Anda di halaman 1dari 33

PENGARUH PERAN ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN

HAFALAN SANTRI DI RUMAH TAHFIZH AHLUL QUR’AN

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam Untuk Diseminarkan


Sebagai Langkah Awal Dalam Penulisan Skripsi

Disusun Oleh :

Laila Sari

BP. 2020. 2580

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PENGEMBANGAN ILMU

AL-QUR’AN SUMATERA BARAT

1444 H / 2022 M
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an merupakan sumber utama dalam ajaran Islam. Al-Qur’an


adalah kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad untuk disampaikan
kepada umat manusia sebagai pedoman dan rahmat yang tiada taranya bagi
alam semesta. Al-Qur’an diturunkan dengan hafalan bukan tulisan, oleh karena
itu setiap ada wahyu yang turun Nabi menyuruh sahabat untuk menulis dan
menghafalkannya sehingga dengan demikian Al-Qur’an terpelihara keaslian
dan kesuciannya.1 Al-Qur’an merupakan kitab yang terakhir diturunkan,
namun Al-Qur’an menjadi kunci dan kesimpulan dari semua kitab yang telah
diturunkan kepada nabi-nabi dan rasul-rasul yang diutus Allah SWT sebelum
Nabi Muhammad SAW.

Al-Qur’an merupakan kitab suci yang mempunyai karakteristik atau


keistimewaan. Al-Qur’an adalah kitab yang terpelihara keasliannya, dan Allah
SWT sendiri yang menjamin pemeliharaannya sebagaimana adanya semenjak
diturunkan.0 Firman Allah SWT:

‫الذ ْكَر َواِنَّا لَه حَلٰ ِفظُْو َن‬


ِّ ‫اِنَّا حَنْن َنَّزلْنَا‬
ُ
Artinya: Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (QS. Al-Hijr : 9)0
Ayat ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al-
Qur’an selama-lamanya. Namun bukan berarti umat Islam terlepas dari
tanggung jawab, akan tetapi umat Islam mempunyai kewajiban untuk menjaga
1
Haya Syatina, dkk, (2021), Peran Orang Tua Dalam Meningkatkan Hafalan Al-Qur’an
Anak, At-Ta’dib: Jurnal Ilmiah Prodi Pendidikan Agama Islam, Vol 13 (1), h. 17
0
Nor Hadi, (2014), Juz ‘Amma, Jakarta: Erlanggan, h. 13
0
Kementerian Agama RI, (2012), Al-Qur’an Terjemahan dan Tafsir, Bnadung: Syamil
Qur’an

1
dan memelihara kemurniannya dari segala bentuk makar yang berasal dari
tangan-tangan jahil dan musuh-musuh umat Islam yang tidak henti-hentinya
berusaha ingin menggantinya, menambahkan sesuatu, mengurangi sesuatu
darinya bahkan memusnahkan Al-Qur’an.0

Salah satu usaha nyata untuk memelihara kemurnian Al-Qur’an adalah


dengan menghafalkannya, karena menghafalkan Al-Qur’an merupakan suatu
pekerjaan yang sangat mulia dihadapan manusia dan dihadapan Allah SWT.
Tidak ada satu kitab di dunia ini yang dihafal oleh puluhan ribu orang di dalam
hati mereka, kecuali hanya Al-Qur’an.0 Imam At-Tarmidzi dari Abdullah bin
Mas’ud ra. Nabi Muhammad SAW bersabda yang berbunyi:

‫ف‬
ٌ ‫حر‬ ُ ُ‫اب اللَّ ِه َفلَهُ بِِه َح َسنَةٌ َواحْلَ َسنَةُ بِ َع ْش ِر َْأمثَاهِلَا الَ َأق‬
ْ ‫ول امل‬
ِ َ‫من َقرَأ حرفًا ِمن كِت‬
ْ َْ َ ْ َ
ِ ٌ ‫ف والَم حر‬ ِ
‫ف‬ٌ ‫يم َح ْر‬ ٌ ‫ف َوم‬ ْ َ ٌ َ ٌ ‫ف َح ْر‬ ٌ ‫َولَ ِك ْن َأل‬
Artinya: Barangsiapa membaca satu huruf dari kitabullah (Al-Qur’an),
maka baginya satu pahala kebaikan dan satu pahala kebaikan
akan dilipat gandakan menjadi sepuluh kali, aku tidak
mengatakan Alif Lam Mim itu satu huruf, akan tetapi Alif satu
huruf, Lam satu huruf, dan Mim satu huruf.0
Istilah Tahfizh Al-Qur’an merupakan gabungan dari kata Tahfizh dan
Al-Qur’an. Tahfizh berarti memelihara, menjaga atau menghafal. 0 Sedangkan
Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT yang mengandung mukjizat (sesuatu yang
luar biasa yang melemahkan lawan), diturunkan kepada penutup para Nabi dan
Rasul (yaitu Nabi Muhammad SAW), melalui perantaraan malaikat Jibril,
tertulis pada mushaf, diriwayatkan secara mutawatir (berangsur-angsur),

0
Rofiul Wahyudi dan Ridhoul Wahidi, (2019), Metode Cepat Hafal Al-Qur’an,
Yogyakarta: Semesta Hikmah, h. 5
0
Ahsin Wijaya Al Hafidz, (2008), Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qu’an, Jakarta:
Amzah, h. 19
0
Hadits Riwayat At-Tarmidzi, Sunan At-Tarmidzi, Versi Al-Alamiyah : 2835, Versi
Maktabatu Al-Maarif Riyadh: 2910, Keutamaan Al-Qur’an dan Bab Membaca Satu Huruf Al-
Qur’an dan Ganjarannya
0
Mahmud Yunus, (1999), Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: Hidakarya Agung, h. 105
membacanya dinilai ibadah, dimulai dari surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan
surat An-Nas.0.

Tahfizh merupakan suatu proses memelihara, menjaga, melestarikan


kemurnian Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW agar
tidak terjadi perubahan dan pemalsuan serta dapat menjaga dari kelupaan baik
dari keseluruhan ataupun sebagian. Keutamaan dalam menghafal Al-Qur’an
salah satunya disebutkan dalam sebuah hadits, dari Abu Umamah al-Bahili ra.
Ia berkata, saya mendengar Rasulullah SAW bersabda:

‫َألصحابِِه‬ ِ ِ
ْ ‫ فِإنَّهُ يَْأيِت َي ْو َم القيامة َشف ًيعا‬،‫ا ْقَرؤوا ال ُق ْرآ َن‬
Artinya: Al-Qur’an akan datang pada hari kiamat untuk membela para
pemiliknya. Datang untuk membela siapa yang biasa
membaca, menghafalkan, mengamalkan, dan menyeru
siapapun menuju Al-Qur’an”.0
Pada zaman sekarang ini kegiatan kaum muslimin untuk menghafalkan
ayat-ayat Al-Qur’an, baik itu secara keseluruhan ataupun sebagian semakin
meningkat. Hal ini benar adanya karena banyaknya lembaga pendidikan Islam
yang memasukkan kurikulum Tahfizh tersebut baik itu pendidikan formal
(sekolah) maupun pendidikan non-formal (rumah tahfizh, TPQ), dan lain
sebagainya.

