah satu di anatara itu. Dalam mudharabah, modal hanya
berasal dari satu pihak, sedangkan dalam musyarakah modal berasal dari dua pihak atau lebih.
Sedangkan mudhrabah musyarakah itu
Adalah mudharabah, dimana para pemilik dana (shahibul maal) terdiri dari banyak pihak yang
memberikan dananya untuk dikembangkan oleh pihak kedua (bank syariah sebagai mudharib) pada
bidang atau sektor yang dapat menghasilkan laba.
6. A. : a. Bahwa pembagian hasil usaha di antara para pihak (mitra) dalam Suatu bentuk usaha
kerjasama boleh didasarkan pada prinsip Bagi Untung (Profit Sharing), yakni bagi hasil yang
dihitung dari Pendapatan setelah dikurangi modal (ra’su al-mal) dan biayabiaya, dan boleh pula
didasarkan pada prinsip Bagi Hasil (Net Revenue Sharing), yakni bagi hasil yang dihitung dari
Pendapatan setelah dikurangi modal (ra’su al-mal); dan masingmasing memiliki kelebihan dan
kekurangan;
b. bahwa kedua prinsip tersebut pada dasarnya dapat digunakan untuk keperluan distribusi hasil
usaha dalam Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS);
c. bahwa agar para pihak yang berkepentingan memperoleh kepastian tentang prinsip mana yang
boleh digunakan dalam LKS, sesuai dengan prinsip ajaran Islam, DSN memandang perlu
Menetapkan fatwa tentang prinsip pembagian hasil usaha dalam LKS untuk dijadikan pedoman.
B. Karna takut tidak sesuai dengan apa yang harapkan nasabah atau pembeli.
7. A. Mudharabah muqayyadah adalah suatu bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak, dimana
shahibul maal (pemilik modal) akan menyerahkan sejumlah modal kepada mudharib (pengelola) di
awal perjanjian. Bentuk transaksi ini menegaskan prinsip kerja sama dengan keahlian dari pengelola
dana dan seratus persen modal dari pemilik modal.
Sedangkan, menurut BPR, mudharabah muqayyadah adalah akad yang dilakukan antara pemilik
modal dengan pengelola untuk kegiatan usaha, dimana nisbah bagi hasil telah ditentukan di awal
untuk dibagi merata, sedangkan kerugian menjadi beban pemilik modal.
Dalam skema mudharabah muqayyadah, terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi
sebelum melakukan perjanjian kerjasama antara shahibul maal dengan mudharib. Diantaranya
sebagai berikut. Setiap pihak harus memenuhi syarat wakalah. Modal yang diserahkan harus
diketahui jenis dan jumlahnya. Yaitu, berupa harga tukarbukan barang dagang, dan juga diserahkan
secara tunai kepada pengelola.
Tentukan persentase besaran keuntungan dan waktu pembagian secara jelas yang telah disepakati
oleh kedua belah pihak. Modal akan dikelola oleh mudharib dan mempunyai hak tanpa adanya
campur tangan dari pihak shahibul maal. Seluruh kerugian dibebankan kepada pemilik modal.
Selain dari pemenuhan beberapa persyaratan, akad ini juga harus memenuhi rukun sebelum
terjadinya kegiatan transaksi. Berikut ini penjelasan lengkapnya.
1. Pelaku
Terdapat 2 pihak yang terlibat dalam kegiatan transaksi dengan akad ini. Yaitu, pihak pertama
sebagai pemberi modal dan pihak kedua sebagai pengelola modal
2. Objek Mudharabah
Objek mudharabah muqayyadah adalah sejumlah modal yang diberikan oleh pihak pemilik modal
dan kerja oleh pengelola modal. Dalam akad ini, terdapat beberapa persyaratan dalam penyerahan
modal. Diantaranya sebagai berikut.
Harus diketahui berapa jumlah dan jenisnya. Dapat berupa uang maupun barang yang ada
nilainya.Modal tidak dapat berupa piutang dan wajib dibayarkan kepada pengelola, baik secara
angsuran maupun tidak.