Anak merupakan anugerah sekaligus amanah yang dititipkan oleh Allah


SWT untuk dipelihara dan dibina menjadi manusia yang seutuhnya (insan
kamil). Mendidik anak adalah tugas yang sangat mulia, dimana peran orang tua
dalam hal ini sangat penting karena seorang anak memperoleh bimbingan dan
pendidikan pertama kali dari orang tuanya atau sering disebut sebagai
madrasatul ula. Islam memerintahkan orang tua untuk mendidik anak-anak
dan memikul tanggung jawab itu di pundak mereka. Sebagaimana firman Allah
SWT:
0
Muhammad Ali al-Shabuni, (1970), Al-Tibyan Fi Ulum Qur’an, Bairut: Dar al-Irsyad,
h.10
0
Muhammad Iqbal A. Gazali, (2010), Keutamaan Membaca dan Menghafal Al-Qur’an,
Islamhouse, h. 4
ٌ‫َّاس َواحْلِ َج َارةُ َعلَْي َها َم ٰلۤ ِٕى َكة‬ ِ ِ َّ ٓ
ُ ‫ٰياَيُّ َها الذيْ َن اٰ َمُن ْوا ُق ْٓوا اَْن ُف َس ُك ْم َواَ ْهلْي ُك ْم نَ ًارا َّو ُق ْو ُد َها الن‬
‫ص ْو َن ال ٰلّهَ َمٓا اََمَر ُه ْم َو َي ْف َعلُ ْو َن َما يُْؤ َم ُر ْو َن‬ ِ ِ
ُ ‫غاَل ٌظ ش َد ٌاد اَّل َي ْع‬
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan
keluargamu dari siksa api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat
yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah
terhadap apa yang Dian perintahkan kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (QS. At-
Tahrim/66 : 6)0
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan menghafal Al-
Qur’an pada anak, baik dari anak itu sendiri maupun dari lingkungan
sekitarnya. Ada beberapa yang merasa bahwa menghafal itu sulit dan adapula
yang berpendapat bahwa menghafal itu mudah. Anak yang merasa menghafal
itu sulit karena kemampuan menghafalnya memang kurang ada pula karena
merasa malas. Oleh karena itu disini sangat diperlukan peran orang tua sebagai
pendorong dalam meningkatkan hafalan Al-Qur’an.0

Faktor lain yang dapat mempengaruhi kegiatan menghafal Al-Qur’an


adalah orang tua. Orang tua berperan penting dalam kegiatan menghafal Al-
Qur’an pada siswa. Pendidikan anak merupakan prioritas terbesar yang selalu
diutamakan oleh orang tua. Orang tua memegang peran yang sangat penting
dalam membimbing dan mendampingi anak dalam kehidupan sehari-hari, akan
tetapi tidak jarang karena orang tua sibuk bekerja serta aktivita-aktivitas
lainnya yang menyebabkan mereka tidak sempat untuk mengecek pelajaran
serta menanyakan kepada anak khususnya dalam hal hafalan anak.0

0
Abdul Aziz Abdul Rauf, (2020), Al-Qur’an Hafalan Mudah: Terjemahan & Tajwid
Warna, Bandung: Cordoba, h. 560
0
Haya Syatina, dkk, op.cit, h. 17
0
Dhiya Hana Khairunnisa, (2018), Peran Orang Tua Dalam Meningkatkan Motivasi
Menghafal Al-Qur’an Siswa Di SDIT Al-Muhsin Kecamatan Metro Selatan Kota Metro Tahun
Pelajaran 2017/2018, Skripsi, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro Lampung
Rumah Tahfizh Ahlul Qur’an merupakan salah satu lembaga (wadah)
yang bertujuan untuk membantu melahirkan generasi penghafal Al-Qur’an
yang berisi serangkaian aktivitas menghafal dan tahsin Al-Qur’an. Rumah
Tahfizh ini hadir untuk semua golongan dengan kepentingan dakwah Al-
Qur’an. Sasarannya adalah masyarakat muslim yang meliputi anak-anak,
remaja, dewasa, maupun orang tua baik laki-laki maupun perempuan. Rumah
Tahfizh Ahlul Qur’an memiliki motto “Membantu semua orang, semua
golongan, semua usia untuk menghafal Al-Qur’an”.

Sekolah (dalam hal ini Rumah Tahfizh) mempunyai tanggung jawab


untuk membimbing anak didiknya, akan tetapi tanggung jawab lembaga
pendidikan berbeda dengan tanggung jawab orang tua. Tanggung jawab orang
tua sebagaimana Syaiful Bhari Djamarah mengatakan: “Mendidik anak adalah
tanggung jawab orang tua. Kalaupun tugas mendidik anak dilimpahkan kepada
guru di sekolah (Rumah Tahfizh), tugas pendidik hanya membantu orang tua
bukan mengambil alih tanggung jawab orang tua secara penuh”.0

Santri Rumah Tahfizh Ahlul Qur’an tingkat hafalan mereka berbeda-


beda. Seperti yang telah dipaparkan di atas sebelumnya ada banyak faktor yang
menyebabkan tingkat hafalan anak berbeda. Melihat permasalahan tersebut,
dan dari serangkaian penjelasan yang telah dipaparkan, peneliti ingin
mengetahui apakah ada pengaruh orang tua terhadap perkembangan hafalan
santri di Rumah Tahfizh Ahlul Qur’an. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Peran Orang Tua Terhadap
Perkembangan Hafalan Santri di Rumah Tahfizh Ahlul Qur’an”.

0
Haya Syatina, dkk, op.cit, h. 18
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan


masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran peran orang tua dalam meningkatkan hafalan Al-


Qur’an santri di Rumah Tahfizh Ahlul Qur’an?

2. Bagaimana gambaran perkembangan hafalan santri di Rumah Tahfizh


Ahlul Qur’an?

3. Apakah terdapat pengaruh peran orang tua terhadap perkembangan


hafalan santri di Rumah Tahfizh Ahlul Qur’an?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai


penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui gambaran peran orang tua dalam meningkatkan


hafalan Al-Qur’an santri di Rumah Tahfizh Ahlul Qur’an

2. Untuk mengetahui gambaran perkembangan hafalan santri di Rumah


Tahfizh Ahlul Qur’an

3. Untuk mengetahui pengaruh peran orang tua dan perkembangan hafalan


santri di Rumah Tahfizh Ahlul Qur’an

D. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis penelitian ini sangat berguna khususnya bagi orang tua untuk
lebih mengawasi, memperhatikan, dan mengontrol kegiatan menghafal Al-
Qur’an santri di rumah tahfizh. Selain itu juga untuk memberikan ilmu yang
hasanah dalam dunia pendidikan terutama pendidikan agama

2. Secara praktis penelitian ini memberikan pencerahan terhadap orang tua


khususnya dan masyarakat pada umumnya dalam upaya meningkatkan
motivasi siswa dalam menghafal Al-Qur’an
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada orang tua
tentang bagaimana cara membimbing anak dalam menghafal Al-Qur’an

4. Dalam penelitian ini juga diharapkan dapat memebrikan pencerahan kepada


orang tua khususnya agar dapat mengetahui faktor-faktor penghambat
dalam upaya memberikan motivasi menghafal Al-Qur’an santri.

E. Defenisi Operasional

Agar tidak terjadi penafsiran yang salah dan berbeda dengan maksud
utama peneliti dalam menggunakan istilah dan judul penelitian ini, maka
diberikan batasan-batasan istilah yang ada hubungannya dengan judul yaitu:

1. Peran

Peran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah


seperangkat tingkat yang dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam
masyarakat. Peran adalah bagian dari tugas utama yang harus diselesaikan.
Peran di sini yang menjadi faktor utama dan terpenting sebagai sarana
terhadap berhasilnya suatu permasalahan, yaitu upaya peningkatan hafalan
Al-Qur’an.

2. Hafalan Al-Qur’an

Hafalan berasal dari kata hafizha-yahfazhu artinya menghafal,


Sedangkan tahfizh artinya hafalan. Kata “tahfizh” jika digandengkan dengan
kata “Al-Qur’an” maka, dibaca tahfizhul qur’an artinya hafalan Al-Qur’an
atau menghafal Al-Qur’an. menghafal menurt KBBI adalah berusaha
meresapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat. Abdul Aziz Abdurrauf
mengatakan “Menghafal adalah proses mengulang sesuatu, baik dengan
membaca atau mendengar”.

Sedangkan Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT yang mengandung


mukjizat (sesuatu yang luar biasa yang melemahkan lawan), diturunkan
kepada penutup para Nabi dan Rasul (yaitu Nabi Muhammad SAW),
melalui perantaraan malaikat Jibril, tertulis pada mushaf, diriwayatkan
secara mutawatir (berangsur-angsur), membacanya dinilai ibadah, dimulai
dari surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas.0.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam mengkaji penulisan ini maka penulis


menyusun sistematika penulisan yaitu:

BAB I : Memuat tentang pendahuluan yang berisi tentang Latar


Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan, Penelitian,
Manfaat Penelitian, Defenisi Operasional, Sistematika
Penulisan.

BAB II : Memuat tentang Landasan Teori yang berisi tentang


Pengertian Peran Orang Tua dan Perkembangan Hafalan.

BAB III : Memuat tentang Rancangan Penelitian, Populasi dan


Sampel, Instrumen Penelitian, Metode Pengumpulan Data,
dan Teknik Analisi Data.

BAB IV : Memuat tentang Hasil Penelitian yaitu: Pengaruh Peran


Orang Tua Terhadap Perkembangan Hafalan Santri di
Rumah Tahfizh Ahlul Qur’an

BAB V : Memuat tentang kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh


dari hasil pengolahan data dan penelitian. Selain itu, dalam
bab ini juga berisi saran-saran bagi perkembangan profesi
penulis di masa depan.

0
Muhammad Ali al-Shabuni, op.cit., h.10
9

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Peran Orang Tua

1. Pengertian Peran Orang Tua

Istilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai


arti pemain sandiwara (film), tukang lawak pada permainan makyong,
perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan
di masyarakat.0

Hakekatnya peran juga dapat dirumuskan sebagai suatu rangkaian


perilaku tertentu yang ditimbulkan oleh suatu jabatan tertentu. Kepribadian
seseorang juga mempengaruhi bagaimana peran itu harus dijalankan. Peran
yang dimainkan hakekatnya tidak ada perbedaan, baik yang dimainkan atau
diperankan pimpinan tingkat atas, menengah, maupun bawah akan
mempunyai peran yang sama.

Peran merupakan tindakan atau perilaku yang dilakukan oleh


seseorang yang menempati suatu posisi di dalam status sosial masyarakat,
syarat-syarat peran meliputi tiga hal, yaitu:

a. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau


tempat seseorang dalam masyarakat. Peran dalam arti ini merupakan
rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam
kehidupan kemasyarakatan.

b. Peran adalah suatu konsep perilaku apa yang dapat dilaksanakan oleh
individu-individu dalam masyarakat sebagai organisasi. Peran juga dapat
diartikan sebagai perilaku individu, yang penting bagi struktur sosial
masyarakat.
0
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke lima Versi Online, Kemendikbud
10

c. Peran adalah suatu rangkaian yang teratur yang ditimbulkan karena suatu
jabatan. Manusia sebagai makhluk sosial memilki kecenderungan untuk
hidup berkelompok. Dalam kehidupan berkelompok tadi akan terjadi
interaksi antara anggota masyarakat yang satu dengan anggota
masyarakat yang lainnya. Tumbuhnya interaksi diantara mereka akan
saling ketergantungan. Dalam kehidupan bermasyarakat itu munculah
apa yang dinamakan peran. Peran merupakan aspek yang dinamis dari
kedudukan seseorang, apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka orang yang
bersangkutan menjalankan suatu peran.0

Soerjono Soekamto dalam buku “Memperkenalkan Sosiologi”,


menjelaskan bahwa peran atau peranan adalah setiap manusia yang menjadi
warga suatu masyarakat senantiasa memiliki status dan kedudukan dalam
masyarakat. Status merupakan sebuah posisi dari suatu sistem sosial,
sedangkan peran atau peranan adalah pola perilaku yang terkait dengan
status tersebut.0

Dalam situasi stabil, peran tidaklah sekedar kesempatan melakukan


tindakan, tetapi lebih daripada itu adalah cara bagaimana kontak dan
komunikasi seharusnya dilakukan. Peran yang melekat dalam diri seseorang
memungkinkan ia untuk mengekspresikan emosinya dan memperlihatkan
eksistensinya. Peran telah memungkinkan orang membangun pola ingkah
laku dan bersikap, dan di dalam peran terdapat pula strategi bagaimana
seharusnya menguasai berbagai macam situasi. Peran adalah sesuatu yang
dapat dimainkan sehingga seseorang dapat diidentifikasi perbedaannya
dengan orang lain. Peran memberikan ukuran dasar bagaimana seseorang
seharusnya diperlakukan dan ditempatkan dalam masyarakat.0

0
Digilib.unila.ac.id, diunduh pada tanggal 1 Desember 2022
0
Sigit Purnama, dkk, (2019), Pengembangan Alat Permainan Edukatif Anak Usia Dini,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, h. 151-152
0
Sunyoto Usman, (2015), Sosiologi, Sejarah, Teori, dan Metodologi, Yogyakarta:
Pustaka Belajar, cet ke-2, h. 60
11

Dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” orang tua adalah ayah dan
ibu, orang yang sudah tua, orang yang dianggap tua (cerdik, pandai, ahli,
dsb), orang yang dihormati di kampung, tertua. Sedangkan menurut Miami
dan Lestari, orang tua adalah pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan
dan siap sedia untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari
anak-anak yang dilahirkannya.0

Menurut Thamrin Nasution dan Nurhatijah, orang tua adalah ibu dan
bapak yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga dan mereka inilah
yang bertanggung jawab paling utama dan memegang peranan dalam
kelangsungan hidup suatu keluarga.0 Sedangkan orang tua dalam bahasa
Arab yaitu Al-Walid. Pengertian ini dapat dilihat dalam Q.S Lukman ayat
14:

‫صالُه يِف ْ َع َامنْي ِ اَ ِن ا ْش ُك ْر‬ ِ ِ ِ َّ ‫وو‬


َ ‫صْينَا ااْل نْ َسا َن بَِوال َديْ ۚ ِه مَحَلَْتهُ اُُّمه َو ْهنًا َع ٰلى َو ْه ٍن َّوف‬ ََ
‫صْي ُر‬ ِ ‫ك اِيَلَّ الْم‬َ ۗ ْ‫يِل ْ َولَِوالِ َدي‬
َ
Artinya: Kami mewasiatkan kepada manusia (agar berbuat baik)
kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya
dalam keadaan lemah yang bertambah lemah. (Wasiat
kami) bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang
tuamu, hanya kepada-Ku (kamu) kembali. (QS.
Lukman/31: 14) 0

Ayat di atas menjelaskan bahwa orang tua adalah ibu dan bapak,
ibunya telah mengandungnya dengan keadaan yang lemah. Jadi orang tua
yang dimaksud dalam ayat ini adalah ibu dan bapak yang memiliki
hubungan biologis yang telah merawat dan membesarkan anaknya sejak
masih dalam kandungan.