3. Persetujuan Kedua Belah Pihak
Akad ini harus dijalankan berdasarkan prinsip sama-sama rela. Yaitu, kedua belah pihak harus
menyetujui terikat dalam akad mudharabah. Dimana pemilik modal siap melakukan tanggung
jawabnya dalam menyediakan dana, dan pengelola sepakat untuk memberikan keahliannya untuk
mengelola modal.
Ada beberapa hal yang wajib diperhatikan sebelum terlaksananya ijab dan qabul antara shahibul maal
dengan mudharib. Diantaranya sebagai berikut.
Transaksi harus dilakukan secara eksplisit dalam menunjukkan tujuan kontrak. Akad dituliskan secara
tertulis, baik melalui bank korespondensi maupun bentuk komunikasi modern lainnya.
Mudharabah muqayyadah adalah bentuk perjanjian antara pemilik uang dengan pengelola uang yang
saling bekerja sama. Terdapat dua jenis dari transaksi ini, diantaranya sebagai berikut.
B. LAPORAN PERUBAHAN DANA INVESTASI TERIKATBeberapa hal yang diperhatikan dalam
menyusun laporan ini adalah:
1. Laporan ini memisahkan dana investasi terikat berdasarkan jenisnya dan memisahkaninvestasi
berdasarkan jenisnya
2. Komponen utama laporan ini meliputi:a. Saldo awal dana investasi terikatb. Jumlah kelompok
investasi pada setiap jenis investasi dan nilai per kelompokpada awal periodec. Dana investasi yang
diterima dan kelompok investasi yang diterbitkan banksyariah selama periode laporand. Penarikan atau
pembelian kembali kelompok investasi selama periode laporane. Keuntungan atau kerugian dana
investasi terikatf. Imbalan bank syariah sebagai agen investasig. Beban administrasi dan beban tidak
langsung lain yang dialokasikan oleh banksyariah ke dana investasi terikath. Saldo akhir dana investasi
terikati. Jumlah kelompok investasi pada setiap investasi pada setiap jenis investasidan nilai investasi
per kelompok pada akhir periode Investasi dana terikatadalah investasi oleh pemilik dana yang
dikelola bank syariah sebagai ageninvestasi.
3. Investasi ini bukan aset maupun kewajiban karena bank syariah tidak berhak menggunakanatau
menyalurkan investasi tersebut, serta tidak berkewajiban mengembalikan ataumenanggung
risiko investasi.
4. Dalam hal bank syariah bertindak sebagai agen investasi, imbalan yang diterima adalahsebesar
jumlah yang disepakati tanpa memperhatikan hasil investasi.
5. Catatan atas laporan perubahan dana investasi terikat harus mengungkapkan sifathubungan
antara entitas syariah dengan pemilik dana, serta hak dan kewajiban yang terkaitdengan setiap jenis
dana investasi terikat atau unit investasi.
3.AKUNTANSI MUSYARAKAH
Fatwa DSN MUI Selain kedua hadits di atas, dasar hukum musyarakah adalah Fatwa
DSN No: 08/DSN-MUI/IV/2000. Fatwa ini lahir dengan pertimbangan bahwa, untuk
meningkatkan kesejahteraan dan kelancaran usaha masyarakat, perlu adanya bantuan
dari pihak lain. Adanya nilai kebersamaan dan keadilan menjadi keunggulan tersendiri
dalam sistem ini.
Jenis-jenis Musyarakah Akad musyarakah dibagi menjadi 2 jenis syirkah, yaitu syirkah
uqud dan amlak.
Syirkah Uqud
Syirkah Uqud merupakan akad antara 2 pihak atau lebih dalam hal dengan cara
menggabungkan harta mereka untuk suatu bisnis.
Syirkah Amlak
Syirkah Amlak terjadi bukan karena akad, melainkan karena kehendak untuk memiliki
harta bersama. Syirkah ini dibagi menjadi 2 bentuk:
B. musyarakah atau syirkah dapat dimaknai sebagai akad kerjasama antara dua pihak
atau lebih untuk mencapai suatu tujuan tertentu, dalam bisnis maka tujuannya adalah
untuk memperoleh profit dari usaha yang dikelola bersama.