0
Nurjannah, (2021), Peran Orag Tua Dalam Meningkatkan Hafalan Al-Qur’an Anak
Selama Masa Pandemi Covid-19 di Blumbang, Saren, Kalijambe, Sragen Tahun 2021, Skripsi,
Program Studi Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Negeri Surakara, h. 8
0
Ibid, h. 8
0
12

Berdasarkan pengertian keduanya, maka dapat disimpulkan


pengertian peran orang tua adalah hak dan kewajiban ayah dan ibu yang
harus dilakukan sesuai dengan fungsi dan kedudukannya sebagai keluarga di
dalam masyarakat untuk mendidik anak-anaknya dalam mencapai
kedewasaan.

2. Peran Orang Tua Dalam Pendidikan

Orang tua adalah guru pertama bagi anak-anaknya. Peran orang tua
dalam mendampingi dan mendidik anak tidak terbatas sebagai orang tua
saja, Stanback dan Susan dikutip dari Sigit Purnama dkk, berpendapat
tentang peranan orang tua dalam mendidik anak, sebagai berikut:

a. Peran sebagai fasilitator

Fasilitas pembelajaran merupakan saran-prasarana yang berfungsi


untuk memudahkan pembelajaran dan pemenuhan kebutuhan proses
pembelajarn. Fasilitator merupakan orang yang memberikan fasilitas.

Orang tua sebagai fasilitator bertanggung jawab menyesuaikan diri


untuk terlibat dalam membantu belajar anak di rumah, mengembangkan
keterampilan belajar yang baik, memajukan pendidikan dalam keluarga
dan menyediakan sarana alat belajar seperti tempat belajar, penerangan
yang cukup, buku-buku, dan alat tulis.

b. Peran sebagai motivator

Menurut Purwanto menyatakan bahwa motivasi adalah segala


sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu.
Motivasi adalah syarat mutlak untuk belajar.

Menurut Endang motivasi belajar berhubungan erat dengan motif


yaitu dorongan seseorang yang timbul dari dalam maupun luar diri yang
akan mempengaruhi keinginan belajar seseorang, dan suatu usaha yang
disadari untuk menggerakkan, mengarahkan, dan menjaga tingkah laku
13

seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga


mencapai hasil atau tujuan tertentu.0

Orang tua akan memberikan motivasi kepada anak dengan cara


meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas, mempersiapkan anak
untuk menghadapi ulanagan, mengendalikan stress yang berkaiatan
dengan sekolah, mendorong anak untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan
sekolah, dan memberi penghargaan terhadap prestasi belajar anak dengan
memberi hadiah maupun kata-kata pujian.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan orang tua untuk


merangsang minat atau memberi motivasi anak dalam belajar.
Rangsangan tersebut merupakan dorongan ekstrinsik.

a) Pemberian perhatian

b) Pemberian hadiah

c) Pemberian penghargaan

d) Pemberian hukuman.

c. Peran sebagai pembimbing atau pengajar

Jones mendefinisakan bahwa bimbingan adalah bantuan seseorang


kepada orang lain dalam membuat pilihan, menyesuaikan dan
memecahkan masalah. Makna yang terkandung dalam definisi tersebut
adalah bahwa bimbingan merupakan pertolongan seseorang kepada orang
lain untuk membantunya membuat pilihan dan penyesuaian dalam
memecahkan masalah.0

Orang tua akan memberikan pertolongan atau bimbingan kepada


anak dengan siap membantu belajar melalui pemberian penjelasan pada

0
Endang Titik Lestari, (2020), Cara Praktis Meningkatkan Motivasi Siswa Sekolah
Dasar, Yogyakarta: Deepublish Publisher, h. 4-5
0
Siti Rahmi, (2021), Bimbingan dan Konseling di Taman Kanak-kanak, Aceh: Syiah
Kuala University Press, cet. Ke-1, h. 9
14

bagian yang sulit dimengerti anak, membantu anak mengatur waktu


belajar, dan mengatasi masalah belajar dan tingkah laku anak yang
kurang baik.

Peran orang tua dalam pendidikan akan menentukan keberhasilan


bagi pendidikan anak-anaknya, ada beberapa langkah yang dapat
dilaksanakan orang tua adalam peranannya mendidik anak, diantaranya:

a. Memberi contoh dan memberi perintah untuk mencontoh

Orang tua mempunyai peran untuk memberi contoh dan


memberi perintah untuk mencontoh yang lebih ditekankan pada
pendidikan. Keterlibatan orang tua dalam mendidik anak mengafal Al-
Qur’an sangat diperlukan. Orang tua harus bisa menjadi contoh anak
mereka agar sennatiasa bersedia untuk menghafal Al-Qur’an. sebelum
menuntun anak menghafal Al-Qur’an, hendaknya orang tua sudah
hafal terlebih dahulu.

b. Memberikan dorongan (motivator)

Seorang anak membutuhkan dorongan atau motivasi agar


mereka semangat dalam belajar dan orang tua berperan sebagai
motivator bagi anak dengan cara membimbing, menemani, membantu,
dan mengarahkan anak dalam belajar. Motivasi dan dorongan orang
tua juga diperlukan oleh anak untuk menghafal Al-Qur’an. orang tua
harus bisa memberikan motivasi kepada anak agar anak selalu
bersemangat dalam menghafal Al-Qur’an.

c. Memberi tugas dan tanggung jawab

Saat anak di rumah, orang tua sebaiknya memberi tugas dan


tanggung jawab kepada anak dengan mengarahkan anak untuk belajar,
mengulang hafalan Al-Qur’an yang sudah dihafal agar idak lupa,
mengerjakan hal-hal yang positif, disiplin dan tanggung jawab
terhadap apa yang dikerjakan.
15

d. Memberi kesempatan mencoba

Seorang anak apabila dikekang untuk selalu menghafal Al-


Qur’an terus menerus akan bosan. Sebaiknya orang tua memberi
kesempatan anak untuk mencoba dengan memberi kebebasan kepada
anak untuk menghafal dan orang tua hanya memantau dengan cara
mendampingi, mengarahkan, dan mengoreksi apa yang telah
dilakukan anak. Hal ini baik untuk dilakukan orang tua karena anak
mempunyai kesempatan untuk mencoba agar anak mempunyai banyak
pengetahuan dan tentunya harus dengan pengawasan dan arahan dari
orang tua.

e. Menciptakan situasi yang baik

Menciptakan situasi yang baik dengan menciptakan kondisi


yang kondusif atau menyediakan tempat yang nyaman untuk anak
menghafal merupakan peran yang harus dijalankan orang tua, karena
dalam menghafal anak memerlukan situasi yang kondusif dan nyaman
supaya anak dapat menghafal dengan tenang.

f. Mengadakan pengawasan dan pegecekan

Orang tua mengadakan pengawasan dan pengecekan dengan


baik dan orang tua juga berusaha memahami anak dengan adanya
pendampingan dan pengarahan dalalam menghafal akan membuat
anak merasa diperhatikan sehingga anak akan lebih bersemangat
untuk mengahafal.0

Dalam Islam pun peranan dan tanggung jawab keluarga khususnya


orang tua, telah disinggung dalam beberapa hadits Nabi Muhammad saw.
bahwa terdapat beberapa kewajiban yang harus dilakukan orang tua
terhadap anaknya sejak usia dini, antara lain:

0
Dwi Trisnawati, (2018), Peran Edukatif Orang Tua Dalam Keberhasilan Pendidikan
Anak, h. 5-10 dalam journal.student.uny.ac.id (diunduh pada tanggal 1 Desember 2022)
16

a) Memberi nama anak dengan nama yang bagus

b) Memberi makan anak degan makanan yang halal dan bermutu

c) Mengajar anak membaca Al-Qur’an sejak dini

d) Melatih anak olahraga dan keterampilan fisik

e) Medidik anak dengan budi pekerti yang luhur

f) Menikahkan anak apabila sudah dewasa.0

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan, peran orang tua dalam


mendidik anak yaitu sebagai panutan/cerminan utama bagi anak dengan
memberikan teladan/contoh yang baik bagi anak, sebagai fasilitator dengan
menyediakan sarana prasarana dalam mendidik anak, sebagai pembimbing
akademik yang senantiasa membimbing anak dalam pembelajaran, sebagai
motivator dengan memberikan dorongan maupun reward kepada anak, serta
memberikan kesempatan kepada anak untuk mencoba dibawah pengawasan
dan pengecekan orang tua.

B. Menghafal Al-Qur’an

1. Pengertian Menghafal Al-Qur’an

Menghafal berasal dari kata hafizha- yahfazhu- hifzhan yang berarti


memelihara, menjaga, menghafalkan.0 Menghafal berasal dari kata “hafal”
yang artinya telah masuk dalam ingatan atau dapat mengucapkan sesuatu di
luar kepala tanpa melihat buku atau catatan lain. Jadi menghafal adalah
0
Tholhah Hasan, (2009), Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Keluarga, Jakarta: Mitra
Abdi Press, h. 48
0
A.W. Munawwir Muhammad Fairuz, (2007), Kamus al-Munawwir Arab Indonesia,
Eurabaya: Pustaka Progressif, h. 302
17

berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat tanpa melihat buku
atau catatan.0 Menghafal adalah suatu aktivitas menanamkan materi di
dalam ingatan, sehingga nantinya dapat diproduksi (diingat) kembali secara
harfiah, sesuai dengan materi yang asli. Menghafal merupakan proses
mental untuk mencamkan dan menyimpan kesan-kesan yang nantinya suatu
waktu bila diperlukan dapat diingat kembali ke alam sadar.0

Meghafal juga dikatakan suatu proses mengingat, dimana seluruh


ayat-ayat Al-Qur’an yang sudah dihafal harus diingat kembali secara
sempurna tanpa melihat mushaf Al-Qur’an. apabila ditinjau dari aspek
psikologi, kegiatan menghafal sama dengan proses mengingat (memori).
Ingatan pada manusia berfungsi memproses informasi yang diterima setiap
saat. Secara singkat kerja memori melewati tiga tahap, yaitu perekaman,
penyimpanan, dan pemanggilan. Perekaman adalah pencatatan informasi
melalui reseptor indra dan sirkuit saraf internal. Proses selanjutnya adalah
penyimpanan, yaitu menentukan berapa lama informasi itu berada beserta
kita, dalam bentuk apa dan dimana. Penyimpanan bisa bersifat aktif dan
pasif, dikatakan aktif jika kita menambahkan informasi tambahan, dan
mungkin pasif terjadi tanpa penambahan. Pada tahapan selanjutnya adalah
pemanggilan, dalam bahasa sehari-hari mengingat lagi yakni menggunakan
informasi yang disimpan.0

2. Manfaat Menghafal Al-Qur’an

Banyak sekali manfaat yang dapat diambil ketika menghafal Al-


Qur’an, diantaranya yaitu:

1) Menghafal Al-Qur’an akan menjaga kesucian dan kemurniannya

2) Membuka seluruh pintu-pintu kebaikan

0
Tim Penyusun Kamus, (2008), Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama, h. 473
0
Syaiful Bahri Djamarah, (2002), Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, h. 29
0
Jalaludin Rakhmat, (2005), Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Karya, h. 79
18

3) Sesungguhnya menghafal Al-Qur’an berarti sesungguhnya telah


mengambil untuk setiap satu huruf sepuluh kebaikan

4) Orang yang menghafal Al-Qur’an dan memeliharanya dengan baik


akan menjadi temannya saat kematian

5) Al-Qur’an adalah obat untuk penyakit-penyakit jasmani dan jiwa

6) Dan lain sebagainya.0

Dari pejelasa di atas, bahwa menghafal Al-Qur’an banyak sekali


manfaatnya bagi seseorang baik di dunia maupun di akhirat. Seorang anak
menghafal Al-Qur’an, maka orang tuanya pun akan mendapatkan
manfaatnya.

C. Penelitian Yang Relevan

Selain teori-teori di atas, penelitian ini juga didukung oleh beberapa


hasil penelitian terdahulu yang relevan, yaitu:

1. Penelitian pada skripsi Hajirin tahun 2009 yang berjudul “Peran Orang Tua
dalam Meningkatkan Hafalan Al-Qur’an Anak di Sekolah Dasar Islam Sains
dan Teknologi (SD-IST) Al-Albani Matesih, Karanganyar, Surakarta Tahun
2007/2008”

Persamaan dalam pembahasan yang peneliti lakukan dengan skripsi


Hajirin adalah sama-sama membahas tentang bagaimana peran orang tua
dalam meningkatkan motivasi menghafal Al-Qur’an siswa dan faktor dan
yang menghambat orang tua dalam meningkatkan hafalan Al-Qur’an
sisa/siswi kelas satu dan kelas dua di SD-ITS Al-Albani Matesih, tetapi ada
perbedaan antara peneliti dengan skripsi hajirin dimana peneliti lebih
menekankan pada peran orang tua terhadap perkembangan atau peningkatan
hafalan, bukan terfokus pada peningkatan motivasi.