2. A Fatwa DSN MUI Selain kedua hadits di atas, dasar hukum musyarakah adalah Fatwa
DSN No: 08/DSN-MUI/IV/2000. Fatwa ini lahir dengan pertimbangan bahwa, untuk
meningkatkan kesejahteraan dan kelancaran usaha masyarakat, perlu adanya bantuan
dari pihak lain. Adanya nilai kebersamaan dan keadilan menjadi keunggulan tersendiri
dalam sistem ini.
Mudharabah = hanya satu pihak yang bertindak sebagai pemberi modal, keuntungan
dibagi antara dua pihak, dan kerugian ditanggung oleh pemilik modal.
Musyarakah = akad kerja sama antara dua pihak atau lebih dalam usaha tertentu. Setiap
pihak memberikan kontribusi dana (modal).
3. A. PSAK 106), investasi musyarakah merupakan “akad kerjasama antara dua pihak
atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberi kontribusi
dana dan kerja dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan,
sedangkan kerugian berdasarkan porsi kontribusi dana.
Dengan adanya PSAK No. 59 yang mengatur tentang Akuntansi Perbankan Syariah
dan PSAK No. 106 yang mengatur tentang Akuntansi Musyrakah, BPRS sebagai salah
satu bagian dari perbankan syariah sudah seharusnya menerapkan prinsip syariah
dalam perlakuan akuntansi atas pembiayaan musyarakah yang sesuai dengan PSAK
No. 59 dan PSAK No 106. Dalam PSAK No. 59 pembiayaan musyarakah diakui pada
saat pembayaran tunai atau penyerahan aktiva non-kas kepada mitra musyarakah.
Begitu juga dengan PSAK No. 106 Investasi musyarakah diakui pada saat pembayaran
kas atau penyerahan aset nonkas kepada mitra aktif
Musyarakah. Akun ini didebet pada saat penyerahan modal musyarakah dan dikredit
Pada saat penerimaan kembali modal musyarakah.
Beban Akad Musyarakah Akun ini dipergunakan untuk mencatat biaya yang
dikeluarkan sehubungan dengan Akad musyarakah yang disepakati tidak masuk pada
bagian investasi musyarakah. Akun Ini didebet pada saat pengakuan biaya akad
musyarakah dan dikredit pada saat Dipindahkan ke Laba Rugi pada saat tutup buku
akhir tahun
4. A. Dalam akuntansi mitra aktif maupun mitra pasif pasti sudah dianggap sama karena
dalam ilustrasi ini Pencatatan akuntansi untuk usaha musyarakah dilaksanakan oleh
pihak ketiga yang tunjuk agar lebih mudah Apabila di ilustrasikan. Adapun pengakuan
dan pengukuran dalam pembiayaan musyarakah yaitu :
1. Pembiayaan musyarakah dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang dibayarkan.
2. Pembiayaan musyarakah yang diberikan dalam bentuk aktiva non-kas
3. Dinilai sebesar nilai wajar aktiva non-kas. Selisih antara nilai wajar dan
4. Nilai buku aktiva non-kas diakui sebagai keuntungan atau kerugian Bank pada saat
penyerahan.
5. Biaya-biaya yang timbul akibat akad musyarakah tidak dapat diakui sebagai bagian
pembiayaan musyarakah Kecuali ada persetujuan dari seluruh mitra musyarakah.
6. Pengakuan keuntungan/ pendapatan dan kerugian musyarakah
7. Pada saat akad pembiayaan musyarakah berakhir, keuntungan yang belum diterima bank
dari mitra Musyarakah diakui sebagai piutang musyarakah jatuh tempo.
8. Pada saat akad diakhiri, saldo pembiayaan musyarakah yang belum diterima diakui
sebagai piutang Musyarakah jatuh tempo
9. Penyisihan kerugian pembiayaan dan piutang musyarakah harus dibentuk sesuai dengan
ketentuan Bank Indonesia yang berlaku.
10. Apabila terjadi kerugian dalam musyarakah akibat kelalaian atau penyimpangan mitra
musyarakah, mitra Yang melakukan kelalaian tersebut menanggung beban kerugian itu.
Kerugian bank yang diakibatkan kelalaian Atau penyimpangan mitra tersebut diakui
sebagai piutang musyarakah jatuh tempo.
B . karna dirasa kurang adil, itu tidak sesuai kenyaatan atau keadaan yang ada .