0
Abdud Daa-im al-Kahill, (2010), Metode Menghafal Al-Qur’an innovative way to
memorize the Qur’an, Jawa Tengah: PP Assalam-Cepu, h. 6-9
19

2. Penelitian pada skripsi Bagus Yusmanto tahun 2014, Skripsi ini membahas
pengaruh perhatian orang tua terhadap hasil belajar membaca al-Qur'an
siswa kelas VIII MTS NU 17 Kyai Jogoreso Kendal Tahun Pelajaran
2013/2014. Kajiannya dilatarbelakangi oleh adanya peran orang tua yang
sangat penting dalam keberhasilan pendidikan anak dengan memberi
perhatian, baik perhatian intensif, spontan maupun perhatian disengaja.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan


menggunakan metode angket dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data
dengan menggunakan instrument kuesioner atau angket untuk menjaring
data tentang perhatian orang tua (variabel X) dan data tentang hasil belajar
membaca al-Qur'an siswa (variabel Y) didapat dari dokumen daftar nilai
raport, penelitian ini merupakan penelitian populasi dengan subyek
penelitian sebanyak 70 responden dengan menggunakan teknik semua
populasi. Dari dua variabel yang ada yaitu variabel X (perhatian orang tua)
dan variabel Y (hasil belajar membaca al-Qur'an) kemudian data penelitian
dari kedua variabel tersebut diolah untuk mengetahui dan menjawab
permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Untuk mengetahui
perhatian orang tua siswa MTs NU 17 Kyai Jogoreso Kendal dapat dilihat
dari nilai rata- rata angket yaitu 82,8 berada pada interval 79-92, dengan
kategori baik, sedangkan hasil belajar membaca al-Qur'an siswa kelas VIII
MTs NU 17 Kyai Jogoreso Kendal Tahun Pelajaran 2013/2014 nilai rata-
rata mencapai 83,07 berada pada interval 82 88, dengan kategori baik sekali.
Pengujian hipotesis penelitian menggunakan analisis regresi satu prediktor
menunjukkan adanya pengaruh perhatian orang tua terhadap hasil belajar
membaca al-Qur'an siswa kelas VIII MTs NU 17 Kyai Jogoreso Kendal.
Hal ini dibuktikan dengan hasil penghitungan F reg observasi = 21,0326
lebih besar jika dibandingkan dengan angka pada nilai F tabel dengan db = 1
lawan 68 baik pada taraf signifikasi 5 % (21,0326> 3,98), maupun pada
taraf signifikasi 1 % (21,0326> 7,01), maka menunjukkan angka yang
20

signifikan. Dengan demikian, semakin baik perhatian orang tua, maka


semakin baik pula hasil belajar membaca al-Qur'an siswa.

Persamaan dalam penelitian ini yaitu meneliti hubungan antara dua


variabel yaitu bebas dan terikat yang mana variabel bebas adalah pengaruh
perhatian orang tua terhadap hasil belajar membaca Al-Qur'an. Jenis
penelitian ini adalah kuantitatif dan menggunakan teknik pengumpulan data
dengan menggunakan instrumen kuesioner atau angket untuk menjaring
data. Penelitian ini juga sama-sama meneliti pengaruh perhatian atau bisa
dikatakan juga hampir sama maknanya dengan peran orang tua.

D. Kerangka Berfikir

Uma Sakaran dalam bukunya Busines Research, mengemukakan


bahwa, kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana
teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai
masalah yang penting.

Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan


antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan
antar variabel independen dan dependen. Bila dalam penelitian ada variabel
moderator dan interving, maka juga perlu dijelaskan mengapa variabel itu ikut
dilibatkan dalam penelitian. Pertautan antar variabel tersebut, selanjutnya
dirumuskan kedalam bentuk paradigma penelitian. Oleh karena itu pada setiap
penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka berfikir.

Kerangka berfikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila


dalam penelitian tersebut dikemukakan dua variabel atau lebih. Apabila
penelitian hanya membahas sebuah variabel atau lebih secara mandiri, maka
yang dilakukan penelitian disamping mengemukakan deskripsi teoritis untuk
masing-masing variabel, juga argumentasi terhadap variasi besaran variabel
yang diteliti. Penelitian yang berkenaan dengan dua variabel atau lebih,
biasanya dirumuskan hipotesis yang berbentuk komparasi maupun hubungan.
21

Oleh karena itu dalam rangka penyusunan hipotesis penelitian yang berbentuk
hubungan maupun komparasi, maka perlu dikemukakan kerangka berfikir.

Suria Sumantri mengemukakan bahwa seorang peneliti harus


menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar bagi argumentasi dalam menyusun
kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis. Kerangka pemikiran ini
merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yang menjadi objek
permasalahan. Kriteria utama agar suatu kerangka pemikiran bisa menyakinkan
sesama ilmuan, adalah alur-alaur pikiran yang logis dalam membangun suatu
kerangka berfikir yang membuahkan kesimpulan yang berupa hipotesis. Jadi
kerangka berfikir merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang
disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Berdasarkan teori-teori
yang telah dideskripsikan tersebut, selanjutnya dianalisis secara kritis dan
sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variabel
yang diteliti. Sintesa tentang hubungan variabel tersebut, selanjutnya
digunakan untuk merumuskan hipotesis.

Dari beberapa permasalahan dan teori yang telah disebutkan dapat


dikemukakan beberapa konsep jika peran orang tua dalam perkembangan
hafalan tidak baik maka akan berpengaruh terhadap hasilnya, begitupun
sebaliknya, jika peran sebagai orang tua baik maka hasilnya pun akan baik.

Jadi dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan dalam kerangka


berfikir ini bahwa peran orag tua dalam perkembangan hafalan Al-Qur’an anak
sangat berpengaruh.

Skema Kerangka Berfikir

Pengaruh Perkembangan
Peran Orang Hafalan anak
Tua

E. Hipotesis
22

Hipotesis merupakan dugaan untuk jawaban sementara atas rumusan


masalah, maka berdasarkan teori-teori yang telah ditemukan maka diajukan
hipotesis sebagai berikut:

H1 : Terdapat Pengaruh Peran Orang Tua Terhadap Perkembangan Hafalan


Santri Rumah Tahfizh Ahlul Qur’an

H0 : Tidak Terdapat Pengaruh Peran Orang Tua Terhadap Perkembangan


Hafalan Santri Rumah Tahfizh Ahlul Qur’an
9

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif. Peneliti tidak melakukan manipulasi


dan intervensi terhadap variabel-variabel bebas dan variabel terikat. Dalam
penelitian ini, peneliti memberikan penjelasan terhadap fakta-fakta yang sudah
terjadi (after the fact). Penjelasan yang diberikan dalam temuan penelitian ini
tidaklah bersifat tuntas, karena masih ada penjelasan lain yang masuk akal
tentang peran orang tua terhadap perkembangan hafalan anak.

Dipilihnya rancangan ini mengingat salah satu kelebihannya adalah


penelitian dapat dilakukan dalam siatuasi yang wajar tanpa dibuat-buat
sebagaimana dalam rancangan eksperimen.

Sebagaimana yang telah dipaparkan pada Bab 1 dalam rumusan


masalah penelitian, untuk mengetahui rumusan masalah, digunakan rancangan
korelasional, dengan model rancangannya sebagai berikut:

Keterangan:

X = Peran Orang Tua

Y = Perkembangan Hafalan Al-Qur’an


10

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian baik itu orang,


benda atau sesuatu hal yang di dalamnya dapat diperoleh atau dapat
memberikan informasi data penelitian. Sedangkan pengertian yang lain,
populasi adalah satuan objek atau subjek yang memiliki kualitas serta
karakteristik tertentu untuk dipelajari oleh peneliti kemudian ditarik
kesimpulan.0

Populasi dalam penelitian ini adalah semua santri putri reguler


tingkat SMP/MTs dan SMA/MA yang terdata aktif di Rumah Tahfizh Ahlul
Qur’an.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. 0 Jika


subjeknya kurang dari 100 akan lebih baik diambil semua sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Akan tetapi, apabila
subjeknya lebih dari seratus seperti populasi dalam penelitian ini, maka
jumlah sampel dapat diambil sebanyak 10% - 15% atau 20% - 25% atau
lebih, tergantung setidak-tidaknya dari:

a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan dana

b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini
menyangkut banyak sedikitnya data

c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah


random sampling yaitu cara pengambilan sampel secara acak dengan
memberikan hak yang sama pada setiap subjek dalam populasi untuk

0
Sugiyono, (2012), Metode Penelitian Kuantitatif, Bnadung: Al-Fabeta, h. 80
0
Suharsimi Arikunto, (2006), Prosedur Penelitian, Jakarta: PT Rineka Cipta, h. 131
11

memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel. Dalam penelitian ini


peneliti mengambil sampel sebanyak 25% dari populasi yaitu 29 orang
dari 114 semua santri putri reguler tingkat SMP/MTs dan SMA/MA yang
masih aktif.

C. Instrumen Penelitian

1. Penyusunan Angket

Penyusunan angket dilakukan dalam bentuk skala yang berisi


sejumlah pertanyaan atau pernyataan untuk diisi atau dijawab oleh orang
tua/wali santri putri reguler tingkat SMP/MTs dan SMA/MA di Rumah
Tahfizh Ahlul Qur’an. pertanyaan atau pernyataan di dalam angket
diberikan beberapa alternatif jawaban atau pilihan yang akan dipilih oleh
responden sesuai dengan pemahamannya.

Sesuai dengan pokok permasalahan yang dibahas dalam penelitian


ini maka skala yang peneliti gunakan adalah skala Likert yang digunakan
untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok
orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah
ditetapkan secara spesifik oleh penulis yang selanjutnya disebut sebagai
variabel penelitian.

Dengan sklaa Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan


menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijabarkan sebagai
titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa
pertanyaan atau pernyataan.

Jawaban setiap item instrumen menggunakan skala Likert


mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Alternatif
jawaban penulis gunakan terdiri dari empat bentuk, yaitu Selalu (SL),
Sering (SR), Kadang-kadang (KD), dan Tidak Pernah (TP).

Modifikasi skala Likert dimaksudkan untuk menghilangkan


kelemahan yang dikandung oleh skala item pilihan Selalu (SL), Sering (SL),
12

Sering (SR), Kadang-kadang (KD), dan Tidak Pernah (TP). Modifikasi


skala Likert dalam penelitian ini dengan meniadakan kategori jawaban ragu-
ragu (R) dengan alasan yaitu apabila pilihan tengah atau netral disediakan
maka kebanyakan subjek akan cenderung untuk menempatkan pilihannya
dikategori tengah tersebut, sehingga data yang mengenai perbedaan diantara
responden menjadi kurang informatif.0

Item-item yang disusun untuk mengukur peran orang tua,


mempunyai empat alternatif pilihan, yaitu Selalu (SL), Sering (SR),
Kadang-kadang (KD), dan Tidak Pernah (TP). Pensekoran dimulai dari
skala yang paling tinggi kepada yang paling rendah. Untuk pernyataan
positif, Selalu (SL) diberi skor 4, Sering (SR) diberi skor 3, Kadang-kadang
(KD) diberi skor 2, dan Tidak Pernah (TP) diberi skor 1. Sebaliknya untuk
pernyataan negatif, untuk pernyataan Selalu (SL) diberi skor 1, Sering (SR)
diberi skor 2, Kadang-kadang (KD) diberi skor 3, dan Tidak Pernah (TP)
diberi skor 4.

Tabel Kisi-Kisi Angket

VARIABE Butir Pertanyaan Jumlah


INDIKATOR
L Positif Negatif Item
Petingnya peran 4, 10 8 3
orang tua dalam
perkembangan
hafalan anak
Peran Mengawasi proses 2, 3, 5, 6, 13, 14 10
Orang Tua belajar 7, 9, 11, 12
Memenuhi 1 0 1
kebutuhan belajar
14
Jumlah

2. Validitas Instrumen
0
Sugiyono, op.cit., h. 93
13

Validitas menunjukan kepada sejauh mana suatu alat mampu


mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas suatu instrumen selalu
bergantung pada situasi dan tujuan khusus penggunaan instrumen tersebut.
Suatu tes yang valid untuk satu situasi mungkin tidak valid untuk situsi
lain.0

Langkah-langkah yang ditempuh untuk mengetahui validitas dari


angket penelitian ini adalah:

a. Menelaah secara cermat dan sistematis kesesuaian instrumen yang


disusun dengan kisi-kisi penyusunan, dengan maksud untuk mengetahui
apakah setiap sub indikator sudah terwakili atau belum dalam butir
instrumen. Apabila semua sub indikator sudah terwakili dalam butir
instrumen, maka instrumen dipandang telah mewakili validitas ini.

b. Meminta bantuan ahli untuk memeriksa isi instrumen tersebut secara


sistematis, serta mengevaluasi relevansinya dengan sub indikator variabel
yang sudah ditentukan. Apabila ahli yang memeriksa memandang bahwa
instrumen tersebut sudah mencerminkan wilayah isi dengan memadai,
maka instrumen tersebut dapat dikatakan telah memiliki valisitas isi.0

3. Reliabilitas Instrument

Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat


dipercaya, maksudnya apabila dalam beberapa pelaksanaan pengukuran
terhadap kelompok yang sama diperoleh hasil yang relatif sama. Maksudnya
reliabilitas dipakai untuk menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran relatif
konsisten apabila pengukuran dilakukan dua kali atau lebih untuk mengukur
gejala yang sama. Adapun estimasi reliabilitas dalam penelitian ini adaah
dengan menggunakan paket statistik yang berbentuk SPSS20.0 for windows.

0
Arif Furchan, (2007), Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka
Belajar, h. 293
0
Suharsimi Arikunto, op.cit., h. 284
14

Analisis yang digunakan disesuaikan dengan hipotesis yang


diajukan. Oleh karena itu, hipotesis menyatakan hubungan maka analisis
yang tepat adalah regresi, karena untuk menguji ada tidaknya pengaruh
antara variabel satu dengan variabel lain. Terdapat dua jenis dasar regresi
yaitu, regresi linear sederhana dan regresi linear berganda. Kalau regresi
linear sederhana menggunakan satu variabel independen untuk menjelaskan
atau memprediksi hasil dari variabel dependen Y. Sedangkan regresi linear
multiple atau berganda berfungsi untuk mencari pengaruh dari dua atau
lebih variabel independen (variabel bebas atau X) terhadap variabel
dependent (variabel Y).

Jadi, analisis data yang digunakan untuk melihat pengaruh peran


orang tua terhadap perkembangan hafalan santri dengan menggunakan
regresi linear sederhana. Cara perhitungannya dibantu dengan menggunakan
program SPSS20.0 for windows.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Angket

Untuk mendapatkan informasi atau data yang akurat dan menjawab


permasalahan maka digunakan instrumen angket yaitu berupa data dalam
bentuk pertanyaan-pertanyaan yang disebarkan kepada setiap responden,
sehingga peneliti mendapat data yang akurat, relevan dengan tujuan
penelitian dan mempunyai tingkat realibilitas dan validitas yang tinggi. 0
Jenis angketnya tertutup yang jawabannya sudah tersedia, responden tinggal
memilih yang tersedia sesuai keinginan dirinya dan tidak boleh memberikan
jawaban lain.

2. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau


variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,

0
Wardi Bachtiar, (1999), Metodologi Ilmu Dakwah, Jakarta: Logos, h. 75
15

notulen rapat, legger, dan sebagainya.0 metode dokumentasi dalam


penelitian ini digunakan untuk mengetahui:

1) Nama dan jumlah santri putri reguler tingkat SMP/MTs dan


SMA/MA yang terdata aktif di Rumah Tahfidz Ahlul Qur’an

2) Raport santri putri reguler aktif tingkat SMP/MTs dan SMA/MA.

E. Teknik Analisis Data

Karena penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian kuantitatif


maka untuk meganalisanya penulis melakukan penskoran data ke dalam angka-
angka kuantitatif, hal ini dimaksudkan agar dapat menganalisanya dengan
menggunakan teknik analisa statistik dan menggunakan rumus product
moment. Sedangkan metode yang digunakan adalah metode deskriptif
korelasional, metode ini menyelidiki kenyataan yang telah terjadi sebagai mana
adanya, tanpa adanya manipulasi perlakuan.0

Dalam teknik analisi data ini lembaran jawaban responden yang


diperoleh dianalisis sesuai prosedur. Data diolah dengan analisis soal dengan
program Microsoft Exel yang merupakan perangkat lunak yang dibuat melalui
bahasa program komputer dan diciptakan khusus untuk analisis butir soal. Data
diolah dengan menggunakan rumus dan reliabilitas.

Hasil penelitian tentang gambaran pengaruh peran orang tua terhadap


perkembangan hafalan santri di rumah tahfizh ahlul qur’an di cari dengan
menggunakan rumus interval.

Adapun rumus interval yaitu:

I = Skor Tertinggi – Skor Terendah + 1


KI

0
Suharsimi Arikunto, op.cit., h. 231
0
Ibnu Hajar, (1996), Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Penelitian,
Jakarta: Raja Grapindo, h. 208
16

Keterangan:

I = Interval
Skor Tertinggi = Skor Tertinggi dari Skor terendah
Skor Terendah = Skor Terendah dari Skor Total
1 = Nilai Konstan
KI = Kelas Interval
Setelah dicari dengan menggunakan rumus interval kemudian untuk
menjawab rumusan masalah 1, 2, peneliti menggunakan rumus persentasi
yaitu:

P = F/N × 100

Keterangan:

P = Persentase
F = Frekuensi
N = Jumlah Santri Putri Reguler tingkat SMP/MTs
Untuk mengetahui pengaruh orang tua terhadap perkembangan hafalan
santri di Rumah Tahfizh Ahlul Qur’an, peneliti menggunakan rumus product
moment

Keterangan :

r = koefesien Korelasi antara variabel X dan Y


Σx = Jumlah nilai variabel X
Σy = Jumlah nilai variabel Y
Σxy = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y
X2 = Variabel X dikuadratkan
Y2 = Variabel Y dikuadratkan
17

DAFTAR PUSTAKA

Syatina, Haya, dkk. (2021). Peran Orang Tua Dalam Meningkatkan Hafalan Al
Qur’an Anak. At-Ta’dib: Jurnal Ilmiah Prodi Pendidikan Agama Islam.
Vol 13 (1).
Hadi, Nor. (2014). Juz ‘Amma. Jakarta: Erlanggan.
Kementerian Agama RI. (2012). Al-Qur’an Terjemahan dan Tafsir. Bandung:
Syamil Qur’an.
Wahyudi, Rofiul dan Wahidi, Ridhoul. (2019). Metode Cepat Hafal Al-Qur’an,
Yogyakarta: Semesta Hikmah.
Wijaya Al Hafidz, Ahsin. (2008). Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qu’an.
Jakarta: Amzah.
Yunus, Mahmud. (1999). Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Hidakarya Agung.
Ali al-Shabuni, Muhammad. (1970). Al-Tibyan Fi Ulum Qur’an, Bairut: Dar al-
Irsyad.
Iqbal A. Gazali, Muhammad. (2010). Keutamaan Membaca dan Menghafal Al-
Qur’an. Islamhouse.
Abdul Rauf, Abdul Aziz. (2020). Al-Qur’an Hafalan Mudah: Terjemahan &
Tajwid Warna, Bandung: Cordoba.
Hana Khairunnisa, Dhiya. (2018). Peran Orang Tua Dalam Meningkatkan
Motivasi Menghafal Al-Qur’an Siswa Di SDIT Al-Muhsin Kecamatan
Metro Selatan Kota Metro Tahun Pelajaran 2017/2018. Skripsi. Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Metro Lampung
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke lima Versi Online, Kemendikbud
Purnama, Sigit,dkk. (2019). Pengembangan Alat Permainan Edukatif Anak Usia
Dini. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Usman, Sunyoto. (2015). Sosiologi, Sejarah, Teori, dan Metodologi. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Nurjannah. (2021). Peran Orag Tua Dalam Meningkatkan Hafalan Al-Qur’an
Anak Selama Masa Pandemi Covid-19 di Blumbang, Saren, Kalijambe,
18

Sragen Tahun 2021. Skripsi. Program Studi Pendidikan Agama Islam,


Institut Agama Islam Negeri Surakara.
Titik Lestari, Endang. (2020). Cara Praktis Meningkatkan Motivasi Siswa
Sekolah Dasar. Yogyakarta: Deepublish Publisher.
Rahmi, Siti. (2021). Bimbingan dan Konseling di Taman Kanak-kanak. Aceh:
Syiah Kuala University Press. cet. Ke-1.
Trisnawati, Dwi. (2018). Peran Edukatif Orang Tua Dalam Keberhasilan
Pendidikan Anak. dalam journal.student.uny.ac.id (diunduh pada tanggal 1
Desember 2022)
Hasan, Tholhah. (2009). Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Keluarga. Jakarta:
Mitra Abdi Press
Muhammad Fairuz, Munawwir. (2007). Kamus al-Munawwir Arab Indonesia.
Eurabaya: Pustaka Progressif.
Tim Penyusun Kamus. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Bahri Djamarah, Syaiful. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Rakhmat, Jalaludin. (2005). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Karya.
Daa-im al-Kahill, Abdud. (2010). Metode Menghafal Al-Qur’an innovative way to
memorize the Qur’an. Jawa Tengah: PP Assalam-Cepu.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Al-Fabeta.
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta
Furchan, Arif. (2007). Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Bachtiar, Wardi. (1999). Metodologi Ilmu Dakwah. Jakarta: Logos.
Hajar, Ibnu. (1996). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam
Penelitian. Jakarta: Raja Grapindo.

Anda mungkin juga menyukai